MAKANAN SIAP SAJI DILARANG MASUK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah
Makanan siap saji yang cenderung banyak dikonsumsi akhir-akhir ini banyak menimbulkan pro
dan kontra. Dari satu sisi untuk ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah, makanan siap
saji memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian. Akan tetapi makanan siap saji
yang dipasarkan saat ini menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk mengawetkan
dan memberikan citarasa yang lebih baik pada produknya. Kekhawatiran yang muncul akibat
adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan tersebut yang berdampak pada
kesehatan konsumen.
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam
bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak
positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga
meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif
kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya
penggunaan zat aditif yang berbahaya.
Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan
lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa
wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia
wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain
berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya

mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di
rumah.
Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi
sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk
sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit.
Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati
makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang
gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.

1

Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang
dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif
dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat di tarik suatu rumusan masalah
1. Apa saja kandungan dari makanan siap saji?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap makanan siap saji?
3. Bagaimana dampaknya bagi kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berbagai macam kandungan makanan siap saji
2. Untuk mengetahui makanan siap saji menurut pandangan islam
3. Untuk mengetahui ampak dari makan siap saji

2

BAB II
2.1.


Pengertian Makanan Siap Saji dan kandungannya
Makanan siap saji

Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis,
atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri
pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa
lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk
sarapan.



Zat aditif makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.



Kemasan makanan
Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik,
meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.



Jenis Zat Aditif dan Kemasan Makanan
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu:
1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin
2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin,
3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan,

4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin,
5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit,
6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy- Toluen) dan BHA
(Butylated Hydroxy-Anisol),
7) agen pengembang untuk roti dan bolu,
8 ) agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG),
9) bahan pewarna.
Selain kesembilan zat aditif diatas juga terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan
diantaranya:
1) agen peluntur,
3

2) lemak hewani,
3) bahan pengasam,
4) bahan pemisah,
5) pati termodifikasi,
6) alkohol, dan
7) gelatin.
Disamping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan aturannya
sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah

adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk
makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria
(2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung
formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B
yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop
untuk menimbulkan warna merah.
Kemasan makanan siap saji



Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia
sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus
memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik,
mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan
selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl
clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
2.2.

Makanan siap saji menurut pandangan islam


Makanan siap saji merupakanan makanan yang mudah dijumpai di berbagai tempat, makanan
siap saji juga sering menjadi pilihan setiap orang karena makanan ini mudah diolah dan tidak
memerlukan banyak waktu untuk membuatnya, sebagai konsumen yang ingin serba instan
terkadang kurang cermat melihat atau mencari kandungan bahan yang terdapat dalam makanan
siap saji, hal ini menyebabkan kosumen tidak mengetahui kandungan dalam makanan tersebut
apakah halal atau tidak. Dalam syari’at Islam, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menghalalkan semua
makanan yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun
4

jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan
semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya.
Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana
baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah- dengan
makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi darah dan
daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallampernah bersabda: “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih
pantas untuknya”.
Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:
 Yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan tersebut memang sudah
haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing, khamar, dan selainnya.

 Yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya asal
makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak
berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan,
sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid’ah, dan lain
sebagainya.
2.3.

Kaidah-kaidah Penentuan Halal dan Haram Makanan

Sebelum kita menyebutkan satu persatu makanan dan minuman yang disebutkan dalam AlQur`an dan Sunnah beserta hukumnya masing-masing, maka untuk lebih membantu memahami
pembahasan, kami dahului dengan beberapa kaidah.
 Kaidah Pertama: Asal dari semua makanan adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang
menyatakan haramnya.

‫خل لق ل لك ثم ماً إفيِ اسل ل‬
َ‫ست لولىى إ إللى‬
‫ر‬
‫ج إ‬
‫هثول ال م إ‬
‫ض ل‬

‫ما س‬
‫ميِععاً ث ث م‬
‫س ل‬
‫ذيِ ل ل‬
‫س‬
‫إ‬
‫ت ۚ ولهثول ب إك ث ل‬
‫ل ل‬
‫م‬
‫ماًلوا ت‬
‫سب سعل ل‬
‫ن ل‬
‫ماًإء فل ل‬
‫ال م‬
‫يِتء ع لإليِ م‬
‫س ل‬
‫س ل‬
‫ش س‬
‫واهث م‬
‫س م‬

Allah -Ta’ala- berfirman: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu”. (QS. Al-Baqarah: 29). Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk makananyang ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah
halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat kecuali yang halal dan baik.

5

‫وماً ل لك ث ل س‬
‫ص ل‬
‫ماً‬
‫م أمل ت لأك ثثلوا إ‬
‫ماً ذ ثك إلر ا س‬
‫م ل‬
‫ل ل لك ث س‬
‫س ث‬
‫م م‬
‫س‬
‫ل ل‬
‫م الل مهإ ع لل ليِ سهإ ولقلد س فل م‬
‫ن‬
‫ن ك لإثيِعرا ل ليِ ث إ‬

‫ضللو ل‬
‫م إ إل ليِ سهإ ۗ ولإ إ م‬
‫ماً ا س‬
‫ل‬
‫حمر ل‬
‫ضط ثرإسرت ث س‬
‫م إ إمل ل‬
‫م ع لل ليِ سك ث س‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ن لرب م ل‬
‫ن‬
‫م ب إغليِ سرإ إ‬
‫معست ل إ‬
‫عل سم ت ۗ إ إ م‬
‫م إباًل س ث‬
‫ك هثول أع سل ل ث‬
‫وائ إهإ س‬
‫ديِ ل‬
‫ب إأهس ل‬

‫‪Dalam ayat yang lain Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu‬‬
‫‪apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”. (QS. Al‬‬‫)‪An’am: 119‬‬
‫‪Maka semua makanan yang tidak ada pengharamannya dalam syari’at berarti adalah halal.‬‬
‫‪ Kaidah Kedua: Manhaj Islam dalam penghalalan dan pengharaman makanan adalah “Islam‬‬
‫‪menghalalkan semua makanan yang halal, suci, baik, dan tidak mengandung mudhorot, demikian‬‬
‫‪pula sebaliknya Islam mengharamkan semua makanan yang haram, najis atau ternajisi, khobits‬‬
‫‪(jelek), dan yang mengandung mudhorot”.‬‬

‫يِاً أ ل‬
‫مماً إفيِ اسل ل‬
‫س كث ث‬
‫حللعل ط ليِ لعباً وللل ت لت مب إثعوا‬
‫ر‬
‫لوا‬
‫ناً‬
‫ال‬
‫هاً‬
‫يِ‬
‫إ‬
‫م‬
‫ض ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫م‬
‫ث‬
‫ل‬
‫س‬
‫إ‬
‫شيِ س ل‬
‫ت ال م‬
‫ن‬
‫ث‬
‫وا إ‬
‫م ع لد ثوو ث‬
‫ه ل لك ث س‬
‫ن ۚ إ إن م ث‬
‫مإبيِ م‬
‫طاً إ‬
‫خط ث ل‬

‫‪Manhaj ini ditunjukkan dalam beberapa ayat, di antaranya: “Hai sekalian manusia, makanlah‬‬
‫)‪yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”. (QS. Al-Baqarah: 168‬‬

‫ث‬
‫سو ل‬
‫مك سثتوعباً‬
‫يِ ال م إ‬
‫ال م إ‬
‫ج ث‬
‫ن يِ لت مب إثعو ل‬
‫ن المر ث‬
‫ه ل‬
‫دون ل ث‬
‫ذيِ يِ ل إ‬
‫يِ اسل ل‬
‫م م‬
‫ل الن مب إ م‬
‫ذيِ ل‬
‫عندهم فيِ التوراة واسلنجيِل يِأ س‬
‫س‬
‫ن‬
‫ع‬
‫م‬
‫ه‬
‫هاً‬
‫ن‬
‫يِ‬
‫و‬
‫ف‬
‫رو‬
‫ع‬
‫م‬
‫ل‬
‫باً‬
‫م‬
‫ه‬
‫ر‬
‫م‬
‫ل‬
‫ث‬
‫ث‬
‫س‬
‫إ س ل ث س إ‬
‫ل‬
‫إ‬
‫س‬
‫س‬
‫ل‬
‫إ‬
‫س‬
‫ث‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ث‬
‫م س ل إ ل إس إ إ ل ث‬
‫إ‬
‫ح ل‬
‫م ال س ل‬
‫خلباًئ إ ل‬
‫من سك لرإ وليِ ث إ‬
‫م الط ميِ للباً إ‬
‫ضع ث‬
‫ث وليِ ل ل‬
‫ت وليِ ث ل‬
‫حلر ث‬
‫م ع لل ليِ سهإ ث‬
‫ل ل لهث ث‬
‫ال س ث‬
‫ل ال مإتيِ ل‬
‫م لواسل لغ سلل ل‬
‫مثنوا ب إهإ‬
‫م ۚ لفاًل م إ‬
‫نآ ل‬
‫ت ع لل ليِ سهإ س‬
‫كاًن ل س‬
‫صلرهث س‬
‫ع لن سهث س‬
‫م إإ س‬
‫ذيِ ل‬
‫ه ۙ ثأول ىلئ إ ل‬
‫ذيِ أ ثن سزإ ل‬
‫م‬
‫صثروهث لوات مب لثعوا اللنولر ال م إ‬
‫ك هث ث‬
‫مع ل ث‬
‫ل ل‬
‫ولع لمزثروهث ولن ل ل‬
‫ن‬
‫م س‬
‫حو ل‬
‫فل إ ث‬
‫ال س ث‬
‫‪“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang‬‬
‫)‪buruk”. (QS. Al-A’raf: 157‬‬
‫‪6‬‬

Allah melarang melakukan apa saja -termasuk memakan makanan- yang bisa memudhorotkan
diri, dalam firman-Nya:

‫ل‬
‫ل‬
ۛ ‫م إ إللىَ الت مهسل ثك لةإ‬
‫ل الل مهإ وللل ت ثل س ث‬
‫ف ث‬
‫قوا ب إأيِ س إ‬
‫ولأن س إ‬
‫قوا إفيِ ل‬
‫ديِك ث س‬
‫سإبيِ إ‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ه يِ ث إ‬
‫ح إ‬
‫ح إ‬
‫م س‬
‫ح ل‬
‫سثنوا ۛ إ إ م‬
‫ولأ س‬
‫ب ال س ث‬
‫ن الل م ل‬
‫سإنيِ ل‬
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah: 195)
Juga sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan
tidak boleh membahayakan orang lain”.
Karenanya diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa memudhorotkan
diri -apalagi kalau sampai membunuh diri- baik dengan segera maupun dengan cara perlahan.
Misalnya: racun, narkoba dengan semua jenis dan macamnya, rokok, dan yang sejenisnya.
Adapun makanan yang haram karena diperoleh dari cara yang haram, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah bersabda:
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan-kehormatan kalian antara
sesama kalian adalah haram”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
 Kaidah Ketiga: Makanan manusia secara umum ada dua jenis:
1. Selain hewan, terdiri dari tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, benda-benda (roti, kue dan
sejenisnya), dan yang berupa cairan (air dengan semua bentuknya). Ibnu Hubairah rahimahullah- dalam Al-Ifshoh (2/453) menukil kesepakatan ulama akan halalnya jenis ini
kecuali yang mengandung mudhorot.
2. Hewan, yang terdiri dari hewan darat dan hewan air.
Hewan darat juga terbagi menjadi dua:
1. Jinak, yaitu semua hewan yang hidup di sekitar manusia dan diberi makan oleh manusia,
seperti: hewan ternak
2. Liar, yaitu semua hewan yang tinggal jauh dari manusia dan tidak diberi makan oleh manusia,
baik dia buas maupun tidak. Seperti: singa, kelinci, ayam hutan, dan sejenisnya.

7

Hukum hewan darat dengan kedua bentuknya adalah halal kecuali yang diharamkan oleh syari’at
(akan kami rinci pada bagian lain tulisan ini).
Hewan air juga terbagi menjadi dua:
1. Hewan yang hidup di air yang jika dia keluar darinya akan segera mati, contohnya adalah ikan
dan yang sejenisnya.
2. Hewan yang hidup di dua alam, seperti buaya dan kepiting [10].
Hukum hewan air bentuk yang pertama, -menurut pendapat yang paling kuat- adalah halal untuk
dimakan secara mutlak. Ini adalah pendapat Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah, mereka
berdalilkan dengan keumuman dalil dalam masalah ini, di antaranya adalah firman Allah
-Ta’ala-:
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan
yang lezat bagimu” (QS. Al-Ma`idah: 96)
Adapun bangkainya maka ada rincian dalam hukumnya:
1. Jika dia mati dengan sebab yang jelas, misalnya: terkena lemparan batu, disetrum, dipukul,
atau karena air surut, maka hukumnya adalah halal berdasarkan kesepakatan para ulama
2. Jika dia mati tanpa sebab yang jelas, hanya tiba-tiba diketemukan mengapung di atas air, maka
dalam hukumnya ada perselisihan. Yang kuat adalah pendapat jumhur dari kalangan Imam
Empat kecuali Imam Malik, mereka menyatakan bahwa hukumnya tetap halal. Mereka
berdalilkan dengan keumuman sabda Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:
“Dia (laut) adalah pensuci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzy, AnNasa`iy, dan Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Imam Al-Bukhary).
Adapun bentuk yang kedua dari hewan air, yaitu hewan yang hidup di dua alam, maka pendapat
yang paling kuat adalah pendapat Asy-Syafi’iyah yang menyatakan bahwa seluruh hewan yang
hidup di dua alam -baik yang masih hidup maupun yang sudah jadi bangkai- seluruhnya adalah
halal kecuali kodok. Dikecualikan darinya kodok karena ada hadits yang mengharamkannya
[11]. Lihat Al-Majmu’ (9/32-33)

8

2.4.

Dampak Makanan Siap Saji
Bahaya makanan siap saji



World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan
bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3
katagori yaitu :
1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organorgan tubuh,
2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan,
3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung,
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak negatif zat aditif berlebihan
Zat Aditif
Sulfit

Dampak terhadap kesehatan
· Menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan

Zat Warna

bengkak.( Intisari,2001)
· Menimbulkan alergi
· Menimbulkan kanker hati
· Menyebabkan hypertrophy, hyperplasia,

MSG

carcinomas kelenjar tiroid.( Arbor,1997)
· Kerusakan otak
· Kelainan hati, trauma, hipertensi, stress,
demam tinggi, mempercepat proses penuaan,
alergi kulit, mual, muntah, migren, asma,
ketidakmampuan belajar, dan depresi.

(Republika,2003)
BHT&BHA · Menyebabkan kelainan kromosom pada orang
9

Pemanis

yang alergi terhadap aspirin. (Intisari ,2001)
· Menyebabkan kanker kantong kemih
(saccarin).
· Gangguan saraf dan tumor otak (aspartan).

· Mutagenik.
Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh
konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur
bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik
berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan
Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid
Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan
styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).


Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan
dengan beberapa cara antara lain :
1. Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta
mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya
adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam
brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif
(1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian
dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah
2. Secara eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif
pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan
termasuk zat aditif yang ditambahkan
Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang
berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan
memanfaatkan sumber makanan lokal.

10

Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran
serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang
berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN

Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis,
atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri
pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa
lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk
sarapan.
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan
bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3
katagori yaitu :
1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organorgan tubuh,
2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan,
3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Teori Snehandu B.Kar yaitu: B = f (BI, SS, AI, PA, AS). Dimana, BI = Behavior Intention (niat
untuk bertindak), SS = Sosial Support (dukungan masyarakat), AI = Accessebility of Information
(adanya informasi), PA = Personal Autonommy (pengambilan keputusan), AS = Action Situation
(Situasi yang mendukung).sedangkan Teori WHO yaitu : B = f (TF, PR, R, C) dimana, TF
(Trought and feeling), PR (Personal Reference), R (Resources),dan C (Culture)
3.2. SARAN
1. Perlu adanya kesadaran, tekad dan disiplin yang kuat baik dari individu itu sendiri dengan
selalu mengkonsumsi makanan sehat.

11

2. Peranan keluarga, terutama ibu yang selalu menyediakan makanan sehat atau makanan
tradisional.
4. Peranan pemerintah untuk terus mengawasi dan mengontrol para produsen melalui lembagalembaga terkait.

12