Perancangan Buku Motif Anyaman Rajapolah Sebagai Media Pengenalan Budaya Lokal
BAB II
ANYAMAN TRADISIONAL RAJAPOLAH
2.1
Sejarah Anyaman
Berbicara mengenai sejarah anyaman di Indonesia, merupakan
masalah yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori
mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di Nusantara. Teori
pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang melayu
termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat
tinggal dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di
daerah lainnya, ada beberapa fakta mengenai.
1. Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan
bukan sebagai mata pencaharian, namun sebagai pengisi waktu
senggang.
2. Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang
lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman
3. Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai
hadiah, dan sebagai kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada
sahabat atau keluarga.
4. Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang
digunakan sebagai alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian
barang dagangan, serta pada jaman penjajahan digunakan untuk
menyimpan senjata yang akan diselundupkan.
Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan
berbagai kerajinan tangan untuk menarik minat masyarakat untuk
memeluk Islam, ternyata dengan cara ini perkembangan Islam sangat
pesat hingga tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Ki
Tegalmantra
(murid
Sunan
Gunung
Jati)
yang
telah
mengajarkan teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon.
5
Bahkan
Desa
Tegalmantra
dan
Tegalwangi
tempat
dimana
Ki
Tegalmantra menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri
kerajinan anyaman terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah
Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan penghasil dari kerajinan
anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan internasional.
2.2
Anyaman Tradisional dan Konsep Berpikir Suku Sunda Rajapolah.
Menurut J.J. Hoenigman (Wikipedia, 2008) Anyaman Merupakan
wujud kebudayaan, yang termasuk dalam artefak. Artefak adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Anyaman pertama kali digunakan manusia, yaitu untuk membantu
dalam kehidupannya sehari-hari. Anyaman merupakan salah satu bentuk
lain dari gerabah yang terbuat dari pengaturan bilah-bilah selain dari
gerabah yang terbuat dari tanah liat. Banyak sekali jenis anyaman
tradisional yang terdapat di suku Sunda. Dimana beda material beda juga
nama dan teknik menganyam. Di Rajapolah sendiri setidaknya ada 3
jenis material yang digunakan yaitu adalah bambu, pandan, dan
mendong. Tiap bahan memiliki karakteristik dan beberapa diantaranya
memiliki filosofi yang sangat kuat.
Motif anyaman tradisional sangat beragam hal ini dikarenakan
bahan yang digunakan dalam pembuatan anyaman berbeda-beda,
namun beberapa motif anyaman meskipun bahan berbeda ada yang
diberi nama sama, hal ini melihat dari kesamaan bentuk motifnya.
Dilihat dari keadaan diatas, masyarakat Sunda Rajapolah telah
memiliki sebuah pemikiran yang sangat logis dan jauh dari sifat mistis
dalam pembuatan motif anyaman, sehingga nama yang diberikan
merupakan nama anyaman yang diambil dari alam dan kehidupan yang
mereka jalani.
Beberapa bahan anyaman memiliki filosofi yang kuat. Bambu
adalah salah satu bahan anyaman yang sangat kental dengan makna,
6
apalagi jika kita menghubungkan dengan suku Sunda. Masyarakat Sunda
sudah sedemikian lama berhubungan akrab dengan bambu, banyak
pengalaman leluhur yang bisa dipetik, sejak lahir hingga mati, orang
Sunda selalu dipertemukan dengan bambu.
Menurut Pengurus Harian Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika
(Kompas, 2007), menuturkan "Di masa lalu, seluruh rangkaian hidup
orang Sunda penuh dengan bambu," katanya. pada saat dilahirkan, bayibayi Sunda dahulu dilepaskan dari ari-arinya menggunakan sembilu dari
bambu. Lalu bayi tersebut disimpan dalam ayakan atau saringan besar
terbuat dari bambu. Ketika bayi lelaki disunat, pisau penyunatnya terbuat
dari bambu. Saat belajar berjalan, orangtuanya membuat tonggaktonggak dari bambu di halaman yang bisa dikitari oleh anak tersebut.
Saat makin besar, ia dibuatkan Jajangkungan (mainan dari bambu) untuk
berlatih keseimbangan, kakinya akan naik ke bambu yang tinggi dan ia
berjalan di atasnya sehingga bisa melihat desa dari atas. Makin besar,
mereka mengasah keterampilan tangan dan kekompakan dengan teman
melalui berbagai permainan, seperti bebedilan atau pistol mainan,
mereka juga membuat alat musik untuk hiburan, seperti angklung,
calung, dan suling.
Di kalangan keluarga, mereka menggunakan daun bambu untuk
membungkus makanan seperti bacang dan wajit. Mereka juga memakan
rebung atau anak bambu untuk sayur. Sehari-hari mereka tinggal di
rumah bambu dan membuat mebel dari bambu. Perkakas rumah tangga
seperti pengki (tempat sampah) hingga aseupan (pengukus) terbuat dari
anyaman bambu. Ketika sudah tua, orang Sunda membuat tongkat dari
bambu. Saat meninggal, ia ditandu dengan keranda bambu dengan
penutup jenazah dari anyaman bambu.
Bambu juga merupakan bahan bangunan yang hingga kini
digunakan oleh masyarakat Sunda yaitu digunakan dalam pembuatan
sekat atau dinding rumah yang tidak lain sering disebut bilik, tentu saja
digunakan di rumah-rumah yang terdapat di Perkampungan dengan
menggunakan 4 hingga 6 buah penyangga dari batu, dan menurut
7
penelitian rumah jenis ini dapat meminimalisir guncangan gempa. Selain
itu pula bambu digunakan sebagai alat musik, angklung dan suling sudah
digunakan orang Sunda sejak abad ke-7.
Selain bambu bahan dasar lain seperti pandan memiliki nilai
filosofi
dalam
kehidupan
masyarakat
Sunda.
Pandan
memiliki
karakteristik yang mudah dibentuk, halus, dan lentur. Pandan mempunyai
nilai filosofi yang cukup tinggi, menurut Ali Sastramidjaja (2007) nilai
filosofi yang terkandung dari pandan dapat kita lihat pada produk
anyaman, yaitu adalah tikar pandan atau samak. Pada jaman dahulu
masyarakat Sunda mempunyai kebiasaan bahwa samak merupakan
keluarga. hal ini dapat dilihat dari keseharian masyarakat Sunda dahulu,
mereka lahir diatas tikar, saat ada waktu berkumpul mereka ada diatas
tikar dan ketika meninggal ditutup oleh tikar pula. Selain itu pandan juga
memiliki keunggulan yang mungkin tidak semua suku atau bangsa tahu,
yaitu saat bayi suku Sunda lahir, darah yang tercecer pada tikar pandan,
dapat dibersihkan dengan mudah dan bau dari darah dapat hilang
dengan cepat, selain digunakan dalam proses kelahiran, samak
digunakan pada saat seseorang meninggal, dimana jasadnya akan
ditutup oleh kain kafan dan ditutup oleh tikar pandan, menurut warga
sekitar dengan tikar itu sendiri maka bau mayat tidak akan tercium,
sehingga tidak akan menimbulkan fitnah atau kejadian yang tidak
diinginkan.
Selain
dari
bahan
pembuat
anyaman,
filosofi
kehidupan
masyarakat Sunda dapat dikaji dari segi bentuk benda anyaman yang
mewakili filosofi hidup suku Sunda. Menurut Mamat Sasmita (Pendiri
Rumah Baca Buku Sunda) pada boboko (tempat nasi) bentuknya yang
unik, bentuk atasnya yang membulat dan bawahnya yang menggunakan
alas berbentuk persegi merupakan filosofi hidup masyarakat Sunda yaitu
“tekad kudu buleud, hidup kudu masagi” yang artinya menurut bahasa
tekad harus bulat, dan hidup harus persegi, yang secara garis besar bisa
diartikan kita harus mempunyai tekad yang teguh dan tidak goyah dan
hidup kita harus teratur.
8
2.3
Penerapan dan fungsi Anyaman
Motif anyaman pada umumnya digunakan dalam barang seharihari, seperti aseupan (pengukus nasi), boboko (tempat nasi), besek
(kemasan hantaran), hihid (kipas), samak (tikar), keranjang, anyaman
jenis ini merupakan anyaman halus dan motifnya lebih terlihat, selain itu
ada pula anyaman yang dijadikan sebagai bahan arsitektur pembuatan
rumah, kandang, keramba, bubu (perangkap ikan), dan anyaman jenis ini
disebut anyaman kasar.
Meskipun sulit untuk ditelaah motif anyaman mungkin memiliki
fungsi yang sangat menarik untuk dikaji, seperti dalam bilik (dinding
rumah), menggunakan anyaman yang tidak sembarang, biasanya untuk
dinding rumah menggunakan anyaman dasar sasag hal ini selain
karakteristiknya mudah dibuat, kuat, lubang antara bilah bambu dapat
diatur dengan mudah sehingga ventilasi dapat diatur dan udara dapat
masuk dengan baik selain itu juga ada yang menggunakan motif mata itik
untuk menambah kesan artistik bilik rumah.
Anyaman untuk kebutuhan sehari-hari seperti boboko (tempat
nasi) menggunakan anyaman sasag ganda atau yang lebih dikenal
dengan nama motif kepang, hal ini dikarenakan motif ini lebih rapat dan
dan dapat membuat nasi dalam keadaan panas lebih lama.
9
2.4
Jenis-jenis Motif Anyaman
Menurut Oho Suganda (1995) Pada hakikatnya jenis motif
anyaman pada suku Sunda hanya ada 3 yaitu :
1.
Anyaman tunggal
2.
Anyaman ganda
3.
Anyaman kombinasi (anyaman istimewa)
Anyaman yang terdapat di Rajapolah sangat beragam, mulai dari
bentuk, bahan, dan nama. Beberapa motif anyaman Rajapolah:
Gambar
Nama motif dan penempatan
Motif seseg/sasag
Motif sasag ganda
Motif mata walik
10
Motif kepang
Motif tangkup
Motif mata itik
Motif bilik
Motif lancar lurik
Motif lancar serang
11
Motif biji padi
Anyaman tambang/rara
Tabel 2.1 Motif Anyaman Rajapolah
2.5
Hilangnya Motif Anyaman Tradisional Lama
Dengan banyaknya permintaan luar dan perkembangan yang
semakin maju, maka pengrajin dituntut untuk membuat inovasi dalam
segi bentuk dan fungsi serta motif anyaman, sehingga dalam kurun waktu
yang berangsur-angsur anyaman tradisional klasik mulai dilupakan oleh
pengrajin generasi penerus, selain itu penetrasi budaya luar mengenai
alat-alat modern yang lebih relevan digunakan pada zaman sekarang ini
membuat
benda
produksi
anyaman
mulai
berkurang
sehingga
mempunyai dampak hilangnya motif anyaman secara langsung.
Benda-benda produk dari anyaman mulai dilupakan dan telah
tergantikan dengan material lain yang lebih baik dan tahan lama,
contohnya bilik bambu diganti dengan tembok yang lebih kuat dan kokoh,
sehingga banyak masyarakat Rajapolah berpaling pada bahan ini
dikarenakan mereka lebih merasa aman. Beberapa kemasan seperti
besek, pipiti, dingkul, tolombong, telah diganti oleh kemasan lebih praktis
dalam pembuatannya, besek diganti dengan kardus makanan atau
plastik Styrofoam, sedangkan dingkul yang digunakan untuk membawa
pakaian pada jaman dahulu yang diletakan diatas kepala, kini digantikan
oleh tas koper.
12
Gaya hidup dan sifat konsumen masyarakat Indonesia hanya
sebagai pengguna, yang memilih yang sudah tersedia dan sangat bebas
dalam menentukan pilihan, tidak terkait dengan musim dan tempat.
Selain itu praktek budaya yang dianut oleh masyarakat Indonesia
berbeda dengan masyarakat di negara lain, menurut Jean Francois
Lyotard (1990) “Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah.
Nilai yang berlaku di suatu negara belum tentu berlaku atau bahkan bisa
bertolak belakang dari nilai yang berlaku di negara lain tersebut”. Budaya
mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya dan
orang lain serta mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya,
budaya sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau
berperilaku terhadap produk atau inovasi tertentu.
Pada budaya lain mengenal adanya fashion sesuai musim dalam
menggunakan suatu bentuk penampilan diri dan ragam seni rupa,
misalnya pada negara lain penggunaan tas anyaman, sandal anyaman,
dan topi anyaman memiliki musim fashion tertentu, tempat tertentu dan
digunakan pada event tertentu contohnya saat berlibur dipantai, saat
musim panas, jika sudah terlepas dari musim dan event tersebut maka
tidak akan menggunakan barang-barang anyaman tersebut.
Selain itu di negara lain memiliki sebuah bentuk kehidupan yang
tidak disadari telah melekat pada setiap individu dalam hal penggunaan
benda-benda, yaitu adanya kelompok referensi atau acuan, menurut
Sigmund Freud (1990) kelompok referensi atau acuan adalah individu
atau kelompok, yang nyata atau khayalan yang memiliki pengaruh
evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok acuan
(yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain
melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif
konsumen. Kelompok ini merupakan kelompok yang biasa menjadi
trendsetter di masyarakat, kelompok acuan dapat berbentuk organisasi
formal yang besar, terstruktur dengan baik, memiliki jadwal pertemuan
rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain pihak, kelompok acuan
juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal. Kelompok acuan
13
terdiri dari orang-orang yang dikenal secara mendalam (seperti keluarga
atau sahabat) atau orang-orang yang dikenal tanpa ada hubungan yang
mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau artis).
Karena orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang
memiliki kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui
bagaimana orang lain menginginkan mereka menjalani hidup.
Dari kondisi yang telah dikemukakan diatas, memberikan
gambaran kenapa anyaman memiliki konsumen mancanegara lebih
banyak dibandingkan konsumen domestik, karena pada gaya hidup
konsumen luar negeri, anyaman dan benda pakai lainnya memiliki
musim, tempat dan waktu penggunaan. Adanya kelompok referensi yang
memiliki pengaruh yang cukup kuat, sehingga meskipun anyaman
merupakan barang buatan tangan dan terlihat tradisional tidak terjadi
adanya transformasi budaya, karena ada kondisi bahwa anyaman
merupakan suatu trend mode di satu waktu dan jika terus berlanjut,
maka
trend
menggunakan
anyaman
akan
menjadi
salah
satu
kebudayaan yang melekat pada diri dan bangsa yang mengadopsinya,
sedangkan di Indonesia terjadi sebuah transformasi budaya, salah satu
hal yang mempengaruhi transformasi budaya adalah kebosanan, ini
merupakan salah satu faktor kenapa anyaman dilupakan, karena di
Indonesia anyaman di gunakan dalam kehidupan sehari hari, selain itu
fungsi dari anyaman itu sendiri telah tergantikan oleh benda-benda
modern dengan fungsinya yang sama, lebih tahan lama dan punya
keunggulan lebih dibandingkan benda buatan tangan.
Kurangnya dokumentasi mengenai benda budaya dari pemerintah
dan masyarakat sekitar, menambah cepat terlupakannya motif anyaman.
Hal ini dikarenakan benda anyaman merupakan benda sehari-hari dan
dianggap bukan merupakan benda budaya yang memiliki filosofi, namun
merupakan sebagai alat bantu kehidupan manusia sehari-hari.
14
2.6
Prospek Pasar Anyaman dari tahun 2001 sampai 2008
Menurut keterangan Elis Rohilah, S.Ag. (bendahara KOPINKARA),
pemasaran hasil kerajinan pandan dan anyaman lainnya terbilang tidak
sulit, karena pada umumnya pembeli datang sendiri ketempat pengrajin.
Pembeli yang datang ke tempat pengrajin adalah pedagang, baik
pedagang besar maupun kecil atau konsumen secara langsung. Pembeli
berasal dari Tasikmalaya dan daerah lain terutama berasal dari kota
besar seperti Jakarta dan Bandung, disamping itu ada pula pembeli dari
daerah lain, yaitu daerah industri pariwisata seperti Bali. Barang
kerajinan yang dibeli di Tasikmalaya kadang-kadang dijadikan barang
cenderamata daerah pariwisata lain. Tidak sedikit barang kerajinan
pandan Tasikmalaya yang dijual di pasar seni di Bali dan menjadi barang
cenderamata Bali. Pembeli dari daerah pariwisata lain bertujuan membeli
barang dari Rajapolah untuk dipasarkan kembali, kadang-kadang
produksi Rajapolah mendapat sentuhan finishing mereka sendiri.
Sementara itu pembeli dari luar negeri datang dari Jepang, Amerika,
Singapura dan Eropa.
Kebanyakan produk tas anyaman pandan dan produk setengah
jadi diminati oleh konsumen dari Jepang dan Eropa, sementara
konsumen dalam negeri tidak begitu banyak berminat terhadap jenis
produk tersebut. Konsumen Eropa, terutama Italy menggunakan produk
anyaman pandan setengah jadi untuk bahan pendukung sol sepatu
sedangkan pembeli dari Jerman mengggunakan produk setengah jadi ini
untuk bahan pendukung interior mobil. Produk-produk yang terbuat dari
bahan dasar anyaman pandan, banyak diminati oleh konsumen
mancanagara, berkaitan dengan sifat produk yang mudah renewable
(didaur ulang). Sampah produk yang berbahan baku anyaman pandan
tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup.
Pada selang tahun 2001 sampai 2008 anyaman mengalami
penurunan di banding komoditas lain, hal ini dikarenakan selera pasar
yang berganti dengan berangsur-angsur dengan produk dari bahan lain
15
yang mempunyai fungsi yang sama namun lebih awet dan praktis. Ini
dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh pada tahun 2001-2008
SEKTOR
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
34,733
40,491
42,458
50,548
58,900
81,906
94,643
115,928
Tembakau
31,105
38,863
39,330
38,380
40,051
49,435
58,941
77,952
Tekstil
16.659
22.558
23.473
26,381
26,233
37,529
39,336
49,093
Pakaian jadi
9,033
12,585
12,634
12,156
11,806
19,358
21,165
26,743
18,076
19,054
18,328
17,491
16,001
14,627
18,015
15,750
Makanan
dan
minuman
Kayu, barang
dari
kayu,
anyaman
Tabel Nilai Tambah Menurut Subsektor , 2001-2008 (juta rupiah)
Badan Pusat Satistik (BPS) 2010
Dilihat tabel diatas terdapat pengurangan yang sangat signifikan
dalam penggunaan dan atau pembelian produk anyaman, berkurangnya
peminat domestik merupakan sebuah ancaman secara perlahan dan
tidak dirasakan secara langsung yang merupakan salah satu faktor
hilangnya motif anyaman.
Menurut Asep Rukmana salah satu pemilik toko handycraft
anyaman, faktor wilayah yang mulai berubah dan sarana transportasi
yang sudah memiliki jalur alternatif selain melewati Rajapolah menambah
tenggelam anyaman Rajapolah, semenjak adanya jalan layang Rajapolah
omset pembelian dari dalam negeri menurun drastis, karena sebelum
ada jalan layang, kendaraan yang ingin ke Jawa Tengah melewati
Rajapolah, sehingga kendaraan dapat berhenti dan membeli produk
anyaman Rajapolah, sedangkan setelah adanya jalan layang tidak semua
kendaraan melewati Rajapolah, sehingga pendapatan para pengrajin
anyaman berkurang.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, banyak ditemukannnya
barang anyaman Tasikmalaya yang diklaim menjadi barang kerajinan
daerah lain, membuktikan bahwa barang kerajinan anyaman dari
Rajapolah tidak memiliki jati diri yang khas, sehingga bisa diklaim oleh
16
orang lain dengan sangat mudah, adanya kesimpang siuran mengenai
penamaan motif di kalangan pengrajin Rajapolah sendiri menambah
hilangnya identitas motif anyaman Rajapolah sendiri, sehingga motif
anyaman Rajapolah merupakan wujud budaya yang tidak memiliki arti
besar dalam masyarakat Rajapolah sendiri.
2.7
Penyelesaian Masalah
Pergeseran selera masyarakat merupakan situasi yang tidak bisa
dihindari, berubahnya penggunaan anyaman dengan produk lain yang
sejenis tapi berbeda material, serta kurangnya apresiasi masyarakat
mengenai makna serta tidak adanya kesepakatan mengenai penamaan
motif sehingga terjadinya kesimpang siuran mengenai identitas motif
anyaman itu sendiri. Arti anyaman masa kini tidak lagi memandang
anyaman sebagai sesuatu yang memiliki arti melainkan hanya
memandangnya sebagai komoditas ekonomi dan secara fungsional yaitu
sebagai
alat
bantu
untuk
kehidupan
sehari-hari.
Untuk
dapat
melestarikan anyaman tradisional Rajapolah perlu adanya sebuah media
yang tidak hanya menginformasikan bentuk motif melainkan juga
menyampaikan arti dan teknik pembuatan tiap motif anyaman Rajapolah,
sehingga anyaman Rajapolah memiliki suatu identitas yang jelas dan
keberadaannya menjadi kukuh merupakan budaya asli orang Rajapolah,
dan tidak dapat diklaim oleh tempat lain.
Alternatif
media
yang
dapat
menginformasikan
anyaman
tradisional adalah melalui media elektronik, seperti film dokumenter dan
CD interaktif, dan media cetak berupa buku, atau merupakan sebuah
program pemerintah untuk membuat sebuah bentuk kampung budaya,
maupun kurikulum dalam sekolah mengenai pelajaran terapan budaya
lokal
17
2.8
Target Sasaran
Anyaman tradisional Rajapolah merupakan kebudayaan yang telah
diturunkan secara generasi ke generasi, anyaman Rajapolah ini tidak
terlepas dari peran suku Sunda karena masyarakat Rajapolah masih
merupakan suku Sunda, sehingga makna yang terkandung dalam
anyaman merupakan filosofi hidup suku Sunda. Maka target sasaran
utama adalah masyarakat seputar Rajapolah, khususnya generasi muda
dan umumnya untuk seluruh generasi suku Sunda.
Target sasaran adalah generasi muda pada umur 15-22 tahun,
dimana dengan usia yang sudah matang ini mereka mampu menyerap
nilai-nilai yang terkandung dalam tiap motif anyaman tradisional
Rajapolah. Dilihat dari lokasi target sasaran tentunya daerah yang
menjadi sasaran daerah Tasikmalaya. Namun jika dilihat kecenderungan
dari masyarakat Tasikmalaya yang suka merantau maka wilayah cakupan
target sasaran lebih luas, tidak hanya Tasikmalaya saja namun
melainkan daerah lain yang masih satu suku yaitu suku Sunda, seperti
Bandung, Bogor, Garut, yang merupakan wilayah perantauan pilihan
masyarakat Tasikmalaya.
Mengingat materi yang akan disampaikan merupakan materi yang
sarat akan pelajaran, tentunya target sasaran merupakan orang-orang
yang memiliki cara pandang yang lebih luas, mereka yang masih duduk di
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bahkan mereka
yang telah memasuki perguruan tinggi.
1. Demografis :
-
Usia
: 15 tahun – 22 tahun
-
Jenis kelamin
: Laki-laki dan Perempuan
-
Pekerjaan
: Pelajar, Mahasiswa, Guru
-
Pendidikan
: Semua jenjang pendidikan
18
-
Status Keluarga
: Lajang
-
Kelas sosial
: Semua status sosial
-
S.E.C
: B-A
2. Psikografis:
Minat
:Menyukai sesuatu yang awet untuk disimpan
Masyarakat Tasikmalaya yang memiliki rasa ingin tahu dan ingin
mempelajari mengenai motif anyaman, yang meliputi nama, teknik
serta penerapan motif pada barang sehari-hari.
3. Geografis:
Rajapolah dan daerah sekitarnya.
19
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU MOTIF ANYAMAN RAJAPOLAH SEBAGAI
MEDIA PENGENALAN BUDAYA LOKAL
DK 38315 Tugas Akhir
Semester II 2009/2010
Oleh :
Pratama Jaka Satria Wibawa
51906206
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
1..1 Latar Belakang
1
1. 2. Identifikasi Masalah
2
1. 3. Fokus Masalah
3
1. 4. Tujuan Perancangan
3
1. 5. Kata Kunci
3
BAB II ANYAMAN TRADISIONAL RAJAPOLAH
2.1. Sejarah Anyaman
5
5
2. 1. Anyaman Tradisional dan Konsep Berpikir Suku Sunda
Rajapolah
6
2. 2. Penerapan dan Fungsi Anyaman
9
2.4. Jenis-jenis Motif Anyaman
10
2.5. Hilangnya Motif Anyaman Lama
12
2. 6. Prospek Anyaman 2001 Sampai 2008
15
2. 7. Penyelesaian Masalah
17
2.8. Target Sasaran
18
v
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3. 1. Strategi Perancangan
`
20
20
3. 1. 1. Strategi Komunikasi
20
3. 1. 2. Tujuan Komunikasi
21
3. 1. 3. Materi Pesan
21
3. 1. 4. Strategi Kreatif
21
3. 1. 5. Strategi Media
22
3. 2. Konsep Visual
23
3. 2. 1. Format Desain
23
3. 2. 2. Lay Out
23
3. 2. 3. Tipografi
24
3. 2. 5. Cover
26
3. 2. 5. Pembatas Bab
27
3. 2. 6. Judul Bab
28
3. 2. 7. Ilustrasi Teknik Anyaman
28
3. 2. 8. Warna
29
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
30
4. 1. Media Utama
30
4. 1. 1. Buku Motif Anyaman
30
4. 1. 2. Material dan teknik Produksi
30
vi
4. 2. Media Pendukung
32
4. 3. Merchandise
37
DAFTAR PUSTAKA
39
DAFTAR RESPONDEN
41
LAMPIRAN
42
vii
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih atas di sediakannya lembar untuk mengucapkan ungkapan
terima kasih, karena banyak sekali ungkapan terima kasih yang harus di
sampaikan. Di bawah ini penulis akan mengucapkan ungkapan terima kasih
bagi orang – orang yang telah mendukung dalam pembuatan laporan tugas
akhir ini. Beribu terima kasih penulis sampaikan kepada ;
1. Allah SWT , yang telah memberikan karunia berupa kesehatan dan kekuatan
pada saat proses pengerjaan laporan ini hingga selesai .
2. Seluruh keluargaku, untuk ibu Leni Dewi Agustini, ayah Dadan Cahyadi, Ayu
dan Intan atas semua kasih sayang, dukungan dan doanya selama 4 tahun
ini.
3. Keluarga besar di Bandung, keluarga besar Emak Tuti Setiarah.
4. Miranti Hakim, Terima Kasih atas persahabatan, pengertian dan dukungan
yang luar biasa besarnya kepada penulis selama 4 tahun ini.
5. Harry Lubis, selaku Dekan Fakultas Desain Unikom atas semua bimbingan
yang telah di berikan selama kuliah.
6. Ambarsih Ekawardhani selaku dosen pembimbing, terima kasih atas
bibmbingan dan kesempatan yang diberikan sehingga saya bisa terus maju
menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada waktunya.
7. Syahril Iskandar Selaku dosen wali dan juga dosen pengajar . terima kasih
atas bimbingannya dan juga ilmu – ilmu yang telah di berikan selama 4
tahun ini.
8. Untuk teman–teman saya, Vivien Lutvia Sari, Annisa S. Artiana, Nur Azmah
Musa, Maulana Hidir, Audrie Nuranto, Didin Haerudin, Prasetyo adi
Yudhanto, Andi Ruswandi, Rizal Sukmanegara, Aang Ari Kastubi, serta Fahri.
Terima kasih telah membantu dalam pencarian data dan pembuatan tugas
akhir Penulis.
iii
9. Kepada seluruh responden di Rajapolah untuk Asep, Cecep Sutarna, Rudi
Alamsyah, Reni Wulandari, Angkasa Karim, Tjutju Iskandar, Popo Sekarahmi,
dan Juju Casyadi terima kasih atas informasi dan kerjasama yang diberikan.
Sekian ucapan terima kasih dari penulis kepada semua yang sudah
mendukung, baik dalam perkuliahan maupun dalam pengerjaan laporan tugas
akhir ini.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Ilustrasi Muatan Bahasa Sunda
21
Gambar 3.2 Tampilan Awal Buku
23
Gambar 3.3 Pembatas antar bab
24
Gambar 3.4 Tampilan pembahasan anyaman
24
Gambar 3.5 Tampilan Font pada layout
26
Gambar 3.6 Tampilan Cover Depan dan Cover Belakang
27
Gambar 3.7 Ilustrasi pada Pembatas Bab
27
Gambar 3.8 Judul bab dengan ilustrasi Anyaman
28
Gambar 3.9 Ilustrasi Teknik anyaman
28
Gambar 4.1 Ukuran buku bagian Luar
30
Gambar 4.2 Bagian Grid Cover Buku
31
Gambar 4.3 Bagian Penutup Buku Kecil
32
Gambar 4.2 Grid pada pembahasan Anyaman
32
Gambar 4.2 Poster
44
Gambar 4.3 X- Banner
34
Gambar 4.4. Iklan Surat kabar
35
Gambar 4.5 Ilustrasi pada Account Facebook
36
Gambar 4.6 Contoh aplikasi Ilustrasi pada Account Facebook
36
Gambar 4.7 Spanduk
37
Gambar 4.8 Pembatas buku Bagian depan
38
Gambar 4.9 Pembatas buku Bagian belakang
38
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap
: Pratama Jaka Satria Wibawa
Tempat Tanggal Lahir: Bandung, 23 Januari 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Belum Nikah
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain (Desain Komunikasi Visual)
Alamat
: Jl. Pesona Sawati Mas RT 02/08, Desa Cipondok, kecamatan
Sukaresik, Tasikmalaya Kode Pos 46159
Telepon/HP
: 085221806190/082115296902
Email
: anakbaik_belajar_nakal@yahoo.com
Pendidikan Formal
¾ TK Cibodas, Ciwidey (1993-1994)
¾ SD Negeri Margahayu 7 Bandung, (1994-2000)
¾ SLTP Negeri 1 Ciawi, Tasikmalaya (2000-2003)
¾ SMA Negeri 5 Tasikmalaya (2003-2006)
¾ Universitas Komputer Indonesia, Bandung (2006-2010)
Pendidikan Non Formal
¾ Pelatihan Dasar Desain Grafis (2006)
¾ Seminar 101 ide with Digital Studio
¾ Seminar Copywriting and Consumer Behaviour
¾ Seminar Smart and Fun with Microsoft
Pengalaman Berorganisasi
No
1
2
3
4
Tingkat Pendidikan
Sekolah Dasar
SLTP
SMA
SMA
5
6
SMA
SMA
SMA
7
8
SMA
Nama Organisasi
Pramuka
Taekwondo
OSIS
OSIS
Forum Komunikasi
Osis
Taekwondo
Organisasi Olah
Raga
Karang Taruna
Jabatan
Wakil Ketua
Anggota
Sekretaris II
Ketua Umum
Ketua
Sementara
Anggota
Periode
1997-1999
2002-2003
2003-2004
2004-2005
Anggota
2002-2005
Humas
2005-2006
2004-2005
2005-2006
ANYAMAN TRADISIONAL RAJAPOLAH
2.1
Sejarah Anyaman
Berbicara mengenai sejarah anyaman di Indonesia, merupakan
masalah yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori
mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di Nusantara. Teori
pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang melayu
termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat
tinggal dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di
daerah lainnya, ada beberapa fakta mengenai.
1. Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan
bukan sebagai mata pencaharian, namun sebagai pengisi waktu
senggang.
2. Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang
lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman
3. Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai
hadiah, dan sebagai kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada
sahabat atau keluarga.
4. Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang
digunakan sebagai alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian
barang dagangan, serta pada jaman penjajahan digunakan untuk
menyimpan senjata yang akan diselundupkan.
Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan
berbagai kerajinan tangan untuk menarik minat masyarakat untuk
memeluk Islam, ternyata dengan cara ini perkembangan Islam sangat
pesat hingga tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Ki
Tegalmantra
(murid
Sunan
Gunung
Jati)
yang
telah
mengajarkan teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon.
5
Bahkan
Desa
Tegalmantra
dan
Tegalwangi
tempat
dimana
Ki
Tegalmantra menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri
kerajinan anyaman terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah
Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan penghasil dari kerajinan
anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan internasional.
2.2
Anyaman Tradisional dan Konsep Berpikir Suku Sunda Rajapolah.
Menurut J.J. Hoenigman (Wikipedia, 2008) Anyaman Merupakan
wujud kebudayaan, yang termasuk dalam artefak. Artefak adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Anyaman pertama kali digunakan manusia, yaitu untuk membantu
dalam kehidupannya sehari-hari. Anyaman merupakan salah satu bentuk
lain dari gerabah yang terbuat dari pengaturan bilah-bilah selain dari
gerabah yang terbuat dari tanah liat. Banyak sekali jenis anyaman
tradisional yang terdapat di suku Sunda. Dimana beda material beda juga
nama dan teknik menganyam. Di Rajapolah sendiri setidaknya ada 3
jenis material yang digunakan yaitu adalah bambu, pandan, dan
mendong. Tiap bahan memiliki karakteristik dan beberapa diantaranya
memiliki filosofi yang sangat kuat.
Motif anyaman tradisional sangat beragam hal ini dikarenakan
bahan yang digunakan dalam pembuatan anyaman berbeda-beda,
namun beberapa motif anyaman meskipun bahan berbeda ada yang
diberi nama sama, hal ini melihat dari kesamaan bentuk motifnya.
Dilihat dari keadaan diatas, masyarakat Sunda Rajapolah telah
memiliki sebuah pemikiran yang sangat logis dan jauh dari sifat mistis
dalam pembuatan motif anyaman, sehingga nama yang diberikan
merupakan nama anyaman yang diambil dari alam dan kehidupan yang
mereka jalani.
Beberapa bahan anyaman memiliki filosofi yang kuat. Bambu
adalah salah satu bahan anyaman yang sangat kental dengan makna,
6
apalagi jika kita menghubungkan dengan suku Sunda. Masyarakat Sunda
sudah sedemikian lama berhubungan akrab dengan bambu, banyak
pengalaman leluhur yang bisa dipetik, sejak lahir hingga mati, orang
Sunda selalu dipertemukan dengan bambu.
Menurut Pengurus Harian Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika
(Kompas, 2007), menuturkan "Di masa lalu, seluruh rangkaian hidup
orang Sunda penuh dengan bambu," katanya. pada saat dilahirkan, bayibayi Sunda dahulu dilepaskan dari ari-arinya menggunakan sembilu dari
bambu. Lalu bayi tersebut disimpan dalam ayakan atau saringan besar
terbuat dari bambu. Ketika bayi lelaki disunat, pisau penyunatnya terbuat
dari bambu. Saat belajar berjalan, orangtuanya membuat tonggaktonggak dari bambu di halaman yang bisa dikitari oleh anak tersebut.
Saat makin besar, ia dibuatkan Jajangkungan (mainan dari bambu) untuk
berlatih keseimbangan, kakinya akan naik ke bambu yang tinggi dan ia
berjalan di atasnya sehingga bisa melihat desa dari atas. Makin besar,
mereka mengasah keterampilan tangan dan kekompakan dengan teman
melalui berbagai permainan, seperti bebedilan atau pistol mainan,
mereka juga membuat alat musik untuk hiburan, seperti angklung,
calung, dan suling.
Di kalangan keluarga, mereka menggunakan daun bambu untuk
membungkus makanan seperti bacang dan wajit. Mereka juga memakan
rebung atau anak bambu untuk sayur. Sehari-hari mereka tinggal di
rumah bambu dan membuat mebel dari bambu. Perkakas rumah tangga
seperti pengki (tempat sampah) hingga aseupan (pengukus) terbuat dari
anyaman bambu. Ketika sudah tua, orang Sunda membuat tongkat dari
bambu. Saat meninggal, ia ditandu dengan keranda bambu dengan
penutup jenazah dari anyaman bambu.
Bambu juga merupakan bahan bangunan yang hingga kini
digunakan oleh masyarakat Sunda yaitu digunakan dalam pembuatan
sekat atau dinding rumah yang tidak lain sering disebut bilik, tentu saja
digunakan di rumah-rumah yang terdapat di Perkampungan dengan
menggunakan 4 hingga 6 buah penyangga dari batu, dan menurut
7
penelitian rumah jenis ini dapat meminimalisir guncangan gempa. Selain
itu pula bambu digunakan sebagai alat musik, angklung dan suling sudah
digunakan orang Sunda sejak abad ke-7.
Selain bambu bahan dasar lain seperti pandan memiliki nilai
filosofi
dalam
kehidupan
masyarakat
Sunda.
Pandan
memiliki
karakteristik yang mudah dibentuk, halus, dan lentur. Pandan mempunyai
nilai filosofi yang cukup tinggi, menurut Ali Sastramidjaja (2007) nilai
filosofi yang terkandung dari pandan dapat kita lihat pada produk
anyaman, yaitu adalah tikar pandan atau samak. Pada jaman dahulu
masyarakat Sunda mempunyai kebiasaan bahwa samak merupakan
keluarga. hal ini dapat dilihat dari keseharian masyarakat Sunda dahulu,
mereka lahir diatas tikar, saat ada waktu berkumpul mereka ada diatas
tikar dan ketika meninggal ditutup oleh tikar pula. Selain itu pandan juga
memiliki keunggulan yang mungkin tidak semua suku atau bangsa tahu,
yaitu saat bayi suku Sunda lahir, darah yang tercecer pada tikar pandan,
dapat dibersihkan dengan mudah dan bau dari darah dapat hilang
dengan cepat, selain digunakan dalam proses kelahiran, samak
digunakan pada saat seseorang meninggal, dimana jasadnya akan
ditutup oleh kain kafan dan ditutup oleh tikar pandan, menurut warga
sekitar dengan tikar itu sendiri maka bau mayat tidak akan tercium,
sehingga tidak akan menimbulkan fitnah atau kejadian yang tidak
diinginkan.
Selain
dari
bahan
pembuat
anyaman,
filosofi
kehidupan
masyarakat Sunda dapat dikaji dari segi bentuk benda anyaman yang
mewakili filosofi hidup suku Sunda. Menurut Mamat Sasmita (Pendiri
Rumah Baca Buku Sunda) pada boboko (tempat nasi) bentuknya yang
unik, bentuk atasnya yang membulat dan bawahnya yang menggunakan
alas berbentuk persegi merupakan filosofi hidup masyarakat Sunda yaitu
“tekad kudu buleud, hidup kudu masagi” yang artinya menurut bahasa
tekad harus bulat, dan hidup harus persegi, yang secara garis besar bisa
diartikan kita harus mempunyai tekad yang teguh dan tidak goyah dan
hidup kita harus teratur.
8
2.3
Penerapan dan fungsi Anyaman
Motif anyaman pada umumnya digunakan dalam barang seharihari, seperti aseupan (pengukus nasi), boboko (tempat nasi), besek
(kemasan hantaran), hihid (kipas), samak (tikar), keranjang, anyaman
jenis ini merupakan anyaman halus dan motifnya lebih terlihat, selain itu
ada pula anyaman yang dijadikan sebagai bahan arsitektur pembuatan
rumah, kandang, keramba, bubu (perangkap ikan), dan anyaman jenis ini
disebut anyaman kasar.
Meskipun sulit untuk ditelaah motif anyaman mungkin memiliki
fungsi yang sangat menarik untuk dikaji, seperti dalam bilik (dinding
rumah), menggunakan anyaman yang tidak sembarang, biasanya untuk
dinding rumah menggunakan anyaman dasar sasag hal ini selain
karakteristiknya mudah dibuat, kuat, lubang antara bilah bambu dapat
diatur dengan mudah sehingga ventilasi dapat diatur dan udara dapat
masuk dengan baik selain itu juga ada yang menggunakan motif mata itik
untuk menambah kesan artistik bilik rumah.
Anyaman untuk kebutuhan sehari-hari seperti boboko (tempat
nasi) menggunakan anyaman sasag ganda atau yang lebih dikenal
dengan nama motif kepang, hal ini dikarenakan motif ini lebih rapat dan
dan dapat membuat nasi dalam keadaan panas lebih lama.
9
2.4
Jenis-jenis Motif Anyaman
Menurut Oho Suganda (1995) Pada hakikatnya jenis motif
anyaman pada suku Sunda hanya ada 3 yaitu :
1.
Anyaman tunggal
2.
Anyaman ganda
3.
Anyaman kombinasi (anyaman istimewa)
Anyaman yang terdapat di Rajapolah sangat beragam, mulai dari
bentuk, bahan, dan nama. Beberapa motif anyaman Rajapolah:
Gambar
Nama motif dan penempatan
Motif seseg/sasag
Motif sasag ganda
Motif mata walik
10
Motif kepang
Motif tangkup
Motif mata itik
Motif bilik
Motif lancar lurik
Motif lancar serang
11
Motif biji padi
Anyaman tambang/rara
Tabel 2.1 Motif Anyaman Rajapolah
2.5
Hilangnya Motif Anyaman Tradisional Lama
Dengan banyaknya permintaan luar dan perkembangan yang
semakin maju, maka pengrajin dituntut untuk membuat inovasi dalam
segi bentuk dan fungsi serta motif anyaman, sehingga dalam kurun waktu
yang berangsur-angsur anyaman tradisional klasik mulai dilupakan oleh
pengrajin generasi penerus, selain itu penetrasi budaya luar mengenai
alat-alat modern yang lebih relevan digunakan pada zaman sekarang ini
membuat
benda
produksi
anyaman
mulai
berkurang
sehingga
mempunyai dampak hilangnya motif anyaman secara langsung.
Benda-benda produk dari anyaman mulai dilupakan dan telah
tergantikan dengan material lain yang lebih baik dan tahan lama,
contohnya bilik bambu diganti dengan tembok yang lebih kuat dan kokoh,
sehingga banyak masyarakat Rajapolah berpaling pada bahan ini
dikarenakan mereka lebih merasa aman. Beberapa kemasan seperti
besek, pipiti, dingkul, tolombong, telah diganti oleh kemasan lebih praktis
dalam pembuatannya, besek diganti dengan kardus makanan atau
plastik Styrofoam, sedangkan dingkul yang digunakan untuk membawa
pakaian pada jaman dahulu yang diletakan diatas kepala, kini digantikan
oleh tas koper.
12
Gaya hidup dan sifat konsumen masyarakat Indonesia hanya
sebagai pengguna, yang memilih yang sudah tersedia dan sangat bebas
dalam menentukan pilihan, tidak terkait dengan musim dan tempat.
Selain itu praktek budaya yang dianut oleh masyarakat Indonesia
berbeda dengan masyarakat di negara lain, menurut Jean Francois
Lyotard (1990) “Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah.
Nilai yang berlaku di suatu negara belum tentu berlaku atau bahkan bisa
bertolak belakang dari nilai yang berlaku di negara lain tersebut”. Budaya
mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya dan
orang lain serta mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya,
budaya sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau
berperilaku terhadap produk atau inovasi tertentu.
Pada budaya lain mengenal adanya fashion sesuai musim dalam
menggunakan suatu bentuk penampilan diri dan ragam seni rupa,
misalnya pada negara lain penggunaan tas anyaman, sandal anyaman,
dan topi anyaman memiliki musim fashion tertentu, tempat tertentu dan
digunakan pada event tertentu contohnya saat berlibur dipantai, saat
musim panas, jika sudah terlepas dari musim dan event tersebut maka
tidak akan menggunakan barang-barang anyaman tersebut.
Selain itu di negara lain memiliki sebuah bentuk kehidupan yang
tidak disadari telah melekat pada setiap individu dalam hal penggunaan
benda-benda, yaitu adanya kelompok referensi atau acuan, menurut
Sigmund Freud (1990) kelompok referensi atau acuan adalah individu
atau kelompok, yang nyata atau khayalan yang memiliki pengaruh
evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok acuan
(yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain
melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif
konsumen. Kelompok ini merupakan kelompok yang biasa menjadi
trendsetter di masyarakat, kelompok acuan dapat berbentuk organisasi
formal yang besar, terstruktur dengan baik, memiliki jadwal pertemuan
rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain pihak, kelompok acuan
juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal. Kelompok acuan
13
terdiri dari orang-orang yang dikenal secara mendalam (seperti keluarga
atau sahabat) atau orang-orang yang dikenal tanpa ada hubungan yang
mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau artis).
Karena orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang
memiliki kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui
bagaimana orang lain menginginkan mereka menjalani hidup.
Dari kondisi yang telah dikemukakan diatas, memberikan
gambaran kenapa anyaman memiliki konsumen mancanegara lebih
banyak dibandingkan konsumen domestik, karena pada gaya hidup
konsumen luar negeri, anyaman dan benda pakai lainnya memiliki
musim, tempat dan waktu penggunaan. Adanya kelompok referensi yang
memiliki pengaruh yang cukup kuat, sehingga meskipun anyaman
merupakan barang buatan tangan dan terlihat tradisional tidak terjadi
adanya transformasi budaya, karena ada kondisi bahwa anyaman
merupakan suatu trend mode di satu waktu dan jika terus berlanjut,
maka
trend
menggunakan
anyaman
akan
menjadi
salah
satu
kebudayaan yang melekat pada diri dan bangsa yang mengadopsinya,
sedangkan di Indonesia terjadi sebuah transformasi budaya, salah satu
hal yang mempengaruhi transformasi budaya adalah kebosanan, ini
merupakan salah satu faktor kenapa anyaman dilupakan, karena di
Indonesia anyaman di gunakan dalam kehidupan sehari hari, selain itu
fungsi dari anyaman itu sendiri telah tergantikan oleh benda-benda
modern dengan fungsinya yang sama, lebih tahan lama dan punya
keunggulan lebih dibandingkan benda buatan tangan.
Kurangnya dokumentasi mengenai benda budaya dari pemerintah
dan masyarakat sekitar, menambah cepat terlupakannya motif anyaman.
Hal ini dikarenakan benda anyaman merupakan benda sehari-hari dan
dianggap bukan merupakan benda budaya yang memiliki filosofi, namun
merupakan sebagai alat bantu kehidupan manusia sehari-hari.
14
2.6
Prospek Pasar Anyaman dari tahun 2001 sampai 2008
Menurut keterangan Elis Rohilah, S.Ag. (bendahara KOPINKARA),
pemasaran hasil kerajinan pandan dan anyaman lainnya terbilang tidak
sulit, karena pada umumnya pembeli datang sendiri ketempat pengrajin.
Pembeli yang datang ke tempat pengrajin adalah pedagang, baik
pedagang besar maupun kecil atau konsumen secara langsung. Pembeli
berasal dari Tasikmalaya dan daerah lain terutama berasal dari kota
besar seperti Jakarta dan Bandung, disamping itu ada pula pembeli dari
daerah lain, yaitu daerah industri pariwisata seperti Bali. Barang
kerajinan yang dibeli di Tasikmalaya kadang-kadang dijadikan barang
cenderamata daerah pariwisata lain. Tidak sedikit barang kerajinan
pandan Tasikmalaya yang dijual di pasar seni di Bali dan menjadi barang
cenderamata Bali. Pembeli dari daerah pariwisata lain bertujuan membeli
barang dari Rajapolah untuk dipasarkan kembali, kadang-kadang
produksi Rajapolah mendapat sentuhan finishing mereka sendiri.
Sementara itu pembeli dari luar negeri datang dari Jepang, Amerika,
Singapura dan Eropa.
Kebanyakan produk tas anyaman pandan dan produk setengah
jadi diminati oleh konsumen dari Jepang dan Eropa, sementara
konsumen dalam negeri tidak begitu banyak berminat terhadap jenis
produk tersebut. Konsumen Eropa, terutama Italy menggunakan produk
anyaman pandan setengah jadi untuk bahan pendukung sol sepatu
sedangkan pembeli dari Jerman mengggunakan produk setengah jadi ini
untuk bahan pendukung interior mobil. Produk-produk yang terbuat dari
bahan dasar anyaman pandan, banyak diminati oleh konsumen
mancanagara, berkaitan dengan sifat produk yang mudah renewable
(didaur ulang). Sampah produk yang berbahan baku anyaman pandan
tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup.
Pada selang tahun 2001 sampai 2008 anyaman mengalami
penurunan di banding komoditas lain, hal ini dikarenakan selera pasar
yang berganti dengan berangsur-angsur dengan produk dari bahan lain
15
yang mempunyai fungsi yang sama namun lebih awet dan praktis. Ini
dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh pada tahun 2001-2008
SEKTOR
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
34,733
40,491
42,458
50,548
58,900
81,906
94,643
115,928
Tembakau
31,105
38,863
39,330
38,380
40,051
49,435
58,941
77,952
Tekstil
16.659
22.558
23.473
26,381
26,233
37,529
39,336
49,093
Pakaian jadi
9,033
12,585
12,634
12,156
11,806
19,358
21,165
26,743
18,076
19,054
18,328
17,491
16,001
14,627
18,015
15,750
Makanan
dan
minuman
Kayu, barang
dari
kayu,
anyaman
Tabel Nilai Tambah Menurut Subsektor , 2001-2008 (juta rupiah)
Badan Pusat Satistik (BPS) 2010
Dilihat tabel diatas terdapat pengurangan yang sangat signifikan
dalam penggunaan dan atau pembelian produk anyaman, berkurangnya
peminat domestik merupakan sebuah ancaman secara perlahan dan
tidak dirasakan secara langsung yang merupakan salah satu faktor
hilangnya motif anyaman.
Menurut Asep Rukmana salah satu pemilik toko handycraft
anyaman, faktor wilayah yang mulai berubah dan sarana transportasi
yang sudah memiliki jalur alternatif selain melewati Rajapolah menambah
tenggelam anyaman Rajapolah, semenjak adanya jalan layang Rajapolah
omset pembelian dari dalam negeri menurun drastis, karena sebelum
ada jalan layang, kendaraan yang ingin ke Jawa Tengah melewati
Rajapolah, sehingga kendaraan dapat berhenti dan membeli produk
anyaman Rajapolah, sedangkan setelah adanya jalan layang tidak semua
kendaraan melewati Rajapolah, sehingga pendapatan para pengrajin
anyaman berkurang.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, banyak ditemukannnya
barang anyaman Tasikmalaya yang diklaim menjadi barang kerajinan
daerah lain, membuktikan bahwa barang kerajinan anyaman dari
Rajapolah tidak memiliki jati diri yang khas, sehingga bisa diklaim oleh
16
orang lain dengan sangat mudah, adanya kesimpang siuran mengenai
penamaan motif di kalangan pengrajin Rajapolah sendiri menambah
hilangnya identitas motif anyaman Rajapolah sendiri, sehingga motif
anyaman Rajapolah merupakan wujud budaya yang tidak memiliki arti
besar dalam masyarakat Rajapolah sendiri.
2.7
Penyelesaian Masalah
Pergeseran selera masyarakat merupakan situasi yang tidak bisa
dihindari, berubahnya penggunaan anyaman dengan produk lain yang
sejenis tapi berbeda material, serta kurangnya apresiasi masyarakat
mengenai makna serta tidak adanya kesepakatan mengenai penamaan
motif sehingga terjadinya kesimpang siuran mengenai identitas motif
anyaman itu sendiri. Arti anyaman masa kini tidak lagi memandang
anyaman sebagai sesuatu yang memiliki arti melainkan hanya
memandangnya sebagai komoditas ekonomi dan secara fungsional yaitu
sebagai
alat
bantu
untuk
kehidupan
sehari-hari.
Untuk
dapat
melestarikan anyaman tradisional Rajapolah perlu adanya sebuah media
yang tidak hanya menginformasikan bentuk motif melainkan juga
menyampaikan arti dan teknik pembuatan tiap motif anyaman Rajapolah,
sehingga anyaman Rajapolah memiliki suatu identitas yang jelas dan
keberadaannya menjadi kukuh merupakan budaya asli orang Rajapolah,
dan tidak dapat diklaim oleh tempat lain.
Alternatif
media
yang
dapat
menginformasikan
anyaman
tradisional adalah melalui media elektronik, seperti film dokumenter dan
CD interaktif, dan media cetak berupa buku, atau merupakan sebuah
program pemerintah untuk membuat sebuah bentuk kampung budaya,
maupun kurikulum dalam sekolah mengenai pelajaran terapan budaya
lokal
17
2.8
Target Sasaran
Anyaman tradisional Rajapolah merupakan kebudayaan yang telah
diturunkan secara generasi ke generasi, anyaman Rajapolah ini tidak
terlepas dari peran suku Sunda karena masyarakat Rajapolah masih
merupakan suku Sunda, sehingga makna yang terkandung dalam
anyaman merupakan filosofi hidup suku Sunda. Maka target sasaran
utama adalah masyarakat seputar Rajapolah, khususnya generasi muda
dan umumnya untuk seluruh generasi suku Sunda.
Target sasaran adalah generasi muda pada umur 15-22 tahun,
dimana dengan usia yang sudah matang ini mereka mampu menyerap
nilai-nilai yang terkandung dalam tiap motif anyaman tradisional
Rajapolah. Dilihat dari lokasi target sasaran tentunya daerah yang
menjadi sasaran daerah Tasikmalaya. Namun jika dilihat kecenderungan
dari masyarakat Tasikmalaya yang suka merantau maka wilayah cakupan
target sasaran lebih luas, tidak hanya Tasikmalaya saja namun
melainkan daerah lain yang masih satu suku yaitu suku Sunda, seperti
Bandung, Bogor, Garut, yang merupakan wilayah perantauan pilihan
masyarakat Tasikmalaya.
Mengingat materi yang akan disampaikan merupakan materi yang
sarat akan pelajaran, tentunya target sasaran merupakan orang-orang
yang memiliki cara pandang yang lebih luas, mereka yang masih duduk di
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bahkan mereka
yang telah memasuki perguruan tinggi.
1. Demografis :
-
Usia
: 15 tahun – 22 tahun
-
Jenis kelamin
: Laki-laki dan Perempuan
-
Pekerjaan
: Pelajar, Mahasiswa, Guru
-
Pendidikan
: Semua jenjang pendidikan
18
-
Status Keluarga
: Lajang
-
Kelas sosial
: Semua status sosial
-
S.E.C
: B-A
2. Psikografis:
Minat
:Menyukai sesuatu yang awet untuk disimpan
Masyarakat Tasikmalaya yang memiliki rasa ingin tahu dan ingin
mempelajari mengenai motif anyaman, yang meliputi nama, teknik
serta penerapan motif pada barang sehari-hari.
3. Geografis:
Rajapolah dan daerah sekitarnya.
19
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU MOTIF ANYAMAN RAJAPOLAH SEBAGAI
MEDIA PENGENALAN BUDAYA LOKAL
DK 38315 Tugas Akhir
Semester II 2009/2010
Oleh :
Pratama Jaka Satria Wibawa
51906206
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
1..1 Latar Belakang
1
1. 2. Identifikasi Masalah
2
1. 3. Fokus Masalah
3
1. 4. Tujuan Perancangan
3
1. 5. Kata Kunci
3
BAB II ANYAMAN TRADISIONAL RAJAPOLAH
2.1. Sejarah Anyaman
5
5
2. 1. Anyaman Tradisional dan Konsep Berpikir Suku Sunda
Rajapolah
6
2. 2. Penerapan dan Fungsi Anyaman
9
2.4. Jenis-jenis Motif Anyaman
10
2.5. Hilangnya Motif Anyaman Lama
12
2. 6. Prospek Anyaman 2001 Sampai 2008
15
2. 7. Penyelesaian Masalah
17
2.8. Target Sasaran
18
v
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3. 1. Strategi Perancangan
`
20
20
3. 1. 1. Strategi Komunikasi
20
3. 1. 2. Tujuan Komunikasi
21
3. 1. 3. Materi Pesan
21
3. 1. 4. Strategi Kreatif
21
3. 1. 5. Strategi Media
22
3. 2. Konsep Visual
23
3. 2. 1. Format Desain
23
3. 2. 2. Lay Out
23
3. 2. 3. Tipografi
24
3. 2. 5. Cover
26
3. 2. 5. Pembatas Bab
27
3. 2. 6. Judul Bab
28
3. 2. 7. Ilustrasi Teknik Anyaman
28
3. 2. 8. Warna
29
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
30
4. 1. Media Utama
30
4. 1. 1. Buku Motif Anyaman
30
4. 1. 2. Material dan teknik Produksi
30
vi
4. 2. Media Pendukung
32
4. 3. Merchandise
37
DAFTAR PUSTAKA
39
DAFTAR RESPONDEN
41
LAMPIRAN
42
vii
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih atas di sediakannya lembar untuk mengucapkan ungkapan
terima kasih, karena banyak sekali ungkapan terima kasih yang harus di
sampaikan. Di bawah ini penulis akan mengucapkan ungkapan terima kasih
bagi orang – orang yang telah mendukung dalam pembuatan laporan tugas
akhir ini. Beribu terima kasih penulis sampaikan kepada ;
1. Allah SWT , yang telah memberikan karunia berupa kesehatan dan kekuatan
pada saat proses pengerjaan laporan ini hingga selesai .
2. Seluruh keluargaku, untuk ibu Leni Dewi Agustini, ayah Dadan Cahyadi, Ayu
dan Intan atas semua kasih sayang, dukungan dan doanya selama 4 tahun
ini.
3. Keluarga besar di Bandung, keluarga besar Emak Tuti Setiarah.
4. Miranti Hakim, Terima Kasih atas persahabatan, pengertian dan dukungan
yang luar biasa besarnya kepada penulis selama 4 tahun ini.
5. Harry Lubis, selaku Dekan Fakultas Desain Unikom atas semua bimbingan
yang telah di berikan selama kuliah.
6. Ambarsih Ekawardhani selaku dosen pembimbing, terima kasih atas
bibmbingan dan kesempatan yang diberikan sehingga saya bisa terus maju
menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada waktunya.
7. Syahril Iskandar Selaku dosen wali dan juga dosen pengajar . terima kasih
atas bimbingannya dan juga ilmu – ilmu yang telah di berikan selama 4
tahun ini.
8. Untuk teman–teman saya, Vivien Lutvia Sari, Annisa S. Artiana, Nur Azmah
Musa, Maulana Hidir, Audrie Nuranto, Didin Haerudin, Prasetyo adi
Yudhanto, Andi Ruswandi, Rizal Sukmanegara, Aang Ari Kastubi, serta Fahri.
Terima kasih telah membantu dalam pencarian data dan pembuatan tugas
akhir Penulis.
iii
9. Kepada seluruh responden di Rajapolah untuk Asep, Cecep Sutarna, Rudi
Alamsyah, Reni Wulandari, Angkasa Karim, Tjutju Iskandar, Popo Sekarahmi,
dan Juju Casyadi terima kasih atas informasi dan kerjasama yang diberikan.
Sekian ucapan terima kasih dari penulis kepada semua yang sudah
mendukung, baik dalam perkuliahan maupun dalam pengerjaan laporan tugas
akhir ini.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Ilustrasi Muatan Bahasa Sunda
21
Gambar 3.2 Tampilan Awal Buku
23
Gambar 3.3 Pembatas antar bab
24
Gambar 3.4 Tampilan pembahasan anyaman
24
Gambar 3.5 Tampilan Font pada layout
26
Gambar 3.6 Tampilan Cover Depan dan Cover Belakang
27
Gambar 3.7 Ilustrasi pada Pembatas Bab
27
Gambar 3.8 Judul bab dengan ilustrasi Anyaman
28
Gambar 3.9 Ilustrasi Teknik anyaman
28
Gambar 4.1 Ukuran buku bagian Luar
30
Gambar 4.2 Bagian Grid Cover Buku
31
Gambar 4.3 Bagian Penutup Buku Kecil
32
Gambar 4.2 Grid pada pembahasan Anyaman
32
Gambar 4.2 Poster
44
Gambar 4.3 X- Banner
34
Gambar 4.4. Iklan Surat kabar
35
Gambar 4.5 Ilustrasi pada Account Facebook
36
Gambar 4.6 Contoh aplikasi Ilustrasi pada Account Facebook
36
Gambar 4.7 Spanduk
37
Gambar 4.8 Pembatas buku Bagian depan
38
Gambar 4.9 Pembatas buku Bagian belakang
38
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap
: Pratama Jaka Satria Wibawa
Tempat Tanggal Lahir: Bandung, 23 Januari 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Belum Nikah
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain (Desain Komunikasi Visual)
Alamat
: Jl. Pesona Sawati Mas RT 02/08, Desa Cipondok, kecamatan
Sukaresik, Tasikmalaya Kode Pos 46159
Telepon/HP
: 085221806190/082115296902
: anakbaik_belajar_nakal@yahoo.com
Pendidikan Formal
¾ TK Cibodas, Ciwidey (1993-1994)
¾ SD Negeri Margahayu 7 Bandung, (1994-2000)
¾ SLTP Negeri 1 Ciawi, Tasikmalaya (2000-2003)
¾ SMA Negeri 5 Tasikmalaya (2003-2006)
¾ Universitas Komputer Indonesia, Bandung (2006-2010)
Pendidikan Non Formal
¾ Pelatihan Dasar Desain Grafis (2006)
¾ Seminar 101 ide with Digital Studio
¾ Seminar Copywriting and Consumer Behaviour
¾ Seminar Smart and Fun with Microsoft
Pengalaman Berorganisasi
No
1
2
3
4
Tingkat Pendidikan
Sekolah Dasar
SLTP
SMA
SMA
5
6
SMA
SMA
SMA
7
8
SMA
Nama Organisasi
Pramuka
Taekwondo
OSIS
OSIS
Forum Komunikasi
Osis
Taekwondo
Organisasi Olah
Raga
Karang Taruna
Jabatan
Wakil Ketua
Anggota
Sekretaris II
Ketua Umum
Ketua
Sementara
Anggota
Periode
1997-1999
2002-2003
2003-2004
2004-2005
Anggota
2002-2005
Humas
2005-2006
2004-2005
2005-2006