berat molekul yang semakin berkurang. Dengan variasi waktu mastikasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 menit. Dengan semakin rendahnya berat molekul karet alam maka akan semakin
mudah rantai poliisoprena untuk berikatan dengan bahan kompon lain dalam membentuk komposit. Pengaruh waktu mastikasi terhadap viskositas dan berat molekul
karet alam ditunjukkan pada grafik 4.4. dibawah ini.
Gambar 4.4. Pengaruh waktu mastikasi terhadap viskositas dan berat molekul karet alam
4.4. Hasil Uji Tarik
Telah dilakukan uji tarik terhadap nanokomposit bentonitkaret dalam penelitian ini, dan diperoleh hasil rata-rata. Pengujian tarik dilakukan dengan alat Torsces Electronic
System Universal System Machine. Alat penguji ini terdiri dari bagian pencatat yang
dapat menunjukkan besarnya tegangan tarik yang telah dilakukan dan diteruskan dalam bentuk grafik. Alat tersebut dikondisikan dengan berat beban yang diberikan = 100 kgf
dan kecepatan 50 mmmenit. Adapun hasil uji tarik dan kemuluran dapat menentukan nilai modulus young ter-
optimal, dimana sampel yang memiliki nilai modulus young teroptimal akan dipilih
sebagai sampel yang akan dilakukan uji TGA. Berdasarkan hasil alat uji tarik tersebut diperoleh data lihat lampiran 4 dengan menentukan slope yang terbentuk dari grafik
berdasarkan data txt.
Tabel 4.3. Tabel hasil uji tarik
Nanobentonit gr
Konsentrasi SDS mol
Kemuluran Kekuatan Tarik
MPa Modulus
Elastisitas E Mpa
10 0,01
17,533 6,876
0,392 10
0,03 17,814
7,482 0,42
10 0,05
19,411 11.399
0,587 10
0,07 18,781
8,446 0,449
Dari tabel 4.2. diatas, terlihat bahwa kemuluran paling tinggi berada pada nanokomposit karet alamorganobentonit dengan pemodifikasi SDS berkonsentrasi 0,05 mol dengan
nilai 19,411 dan nilai kekuatan tariknya juga tertinggi, yaitu 11,399 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji tarik, nanokomposit karet alam dengan
pemodifikasi SDS berkonsentrasi 0,05 mol merupakan nanokomposit optimum.
Gambar 4.5. Kurva Regangan Tegangan Nanokomposit Karet Organobentonit
4.5. Analisa Uji Kestabilan Thermal Thermogravimetric AnalysisTGA
TGA merupakan suatu teknik untuk mengukur perubahan jumlah dan laju dalam berat dari material sebagai fungsi dari suhu atau waktu dalam atmosfer yang terkontrol.
Pengukuran digunakan untuk menentukan komposisi material dan memprediksi stabilitas thermal pada suhu mencapai 1000
C. Teknik ini dapat mengkarakterisasi material yang menunjukkan kehilangan atau pertambahan berat akibat dekomposisi,
oksidasi atau dehidrasi.
Gambar 4.6. Kurva analisis TGA nanokomposit karet alamorganobentonit
Tabel 4.4. Hasil Uji TGA Bahan
Berat Molekul akhir
Suhu Degradasi
o
C Berat Molekul
Degradasi
Karet + Non-organobentonit 5,8
296 - 448 90,2
Karet + Organobentonit 0,6
312 – 469 87,44
Hasil pengujian pada sampel nanokomposit karet alambentonit menunjukkan kestabilan panas sampel pada temperatur 49,48
C hingga 66,77 C. Pada range temperature ini
tidak tampak perubahan berat secara signifikan. Pada pemanasan berikutnya sampel mengalami penurunan berat hingga 10 pada temperatur 274
C hingga 312,59 C.
Setelah pemanasan pada temperatur 312,59 C pengurangan berat turun tajam hingga
tersisa 40,8 dari berat sampel pada temperatur 400 C. Setelah pemanasan diatas 400
C penurunan berat berlanjut hingga tersisa 0,06 berat pada temperatur akhir pemanasan
469 C.
Pada sampel nanokomposit karet alam organobentonit mennunjukkan sampel tersebut stabil pada temperatur 47,16
C hingga 345,7 C. Perubahan baru terjadi setelah
pemansan diatas temperatur 345,7 C. Berat akhir dari pemanasan temperature 496,28
C adalah sebesar 0,02 dari total berat.
4.6. Hasil Analisis Mikroskop Pemindai Elktron Scanning Electron Miscroscopy SEM