Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks) bagi Anak di Lingkungan Keluarga

D.08

MENDESAIN KURIKULUM PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI (SEKS) BAGI ANAK
DI LINGKUNGAN KELUARGA
Nur Hidayah, M.Pd.
Dosen PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
hzam_09@yahoo.co.id

Abstraksi. Dalam suatu proses pendidikan, kurikulum merupakan komponen sentral yang
sangat penting untuk proses menanamkan suatu konsep/konstruk materi pada peserta didik.
Kurikulum ibarat lintasan yang akan ditempuh oleh penyelenggara pendidikan untk
mencapai garis finish atau tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pentingnya kurikulum
juga diibaratkan sebagai jantung dalam proses pendidikan. Pendidikan kesehatan reproduksi
(seks) pada anak-anak dikeluarga merupakan subject matter yang mendasar wajib diberikan
pada anak sebelum banyak berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat luas baik di sekolah
maupun diluar sekolah. Oleh karena itu gagasan perlunya desain kurikulum pendidikan
kesehatan reproduksi (seks) dikeluarga sangat diperlukan sebagai wawasan baru bagi
orangtua untuk mendidik putra-putrinya terkait dengan pendidikan kesehatan reproduksi
(seks) sejak dini mungkin. Metode penulisan karya ini dengan menggunakan analisis pustaka
dari beberapa sumber yang relevan terkait dengan desain kurikulum pendidikan kesehatan

reproduksi (seks) untuk anak di lingkungan keluarga. Langkah untuk
mendesain/mengembangkan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi (seks) bagi anak di
lingkungan keluarga dilakukan dengan cara: 1) melakukan analisis kemampuan potensi
keluarga (kekuatan dan kelemahan); 2) melakukan pengkajian dan perumusan standar
kompetensi anak yang sesuai dengan cita-cita orangtua; 3) merumuskan standar isi
kurikulum yang mencakup materi dan strategi membelajarkan pendidikan kesehatan
reproduksi (seks) pada anak; 4) menyusun kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi (seks)
yang dikemas dengan konsep sersan (serius tapi santai); 4) menyiapkan model kalender
pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi (seks) dengan pendekatan PAKEM.
Kata kunci : kurikulum, pendidikan, kesehatan reproduksi .

Anak

merupakan

titipan

yang

intelektual, seksual, sosial dan lain-lain)


Kehadiran

hingga mereka dewasa. Kedua orangtua

seorang anak merupakan amanah dan

akan ditanya tentang keadaan anak-anak

tanggung

serta

mereka pada hari kiamat nanti, apakah

dipercayakan kepada kita. Selayaknyalah

keduanya telah menjaga atau menyia-

orangtua


nyiakannya.

diberikan oleh Allah SWT.

jawab

sebagai

yang

diberikan

pihak pertama

yang

bertanggung jawab terhadap keselamatan

Tanggungjawab orangtua tidak hanya


putra dan putrinya dalam menjalani tahapan-

mencakup atau terbatasi pada kebutuhan

tahapan perkembangan (fisik, emosional,

materi saja, tetapi sesungguhnya mencakup
459

460 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

juga

kepada

anaknya,

seluruh aspek kehidupan


termasuk

aspek

pendidikan

seksual. Dimana pemahaman dan pemilihan

tanggungjawabmu, sementara kelak
(jika
dewasa)
anak-anakmu
bertanggungjawab untuk berbuat baik
dan patuh kepadamu”.

metode pendidikan seksual yang tepat akan
mengantarkan anak menjadi insan yang
mampu menjaga dirinya dari perbuatanperbuatan yang terlarang dan sadar akan
ancaman dan peringatan dari perbuatan zina
serta memiliki pegangan agama yang jelas.

Karena pendidikan seks berkaitan erat
dengan akidah. Bagi orangtua muslim,
pendidikan seks sebaiknya dibingkai dengan
nilai akhlak dan etika Islam. Perhiasan
(akhlak) yang melekat pada anak keturunan
tidak

akan

sempurna

cahaya

dan

keindahannya, kecuali dengan agama dan
moral yang baik. Sebagaimana kita ketahui,
pada zaman era globalisasi seperti sekarang
ini, dimana akses informasi mengenai seks
akan sangat mudah diperoleh, baik melalui

internet, media elektronik, kepingan CD
bahkan komik serta media lainnya yang
mana akses dari berbagai media tersebut
dikemas

sedemikian

perbuatan

seks

rupa,

dianggap

sehingga

lumrah

dan


menyenangkan, dan jika dibiarkan akan
mempercepat hancurnya generasi penerus
bangsa.

Jalan

satu-satunya

menyikapi

fenomena ini adalah kita harus membentengi
anak-anak kita dengan nilai-nilai seksualitas
yang benar, yang dilandasi dengan agama,
sebagaimana

yang

disampaikan


oleh

Abdullah ibn Umar r.a. berkata
”Didiklah anak-anakmu pendidikan
yang
baik
karena
hal
itu

Oleh karena sebab itulah, sebagai
orangtua, sangatlah perlu untuk mengetahui
seberapa pentingnya pendidikan seks bagi
anak-anaknya?,
kurikulum

untuk

bagaimana


mendesain

pendidikan

seks

di

keluarga ?. bagaimana mengajarkannya
kepada anak-anak di keluarga?. Pertanyaanpertanyaan

tersebut

bukan

sekedar

pertanyaan yang hanya dianggap angin lalu,
namun haruslah direnungkan oleh setiap
keluarga yang sedang dan akan mengemban

amanah dari Allah SWT. Keluarga ibarat
madrosah/sekolah yang pertama kali dilalui
oleh putra-putri dari keluarga tersebut, ayah
dan ibu adalah ustadz/ustadzah/guru yang
kali pertama dikenal dan mengenalkan
berbagai ajaran kebaikan dalam kehidupan.
Sebagaimana layaknya madrosah/sekolah,
maka di dalam keluarga juga terdapat suatu
proses pendidikan, proses interaktif antara
guru dan siswa, sehingga perlu suatu
pegangan

dalam

menjalankan

proses

pendidikan tersebut yang disebut dengan
kurikulum.
Dalam suatu proses pendidikan baik
di keluarga maupun di sekolah, kurikulum
merupakan komponen sentral yang sangat
penting untuk proses menanamkan suatu
konsep / konstruk materi pada anak / peserta
didik. Kurikulum ibarat lintasan yang akan
ditempuh oleh penyelenggara pendidikan

Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks)
bagi Anak di Lingkungan Keluarga | 461
Hidayah, N. [hal.459-469]
untk mencapai garis finish atau tujuan

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

pendidikan

ditetapkan.

negara. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa

diibaratkan

mendidik anak adalah mega proyek untuk

sebagai jantung dalam proses pendidikan.

menyiapkan tenaga-tenaga handal dimasa

Pendidikan kesehatan reproduksi (seks)

yang akan datang, sehingga perlu disadari

pada

bersama khususnya dalam keluarga (ayah

yang

Pentingnya

telah

kurikulum

anak-anak

juga

dikeluarga

merupakan
wajib

dan Ibu) bahwa proses pendidikan anak

banyak

tidak bisa dibebankan begitu saja pada

berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat

guru/sekolah. Abdullah Nashih „Ulwan (Siti

luas baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Urbayatun,

Oleh karena itu gagasan perlunya desain

tanggungjawab

kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi

pendidik,

(seks) di keluarga sangat diperlukan sebagai

pendidikan iman;

wawasan baru bagi orangtua untuk mendidik

pendidikan

moral/akhlak;

putra-putrinya terkait dengan pendidikan

Tanggungjawab

pendidikan

kesehatan reproduksi (seks) sejak dini

Tanggung jawab pendidikan rasio/kognitif;

mungkin.

5) Tanggung jawab pendidikan psikologis /

subject

matter

yang

mendasar

pada

anak

sebelum

diberikan

2009)

menyebutkan

besar

yakni:

1)

tujuh

orangtua

sebagai

Tanggung

jawab

2) Tanggung jawab
3)
fisik;

4)

kejiwaan; 6) Tanggungjawab pendidikan
sosial; 7) Tanggung jawab pendidikan

Pembahasan
Pendidikan

didefinisikan

sebagai

seksual.

suatu proses penanaman nilai-nilai kebaikan

Dalam konsep pertumbuhan dan

yang harus dilakukan dengan perencanaan

perkembangan peserta didik, diketahui

yang matang dan kesadaran yang tinggi oleh

bahwa semakin tumbuh dan berkembang

orang yang sudah dewasa kepada anak-anak.

usia anak akan mengalami perubahan fisik

Sebenarnya

seperti

esensi

pendidikan

sudah

bentuk

tubuh

dan

hormonal,

disebutkan dalam Undang-Undang Nomor

perubahan psikis/kejiwaan, dan perubahan

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

sosial.

nasional, pada bab 1 pasal 1, pendidikan

perkembangan

adalah usaha sadar dan terencana untuk

dengan

menciptakan suasana belajar dan proses

menunjukkan masa pemasakan seksual,

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

seperti mulai berfungsinya sel telur maupun

mengembangkan

sperma hingga akhirnya akan mengalami

potensi

dirinya

untuk

Pada

masa

pertumbuhan

tersebut

istilah

lazim

puberitas.

dan

dikenal

Masa

ini

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

masa

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

(adolescere) dengan ditandai terjadinya

akhlak

pollutio (mimpi basah) maupun menarche

mulia,

serta

ketrampilan

yang

peralihan

menuju

kedewasaan

462 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

(menstruasi). Dalam keadaan itulah, peran

yang terkait dengan organ kewanitaan maka

serta orangtua untuk mendampingi putra-

ibulah yang paling banyak berperan dan

putrinya dengan memberikan pendidikan

sebaliknya jika terkait dengan organ laki-

yang benar sangat diharapkan, karena

laki maka ayahlah yang paling berperan.

munculnya perubahan-perubahan alamiah

Dalam dunia Psikologi Pendidikan

tersebut sering menimbulkan fenomena-

sebenarnya sudah ada yang namanya

fenomena

konsep parenting (pengasuhan), dimana

perilaku

yang

terkandang

menganggu aktivitas sosial anak.

dalam kegiatan tersebut mencakup tiga

Secara fisik proses pertumbuhan dan

aspek

yaitu:

kognitif,

afektif,

dan

perkembangan anak akan diikuti dengan

psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling

perubahan tubuh, tumbuhnya rambut pada

berkaitan satu dengan yang lain. Masalah

bagian-bagian

berubah,

seksualitas akan berdampak pada aspek

munculnya jerawat diwajah. Secara aspek

moral atau akhlak (afektif) yang juga

sosial mulai adanya ketertarikan dengan

merupakan bagian dari aspek psimotorik.

lawan jenis, lebih suka berkumpul dengan

Karena perilaku merupakan buah dari aspek

teman daripada orangtua, tidak betah jika

kognitif maupun afektif, maka agar anak

hanya

di

tertentu,

rumah,

keinginan untuk
pribadi,

sulit

suara

adanya

keinginan-

berakhlak

memenuhi

kebutuhan

seksualitas dan tidak menjerumuskan diri

untuk

baik

dalam

masalah

semua

dalam perbuatan-perbuatan yang tidak

diterima

diharapkan diperlukan pengetahuan melalui

logika karena seiring dengan kemampuan

jalur pendidikan di keluarga tentang apa-

kognitif anak yang sedang berkembang

apa yang harus dipahami dari hukum Allah

optimal. Menghadapi fase pertumbuhan dan

SWT

perkembangan tersebut, biasanya orangtua

seksualitas.

nasehat/informasi

harus

diatur,

yang

bisa

mulai dibuat repot, anak-anak banyak yang

terkait
Abdullah

dengan
Nashih

masalah-masalah
„Ulwan

(Siti

menimbulkan masalah, baik yang sifatnya

urbayatun, 2009) memberikan gambaran

pribadi maupun sudah berkaitan dengan

tentang materi-materi yang bisa diajarkan

orang lain. Dengan demikian, keluarga

pada anak-anak tentang pendidikan seks

(ayah

dibagi dalam beberapa fase, yakni:

dan

ibu)

sudah

seharusnya

menyiapkan diri untuk mulai menerapkan

1. Fase pertama (7 – 10 tahun) disebut

pendidikan seks bagi putra-putrinya sesuai

sebagai masa tamyiz/pra pubertas.

dengan desain kurikulum yang dikehendaki

Anak mulai diajarkan tentang etika

dalam keluarga tersebut, harus mulai

meminta izin dan memandang.

adanya job description (pembagian tugas)

2. Fase kedua (10 -14 tahun) disebut

antara ayah dan ibu, misalnya jika hal-hal

sebagai masa murahaqah/pubertas.

Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks)
bagi Anak di Lingkungan Keluarga | 463
Hidayah, N. [hal.459-469]
Pada masa ini anak dihindarkan dari

TV dan tontonan yang bernuansa eksploitasi

berbagai rangsangan seksualitas.

nafsu-nafsu birahi, sinetron remaja tentang

3. Fase ketiga (14 16 tahun) disebut

pacaran,

kehidupan

bebas.

Karena

masa baligh/adolescent. Pada masa

pentingnya memberikan bekal pendidikan

ini jika anak sudah siap nikah, maka

seks ini pada anak, maka perlu dilaksanakan

anak diajarkan adab berhubungan

secara sistematis dan tersusun dalam suatu

seksual.

rangkaian kurikulum pendidikan seks bagi

4. Fase keempat ≥ 16 tahun disebut
masa

pemuda.

Pada

masa

ini

keluarga. Sehingga masing-masing keluarga
seharusnya memiliki rancangan kurikulum

diajarkan tata cara isti’laf (bersuci),

pendidikan

jika belum mampu melangsungkan

karakteristik keluarganya.

seks

yang

sesuai

dengan

pernikahan.
Etika meminta ijin adalah mereka

Model Desain Kurikulum Pendidikan

diajarkan untuk meminta ijin ketika akan

Seks bagi Keluarga

memasuki kamar ayah-ibunya pada waktu-

Desain

kurikulum

meliputi

pola

waktu tertentu (ketika istirahat siang, setelah

pengorganisasian

fajar, dan setelah isya’). Ini agar anak-anak

komponen

tidak memergoki keadaan ayah dan ibu

kurikulum ini dapat dikaji dari fokus

dalam

pengajarannya, yaitu: (a) Subject centered

kondisi

yang tidak

diinginkan,

unsur-unsur

kurikulum.

Model

atau
desain

terutama jika kamar tidak dapat dikunci.

design,

Etika memandang perlu diberikan terutama

berpusat pada bahan ajar; (b) Learner

menghadapi

Memisahkan

centered design, suatu desain kurikulum

tempat tidur antara anak laki-laki dan anak

yang mengutamakan peranan anak; dan (c)

perempuan yang diajarkan dalam agama

Problem centered design, desain kurikulum

Islam dan dilakukan pada usia anak 10 tahun

yang berpusat pada masalah-masalah yang

mempunyai aspek psikologis yang positif,

dihadapi dalam masyarakat.

karena

jika

lawan

jenis.

bercampur

tempat

tidur

suatu

desain

kurikulum

yang

Berdasarkan organisasi kurikulum,

dikhawatirkan anak terbangun dan secara

model

tidak sengaja melihat aurat saudaranya,

Separated subject curriculum (Isi kurikulum

maka dapat memunculkan birahi pada anak

disusun dalam bentuk mata-mata pelajaran);

tersebut. Hal yang perlu disadari oleh

(2) Correlated curriculum (Isi kurikulum

orangtua bahwa dorongan seksual dapat

disusun dengan menghubungkan mata-mata

muncul dari dalam karena perkembangan

pelajaran yang terkait); (3) Broadfiled

biologis, hormonal anak, namun juga dapat

curriculum

muncul dari luar seperti pengaruh gambar,

materi

desain kurikulum meliputi: (1)

dari

(Isi

kurikulum

mata-mata

memadukan

pelajaran yang

464 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

serumpun);

(4)

kurikulum

merupakan

Fused

curriculum

(Isi

Kurikulum humanistik dikembangkan

paduan

dari

oleh para ahli pendidikan humanistik,

sejumlah/semua mata pelajaran; dan (5)

berdasarkan

Integrated curriculum (Isi kurikulum betul-

pribadi

betul terpadu, tidak jelas lagi asal mata

Dewey (Progressive Education) dan oleh

pelajarannya)

Rousseau (Romantic Education). Para ahli

konsep

aliran

(personalized

pendidikan

education)

oleh

Model konsep kurikulum yang dapat

pendidikan humanistik bertolak dari asumsi

dijadikan dasar di dalam pengembangan

bahwa anak atau siswa adalah yang pertama

kurikulum terdiri dari empat model. Sesuai

dan utama dalam pendidikan, sehingga

dengan yang dikemukakan Syaodih (2001),

kurikulum humanistik lebih memberikan

yaitu: model konsep kurikulum dari teori

tempat utama kepada anak. Anak dipandang

pendidikan klasik disebut kurikulum subjek

sebagai subjek yang menjadi pusat kegiatan

akademis,

disebut

pendidikan,

anak

kurikulum humanistik, teknologi pendidikan

kemampuan

dan

disebut

dan

berkembang. Kurikulum rekonstruksi sosial

pendidikan interaksionis disebut kurikulum

lebih memusatkan perhatian pada problema-

rekonstruksi sosial.

problema

pendidikan

kurikulum

Kurikulum
bersumber

teknologis

subjek

dari

(perenialisme

pribadi

akademis

pendidikan

dan

klasik

esensialisme)

yang

masyarakat,
kurikulum

ancaman,

lebih

gangguan

sehingga

belajar

berusaha

menguasai

isi

pendidikan,

menekankan
ilmu

untuk

sebanyak-

karena

potensi,

kekuatan

untuk

dihadapinya

dalam

tujuan utama

rekonstruksi

sosial

dari

adalah

menghadapkan para siswa pada tantangan,

berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini
mengutamakan

yang

memiliki

hambatan-hambatan
yang

dihadapi

atau
manusia.

Kurikulum

teknologis

(Technological

Curriculum)

ada persamaannya

dengan

banyaknya. Dalam model konsep kurikulum

aliran pendidikan klasik, yaitu menekankan

ini, pendidikan berfungsi untuk memelihara

isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada

dan mewariskan hasil-hasil budaya masa

pemeliharaan dan pengawetan ilmu tetapi

lalu.

pada

Dalam

perkembangan

kurikulum

penguasaan

kompetensi.

Suatu

Subjek akademis terdapat tiga pendekatan,

kompetensi yang besar diuraikan menjadi

yaitu: pendekatan pertama, melanjutkan

kompetensi yang lebih sempit atau khusus

pendekatan

dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku

struktur

pengetahuan,

pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat
integratif, dan pendekatan ketiga, adalah
pendekatan

yang

dilaksanakan

sekolah-sekolah fundamentalis.

pada

yang dapat diamati dan diukur.
Langkah
mendesain/mengembangkan

untuk
kurikulum

pendidikan kesehatan reproduksi (seks) bagi

Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks)
bagi Anak di Lingkungan Keluarga | 465
Hidayah, N. [hal.459-469]
anak di lingkungan keluarga dilakukan

analisis ini adalah untuk mendapatkan

dengan cara:

data awal tentang potensi keluarga,

1.

Melakukan analisis kemampuan potensi

peluang, ancaman, dan hambatan yang

keluarga

mungkin akan dihadapi oleh keluarga

dari

Langkah ini merupakan bagian

semuanya

evaluasi

direncanakan

diri

keluarga

untuk

memetakan potensi yang dimiliki oleh

sudah

disadari

dalam

dan

struktur

penjadwalan yang baik.

keluarga. Semua kekuatan, kelemahan,

Untuk

peluang, dan hambatan yang bisa

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

dipotret

menyiapkan

yang dimiliki oleh keluarga, maka ayah dan

madrosah/sekolah bagi anak-anaknya di

ibu cukup menuliskan secara sederhana

keluarga harus terekam secara jujur dan

dengan kejujuran sesuai dengan peran

transparant.

masing-masing.

untuk

Sang

ayah

berperan

memudahkan

dalam

Selanjutnya

proses

untuk

sebagai kepala sekolah di madrasah

memudahkan dalam proses analisis terkait

keluarga, dan sang ibu berperan sebagai

dengan peluang dan acaman dalam keluarga,

wakil

kurikulum

maka ayah dan ibu bisa dibantu dengan

sekaligus semuanya merangkap sebagai

memanfaatkan sistem analisis jendela jo-

guru / tim pengembang kurikulum

harry, sebagai berikut:

sekolah

bidang

pendidikan seks di keluarga. Arah

Tabel 1. Sistem analisis jendela

2.

PENTING

SEGERA BERTINDAK

TIDAK
PENTING

MENDESAK

BUAT PRIORITAS

TIDAK MENDESAK

DIJADWALKAN/DIAGENDAKAN

DIABAIKAN

Melakukan pengkajian dan perumusan

proses

analisis

SWOT

selesai.

standar kompetensi anak yang sesuai

Perumusan standar kompotensi anak

dengan cita-cita orangtua;

dapat mengacu pada Peraturan Menteri
segera

Pendidikan Nasional (Permendiknas)

dilakukan oleh ayah dan ibu setelah

nomor 22 tahun 2006 yang telah

Langkah

ini

perlu

466 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

memberikan batasan-batasan tentang

Standar isi (content standards)

standar

berupa

kompetensi

(SK)

dan

kompetensi dasar (KD), yakni:
a. Standar

pernyataan

pengetahuan,

Kompetensi

tentang

sikap

dan

(SK),

keterampilan yang harus dikuasai

merupakan ukuran kemampuan

anak dalam mempelajari mata

minimal

pelajaran tertentu

yang

pengetahuan,
sikap

mencakup

keterampilan

yang

harus

dan

yang

terkait

dengan pendidikan seks.

Materi

dicapai,

pembelajaran yang disampaikan

diketahui, dan mahir dilakukan

oleh orangtua mempertimbangkan

oleh peserta didik (anak) pada

beberapa hal yaitu: 1) potensi

setiap tingkatan dari suatu materi

anak;

yang diajarkan.

pelajaran; 3) relevansi dengan

b. Kompetensi

Dasar

(KD),

2)

karakteristik

mata

karakteristik keluarga; 4) tingkat

merupakan penjabaran SK peserta

perkembangan

didik

cakupan

emosional, sosial dan spritual anak;

materinya lebih sempit dibanding

5) kebermanfaatan bagi anak; 6)

dengan SK peserta didik (anak).

struktur keilmuan; 7) aktualitas,

(anak)

Mengacu

yang

definisi

intelektual,

dan

kedalaman, dan keluasan materi;

batasan tersebut, maka ayah dan ibu

8) relevansi dengan kebutuhan

bisa merumuskan sendiri SK dan KD

anak dan tuntutan lingkungan; dan

sebagai

9)

acuan

pada

fisik,

nantinya

dalam

alokasi

waktu.

Dalam

pelaksanaan proses pendidikan seks di

menyusun

keluarga. Untuk rumusan SK sebaiknya

yang dari hal-hal yang menjadi

dibuat global yang nantinya akan

beban berat anak. Salah satu

dijabarkan ke dalam KD sesuai dengan

contoh struktur materi pendidikan

fase-fase tumbuh dan kembang anak.

seks yang bisa diterapkan di

Misalnya sebagai berikut:

keluarga sebagaimana yang sudah

a. Merumuskan standar isi kurikulum

dituliskan oleh Abdullah Nashih

yang mencakup materi dan strategi
pendidikan kesehatan reproduksi
(seks) pada anak;

materi

„Ulwan pada tabel 3.

dihindarkan

Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks)
bagi Anak di Lingkungan Keluarga | 467
Hidayah, N. [hal.459-469]
Tabel 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar keluarga
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Usia 7 – 14 tahun anak dapat 1.1. Anak mampu menerapkan tentang etika
memahami tentang pendidikan
meminta izin dan memandang
seks secara benar dan tepat
1.2. Anak mampu membedakan baik dan
buruk dalam pergaulan
1.3. Anak mampu mengelola waktu dengan
baik
1.4. Anak mampu membedakan antara
tuntunan dan tontonan yang tidak
mendidik dirinya
b. Menyusun kurikulum pendidikan

(seks) dengan pendekatan PAKEM

kesehatan reproduksi (seks) yang

Kalender pembelajaran pendidikan

dikema

kespro

dengan konsep sersan

harus

dikemas

(serius tapi santai);

dengan

Penyusunan kurikulum pendidikan

(pembelajaran

aktif,

seks

sebaiknya

efektif,

dan

menyenangkan),

dituangkan dalam format silabus

artinya

penjadwalan

yang

pendidikan kespro di rumah tidak

(kespro)

lazim

digunakan

oleh

model

PAKEM
kreatif,

proses

bapak/ibu guru di sekolah formal

sekaku

untuk

mata

sekolah formal. Ayah dan ibu bisa

Namun

menggunakan waktu-waktu yang

tentunya perlu ada penyesuaian-

luang dengan nuansa yang santai

penyesuaian

seperti:

membelajarkan

pelajaran

tertentu.

khususnya

langkah-langkah

pada

pembelajaran

model penjadwalan di

saat

menjelang

makan

bersama,

tidur

anak-anak,

yang perlu dikemas dengan konsep

sesudah sholat jama‟ah, dan lain

“sersan”

sebagainya

(serius

tapi

santai),

bisa

dengan

mengenyam pendidikan seks dari

keluarga.

Walaupun

ke

Format

kalender

tetap

seperti

penjadwalan

untuk

melatih

dalam tabel 3.

kedisiplinan

anak-anak

sesuai

Menyiapkan model pembelajaran

dengan

pendidikan kesehatan reproduksi

dalam anggota keluarga tersebut.

dua

orangtuanya.
bisa

dituliskan

situasi

disesuaikan

sehingga anak tidak merasa sedang

silabus

c.

(seks)

dan

kondisi
demikian,

harus

kesepakatan

dibuat

bersama

468 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Contoh Model Silabus
Mata Pelajaran : Pendidikan Seks (kespro)
Usia
: 7 – 14 tahun
Standar Kompetensi
: Usia 7 – 14 tahun anak dapat memahami tentang
pendidikan seks secara benar dan tepat
Alokasi waktu : Menyesuaikan jam keluarga
Tabel 3. Silabus Keluarga
Kompetensi
Dasar
1.1. Anak
mampu
menerapka
n tentang
etika
meminta
izin dan
memandan
g

Materi
Pembelajaran
1. Etika meminta
izin pada orang
lain
2. Etika
memandang
lawan jenis

Kegiatan
Pembelajaran
1. Ceramah dalam
kultum sehabis
sholat, saat
makan bersama
2. Media peta
konsep tentang
halal dan haram
dalam
pergaulan

2.

Simpulan dan Saran
Untuk
pendidikan seks

mendesain
di

keluarga,

1.

2.

Penilaian

Anak
meminta
izin ketika
akan
masuk
kamar
orangtua
Anak
mampu
menjaga
pandangan
saat
bergaul
dengan
teman
lawan
jenisnya

Sumber

Diambil dari
behavior anak
secara
langsung
maupun dari
informasi
teman dekat,
tetangga
secara tidak
langsung

Referensi
terkait
dengan
pergaulan
remaja

Melakukan pengkajian dan perumusan
standar kompetensi anak yang sesuai

kurikulum

dengan cita-cita orangtua;

terdapat

minimal lima langkah yang harus ditempuh

Indikator

3.

Merumuskan standar isi kurikulum

oleh ayah dan ibu (guru). Produk kurikulum

yang mencakup materi dan strategi

pendidikan seks ini sangat fleksibel dan

membelajarkan pendidikan kesehatan

tidak mengikat karena harus disesuaikan

reproduksi (seks) pada anak;

dengan karakteristik keluarga yang akan

4.

Menyusun

kurikulum

dibangunnya. Adapun ke lima langkah

kesehatan

mendesain kurikulum pendidikan seks di

dikemas dengan konsep sersan (serius

keluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:

tapi santai);

1.

Melakukan analisis kemampuan potensi
keluarga (kekuatan dan kelemahan);

5.

Menyiapkan

reproduksi

pendidikan
(seks)

model

pembelajaran pendidikan

yang

kalender
kesehatan

Mendesain Kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Seks)
bagi Anak di Lingkungan Keluarga | 469
Hidayah, N. [hal.459-469]
reproduksi (seks) dengan pendekatan

yang matang. Wujud perencanaan yang

PAKEM.

matang tersebut haruslah ditulis sehingga

Desain kurikulum pendidikan kespro

dapat

dijadikan

pegangan

dalam

(seks) bagi keluarga ini hanya contoh model

melaksanakan proses pendidikan dikeluarga.

sederhana yang merupakan sebuah aplikasi

Bukti perencanaan yang tertulis itulah yang

dari adanya perencanaan dan kesadaran akan

lazim disebut sebagai kurikulum. Untuk itu,

pentingnya

di

dalam

ayah

sebagai

wujud

bertanggungjawab dalam proses pendidikan

penerapan pendidikan untuk semua, maka

putra-putrinya demi generasi masa depan

pendidikan di jalur in formal (keluarga) juga

yang lebih baik.

keluarga.

pendidikan seks
Untuk

itu,

dan

ibu

harus

ikut

andil

dan

harus disiapkan dengan penuh perencanaan

DAFTAR PUSTAKA

Rachman. F. (2009). Anakku, Kuantarkan Kau Ke Surga: Panduan Mendidik Anak Di Usia
Baligh. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Srikusmayati
(2012).
http://srikusmayati.blogspot.com/2012/12/seksiologi-pentingnyapendidikan-seks.html (diunduh, 16 Mei 2013)
Susilo, M.J. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan:manajemen pelaksanaan dan kesiapan
sekolah menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Urbayatun, S.(2009). Urgensi pendidikan seksual pada anak (makalah, diskusi menyambut hari
anak oleh PSW UAD, 1 Agustus 2009)