Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) Di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kota Bandung Sebagai Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya

(1)

v

THE ROLE OF COOPERATIVE ACADEMIC EDUCATION PROGRAM (COOP) INPT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. (TELKOM) BANDUNG

CITY AS A SOURCE FACILITIES FOR GOOD HUMAN RESOURCES FOR THE PARTICIPANTS

By:

LILIS NURAENI NIM. 41804109

This script under the guidance of, Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si

This study aimed to find out how the role of Cooperative Academic Education Program in PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Bandung City as a source facilities for good human resources for the participants.

This study uses a qualitative approach with descriptive methods. Data were collected through interviews, library research and internet searching. Subjects for this study is the COOP program participant and work units in the activities of Telkom COOP. Informants in the study are determined by using purposive sampling which amounts to two informants. The technique of data analysis was done by selecting the data, classification data, formulating research results, and analyze the results of research.

The results of this study indicate that the COOP program activities aimed at students. Each participant is placed into a unit tailored to the needs of participants COOP. Participants are given the opportunity to take a variety of programs and activities of Telkom is required to make monthly reports. The message is that improvisation units adapted to the needs of participants working unit. Messages in this activity by the company to report through the supervisor, and participants also gave a message in the form of sharing and monthly employment report. Media used in this activity in the form of electronic media such as computers, internet network availability, pocket cameras, and recorders. Telkom also provides various other media such as in-focus, presentations, screenings, and a written test, and module. Telkom has provided a good role in this COOP program. This was proved by the increasing range of knowledge and experience useful for COOP participants can improve their quality.

The conclusion from this study indicate that the role ofCOOPprograms inTelkom as a means of forming qualified human resources for the participants has aligned with corporate goals. Evident from the activities carried out, the message and media used.

Suggestions for a company that is expected of. Telkom able to socialize such as through internal bulletins or Telkom internal portal to other employees about the existence of the participants are also expected to COOP and more able to adjust training time COOP program with lectures scheduled participants in order not to collide.


(2)

iv

PERANANCOOPERATIVE ACADEMIC EDUCATION PROGRAM(COOP) DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. (TELKOM) KOTA

BANDUNG SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA BERKUALITAS BAGI PESERTANYA

Oleh: LILIS NURAENI

NIM. 41804109

Skripsi ini di bawah bimbingan, Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka dan internet searching. Subjek untuk penelitian ini adalah peserta program COOP dan unit kerja Telkom dalam kegiatan COOP. Informan dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yang berjumlah dua informan. Teknik analisis data dilakukan dengan penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, dan menganalisa hasil penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan program COOP ditujukan untuk mahasiswa. Setiap peserta ditempatkan ke dalam unit kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta COOP. Peserta diberikan kesempatan mengikuti berbagai program kegiatan Telkom dan diharuskan membuat laporan bulanan. Pesan merupakan improvisasi unit kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja pesertanya. Pesan dalam kegiatan ini di sampaikan oleh perusahaan melalui supervisor, dan peserta pun memberikan pesan dalam bentuk sharing dan laporan kerja bulanan. Media yang digunakan dalam kegiatan ini berupa media elektronik seperti misalnya komputer, ketersediaan jaringan internet, camera pocket, dan recorder. Telkom pun menyediakan berbagai media lain seperti in focus, presentasi, Pemutaran film, dan tes tertulis, dan modul. Telkom telah memberikan peranannya dengan baik dalam program COOP ini. Hal ini terbukti dengan bertambahnya berbagai pengetahuan dan pengalaman peserta COOP yang berguna untuk dapat meningkatkan kualitasnya.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa peranan program COOP di Telkom sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya telah berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan. Terbukti dari kegiatan yang dilakukan, pesan yang disampaikan dan media yang digunakan.

Saran untuk perusahaan yakni diharapakan PT. Telkom dapat melakukan sosialisasi seperti misalnya melalui bulletin internal atau portal internal Telkom kepada karyawan lainnya mengenai adanya peserta COOP dan juga diharapkan lebih dapat menyesuaikan waktu pelatihan program COOP dengan jadwal perkuliahan peserta agar tidak berbenturan.


(3)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fenomena yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat dewasa ini telah ditingkatkan dengan adanya peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Hal ini merujuk untuk mengendalikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang baik dalam menjalankan kinerja perusahaan secara efektif.

Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan, misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan pengembangan masyarakat dari sebagai investasi dan manifestasi perusahaan dalam membangaun sumber daya manusia yang beperan aktif dalam membangun kepentingan masyarakat di dalamnya dan sebuah praktek yang dikenal sebagai “Investasi bertanggung jawab sosial”.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat di mengerti sebagai peningkatan


(4)

partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. Kegiatan perusahaan yang diberikan bagi masyarakat ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial, bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana kegiatan ini ditujukan untuk dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan lebih mengenai dunia kerja dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal dengan tujuannya dalam memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang memiliki kompetensi baik.

Kegiatan yang dilatari oleh suatu perusahaan seharunya memang ditujukan bukan hanya sebagai spekulasi perusahaan untuk memberikan tindakan-tindakan searah, tetapi juga adanya timbal balik bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini tentunya perusahaan sebagai mediator dan masyarakat akademisi dalam mewujudkan suatu program pemberian kesempatan bagi beragam kepentingan. Lebih jauh lagi program perusahaan dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan pelatihan.

Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki


(5)

suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif yang tentunya dihasilkan dalam program yang disediakan oleh perusahaan tersebut. Kegiatan pelatihan tentunya menjadi senjata ampuh untuk dapat memberikan pengetahuan lebih bagi kepentingan perusahaan dan para peserta pelatihannya itu sendiri. Kegiatan ini juga dapat digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan.

Dunia kerja tentunya dapat dipastikan akan secara selektif menjaring calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya, karena dengan persaingan global akan makin terbuka lebar kesempatan bagi tenaga kerja asing untuk memasuki/menguasai dunia kerja di Indonesia. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Pada kesempatan inilah program perusahaan seperti halnya pelatihan dapat memberikan kesempatan baik bagi para akademisi yang memiliki kompetensi baik agar dapat dikembangkan pada praktek pelatihan dalam dunia kerja.

Pada kenyataannya, pengalaman menjadi salah satu point penting yang selalu menjadi pertanyaan besar bagi perusahaan untuk melihat penguasaan calon pekerjanya. Pengalaman ini seperti biasanya banyak dijadikan sebagai suatu batasan penguasaan wilayah kerja sumber daya manusia yang biasanya dijadikan sebagai alat untuk melihat kemampuan para calon pekerja. Kepentingan akademik yang biasanya hanya memberikan batas teoritis dengan


(6)

sedikit ranak praktis tentunya memberikan suatu batasan bagi mahasiswa selaku akademisi yang siap untuk berada dalam dunia kerja kedepannya nanti.

Kesempatan yang kurang memadai mengenai penguasaan dunia kerja menjadi nilai minus yang banyak diemban bagi mahasiswa. Kurangnya pengalaman atau tidak adanya perbekalan bekerja menjadi alasan lama yang selalu menjadi ulasan utama yang diajukan perusahaan untuk melihat kemampuan mahasiswa. Setidaknya mahasiswa memang disiapkan untuk ada dalam wilayah kerja pada akhirnya sebagai suatu bentuk kelanjutan dari bidang akademik yang telah dilaluinya. Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dunia kerja atau kurangnya pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja yang akan digelutinya, tentunya menjadi suatu bentuk kekurangan nyata yang dilihat perusahaan sebagai suatu bentuk ketidakmampuan.

Dalam hal ini perusahaan akan bekerja dua kali, dengan memberikan pengetahuan dasar bagi mahasiswa mengenai kinerja perusahaan dan selanjutnya melihat kempauan yang ada, tetapi terkadang saat ini kempuan teknis banyak dipertimbangkan sebagai alasan awal untuk dapat merekrut mahasiswa disamping nilai akademin yang memuaskan. Pada intinya pengalaman bekerja atau setidaknya kemampuan memahami wilayah kerja akan menjadi modal awak mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

Tidak hanya dipandang dalam kerangka sempit dunia kerja saja, pengalaman praktis mahasiswa dalam ranah pekerja setidaknya dapat membamntu mahasiswa dalam lebih memahami berbagai kesempatan yang dapat dikembangkan dari wilayah kerja yang telah ada. Tidak menutup


(7)

kemungkinan tentunya jika kemampuan mahasiswa mengenai dunia kerja telah ada dan dipupuk pada saat kegiatan akademiknya berlangsung akan lebih memudahkan mahasiswa dalam mencari pekerjaan yang layak dengan melihat kemapuannya. Hal ini dapat dikategorikan sebagai upaya untuk menekan kemungkinan shock culture mahasiswa karena alasan “ketidakmengetiannya” dalam dunia kerja.

Untuk itu, berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan menjadi media yang sangat membantu mahasiswa dan juga memiliki nilai ekonomis bagi perusahaan itu sendiri. Ada semacam simbiosis mutualisme, dimana mahasiswa dan perusahaan saling diuntungkan dalam dengan catatan-catatan tersendiri. Ada kesempatan yang diberikan yang diberikan oleh perusahaan dalam menambah wawasan dan kemampuan praktis bagi mahasiswa dan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat merekrut mahasiswa yang kompeten bagi perusahaan menjadi suatu wacana yang menarik dalam penelitian ini. Hal ini pun kemudian dapat diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan aksesinbilitas perusahaan kepada masyarakat melalui mahasiswa dengan memberikan program dasar pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya juga dituntut untuk dapat diaplikasikan bagi kepentingan khalayak banyak.

Salah satu bentuk program kerja PT. Telekomunikasi Indonesia dalam memberikan kepeduliannya untuk dapat mengupayakan pembentukan sumber daya manusia yang baik, diapresiasikan dalam bentuk pelatihan yang diimplementasikan dalam Cooperative Academic Education Programe


(8)

(COOP). Program ini di artikan sebagai sebuah program yang didasari atas pengadopsian nilai-nilai dunia kerja dalam atmosfer perusahaan tentunya. Hal ini dapat dilihat dari adanya program pelatihan dan pembekalan bagi mahasiswa dalam industri nyata, dan memberikan kesempatan baginya untuk dapat bergabung dalam keluarga besar PT. Telkom.

Program COOP ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM sebagai sebuah upaya nyata untuk dapat menggali sumber daya baru yang memiliki nilai jual tinggi untuk dapat dikembangkan. Program yang berbentuk pelatihan dengan atmosfer dunia kerja nyata ini, diadakan dengan melibatkan para akademisi sebagai objek pelatohan sebagai peserta yang memang ditujukan untuk dapat menerapkan beragam ilmu akademisinya dalam dunia kerja. Pemahaman mengenai kegiatan COOP, dapat dilihat pada situs resmi PT. TELKOM, sebagai berikut:

“Program Cooperative Academic Education (COOP) TELKOM Group adalah program belajar bekerja terpadu yang dilaksanakan PT. TELKOM bersama Anak Perusahaan (PT. Telkomsel dan PT. Infomedia) yang bekerja sama dengan Dunia Pendidikan guna mewujudkan suasana sinergis antara lembaga pendidikan, penelitian serta riset dan dunia Industri.”1

Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam pendidikan tinggi adalah melalui program COOP yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian bagi lulusannya. Program COOP merupakan suatu bentuk pendidikan yang memadukan peningkatan soft skill dan hard skill, proses

1


(9)

belajar akademik dengan pengalaman kerja yang terencana, terbimbing dan mendapat insentif. Program COOP memungkinkan mahasiswa memperoleh kemampuan yang praktis dengan dihadapkan pada penerapan dunia kerja di luar kampus. Melalui program COOP ini, PT. TELKOM mengupayakan untuk diperolehnya calon tenaga kerja yang mandiri, profesional, dan siap memasuki dunia kerja dengan kemampuan yang baik.

Patut dilihat bahwa program ini memberikan pelatihan yang nantinya akan menujukan adanya suatu “hasil” yang akan di dapatkan oleh perusahaan. PT. Telkom dapat melakukan rekruitmen secara selektif dengan melihat para anggota program COOP dari perguruan tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa Telkom memiliki kesempatan yang baik untuk melakukan selektifitas kinerja sumber daya manusia agar sesuai dengan harapan perusahaan.

Setidaknya Telkom dapat dengan jelas melihat kualitas sumber daya manusia yang ada dalam program COOP untuk kemudian dapat diakomodir dalam perusahaan. Artinya para peserta COOP yang dianggap masuk dalam kriteria PT. Telkom, dapat di lakukan rekruitmen untuk mendapatkannya sebagai SDM yang berkualitas setidaknya menurut kepentingan perusahaan. Berbagai struktural program COOP ini juka dilihat lebih jauh dapat dijadikan sebagai media untuk dapat melihat calon-calon pekerja di perusahaan yang dapat di bentuk untuk kepentingan perusahaan dalam artian yang positif.

Dari program COOP yang dilakukan PT. Telkom, peneliti dapat melihat adanya suatu kesempatan yang diberikan Telkom untuk dapat melihat secara menyeluruh mengenai kegiatan tersebut sebagai media resourching yang


(10)

secara lengkap dapat dilihat oleh perusahaan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana program COOP ini dapat menjadi media dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi perusahaan. Intinya penelitian ini ingin memperlihatkan secara holistik bahwa adanya simbiosis mutualisme yang diberikan dengan melihat adanya nilai keuntungan bagi perusahaan dan pekerjanya.

Kegiatan Cooperative Academic Education Programe (COOP) ini ditujukan dengan memberikan spesifikasi resmi berdasarkan kebijakan perusahaan sebagai penyelenggara. Spesifikasi yang ditujukan ini mengacu pada kegiatan teknis dan non teknis. Maksudnya bahwa kegiatan diselenggarakan untuk memberikan keterampilan dalam kepentingan yang berhubungan dengan teknologi perusahaan di bidang telekomunikasi dan manajerial perusahaan. Kegiatan ini lebih ditujukan untuk dapat memberikan pelatihan dalam bidang manajerial perusahaan dan sumber daya manusianya untuk dapat dikembangkan sebagai sebagai alat dalam menjaring calon pekerja yang memahami siatuasi kinerja dalam perusahaan.

Pengetian berbagai bidang ilmu dalam kajian program ini, ditujukan PT. TELKOM untuk melihat kepentingan perusahaan sebagai dasar dalam melihat kegiatan dan materi program kepada para pesertanya. Ini salah satu alasan mengapa bidang manajerial perusahaan menjadi salah satu perhatian penting dalam program COOP, kerena kegiatan yang termasuk sebagai bentuk pelatihan ini ditujukan dengan melihat kepentingan umum dalam membangun perusahaan secara fundamental. Artinya adalah kepentingan pembangunan


(11)

perusahaan melalui sumber daya manusia sebagai motor dalam menggerakan kegiatan perusahaan yang di dalamnya terdapat materi mengenai bidang kehumasan.

Mengenai keuntungan dari program ini dapat dilihat di situs resmi PT. Telkom menjelaskan, bahwa “Ada pun keuntungan dari program ini bagi Mahasiswa diantaranya adalah tercatat pada daftar alumni COOP Telkom Group yang akan dimanfaatkan sebagaidata baserekrutment calon karyawan. Disamping itu, mahasiswa juga akan mendapatkan honorarium dan sertifikat COOP.”2

Program COOP diperuntukan bagi Mahasiswa Program S1 minimal telah menempuh Semester VII atau telah menyelesaikan minimal 110 SKS dari total SKS pada jurusan: Teknik Elektro, Teknik Tel, Tek. Informatika, Tek. Industri, Manajemen, Akuntansi, Hukum, Ilmu Komunikasi dan Psikologi. Bersedia magang secara full time di Unit-unit Bisnis Telkom dan Group serta UMKM Binaan, untuk masa 3-4 bulan. Selain itu Mahasiswa tersebut mempunyai prestasi akademik yang tinggi serta prestasi ekstra kurikuler lainnya, mempunyai kemampuan berbahasa Inggris. Adapun batas usia maksimal adalah 25 tahun saat seleksi serta berbadan sehat dan berkelakuan baik.

Penelitian ini dilakukan di PT. TELKOM, Tbk Kota Bandung yang bnertempat di jalan japati No. 1 Bandung. Berbagai kegiatan pelatihan dan pemagangan ini pun dilakukan di kantor divisi regional lainnya di tanah air

2


(12)

untuk dapat melihat potensi-potensi yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Dengan pengertian ini, menjelaskan bahwa kemungkinan setiap mahasiswa yang memiliki potensi dan pengajuan diri untuk dapat bergabung dengan program COOP dapat terbuka lebar.

Dari program yang dilakukan oleh PT. TELKOM, Tbk. itu sendiri, tentunya akan mengacu pada beragam bentuk pelatihan bagi para peserta COOP yang dalam hal ini diperuntukan bagi mahasiswa aktif. Mahasiswa sebagai objek utama yang dituju TELKOM sebagai peserta program COOP di upayakan untuk dapat diberikan berbagai bentuk pembekalan yang tentunya akan memberikan beragam pengetahuan dan menambah keahlian peserta. Sehingga tidak berlebihan jika program ini kemudian disebut peneliti sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi para pesertanya.

Beragam bentuk pemberian materi pelatihan dan pemagangan dalam COOP memberikan beragam ilmu dan keterampilan lebih bagi pesertanya, sebagaimana juga komitmen TELKOM dengan penyelenggaraan program ini. Seperti yang dikutip dalam situs resmi PT. TELKOM, bahwa “Mahasiswa akan mendapatkan pelatihan dalam bentuk materi dan praktek melalui pelatih yang memiliki kredibilitas baik yang dimiliki oleh perusahaan. Mahasiswa juga akan mendapatkan beragam ilmu dari praktisi yang memang memiliki kemampuan dan pengalaman di bidangnya.”3

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa mahasiswa mendapatkan beragam bentuk pelatihan dengan menggunakan beragam perangkat perusahaan untuk

3


(13)

dapat memberikan ilmu, wawasan dunia kerja dan keterampilan dengan adanya pengalaman dunia kerja yang diberikan. Dengan melihat alasan di atas, maka peneliti tertarik untuk dapat merumuskan masalah penelitian, yaitu: “Bagaimana Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kota Bandung Sebagai Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya?”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya? 2. Bagaimana pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di

PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

3. Bagaimana media yang digunakan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

4. Bagaimana peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?


(14)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mendeskripsikan peranan peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

2. Untuk mengetahui pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

3. Untuk mengetahui media yang digunakan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

4. Untuk mengetahui peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.


(15)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah bagi praktek ilmu komunikasi dalam perusahaan sebagai alat yang dapat dijadikan media dalam program pelatihan sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna menyelenggarakan pelatihan yang efektif dari segi implementasi ilmu komunikasi dan dampaknya bagi semua bagian yang terlibat dalam pelatihan tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan penelitian ini bagi penulis yakni, memberikan pengetahuan mengenai peran serta peusahaan dalam memberikan dukungan sosial dengan menyelenggarakan berbagai bentuk pemagangan atau pun pelatihan bagi masyarakat khususnya akademisi untuk dapat meningkatkan kualitasnya. Dalam prakteknya, komunikasi dipergunakan untuk dapat membangun sumber daya manusia melalui teori-teori yang didasarkan pada adanya penerapan ilmu komunikasi di dalamnya.


(16)

2. Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia yakni, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber alternatif literatur bagi penelitian sejenis lainnya, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan penerapan ilmu komunikasi khususnya dalam membangun sumber daya manusia melaui praktek-praktek komunikasinya tersebut.

3. Kegunaan penelitian ini bagi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Kota Bandung yakni, diharapkan dapat memberikan informasi yang konkret tentang bagaimana peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) berjalan pada prakteknya dan memberikan masukan agar program ini dapat berjalan sesuai dengan harapan perusahaan dan sebagai media evaluasi bagi perusahaan dalam menilai keberhasilan program Cooperative Academic Education Program(COOP).

4. Kegunaan penelitian ini bagi peserta dan calon peserta program COOP, yakni diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran aktif TELKOM melalui program pelatihan dan pemagangan yang bertujuan untuk dapat meningkatkan keterampilan pesertanya. Keterampilan yang di dapat ini tentunya akan meningkatkan pengetahuan dan kualitas peserta melalui dunia kerja yang akan di hadapi pada masa yang akan datang


(17)

1.5 Kerangka Pemikiran

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) sebagai perusahaan jasa telekomunikasi besar di Indonesia berusaha untuk memberikan bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui program pelatihan yang diberikan dalamCooperative Academic Education Program(COOP) yang diperuntukan bagi akademisi yang dalam hal ini mahasiswa dari seluruh Indonesia melalui kantor divisi regional masing-masing wilayah.

Program yang diberikan dalam kegiatan COOP ini berupa pelatihan dan pemagangan yang diperuntukan bagi mahasiswa aktif. Pengertian Pelatihan dikemukakan oleh Flippo yang kemudian dikutip oleh Moekijat bahwa, “Pelatihan itu merupakan suatu tindakan untuk merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai yang melaksanakan suatu pekerjan tertentu.” (Moekijat, 1993: 1).

Kegiatan pelatihan ini merupakan pengembangan sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia pada dasarnya merupakan partner dari alam yang berada di luar diri mereka dan sekaligus merupakan dari “kultur”, yakni hasil perubahan yang menyeluruh yang disebabkan oleh olah manusia itu sendiri. Hubungan inilah yang perlu dimengerti untuk dapat memahami dan menghayati pengertian sumber daya tersebut. Sebagian besar sumber daya manusia merupakan hasil akal budinya disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan dengan sabar melalui jerih payah dan perjuangan berat.

Pesan menjadi inti dalam penelitian karena dari point pesan ini dapat dilihat bagaimana program ini ditujukan dan diberikan. Pesan yang diberikan


(18)

merupakan bagian dari sekenario perusahaan untuk dapat membentuk program tersebut sedemikian rupa untuk dapat diterapkan. Pesan yang ada bukan hanya mewakili tujuan dari program tetapi juga lebih jauh memahami bagaimana PT.Telkom menjalankan programnya dan pencapaian yang diharapkan dari program COOP yang dilakukan. Dalam penyampaian pesan tersebut, tentunya program COOP yang diberikan akan membutuhkan media uintuk dapat mengaplikasikan pesan yang perusahaan agar sampai kepada para objek program COOP.

Pesan adalah “Suatu komponen dalam proses komunikasi berupa panduan dan pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan bahasa atau lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain.” (Effendy, 1989: 224).

“Pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain. Agar pesan disampaikan mudah dimengerti dan dapat mendorong prilaku komunikan, harus ditunjang dengan kejelasan pesan dan kelengkapan pesan. Menurut Brigley, pesan yang diorganisasikan dengan baik akan lebih mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun dengan baik.” (Rakhmat, 1999: 295).

Hasil akhir yang ingin di capai dalam penelitian ini tentunya mengarah pada adanya penilaian mengenai pengingkatan kualitas kerja sumber daya manusia yang ditujukan dalam program COOP. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mangkunegara yang menjelaskan, bahwa “Kualitas kerja adalah hasil kerja secara kuantitatif dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2001: 67).


(19)

Umumnya suatu latihan berupaya menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang pada saat itu dihadapi. Untuk itu Mangkunegara dalam bukunya “Manajemen sumber daya manusia dan perusahaan” merumuskan komponen-komponen yang harus dimiliki dalam pelatihan, yaitu :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

2. Para pelatih harus memiliki kualifikasi yang memadam.

3. Materi pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan harus sesuai dengan tingkat kemampuan pegawai yang menjadi peserta.

5. Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. (Mangkunegara, 2001: 44)

Penelitian ini ditujukan untuk dapat melihat peranan program COOP dalam sebagai media yang digunakan dalam membangun sumber daya manusia yang disiapkan dengan serangkaian bentuk pelatihan di dalamnya yang diharapkan dapat meningkatkan kualitaspesertanya. Hal ini tidak lain untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan dunia kerja dalam nilai awal. Program ini pun dapat dijadikan sebagai media rekruitmen sebagai efek lanjutan dari konsep pemagangan yang diberikan PT. TELKOM melalui program COOP.

Dengan melihat berbagai aspek program COOP yang diuraikan sebelumnya, peneliti memberikan asumsi awal bahwa kegiatan COOP ini memiliki kapasitas yang mumpuni untuk dijadikan sebagai alat untuk menyaring pegawai kompeten bagi perusahaan. Jadi konsep pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia diaplikasikan dalam program ini.


(20)

Hasibuan menerangkan mengenai sumber daya manusia dalam aspek manajemen sumber daya manusia dalam bukunya, bahwa “Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.” (Hasibuan, 2005: 244).

Perlu digarisbawahi bahwa kerangka pemikiran dalam pendekatan kualitatif tidak di batasi dengan adanya suatu rangkaian model komunikasi yang cenderung mengikat dalam struktur baku. Kebebasan peneliti untuk dapat menentukan jalannya penelitian dengan berdasarkan pada teori saja telah cukup membangun alur penelitian kualitatif dengan sistem yang tidak terbebani. Bahkan teori saja tidak cukup untuk dapat memberikan batasan bagi peneliti untuk dapat menjalankan penelitian dengan keluar dari jalur yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Jalauddin Rakhmat yang menjelaskan, bahwa:

“Peneliti terjun langsung kelapangan tanpa di bebani oleh model bahkan teori sekalipun sehingga persfektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menentukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Peneliti terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak dating sebelum penelitian. Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian.” (Rakhmat, 2000: 26).

Penjelasan pada kutipan diatas menjelaskan bahwa penelitian kualitatif ini diperbolehkan untuk dibebaskan dari adanya pemilihan model komunikasi semata. Karena lebih penting dari hal tersebut, yakni hipotesis yang akan berkembang pada saat penelitian sedang berlangsung. Untuk itu peneliti tidak


(21)

menggunakan model komunikasi tertentu dalam penelitian ini karena berbagai teori yang digunakan telah dirasa cukup untuk menuntun peneliti kedalam penelitian lebih lanjut.

1.6 Pertanyaan Penelitian

A. Kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Apa tujuan utama diselenggarakannya program COOP ini? 2. Dimana kegiatan COOP ini dilaksanakan?

3. Siapakah sasaran dari kegiatan COOP ini?

4. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam program COOP ini?

B. Pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Bagaimana kejelasan pesan dalam program COOP ini?

2. Apakah jenis pesan yang disampaikan dalam program COOP ini? 3. Bagaimana cara penyampaian pesan pada program COOP ini? 4. Bagaimana bentuk penyampaian pesan pada program COOP ini?


(22)

C. Media Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Media apa saja yang digunakan pada program COOP? 2. Bagaimana media tersebut digunakan?

D. Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

1. Bagaimana perusahaan menilai jalannya program COOP ini? 2. Bagaimana peserta menilai program COOP ini?

3. Apa saja yang menjadi perhatian TELKOm dalam program COOP ini? 4. Apakah harapan peserta dalam program COOP ini?

5. Apakah program COOP ini telah dinilai berhasil oleh perusahaan? 6. Apakah kegiatan ini dirasa memberikan imu dan tambahan wawasan

bagi peserta?

7. Apakah yang harus diperaiki perusahaan untuk program COOP selanjutnya?


(23)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode ini digunakan oleh peniliti karena dengan digunakannya metode penelitian ini, peneliti dapat menggambarkan penelitian mengenai peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Divisi Regional Jawa Barat (Bandung) sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya secara mendetail dengan melihat keseluruhan cakupan permasalahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didalamnya menggunakan kerangka pemikiran yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih memperkuat hasil penelitian. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tidak digunakan untuk menguji teori-teori yang ada tetapi dijadikan sebagai panduan agar peneliti dapat lebih terarah dan fokus dalam pembahasan penelitian. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini tidak mengisolasikan secara terbatas individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi mengarahkannya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Hal ini merupakan kunci pokok dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif

Bogdan dan Taylor (1975: 5) sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam buku “Metodologi Penelitian Kualitatif” mengatakan bahwa, “Metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” (Moleong, 2006: 3).


(24)

Catherine Marshal (1995) sebagaimana dikutip oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” menyatakan bahwa, “Kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.” (Sarwono, 2004: 193).

Dalam definisi di atas menunjukan beberapa kunci dalam melakukan penelitian (riset) kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Jonathan Sarwono bahwa, “Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih terfokus pada proses dari pada hasil akhir.” (Sarwono, 2004: 193)

Bentuk penuturan yang adalam dalam metode deskriptif ini, memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat lebih memahami mengenai berbagai hal yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan peranan program COOP bagi perusahaan dengan melihat fenomena dalam situasi yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Djalaluddin Rakhmat, bahwa:

“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis, fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.” (Rakhmat, 2000: 22)

Digunakannya metode deskriptif ini pada dasarnya ditujukan untuk dapat memberikan keleluasaan bagi peneliti dalam mengemati objek penelitian secarqa signifikan. Hal yang perlu digaris bawahi dalam penelitian ini bahwa peneliti tidak membentuk sebuah kerangkan yang dapat


(25)

mengganggu suasana alamiah di lapangan. Peneliti diberikan kesempatan untuk melihat dan mengamai untuk selanjutnya mengabarkan penelitian sebagai sebuah hasil yang distrukturkan sebagai sebuah wacana yang ada dalam peristiwa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” yang mengungkapkan, bahwa:

“Cara lain metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuka kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku obsercasi. Dengan suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun langsung ke lapangan. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variable.” (Rakhmat, 2000: 25).

Kutipan diatas telah cukup menjelaskan alasan peneliti menggunakan metode penelitian ini. Hal ini juga dimaksudkan peneliti untuk dapat memberikan penilaian peranan yang ada dalam kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas bagi perusahaan, sebagai sebuah usaha untuk mengabarkan fenomenanya secara tersistematis.

Pada dasarnya metode deskriptif ada sebagai upaya dalam menjelaskan objek penelitian yang ada sebagai suatu permasalahan yang dapat dibahas secara umum kemudian merumuskannya ke dalam cakupan yang lebih sempit lagi dengan pemaparan yang sinergis. Metode deskriptif ini memungkinkan peneliti untuk dapat mengetahui berbagai informasi yang ada dilapangan yang memungkinkan ditemukannya pengertian lain yang di dapatkan di lapangan. Hal ini didapat dari adanya berbagai informasi yang didapat dan dikemas dalam penelitian ini bersifat tutorial sehingga peneliti menjalankan


(26)

penelitiannya dengan memberikan kabar dari kacamata banyak pihak yang kemudian dikalkulasikan dalam penglihatan peneliti.

1.8 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang salah satunya ialah wawancara. Menurut Subana yang dikutip oleh Riduwan, mengatakan bahwa:

“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.” (Riduwan, 2005: 29).

2. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, karena penting untuk peneliti memperoleh data dari buku serta karya ilmiah yang berhungan dengan penelitian ini untuk melengkapi data yang telah ada atau sebagai bahan perbandingan. Dalam studi pustaka, peneliti menggunakan berbagai buku dan karya ilmiah yang telah ada untuk mencari perkembangan baru mengenai penelitian ini.

Studi pustaka memungkinkan peneliti untuk mengetahui berbagai penelitian yang telah ada sebagai bahan penyelaras dari data dilapangan yang telah diperoleh. Studi pustaka yang dilakukan berupa mengumpulkan buku, jurnal, karya ilmiah, dan lain-lain yang berhubungan penelitian.


(27)

3. InternetSearching

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat ini menjadikannya sebagai alternatif untuk dapat memperoleh berbagai ilmu dan referensi mengenai penelitian ini. Internet sebagai salah satu produk teknologi saat ini, keberadaannya sangat membantu dalam memberikan beragam informasi yang sejalan dengan penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menyertakan pencarian data dalam berbagai situs dalam internet sebagai teknik pengumpulan data.

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi yang berkaitan dengan penelitian komunikasi interaksional yang terjadi dalam kelompok komunikasi virtual. Beragam informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan beragam literatur. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi point penting untuk menjadikan pencarian data dalam intenet sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini digunakan untuk dapat mengumpulkan berbagai data-data dokumentasi, baik iru dari perusahaan atau pun yang peneliti dapatkan di lapangan. Studi dokumenyasi ini dirasa perlu dilakukan untuk dapat melihat nilai keabsahan penelitian dengan memberikan perbandingan dengan adanya dokumentasi nyata di lapangan sehingga penelitian dapat disertai dengan bukti otentik.


(28)

1.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian perlu diadakannya tahapan-tahapan penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalurnya dengan menerapkan langkah-langkah penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini berguna dalam proses sistematika penelitian yang akan memberikan gambaran mengenai proses penelitian dan digunakan sebagai teknik analisa data yang terdiri dari:

1. Penyeleksian data

Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian dengan penilaian tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klasifikasi data

Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara detail.


(29)

3. Merumuskan hasil penelitian

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis. 4. Menganalisa hasil penelitian

Tahap akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir.

1.10 Subjek dan Informan Penelitian 1.10.1 Subjek

Subjek ini berasal dari populasi penelitian yang merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan adanya subjek ini berarti peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan pada kumpulan subjek tersebut. Populasi menjadi sebuah identitas tempat atau pun kelompok yang menjadi objek penelitian dan berusaha untuk menjelaskan bagian-bagian yang terkandung di dalamnya ke dalam bentuk laporan penelitian.

Subjek ini merupakan objek penelitian secara keseluruhan mengenai tempat dimana penelitian dilakukan dan ditujukan kepada


(30)

siapa penelitian ini dilakukan. Populasi berkenaan dengan kependudukan, masyarakat, penduduk, khalayak umum, kumpulan orang dalam suatu tempat secara berkelompok dan segala hal yang berkenaan dengan sifat kuantitatif dalam jumlah dan data.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah menjelaskan mengenai populasi penelitian yang dalam penelitian kualitatif ini disebut subjek penelitian, bahwa “Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti.” (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Salah satu hal yang menarik dalam penelitian ialah bahwa peneliti dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Hal ini memang memberikan sifat generalisasi tetapi itulah esensi yang didapatkan dalam populasi penelitian. subjek penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lain-lain.

Jadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dalam Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. TELKOM Divisi Regional Jawa Barat (Bandung) yang terlibat secara langsung dalam kegiatan ini termasuk di dalamnya para peserta pelatihan.


(31)

1.10.2 Informan

Dengan didapatkannya subjek penelitian, maka selanjutnya penelitian memerlukan keterwakilan subjek melalui sampel informan untuk dapat diwakilkan oleh beberapa informan yang dipilih oleh peneliti. Informan peneltian ini dipilih dalam kelompok subjek dengan pengertian bahwa informan ini dapat mewakili subjek dalam. Hal ini dilakukan untuk melihat kedalaman penelitian dari sudut pandang keterwakilan dari keterangan informan. Hal ini dibenarkan dalam penelitian, sehingga pemilihan informan juga dilakukan peneliti untuk dapat melihat berbagai informasi penelitian dari informan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah yang mengatakan bahwa, “Sampel merupakan bagian dari subjek yang ingin diteliti. Oleh Karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap subjek dan bukan subjek itu sendiri.” (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Jelas bahwa informan merupakan bagian kecil dari subjek penelitian yang diambil untuk mewakili subjek secara keseluruhan. informan ini diharapkan dapat mewakili berbagai aspek yang ada dalam subjek penelitian secara luas. Dengan ketersedian sampel yang ada, maka dibutuhkan suatu teknik penarikan sampel atau disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan sampling


(32)

nonprobabilitas dengan teknikpurposive sampling.

Teknik penarikan purposive sampling dipilih karena teknik ini memilih informan dengan berbagai penilaian tertentu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa, “Sampling purposif, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap — berdasarkan penilaian tertentu.” (Rakhmat, 2000: 81).

Dengan ini peneliti memiliki kewenangan untuk menentukan informan yang menurut peneliti masuk ke dalam kriteria yang tepat untuk dapat melihat peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. TELKOM di divisi regional Jawa Barat (Bandung). Peneliti menggunakan dua orang informan sebagai narasumber yang kemudian akan terlibat langsung dalam perolehan informasi dengan peneliti mengenai keberadaannya dalam posisinya sebagai bagian dari structural dari PT. TELKOM dan mahasiswa peserta COOP yang akan melihat penelitian dari sudut pandangnya sebagai peserta program pelatihan dan pemagangan ini.

Informan yang yang dipilih ini tentunya berdasarkan pertimbangan tertentu, yakni penentuan informan dari bagian COOP PT.TELKOM untuk dapat melihat program ini dari sudut pandang perusahaan dan penerapannya. Sedangkan informan dari mahasiswa peserta pelatihan ditujukan peneliti untuk dapat melihat program kerja


(33)

COOP tersebut diterapkan pada peserta program COOP. Untuk melihat informan yang dimaksudkan, maka peneliti menerangkannya dalam tabel informan berikut ini:

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No Nama Informan Posisi

1. Drs. Budi Santosa OfficerI Job Management

2. Tine A. Wulandari, S.Ikom

Peserta COOP, bagian Divisi Kesekretariatan BidangPublic Relation Sumber: Data peneliti, 2010

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi

Penelitian ini berlangsung di kantor pusat PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Kota Bandung. Jl. Japati No.1 Bandung.

Telepon : (022) 4521406 Website : www.telkom.co.id

1.11.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap dimulai dari bulan Februari 2010 sampai dengan Juli 2010. Tahapan penelitian kemudian diuraikan ke dalam bentuk tabel berikut ini:


(34)

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.Persiapan

Pengajuan judul Acc judul Pengajuan persetujuan pembimbing Bimbingan 2.Pelaksanaan

Bimbingan BAB I Bimbingan BAB II Bimbingan BAB III

Bimbingan BAB IV

Bimbingan BAB V 3.Penelitian

Lapangan Proses wawancara Pengolahan data 4.Penyelesaian

Laporan Penyusunan seluruh draft skripsi

5. Sidang kelulusan


(35)

1.12 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pertanyaan Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Populasi dan Sampel, Lokasi dan Waktu Penelitian, serta Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan Tinjauan Tentang Komunikasi, Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi, Tinjauan Tentang Peranan, Tinjauan Tentang Sumber Daya Manusia, Tinjauan Tentang Kualitas.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Berisikan tentang Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Visi dan misi PT. Telekomunikasi Indonesia, Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Job Description PT. Telekomunikasi Indonesia, Sarana dan Prasarana di PT. Telekomunikasi Indonesia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang deskripsi informan, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari peneliti mengenai masalah yang telah selesai diteliti.


(36)

34

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy, “Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas


(37)

dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif.” (Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto, menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto, 2004: 3).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1966: 4) dalam buku “Interpersonal Communication” yang dikutip oleh


(38)

Wiryanto menerangkan bahwa, “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).” (Wiryanto, 2004: 6).

Carl I. Hoveland (1948: 371) dalam buku “Social Communication”, yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi bahwa, “The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu (Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain).” (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku “Speech Communication; Fundamentals and Practice” sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.” (Wiryanto, 2004: 6).

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku “Communication Network: Towards a New Paradigm for Research” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada


(39)

gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.” (Wiryanto, 2004: 6). Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku “Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.” (Wiryanto, 2004: 7).

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media, penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya unsur


(40)

komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsur utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam bukunya “Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara mengatakan bahwa, “Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.” (Cangara, 2005: 21).

Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik yang mendasari hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan bahwa, “Terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukung, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan.” (Cangara, 2005: 22).


(41)

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Formula ini dikenal dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel(saluran-media), danReceiver(penerima).” (Cangara, 2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, “Unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.” (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menambahkan unsur komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.” (Cangara, 2005: 22).

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy:


(42)

“Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi(decoder).” (Effendi, 2003: 13).

Wilbur Schramm dalam karyanya “Communication Research in the United States” sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan.” (Effendy, 2003: 13).

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.” (Effendy, 2003: 13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman kominikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.


(43)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, maka digunakan model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyatanmaupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur terpenting dari fenomena tersebut.

Paradigma Lasswel yang mengatakan Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect? mengilhami Philip Kotler untuk membentuk suatu model proses komunikasi. Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler, berdasarkan kepada paradigm Lasswel, dan dikutip Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 1993:18)

sender encoding decoding receiver

Feed back response

message


(44)

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi unsure-unsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender: komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding: penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message: pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding: proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

- Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 1993:18)

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam


(45)

pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2003: 11).

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Bahasa digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara terbuka.” (Effendy, 2003: 11). Apakah penyampaian bahasa tersebut dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.


(46)

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan seperti misalnya kentongan,semaphore(bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, warna tetap tidak “berbicara” banyak untuk menerjemahkan pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan


(47)

pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.

B. Proses Komunikasi Sekunder

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 16).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.


(48)

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan.” (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya.

Keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut para ahli komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu. Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata


(49)

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Proses komunikasi sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa ( non-mass media).” (Effendy, 2003: 18).

Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.


(50)

2.1.4 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (to inform)

adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educated)

adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.(Effendy, 1993 : 36)

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change)a 3. Perubahan perilaku (Behavior change)


(51)

2.1.6 Hambatan-Hambatan Komunikasi

Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi tidak selalu efektif karena terdapat kendala yang menghambatnya. Terdapat berbagai hambatan komunikasi seperti halnya yang diungkapkan oleh Effendy yang antara lain, yaitu:

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi. Menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik (Mechanical, channel noise) atau gangguan pada channel komunikasi dan gangguan sematic (Sematic noise). Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sementara gangguan semantik bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan kesalahpahaman. 2. Kepentingan

Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungan dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka kemungkinan komunikasi tersebut diterima semakin besar ataupun sebaliknya. 4. Prasangka

Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan dalam suatu komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka telah berprasangka yang tidak baik pada awal komunikasi dilancarkan oleh komunikator sehingga sulit bagi komunikator untuk


(52)

mempengaruhi komunikan. Prasangka komunikan menjadikannya berpikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi. (Effendy 1993: 45)

2.2 Tinjauan Tentang Organisasi 2.2.1 Pengertian Organisasi

Manusia yang modern adalah manusia yang memiliki kemauan untuk berorganisasi. Manusia merasa bahwa dengan berorganisasi dia menjadi bagian dari suatu kepentingan yang lebih luas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan organisasi dalam kehidupannya. Begitu pentingnya organisasi dalam kehidupan kita maka kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi itu sendiri.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein (1982) yang dikutip Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi mengatakan, bahwa:

“Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.” (Muhammad,1995: 3)

Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem. Selanjutnya Kochler (1976) yang dikutip Muhammad mengatakan


(53)

bahwa “Organisasi adalah sistem hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.” (Muhammad, 1995: 24)

Definisi lain dikemukakan oleh M. Manullang yang dikutip Hasibuan, mengemukakan pengertian organisasi sebagai berikut:

a. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga kemungkinan orang-orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk mencapai tujuan.

b. Organisasi dalam arti statis adalah setiap gabungan yang bergerak ke arah tujuan bersama, dengan istilah popular adalah struktur atau bagan organisasi (Hasibuan, 1990: 122)

Sesuai dengan uraian yang dikemukakan Manullang dapat dikatakan bahwa organisasi adalah merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam organisasi terdapat suatu proses kerja sama sejumlah manusia yang diatur oleh prosedur kerja serta pembagian tugas dan dalam organisasi itu sendiri terdapat struktur organisasi yang dapat membedakan antara atasan dan bawahan.

Walaupun ketiga pandapat di atas berbeda-beda tetapi ada beberapa hal yang sama-sama dikemukakan yaitu; organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan sebagai suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai


(54)

bagian yang saling tergantung satu sama lain. Bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian lain.

Organisasi membutuhkan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa koordinasi akan sulit bagi organisasi berfungsi dengan baik. Sedangkan untuk tujuan organisasi akan tercapai jika dua hal di atas berjalan dengan baik maka tujuan organisasipun akan tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.2 Fungsi Organisasi

Menurut Arni Muhammad dalam bukunya “komunikasi organisasi” menyebuttkan bahwa organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi Kebutuhan Pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Semakin kompleks sebuah organisasi semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi tersebut. Misalnya; sebuah organisasi membutuhkan gedung untuk tenpat beroperasi, uang/modal untuk biaya pekerja dan penyediaan bahan mentah, dan sebagainya maka semua itu merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya.

2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab

Setiap organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi tersebut berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak.


(55)

3. Memproduksi Barang atau Orang

Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Misalkan organisasi pendidikan guru maka produksinya adalah calon guru.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi Orang

Organisasi dikatakan mempengaruhi orang, maksudnya adalah orang-orang yang menjadi anggota organisasi tersebut secara tidak langsung perilakunya akan dipengaruhi oleh organisasi, misalnya; seseorang yang bekerja diperusahaan mobil, maka perusahaan akan mempengaruhi orang tersebut dalam memilih kendaraan apa yang akan dipakainya atau yang akan dibelinya. Sebaliknya organisasi dipengaruhi oleh orang maksudnya sukses tidaknya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan kualitas anggota dalam melakukan aktivitas organisasi. (Muhammad, 1995: 32)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Pengertian komunikasi organisasi menurut Zelko dan Dance yang kemudian dikutip oleh Muhammad yang menyatakan bahwa:

“Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya.” (Muhammad, 1995: 66).


(56)

Ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan dari pengertian komunikasi organisasi yaitu :

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skillnya (Muhammad, 1995: 67).

2.3.2 Jenis Komunikasi Organisasi

Berdasarkan pengertian komunikasi menurut Zelko dan Dance, maka komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Dua macam komunikasi organisasi tersebut diuraikan sebagai berikut :

A. Komunikasi internal

Komunikasi internal menunjukkan pertukaran informasi antar manajemen organisasi dengan publik internalnya yaitu para karyawan. “Komunikasi dengan karyawan merupakan kunci utama dari program hubungan masyarakat yang modern” (Moore, 1987: 79).

Apabila tidak diberi penjelasan yang lengkap maka para karyawan tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya. Ketidaktahuan karyawan akan menimbulkan ketidakpuasan perusahaan akan hasil usaha yang dilakukan karyawan. Karyawan yang tidak mengetahui apa yang dipikirkan


(57)

oleh atasan akan terancam kehilangan pekerjaannya. Untuk itu “fungsi komunikasi internal adalah untuk mengusahakan agar para karyawan mengetahui apa yang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan karyawannya” (Moore, 1987: 80).

Brennan yang dikutip oleh Effendi menerangkan mengenai komunikasi internal dalam organisasi, bahwa:

“Komunikasi internal disebut juga sebagai pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas (Operasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (Operasi dan manajemen).” (Effendy, 1990: 122).

Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi internal sangat penting sebelum melakukan komunikasi yang baik dengan pihak eksternal. Melalui komunikasi internal keputusan dan kebijakan yang ada dalam suatu perusahaan berdasarkan pada suatu kesepakatan bersama yang membawa keberuntungan dan kemudahan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan bersama.

Adapun komunikasi internal tesebut terdiri dari downward communication atau komunikasi kepada bawahan, dan upward communication atau komunikasi kepada atasan, serta horizontal


(58)

communication atau komunikasi horizontal. Untuk lebih jelasnya maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komunikasi ke Bawah(Downward Communication)

Komunikasi ke bawah atau downward communication menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Pada umumnya komunikasi ke bawah digunakan untuk tujuan menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum.

Menurut Lewis (1987) tujuan komunikasi ke bawah yang kemudian dikutip oleh Muhammad, yakni:

Tujuan komunikasi ke bawah yakni untuk menyampaikan tujuan organisasi, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad , 1995 : 108).

Secara umum komunikasi ke bawah diklasifikasikan atas lima tipe yaitu :

a. Instruksi atau tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan yang disampaikan bervariasi bisa berupa perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.

b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan


(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul

“Peranan

Cooperative Academic Education Program

(COOP) di PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana

pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya”. Skripsi ini

diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi

konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat (HUMAS) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik studi penulis di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Papasi selaku Dekan Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik,

Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan izin untuk penelitian ini

dan dapat mengesahkan skripsi ini sehingga dapat dijadikan sebagai literatur bagi

semua pihak yang memerlukan.

2. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak membantu dan membimbing


(3)

3. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si selaku wali dosen penulis yang telah

banyak membantu penulis dalam banyak hal dan memberikan berbagai

pembelajaran yang positif dan sangat menginspirasi penulis.

4. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Komputer

Indonesia dan dosen penulis yang banyak memberikan pengetahuan baru bagi

penulis selama masa perkuliahan.

5. Yth. Ibu Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing yang sangat

penulis kagumi dan sangat menginspirasi penulis untuk dapat pintar dalam

berbagai hal.

6. Yth. Bapak Manaf Solihat, S.Sos., Msi Selaku dosen penulis yang banyak

memberikan pengetahuan baru bagi penulis selama masa perkuliahan.

7. Yth. Bapak Andi Nurul Huda S.I.Kom, Bapak Inggar Prayoga S.I.Kom, dan

Bapak Sanggra Julianto S.I.Kom. Selaku dosen Program Studi Ilmu Komunkasi

Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan berbagai

pengetahuan bagi penulis

8. Yth. Seluruh Staff dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer

Indonesia yang telah banyak memberikan berbagai pengetahuan bagi penulis.

9. Yth. Bapak Budi Santosa, Selaku penanggung jawab urusan COOP di PT

Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TELKOM). Yang telah memberikan masukan


(4)

10. Yang tersayang suamiku Ade Triyana yang telah memberikan semangat, nasehat,

doa serta perhatian yang tulus dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis.

11. Yang tersayang ibuku, bapakku, kakakku A.Dani, Teh Tuti terima kasih atas

dukungan dan nasehat yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

12. Yang terhormat papah mertua, mamah mertua, kakak ipar mas roni, mbak nana

dan adik iparku heri dan lia yang sudah mendukung peneiti dalam pembuatan

laporan skripsi ini.

13. Sahabat seperjuangan Intan, Wulan, Tine dan Temi yang sudah mendukung

peneliti dalam pembuatan laporan skripsi ini.

14. Buat teman-teman kostanku yang selalu rame dan kompak T.Tita, Weny,Aida,

Rika makasih ya udah ngasih semangat.

15. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik dalam pelaksanaan maupun penulisan laporan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang

yang telah membantu penulis dengan segala kesabaran serta keikhlasannya dalam

penyusunan laporan skripsi ini.

Akhir kata peneliti berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca, khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi spesialisasi Ilmu

humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung (UNIKOM).


(5)

(6)

153

SURAT PENGANTAR WAWANCARA

Bandung, Juli 2010

Kepada YTH,

Informan Penelitian

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Kota Bandung

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Lilis Nuraeni

Nim

: 41804109

Program studi

: Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas

Fakulas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan

Sarjana (S1). Penelitian ini berjudul

“Peranan

Cooperative Academic Education Program

(COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kota Bandung Sebagai

Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya”

. Untuk itu

saya melakukan wawancara guna mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini. Besar harapan agar Bapak/ibu/sdra/i bersedia memberikan informasi penelitian

dalam wawancara ini.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada bapak/ibu/sdra/i, saya berharap agar kiranya

Bapak/ibu/sdra/i dapat memberikan informasi yang sebenarnya sesuai dengan keadaan yang

ada dan ditemui selama program COOP dilaksanakan. Perlu diketahui bahwa hasil

wawancara ini hanya akan digunakan untuk penelitian dan tidak akan digunakan untuk

keperluan lainnya.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu/sdra/i yang telah bersedia

membantu dalam kegiatan wawancara ini.