Perilaku Pengguna Minuman Keras

(1)

di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

BAYU SAKTI NURDIANSYAH NIM: 41807067

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iv

Kota Bandung ) Oleh :

Bayu Sakti Nurdiansyah NIM. 41807067

Skripsi ini dibawah bimbingan, Dr. Mahi M. Hikmat., Drs, M.Si

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Perilaku Pengguna Minuman Keras. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui panggung depan Pengguna minuman keras, panggung belakang pengguna minuman keras, dan juga perilaku pengguna minuman keras dalam proses kehidupannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah delapan orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching, dan juga triangulasi dengan cara membandingkan jawaban informan utama dan pendukung. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengguna minuman keras dapat memainkan peran yang berbeda dalam kehidupannya, ketika berada dipanggung depan mereka hampir semuanya memerankan panggung depan dengan baik, mulai dari bagaimana cara mereka bersikap, gaya bicara, ketika bersosialisasi dengan rekan-rekannya, baik ketika berada di kantor, tempat kerja, ataupun sekolah. Selain itu juga para pengguna minuman keras membatasi sikap mereka ketika berada di dipanggung depan, hal ini bertujuan untuk mengkamuflase diri mereka sendiri, sehingga orang lain tidak akan mengetahui bahwa merka pengguna minuman keras. Sedangkan Pada panggung belakang para pengguna minuman keras benar-benar memainkan sebuah peran yang utuh/sesungguhnya, perilaku mereka benar-benar-benar-benar ditunjukan dan tidak ada batasan yang mereka sembunyikan dari karakter dirinya. Minuman keras juga sedikit banyak mempengruhi perilaku mereka dalam kehidupan bersosialiasisasinya.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa para pengguna minuman keras mampu memerankan peran yang berbeda pada saat berada dipanggung depan dan pada panggung belakang dan juga minuman keras sedikit banyak mempengaruhi kehidupan dan perilaku mereka seperti mudah terpancing emosi, tidak patuh pada peraturan norma yang ada, gaya hidup cenderung kearah negatif.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah Perlu kiranya seseorang memiliki kejelian ketika berinteraksi dengan orang lain.Jangan mudah terpengaruh oleh ajakan negatif dari orang lain yang sejatinya akan merugikan diri kita. lingkungan keluarga yang baik adalah pondasi awal bagi individu sebelum mengenal lingkup sosial yang lebih luas, yaitu masyarakat. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting dalam hal ini, orang tua harus memenuhi kebutuhan sang anak, memperhatikan perkembangan sang anak ketika bersosialisasi dengan lingkungan luar, mengawasi dan membimbing anak-anaknya kearah yang positif.


(3)

v

ALCOHOLIC BEHAVIOR

(A Dramaturgy Study of Alcoholic Behavior In their Everyday Life Process in Bandung ) By :

Bayu Sakti Nurdiansyah NIM. 41807067

This research is under guidance of : Dr. Mahi M. Hikmat, Drs, M. Si

This study intends to find out the Alcoholic Behavior. The purpose of this research is to determine the front stage of Alcoholic Behavior, the back stage of alcoholic behavior, and also the alcoholic behavior in their everyday life procces.

This study used a qualitative approach and the informant of this study is 8 person with each characteristic. Data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, internet searching, and also the triangulation by comparing both answers of key informants and supporters informants. The data analysis techniques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.

The results showed that the Alcoholic can play different roles in their life, when in front stage almost all of them played their role with nice attitude and fine gesture, starting from how they behave, when socializing with colleagues in the office, workplace, or school. In addition, alcoholic limit their attitude when in front stage because it is intended to camouflage themselves, how they speak and their word choice were carefully guarded, so that the others will not know that they are booze users . At the back stage the alcoholic really play a whole lot of themself. In fact, their behavior is really shown and there is no restriction that they hide from the characters of themselves.The alcohol that they used influence their behavior in social life too.

From the result ot this research can be concluded that alcohol users are capable to play different rles while on the front stage or the back stage and also the alcohol barely affects their daily lives and

behavior Such as easily provoked by emotions, not to comply with existing norms, life style tends towards to the negative

The advice can researcher give is it is become important to someone to watch carefully the behavior of some people when interacting with them.Do not be so easily influenced by negative invitations from others, which in essence would harm us. A good family environment is the foundation for the individual to knowing the wider social sphere, namely the community. Therefore, in this case the role of the family is very important, parents must fulfill the needs of their child, observing the development of the child when socializing with the outside environment, supervise and guiden the children toward the positive environment.


(4)

vi

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur Peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan

yang Maha Agung dan Maha Tinggi Allah SWT atas Rahmat, karunia dan hidayah-Nya, Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitan ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar (Sarjana) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas.

Dalam penyusunan penelitan ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami. Terbatasnya kemampuan pengetahuan dan kesulitan manajemen waktu menjadi penghambat terbesar dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimisme dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan penulis dimasa yang akan datang.

Ucapan terimakasih kepada mamah dan papap yang selalu memberikan support moral, spiritual dan material serta daya juang mereka terhadap saya untuk menyelesaikan perkuliahan ini dari awal hingga sekarang. Tak bisa melukiskan betapa besarnya jasa ibu dan ayah kepada saya. Doa saya, semoga Tuhan selalu memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi mereka, melalu tangan anakmu ini. Amin.


(5)

vii

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai literatur bagi yang membutuhkan.

2. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Dosen dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Terimakasih ibu jasamu akan selalu ku kenang.

4. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan nasehat, bimbingan dan support dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini. Terima kasih ibu.


(6)

viii

6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi IK dan PR, khususnya Bapak Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si, Bapak Ari Prasetyo, S.sos.,M.Si, Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, Ibu Iin Rahmi S.sos.,M.Kom, Bapak Sangra Juliano,S.Ikom, dan Bapak Inggar Prayoga,S.Ikom, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

7. Ibu Astri Ikawati, A.Md Kom, Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.Ikom, Selaku staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah membantu peneliti selama perkuliahan

8. Ibu Ratna Widiastuti, Selaku Sekertaris Dekan Fisip Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu semua keperluan peneliti sebelum dan sesudah peneliti melakukan penelitian.

9. “KBH” (Keluarga Barang Hakan) Taufik “Tumod”, Sendhy “Juhun”, A.Diana “Ramod”. Sebuah momen dan penghargaan tertinggi untuk bisa mengenal kalian. Terimakasih untuk kebersamaan kalian selama ini yang telah menemani hari-hari


(7)

ix

10.Rangers (Taufik “Hijau”, Tommy ”Grey”, Riefky ”Merah”, Agus ”Putih”, Inna “Pink”, Mute “Kuning”, Adien “Biru”), dan juga teman dekatku dari sejak SMA sampai sekarang Hesti “Kunti”. Terimakasih untuk kebersamaan kalian selama ini untuk segala tawa, canda, dan haru yang pernah kita lalui bersama.

11.Teman-teman IK 2, Friska, Kiqien, Helmy, Asha, Duane, Atiz, Renzy, Rahma, Iza , Ayu, Dedew, Dwi N, Dwi A, Dion, Alfian, Eko, Rio, Gilang, Imas, Amel, Diah, Verlian, Harlina, dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan kalian. We are always be a friends forever.

12.Teman-teman di kelas Humas 3 Fazly, Indra, Witono, Yudi, Deny, Janit, Fitri, Metha, Friska, Santi, Farly, Juni, Lia, Ochi, Tio, Fahrial, Destra, Terimakasih dukungan serta semangatnya.

13.Untuk Sarah, Yulia, Lucy, Eki, Ane, Martiana , Thira, Demas, kakak senior yang sudah menyumbangan informasi dan memberikan smangat bagi penelitian ini.

14.Untuk Teman-teman kostan Rizki, Agung, Jimmy, Dhenay, Ichsan, Natha, Amzah, Dani, Daus, Ikbal, Hari, Fikri, Terima kasih dukungan dan semangatnya.


(8)

x perjuangan kalian.

16.Para rekan-rekan di kelas IK Humas dan Jurnalistik semua angkatan terima kasih atas bantuan dan dorongan serta kebersamaannya dalam suka dan dukanya. Penghargaan terbesar bagi saya untuk bisa mengenal kalian.

17.Seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi yang sangat berguna bagi peneliti.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umum lainnya dan semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari allah SWT.Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

Bandung, Juli 2011


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Lingkungan sosial memegang peranan penting terhadap kepribadian seseorang . Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Keluarga sangat mempengaruhi kehidupan seseorang karena intensitas dan frekuensinya yang cenderung tetap dan rutin. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat.

Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika


(10)

hubungan menjadi lebih besar, sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat: individualistis, kompetitif, dan materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakikat kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni makanan.

Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat.

Salah satu akibat pergaulan bebas di era ini adalah terjadinya penyalahgunaan minuman keras. Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup besar dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke


(11)

tahun hal ini terbukti dari data kepolisan yang tercatat lebih dari 40 kematian akibat keracunan alkohol (intoxicaty), ini merupakan dampak langsung dari penyalahgunaan alkohol. Di Surabaya 9 orang tewas di tiga lokasi berbeda setelah mengkonsumsi miras, 11 orang meninggal di Indramayu Jawa Barat, 14 orang meninggal di Merauke karena mengkonsumsi minuman keras jenis sopi yang dicampur infus dan minyak babi, sementara belasan korban tewas akibat miras lainnya tersebar di beberapa daerah seperti Pasuruan Jawa Timur, Deli Serdang, dan Jaya Pura. Akibatnya minuman keras dirasakan dalam bentuk penyimpangan- penyimpangan perilaku sosial diantaranya: perkelahian, munculnya geng-geng motor, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme.

Menurut Jalaludin Rakhmat (2008:32), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia di antaranya: Faktor personal meliputi : faktor biologis, sosiopsikologis, sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan, kemauan. Faktor situasional meliputi: faktor ekologis, rancangan dan arsitektur, temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor social, lingkungan psikososial, stimuli yang mendorong dan mempengaruhi perilaku.

Fenomena penyalahgunaan alkohol/minuman keras merupakan masalah kesehatan yang cukup serius. Sering munculnya pemberitaan tentang tata niaga miras (minuman keras) setidaknya merupakan indikasi bahwa minuman beralkohol banyak dikonsumsi oleh masyarakat di negara dengan mayoritas penduduk muslim ini. Sudah sering terungkap bahwa miras hanya akan memberikan efek negatif (mabuk) bagi peminumnya bahkan pada


(12)

beberapa kasus justru berakibat pada kematian, tetapi setiap tahun jumlah pecandu miras justru semakin meningkat. Berikut adalah contoh kasus akibat dari penyalah gunaan minuman keras :

TEMPO Interaktif, Bandung - Wawan Setiawan, remaja berusia 18 tahun, tewas usai pesta minuman keras oplosan bersama empat kawan sebaya di rumahnya di Gang Karang Balita RT 02 RW 02 Kelurahan Pasir Impun Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung. Mereka menenggak empat botol kecil alkohol 70 persen untuk obat luka luar yang dioplos minuman ringan kemasan

sachet dan botol.”1

Minuman keras yang menghancurkan kendali diri merupakan penyebab utama munculnya kekacauan sosial. Seorang yang minum minuman keras bisa dengan mudah tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan buruk.

Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba-coba hal-hal yang baru. Apabila tidak adanya kontrol dari keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal ini, kebiasaan meminum minuman keras, banyak sekali kasus-kasus yang dialami seringkali membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

Jati diri sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut sumber lain, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu tak terpisahkan.

1

Tempointeraktif : http://202.158.52.210/hg/bandung/2010/09/17/brk,20100917-278716,id.html pada hari selasa tanggal 12/07/2011 pukul 6:56


(13)

Bahkan suatu kematian tidak akan menghilangkan jati diri pada suatu individu. Setiap individu memiliki pribadi jati diri yang selalu khas unik.2

Seorang yang sudah menjadi pecandu alkohol akan sulit sekali untuk melepaskan kebiasaan buruknya tersebut. Pengaruh alkohol mengakibatkan perilaku emosional, tak terkendali, dan agresif. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa banyak pelaku tindak kriminal selalu diawali dengan meminum minuman keras. Menurut data kepolisian tercatat 2.474 kasus akibat dari penyimpangan sosial dan salah satunya adalah dari pengaruh minuman keras . Tentu saja daftar ini dapat lebih panjang lagi jika mempertimbangkan daerah lainnya.3

Gambar 1.1

Orang yang sudah terpengaruh minum-minuman keras

Sumber : http://google.com pada Maret 2011

2

Liputan6 http://blog.liputan6.com/20080107/jati-diri Pada hari selasa Tanggal 15/03/2011 /pukul 06.08

3

Scrib http://www.scribd.com/dock/6241288//KRIMINALITAS-REMAJA Pada hari minggu Tanggal 10/04/2011 pukul 7:29


(14)

Setiap Individu pasti berupaya untuk mencari jati dirinya ke arah yang positif. Namun dengan adanya berbagai pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan jati diri. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan jati diri terbentuk menjadi jati diri yang negatif.

“Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuansi modernisasi dan industrialisasi telah mempengaruhi kehidupan manusia. Sabagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam masyarakat moderen dan industri yang bercorak sekuler, terdapat ketidak pastian fundamental dibidang nilai, moral dan etika kehidupan oleh karena itu maka satu-satunya kepastian dewasa ini dan terlebih lagi untuk masa datang adalah kehidupan individu. Tetapi persoalan-perseolan tersebut dengan ketidak pastian, tidak semua orang mampu untuk menyesuaikan diri (adaptasi) yang pada giliranya remaja akan merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain dan salah satunya adalah penyalahgunaan minuman keras” (Djajoesman,1999: 45).

Minuman keras adalah cairan jernih, tidak berwarna, berasa pahit, dan bersifat memabukkan. Setiap minuman keras mengandung alkohol. Minuman keras digolongkan berdasarkan kandungan alkoholnya4. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.5

Menurut Kamus umum bahasa indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (1985:32) ”Alkohol adalah zat cair yang memabukan (sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya”.

4

Theresia Ongkojoyo http://zat AdiktifdanPsikotropika.blogspot.com Pada hari senin Tanggal 14/03/2011 pukul 6:48

5


(15)

Minuman keras (Kamus Bahasa Indonesia, 1988:585) edisi revisi menyebutkan bahwa: “Memasukan air (atau benda cair) kedalam mulut dan meneguknya minuman tersebut minuman yang memabukan seperti bir, anggur, arak, tuak”.

Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO (Gangguan Mental Organik) itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.

Mereka yang terkena GMO (Gangguan Mental Organik) biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.

“Goulb dan Kolb (1964) menyatakan bahwa perilaku merupakan padanan dari kata behaviour pada Bahasa Inggris. Pengertian perilaku yang sangat umum menunjukkan tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam hubungan dengan lingkungan atau situasi komunikasi yang ada. Rogers dan Shoemaker (1986) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan nyata yang dapat dilihat atau diamati. Perilaku tesebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai ada penentuan sikap untuk


(16)

bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera.6

Definisi perilaku menurut Jalaludin Rakhmat (2001:35)

“Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku itu terjadi karena adanya penyebab tingkah laku (stimulus), motivasi tingkah laku, dan tujuan tingkah laku. Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual, yang berkatian dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.”

Perilaku merupakan salah satu kajian dramaturgis dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori Interaksionisme Simbolik. Dramaturgi diartikan sebagai suatu model untuk mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu menetapkan arti kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada demi memelihara keutuhan diri.7

Istilah dramaturgi dipopulerkan oleh Erving Goffman, salah seorang sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959, Goffman memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat penampilan teateris. Yakni

6

Widya iswara http://widyaiswara.com/index.php?option=com_content&view=article&id=20:support-and-documentation&catid=25:the-project, pada hari minggu tanggal 03/04/2011 pukul 10:27

7

http://en.wikipedia.org/wiki/Dramaturgical_perspective Pada hari Minggu Tanggal 20/03/2011 Pukul 7:15


(17)

memusatkan perhatian atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung. Ada aktor dan penonton. Tugas aktor hanya mempersiapkan dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran yang ia mainkan, sedangkan bagaimana makna itu tercipta, masyarakatlah (penonton) yang memberi interpretasi. Individu tidak lagi bebas dalam menentukan makna tetapi konteks yang lebih luas menentukan makna (dalam hal ini adalah penonton dari sang aktor). Karyanya melukiskan bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol.

Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan penafsiran “konsep -diri”, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang).

Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai pemain drama dalam proses pelaksanaannya di pengruhi oleh keinginan yang terpendam . lebih lanjut dapat dilihat seperti contoh berikut:

a. Front Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan social, maka disebut sebagai bagian panggung depan.

b. Back Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian panggung belakang


(18)

Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti mahluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam, berprilaku baik. Namun ketika berada dilingkungan pribadi peminum minuman keras, dia adalah orang dan tidak pernah mengindahkan aturan atau norma agama dan masyarakat, ia menjadi seorang yang bergaul dengan orang-orang yang menyimpang dari normal sosial.

Awal mula ketertarikan peneliti mengkajia dramaturgi perilaku pengguna minuman keras berawal dari semakin banyaknya orang-orang yang menyalahgunakan minuman keras dan menyimpang dari lingkungan sosialnya serta melakukan sebuah proses kehidupan dramaturgi untuk berkamuflase dari dua sisi kehidupan yang berbeda, maka dari itu penulis tertarik untuk lebih meneliti, dan mengkajinya. Pembahasan perilaku akibat dari minuman keras inilah yang akan di teliti melaui pendekatan dramaturgi.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Perilaku Pengguna Minuman Keras Dalam Proses Kehidupannya?”


(19)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana panggung depan pengguna minuman keras?

2. Bagaimana panggung belakang pengguna minuman keras?

3. Bagaimana perilaku pengguna minuman keras dalam proses kehidupannya?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenenai perilaku pengguna minuman keras di dilihat dari kehidupan panggung depan dan panggung belakang seorang pengguna minuman keras di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui panggung depan pengguna minuman keras.


(20)

3. Untuk mengetahui perilaku pengguna minuman keras dalam proses kehidupannya.

1.4Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi secara umum dan perilaku pengguna minuman keras di Kota Bandung. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi .

1.4.2Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks psikologi komunikasi.


(21)

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas

Untuk pihak universitas khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang perilaku non verbal pengguna minuman keras yang memberikan dampak buruk secara lingkungan dan psikis.

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai kehidupan dramaturgi pengguna minuman keras dan untuk bisa mendeksripsikan dampak-dampak yang muncul dalam perilaku kecanduan minuman keras Sehingga dampak dampak tersebut mampu dijadikan pelajaran dan mampu menjadi pemahaman dan pengetahuan masyarakat khususnya remaja dan masyarakat umum lainya.

1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan yang


(22)

disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

Penelitian ini didasari pula pada kerangka pemikiran secara teoritis maupun praktis. Adapun paradigma dan teori yang memberi arahan untuk dapat menjelaskan perilaku pengguna minuman keras sebagai berikut : Perilaku, interaksionisme simbolik, dan dramaaturgi.

dengan fokus penelitian adalah Perilaku dan kehidupan panggung depan dan panggung belakang pengguna minuman keras.

1.5.1.1 Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa:

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003)8

Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

8

Info Skripsi : http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html pada hari minggu tanggal 03/04/2011 pukul 15:26


(23)

persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari 1.5.1.2 Interaksi Simbolik

Menurut Littlejohn, interaksi simbolik mengandung inti dasar premis tentang komunikasi dan masyarakat (core of common premises about communicationand society) (Littlejoh, 1996: 159) perspektif interaksi simbolik memandang bahwa individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya di tentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah, maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang di anggap sebagai variabel penting dalam menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur ini sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berfikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama

(Mulyana, 2001: 62)

Perspektif interaksionisme simbolik memulainya dengan konsep diri(self), diri dalam hubungannya dengan orang lain dan diri sendiri dan orang lain itu dalam konteks


(24)

yang lebih luas. Dalam konteks sosial inilah nantinya akan dapat dipahami beragam macam anggapan dari masyarakat.

1.5.1.3 Dramaturgi

Dramaturgi adalah teori seni teater yang dicetuskan oleh Arestoteles dalam karya agungnya Poetics (350 SM) yang di dalamnya terdapat kisah paling tragis Oedipus Rex dan menjadi acuan bagi dunia teater, drama, dan perfilman sampai saat ini.

Kemudian dikembangkan oleh Erving Goffman (1922-1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, melalui pendekatan sosiologis. Dia menyempurnakannya lebih praktis dalam bentuk interaksi simbolik tentang kehidupan sosial sehari-hari yang kemudian termanifestasi dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life dan menjadi terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosialPada perkembangannya dramaturgi begitu banyak dikenal dan dijadikan sebagai bentuk komunikasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri.9

Identitas manusia bisa berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi social dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya

9

Meili ema http://meiliemma.wordpress.com/2008/01/27/dramaturgi/ Pada hari minggu tanggal 20/03/2011 pukul 14:50


(25)

tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunujukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, costum, penggunaan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan.

Goffman mengistilahkan tindakan di atas dalam istilah “Impression

Management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton yang melihat kita dan kita sedang berada dalam kegiatan pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep konsep drama bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berprilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.

Dramaturgi juga diibaratkan sebagai permainan peran oleh manusia. Tentu permainan peran yang dimainkan oleh manusia tersebut disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Entah itu hanya sekedar untuk menciptakan kesan


(26)

tertentu tentang diri kita dihadapan penonton ataupun suatu bentuk penghargaan lainnya yang kita peroleh dari permainan peran tersebut.

Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons) terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah laku (pecandu alkohol). Sedangkan pecandu minuman keras/alkohol Menurut National Institute on Penyalahgunaan Alkohol dan Alkoholisme (NIAAA), alkoholisme dapat dibagi ke dalam dua kategori. Ketergantungan alkohol ditandai dengan "kontrol gangguan minum, minum kompulsif, keasyikan dengan minum, toleransi terhadap alkohol, dan / atau gejala penarikan. Penyalahgunaan alkohol ditandai dengan pesta minum, minum ke titik ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi sosial, atau minum dalam situasi berbahaya.10

1.5.2 Kerangka Praktis

Bertolak pada pemikiran kerangka teorits maka penelitia mengaplikasikan definisi yang diangkat pada kerangka praktis. Pada kerangka Praktis ini pengumpulan data dengan pencarian informasi mengenai bagaimana perilaku pengguna minuman keras, dan hal-hal apa saja yang dapat mempengruhi perilaku seorang pengguna minuman keras sehingga mereka harus berdramaturgi dalam peruses kehidupannya.

10

Ehow : http://www.ehow.com/about_5127836_alcohol-addiction-definition.html pada hari minggu tanggal 20/03/2011 pukul 17:15


(27)

Perilaku, dalam hal ini peneliti akan meneliti informan dari segala bentuk perilaku yang dapat diamati pada pengguna minuman keras berupa bentuk tindakan nyata atau terbuka sehingga dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Interaksi simbolik pengguna minuman keras di kota Bandung memandang bahwa mereka bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan melalui seperti berpenampilan rapi, bersikap baik dan santun dan dandanan seperti mahluk sosial biasanya.

Frontstage (panggung depan) disini peneliti akan mencari beberapa informan yang akan menjadi objek peneltian yang tentunya memakai minuman keras dalam kehidupan sehari harinya, namun dalam hal ini informan yang diteliti dilihat dari segi panggung depannya saja mulai dari bagaimana dia bersosialisasi dengan orang lain, bagaimana dia memainkan perannya dalam dunia kerja ataupun aktifitas sehari harinya.

Backstage (panggung belakang), peneliti akan mengkaji mengenai perilaku kehidupan informan dilihat dari panggung belakangnya, dan disini sisi kehidupan informan akan terlihat berbeda pada saat dia memainkan peran di panggung depan. Bila di gambarkan dalam bagan maka akan seperti ini:


(28)

Gambar 1.2 Alur kerangka praktis

Sumber : Data Peneliti Maret – April 2011

1.6 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana panggung depan pengguna minuman keras?

a) Bagaimana sikap anda ketika bersosialisasi dengan teman/ rekan kerja, sekolah, ataupun teman kampus?

b) Apakah anda membatasi sikap/perilaku anda ketika berada di panggung depan (lingkungan kerja, sekolah, dan kampus) ?

c) Adakah dari diri anda yang anda sembunyikan dari orang lain ketika anda berada di panggung depan (lingkungan kerja, sekolah, dan kampus) ?

Perilaku

Interaksi simbolik

Dramaturgi

Panggung belakang Panggung depan


(29)

d) Apakah anda menggunakan gaya bicara dan tutur kata yang berbeda ketika anda berada panggun depan (lingkunan kerja, sekolah, dan kampus)?

2. Bagaimana panggun belakang pengguna minuman keras?

a) Ketika berada dilingkungan luar (selain lingkungan kerja, sekolah, kampus) apakah anda menunjukan karakter diri yang sesungguhnya?

b) Dengan siapa anda bergaul di lingkungan selain kantor, sekolah, dan kampus?

c) Faktor apa saja yang membuat anda meminum - minuman keras? d) Jenis atau minuman apa yang sering anda minum ?

e) Apakah minuman keras mempengaruhi kehidupan bersosialisasi anda?

f) Sudah berapa lama anda meminum minuman keras?

g) Apakah minuman keras mempengaruhi perilaku anda ?

h) Bagaimana sikap pengguna minuman keras ketika sedang terpengaruh minuman keras?

i) Seberapa besar pengaruh minuman keras bagi kehidupan anda ? j) Apa dampak positif dan negative minuman keras bagi anda?


(30)

3. Bagaimana perilaku pengguna minuman keras dalam Proses kehidupannya?

a) Apakah anda memiliki penampilan khusus atau penampilan yang wajib dipenuhi sebagai pengguna minuman keras pada saat anda di lingkungan kerja, sekolah, atau kampus dan ketika anda berada di lingkungan luar (lingkungan keluarga, organisasi, pengguna minuman keras) ?

b) Bagaimana gaya bicara anda ketika berinteraksi pada saat berada di tempat kerja, sekolah, kampus dan lingkungan luar (lingkungan keluarga, organisasi, pengguna minuman keras)?

c) Bagaimana cara anda berinteraksi dengan orang lain agar di terima di lingkungan yang berbeda?

d) Apakah anda selalu bertanya mengenai diri anda kepada orang lain? e) Tujuan apa yang anda ingin capai dengan mencari informasi tentang

diri anda dari orang lain?

f) Apakah anda selalu terbuka kepada orang-orang terdekat anda? g) Apakah anda aktif dalam suatu organisasi atau perkumpulan tertentu? h) Apa aktivitas anda selain bekerja, kuliah, or menjadi seorang pelajar? i) Apa yang anda lakukan ketika mengalami kebosanan dengan aktivitas


(31)

1.7Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. 11

Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Wawancara akan dilakukan berdasarkan kriteria tertentu kepada subjek penelitian yaitu orang- orang yang menggunakan minuman keras dalam kehidupannya.

“Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi”. (Spradley, 2006:39)

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal

11

Tatang Manguny http://tatangmanguny.wordpress.com pada hari selasa tanggal 03/05/2011 pukul 07”05


(32)

dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Adapun definisi narasumber menurut Bagong Suyatna adalah:

“Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang -orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup” (Suyatna, 2005 :72)

Informan dipilih secara purposive (purposive sampling) berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar dan tidak sadar. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan yang mengajukan secara sukarela.

Pada penelitian ini menarik orang-orang yang dijadikan informan yaitu berjumlah 8 orang. Jumlah infroman berdasarkan pra riset sebelumnya yang berbentuk wawancara kecil dan observasi dimana informan yang akan diwawancara adalah benar benar pengguna alkohol biasanya penggunaannya relative panjang dan terus menerus yang terdiri dari beberapa orang yang berbeda profesi dan dari delapan informan tersebut diambil 4 orang sebagai informan Utama dan 4 orang informan pendukung yakni orang-orang terdekat para pengguna minuman keras untuk memperoleh data yang lebih baik serta perbandingan dalam informasi yang diperoleh .


(33)

Pengambilan informan secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kriteria tertentu yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan informan yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

Informan diambil berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan informan. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, sebagai penulis, penulis memahami ciri dan karakteristik objek atau informan yang sesuai dengan persyaratan dan tujuan penelitian sehingga memperoleh data yang akurat. Data informan tersebut ditampilkan sebagai berikut:

Table 1.1 Informan Penelitian

No Nama Keterangan

1 Fabian Mahasiswa

2 Chandra Pelajar SMA

3 Erica Sales Promotion Girl

4 Nathan Karyawan


(34)

Untuk memperoleh data yang lebih baik serta perbandingan dalam informasi yang diperoleh. Terdapatnya informan kunci yang dijadikan sebagai perbandingan, adapun informan kunci sebagai berikut :

Tabel 1.2 Informan Pendukung

No Nama Keterangan

1 Zlye Mahasiswa

2 Dhinar Pelajar SMA

3 Leonal Karyawan

4 Nura Kerabat Informan

Sumber: Data Peneliti, Maret – April 2011 1.8Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi dramaturgi, sebagaimana diungkapkan oleh Goffman yang dikutif dalam buku Metode Penelitian untuk Public Relations: dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan manusia. Gofftman menyebut ada dua peran dalam teori ini, yaitu bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Front mencakup , setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (perlatan untuk mengekpresikan diri).. Sedangkan bagian belakang adalah self, yaitu


(35)

semua bagian yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting atau penampilan diri yang ada pada front.12

Menurut Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”.

Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif. (Mulyana, 2003:150)

Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.13

Maka penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.

Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan

12

Ardianto Ervinaro.2010.Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan kualitatif. Bandung.Simbiosa Rekatama Media. Pada hari jumata tanggal 13 Mei 2011 pukul 18:32

13

Dalam Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya. Insan Cendikia. Pada hari jumat 29/04/2011 pukul 07:02


(36)

realita di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan.

Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli (Bogdan dan Taylor, 1975:5; Bogdan dan Biglen, 1990:2; Miles dan Huberman, 1993:15; Brannen, 1997:1) bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan mendalam terhadap perilaku manusia dan lingkungannya. Orientasi kualitatif penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan realitas perilaki pengguna minuman keras dan apa yang terjadi serta melatar belakangi pengguna minuman keras berdramaturgi dalam proses kehidupannya.

1.9Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa: 1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai


(37)

orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaraningrat, 1986:136).

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

2. Observasi

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya dalam kasus pengguna minuman keras di wilayah Bandung. Dalam penelitian ini, Untuk mengukur perilaku teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik panduan observasi partisipan.

Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari. Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan


(38)

panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.

3. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

5. Penelusuran Data Online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).


(39)

Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.

1.10 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari ”khusus ke umum”; bukan dari ”umum ke


(40)

khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier.

Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.3

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

DATA COLLECTION

CONCLUTION DRAWING, &

VERIFYING DATA

REDUCTION

DATA DISPLAY


(41)

1. Reduksi Data (Data reduction) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah. 2. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan selanjutnya

disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara kontinu dari


(42)

pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui kajian dramaturgi pengguna minuman keras di wilayah Bandung Utara.

1.11 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (2005:270)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.


(43)

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274). Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan infroman pendukung untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)


(44)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276).

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.12.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bandung. Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan.

1.12.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 5 bulan, yaitu mulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Adapun wktu penelitian ditampilkan dalam tabel.


(45)

Tabel 1.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpul an Data

Wawancara


(46)

Sumber : Peneliti Maret, 2011

1.13 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan praktis), kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, subjek dan informan, teknik analisis data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian.

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab I-IV

10 Sidang kelulusan


(47)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji tinjauan komunikasi meliputi: Definisi komunikasi, unsur-unsur komunikasi, fungsi dan tujuan komunikasi, tinjauan tentang komunikasi antar pribadi, tinjauan tentang perilaku, tinjauan tentang dramaturgi.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran secara singkat tentang jumlah pengguna minuman keras/alkohol, tinjauan tentang minuman keras/alcohol, akibat dan fakor penyebab seseorang menggunakan minumakan keras dan juga sebagainya.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan wawancara data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif, identitas respon dan analisis deskriptif hasil penelitian dan rangkuman.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, Peneliti menguraikan mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan.


(48)

40 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar. Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak janung, keberadaannya, amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

Sejak lahir manusia, telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk ratilai membina, komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi yang dilakukannya. Dimana. komunikasi yang dilakukan tersebut dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris "Communication" yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin "Communis" yang dalam bahasa Indonesia berarti "sama" dan menurut Sir Gerald Barry yaitu "Communicare" yang berarti berercakap-cakap". Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna. (Effendy:2003).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir 90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.


(49)

selalu tetjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karma berkomunikasi merupakan suatu kebutuhart manusia yang amat mendasar. Oleh karna itu sebagai makhluk sosial manusia senang tiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. la ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tabu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi

Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol balk verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan selama keduannya memiliki manna yang sama terhadap pesan yang disampaikan Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana diharapkan oleh komunikator


(50)

Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut Hafied Cangara :

Gambar 2.1

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Sumber: Hafied Cangara. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi.

Keterangan: 1. Sumber (Source)

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,sender,decoder.

2. Pesan (Message)

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu pengetahuan,

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK


(51)

diterjemahkan dengan kata message, content, atau information 3. Media

Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas media massa dan media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang berfungsi sebagai alat yang dapat menyampaikan pesan secara massal.

4. Penerima (Receiver)

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

5. Pengaruh (Influence)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.(Cangara, 2004:21-25). 38 2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain


(52)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan

3. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna, untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha Baling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.(Wendy, 1997 : 36).

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para, pelaku komunikasi. Menurut Schramm dalam. Sendjaja (2004) menjelaskan, "Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua persfektif yaitu : kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”.Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan number atau komunikator antara lain:


(53)

Komunikasi merupakan proses 1 pesan yang didalamnya samt akan informasi. Melalui komunikasi, pecan tersebut disampaikan komunikator kepada komunikan.

b. Mendidik

Dari sekedar memberikan informas akhirnya banyak input yang disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas pengetahuannya.

c. Menghibur

Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur perasaan komunikan. Hal ini Sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan emosional.

d. Menganjurkan suatu tindakan

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi komunikan melalui komunikasi.

2.2 Komunikasi Verbal dan Nonverbal 2.2.1 Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan


(54)

dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

a. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).

b. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).

c. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).

d. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.


(55)

tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah

yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.


(56)

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya

baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi


(57)

secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama.

Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalua atai kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah


(58)

bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang kita temukan dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Makna konotatif adalah makna yang subyektif, mengandung penilaian tertentu atau emosional ( Onong Effendy, 1994, 12)

2.2.2 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.


(59)

2.2.2.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal.

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad.

Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan.


(60)

pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif.

b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah;

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif.

Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

a. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

b. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai


(1)

DAFTAR PUSTAKA BUKU SUMBER

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian Untuk Public Relatios Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Danim,Sudarwan 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu ilmu perilaku. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Djajoesman, Noegroho. 1999. Mari Bersatu Memberantas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta: Kepolisian Negara Republik Indonesia

Effendy, Onong 1994. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Fisher, B. Aubrey. 1986. Perpsectives on human communication. Bandung: CV. Remaja karya.

Hakim, M. Arief. 2009. Bahaya Narkoba dan Alkohol (Cara Islam Mencegah, Mengatasi, & Melawan). Ujung Berung-Bandung: Nuansa

Kuswarno, Engkus.2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman Dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta,W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Rasyid. H.L Raslim. 1991. Menanggulangi Ketagihan Obat dan Alkohol. Bandung: Institute Teknologi Bandung


(2)

Rismawaty. 2008. Kepribadian dan Etika Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sasangka, Hari, 2003, Narkotika dan psikotropika dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.

Simanjuntak, 1981, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung: Tarsito. Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Gratindo

Persada.

Tulus ‘u.u, 2004. Peran Disiplin Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Widjaja. 1985. Penyalahgunaan Narkotika. Bandung: CV. Armico

INTERNET

http://en.wikipedia.org/wiki/Dramaturgical_perspective Pada hari Minggu Tanggal 20/03/2011 Pukul 7:15

http://zat AdiktifdanPsikotropika.blogspot.com Pada hari senin Tanggal 14/03/2011 pukul 6:48

http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_beralkohol Pada hari kamis Tanggal 11/03/2011 pukul 7:01

http://www.google.co.id/images 11/03/2011 7:29

http://blog.liputan6.com/20080107/jati-diri Pada hari selasa Tanggal 15/03/2011 /pukul 06.08

http://meiliemma.wordpress.com/2008/01/27/dramaturgi/ Pada hari minggu tanggal 20/03/2011 pukul 14:50

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.ehow.co m/about_5127836_alcohol-addiction-definition.html pada hari minggu tanggal 20/03/2011 pukul 17:15

http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/32/subjek-responden-dan-informan-penelitian


(3)

KARYA ILMIAH

Febryn , Maria Imelda. 2009. Presentasi Diri Seorang Homoseksual : (Studi Kualitatif Dengan Pendekatan Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seorang Mahasiswa Yang Memiliki Orientasi Seksual Sebagai Homoseksual Di Kalangan Mahasiswa Bandung). Bandung: Universitas Komputer Indonesia Gumilang, Fany Ratna. 2010. FENOMENA BAHASA GAUL SEBAGAI BAHASA

KOMUNITAS PADA KALANGAN GAY DI KOTA BANDUNG. Bandung :Universita Komputer Indonesia.

Hudiyandi, Dicky. 2010. Interaksi simbolik pria metroseksual dikota Bandung (suatu Fenomenologi interaksi simbolik Pria Metroseksual Pada sosok Sales Promotion Boy di Kota Bandung). Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Hidayat, Eki Ahmad, 2010, Pola Perilaku Pecandu Internet di Kalangan Mahasiswa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Perilaku Pecandu Internet di Kalangan Mahasiswa Unikom). Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Ulfah, Desi Maria, 2005, FAKTOR-FAKTOR PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI DESA LOSARI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Bayu Sakti Nurdiansyah Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 01 Oktober 1987

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Hobi : Mendengarkan Musik, Jalan-jalan Alamat : Jl. Tubagus Ismail V No 77/157D

Alamat asal : Cikiara Rt 01/01 Ds Cintaasih Kec Gekbrong Kab. Cianjur

No. Telp : 085 659 509 659

Email/FS/FB : sack_you@yahoo.com


(5)

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Institusi Pendidikan Keterangan

1 2 3 4 2007-Sekarang 2004-2007 2001-2004 1995-2001

Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas, FISIP

Universitas Komputer Indonesia Bandung. SMAN 1 Warungkondang

SMPN 2 Warungkondang SDN Kancanamulya

-

Lulus/Berijazah Lulus/Berijazah Lulus/Berijazah

RIWAYAT PENDIDIKAN LAINNYA (SEMINAR, WORKSHOP,dll)

No. Tahun Nama Kegiatan Penyelenggara Keterangan 1. 2011 Seminar Online Media :

CITIZEN JORUNALISM & ENTERPRENEURSHIP

Detik.com Bersertifikat

2. 2011 Tren Cyberpreneurship Fakultas Teknik Unikom

Bersertifikat

No. Tahun Nama kegiatan Penyelenggara Keterangan 3. 2010 Pelatihan Public Speaking Prodi IK&PR

FISIP Unikom

Bersertifikat 4. 2010 Seminar Budaya Preneneurship Pusat Inkubator

Bisnis Mahasiswa

Bersertifikat No. Tahun Nama Kegiatan Penyelenggara Keterangan 5. 2009 Study Tour Mass Media Prodi IK & PR

FISIP Unikom

Bersertifikat 6. 2009 A Workshop On Modern

Strategic Public Relations

Prodi IK&PR FISIP Unikom


(6)

7. 2009 Seminar Jurnalistik Metro Tv dan ITB Bersertifikat 8. 2009 Guest Lecture “The Future of

United States of America –

Indonesia Relationship”

Fak. Hubungan Internasional Fisip UNIKOM

Bersertifikat

9. 2009 Kuliah Umum “Kebudayaan

Film dan Sensor Film” Prodi IK & PR Fisip Unikom

Bersertifikat

No Tahun Nama Kegiatan Penyelenggara Keterangan

10. 2008 Tabel Manner Prodi IK & PR Fisip Unikom

Bersertifikat 11. 2008 Pelatihan Personal Development

& Brain Management

Prodi IK & PR Fisip Unikom

Bersertifikat

12. 2008 Mentorring Agama Islam Prodi IK & PR Fisip Unikom dan

LDK Umi

UNIKOM

Bersertifikat

13 2008 Pelatihan Master of Ceremony Prodi IK & PR Fisip Unikom

Bersertifikat

No Tahun Nama Kegiatan Penyelenggara Keterangan

14 2007 Workshop Sutradara dan Membuat FIlm

Telkomsel Bersertifikat

Bandung, Juli 2011 Peneliti

Bayu Sakti Nurdiansyah NIM 41805075