ANALISIS P Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2012/2013.

ANALISIS FAKTOR--FAKTOR Y
YANG MEM
MPENGAR
RUHI KELE
EMAHAN
PENGENDA
P
ALIAN INT
TERN PEM
MERINTAH
H DAERAH
KABU
UPATEN/K
KOTA SE-JA
AWA TENG
GAH
TAH
HUN 2012/20
013

NASKA

AH PUBL
LIKASI

Disusun
n Oleh :
Muhaamad Asrulllani
B 200.110.1177

PROGRA
AM STUDI AKUNTAN
A
NSI FAKUL
LTAS EKON
NOMI DAN
N BISNIS
UNIVERSITAS MUH
HAMMADIY
YAH SURA
AKARTA
2016

 

HAI,AIIIAN PENGESAHAN

Yang balanda t.ngm dibawah ini telah nmbaca nasldr publikdi doga. judul

:

ANALISIS FAI'TOR-TAKTOR YANG MEMPENCARUEI (ELEMAEAN
INTERN

KABUPATEN/KOTA SEJITWATENGA}I TAHUN 2OI2l2013

Yans di lulis oleh:

!!uda!!dDlsN!!lN!
.

NIM: B200110117


berrendapat banwa naskai publikNi t@etnt

mem

uhi

sya;t

SumLuna,l0Iebrurn 2016

(Di. zulfikxr, S.E, M.Si)

Dek,n FakDltas EkonoDi danBisnis

\Ji'-"?
(Dr,Iriyotro,s.E. M,Si)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Pertumbuhan

ekonomi (Growth), ukuran pemerintah (Size), pendapatan asli daerah (PAD),
satuan kerja pemerintah daerah (SKPD), belanja modal (BM), kompleksitas
transaksi (KT) dan jumlah penduduk (Population) terhadap kelemahan
pengendalian intern (SPI).
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang
digunakan sebanyak 53 pemerintah daerah kabupaten/kota yang memiliki data
lengkap. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi
(Growth), Ukuran Pemerintah (Size), Pendapatan Asli Derah (PAD), Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Belanja Modal (BM), Kompleksitas Transaksi (KT)
dan Jumlah Penduduk (Population) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

Kata Kunci: Pengendalian Intern, pertumbuhan ekonomi, ukuran pemerintah,
pendapatan asli daerah, belanja modal, kompleksitas transaksi,
jumlah penduduk.

 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 

ABSTRACT
This research aimed at analyzing the influence of the factors of economic
growth (Growth), government size (Size), local original revenue (PAD), regional
task force (SKPD), capital expenditure (BM), complexity of the transactions
(KT), and Population on the weakness of internal control (SPI).
This research used the technique of purposive sampling. Sample used was
as many as 53 regional governments of regency/municipality that had complete
data. The methods of analysis used in this research were test of descriptive
statistics, classical assumption test and hypothesis testing.
The results of this research showed that the variables of economic growth

(Growth), government size (Size), local original revenue (PAD), regional task
force (SKPD), capital expenditure (BM), complexity of the transactions (KT), and
Population did not have a significant influence on the weakness of internal contol
of the regional government.

Keywords: Internal Control, economic growth, government measure, local
original revenue, capital expenditure, complexity of the transactions,
population.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

toward accrual). Oleh karena itu

PENDAHULUAN
Sejak reformasi pada tahun
1998 berbagai perubahan terjadi di
indonesia. Perubahan tersebut tidak
hanya dirasakan di pusat pemerintahan,
tetapi juga di daerah. Setelah terjadinya
reformasi, sistem pemerintahan yang
awalnya

bersifat

mengalami

terpusat


desentralisasi.

mulai
Hal

ini

ditandai dengan dikeluarkanya undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintah daerah. Regulasi tersebut
menjadi

landasan

bagi

pemberian

otonomi daerah yang semakin besar
kepada daerah (Martanti dan Zaelani,


pemerintah terus melakukan berbagai
upaya perbaikan untuk meningkatkan
pengelolaan keuangan negara/daerah
untuk

Perubahan-perubahan
pada

awal

reformasi

pengelolaan

keuangan

Negara

berkaitan


dengan:

penganggaran,
peristilahan,

pengukuran

konsep

anggaran,
kinerja,
pusat-pusat

pertanggungjawaban,
standar

sistem

struktur


kebijakan

Banyaknya

pemerintah

daerah di indonesia dengan otonomi
yang

semakin

desentralisasi,
akuntansi

dan

perubahan sistem akuntansi keuangan
ke sistem ganda (double entry) dengan
dasar pencatatan atas dasar kas yang
mengarah pada basis akrual (cash basic

besar,

pengawasan

yang

dibutuhkan

agar

kecurangan

(Fraud).

dalam

organisasi

membuat

baik

sangat

tidak

terjadi

Kecurangan

baik

di

sektor

pemerintahan maupun di sektor swasta
biasanya disebabkan oleh lemahnya
pengendalian intern.
Adanya peningkatan tuntutan
masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan

lebih tranparan dan akuntabel.

mendasar

potensi

kecurangan.

2011). Implikasi dari adanya otonomi
adalah kewajiban pemerintah untuk

memperkecil

yang

baik

(good

governance

goverment)

mendorong

pemerintah

pusat

pemerintah

daerah

untuk

dan

menerapkan

adanya

pengendalian intern dalam pemerintah
daerah. Pengendalian intern dalam
pemerintah daerah dapat dilakukan
dengan mengadakan pengawasan intern
yang

berfungsi

untuk

melakukan

penilaian independen atas pelaksanaan
tugas dan fungi instansi pemerintah.
Lingkupp
intern
lingkup

pengaturan

mencangkup
tugas,

pengawasan
kelembagaan,

kompetensi

daya

manusia, kode etik, standar audit, dan

daerah, jumlah SKPD, belanja modal,

pelaporan.

kompleksitas transaksi, dan jumlah

Dalam penelitian Coe dan

penduduk memiliki karakteristik yang

curtis (1991) menemukan total 127

berbeda sehingga dapat mempengaruhi

kasus kelemahan pengendalian intern

keberhasilan

di Carolina Utara AS sebagian besar

pengendalian intern.

implementasi

Berdasarkan

(24%) terjadi di lembaga pemerintah.
peneliti

(2006) pengendalian intern yang efektif

penelitian untuk melihat pengendalian

mengurangi kecenderungan kecurangan

intern

dalam organisasi. Hal ini senada

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti

dengan survey KMPG tahun 2006

melakukan penelitian yang berjudul

dimana sebagian besar kecurangan

“ANALISIS

(38%)

YANG

karena

adanya

kelemahan pengendalian intern.
Dengan

dalam

melakukan

pemerintah

FAKTOR

daerah.

FAKTOR

MEMPENGARUHI

KELEMAHAN

demikian

untuk

diatas,

Menurut Abbot et al. Dalam Wilopo

terdeteksi

tertarik

uraian

sistem

PENGENDALIAN

INTERN PEMERINTAH DAERAH

pengendalian intern memiliki peranan

KABUPATEN/KOTA

yang sangat penting bagi sebuah

TENGAH TAHUN 2012/2013”.

organisasi,

TINJAUAN PUSTAKA

termasuk

pemerintah

daerah.

Pemerintah

daerah

mampu

menjalankan

pengendaliann

intern

yang

baik

agar

harus

dapat

memperoleh keyakinan yang memadai

SE-JAWA

Landasan Teori
Variabel Dependen
a.

Pengendalian Intern
pengendalian

internal

dalam mencapai tujuan. Pasal 56 ayat 4

merupakan suatu proses yan terdiri

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

dari kebijakan dan prosedur yang

tentang

dibuat untuk dilaksanakan oleh

perbendaharaan

menjelaskan

bahwa

negara

pengelolaan

orang-orang

untuk

memberikan

keuangan daerah harus didukung oleh

keyakinan yang memadai dalam

sistem

yang

pencapaian tujuan-tujuan tertentu

ekonomi,

yang saling berkaitan. Penerapan

ukuran pemerintah, pendapatan asli

pengendalian intern dalam setiap

pengendalian

memadai.

intern

Pertumbuhan

kegiatan

operasi

diharapkan

tidak

3) Prosedur

perusahaan
akan

Pemantauan Pengendalian

terjadi

4) Sistem Informasi

tindakan-tindakan penyelewengan
yang dapat merugikan perusahaan

d. Prosedur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2002),

misalnya penggelapan baik yang
dilakukan secara sengaja maupun

terdapat

tidak sengaja.

pengendalian intern, yaitu sebagai

Demi

beberapa

prosedur

berikut:

b. Tujuan Pengendalian Intern

1) Karyawan

mencapai

yang

kompeten,

Negara

dapat diandalkan, dan etis.

yang efektif, efisien, transparan,

2) Pemberian tanggung jawab

dan

3) Pemisahan tugas

pengelolaan

keuangan

akuntabel,

organisasi

lembaga

wajib

atau

4) Audit

melakukan

pengendalian atas penyelenggaraan

5) Dokumen

kegiatan

pemerintahan.

6) Perangkat elektronik

atas

7) Pengendalian lainya

Pengendalian
penyelenggaraan

kegiatan

pemerintahan harus dilaksanakan
berpedoman

pada

pengendalian
sebagaimana

c.

Pengendalian

intern

e.

Pemahaman Atas Pengendalian
Intern
Penilaian

sistem
pemerintah

diatur

dalam

atas

SPI

berguna untuk mengidentifikasi
prosedur-prosedur

pengelolaan

peraturan pemerintah.

keuangan daerah yang mempunyai

Komponen Pengendalian Intern

resiko untuk terjadinya salah saji

Komponen pengendalian

secara material dalam penyusunan

intern menurut PP No. 60 (2008),

laporan keuangan. Penilaian atas

suatu perusahaan dapat mencapai

SPI dilakukan untuk pihak yang

tujuan pengendalian internalnya

mempunyai

dengan

pengawas (inspektorat atau BPK)

menerapkan

lima

komponen:

atau

1) Lingkungan Pengendalian

2004).

2) Pengendalian Resiko

auditor

wewenang

(BPK)

sebagai

(Warren,

f.

terhadap

Kelemahan Pengendalian Intern
Menurut Warren (2004),
kelemahan

pengendalian

tersebut

didapatkan

melihat

tingkat

pengendalian

intern

pengendalian intern.
4.

terhadap

Hipotesis

4:

Jumlah

SKPD

berpengaruh

yaitu

kelemahan pengendalian intern.

Standar

Pemeriksaan
5.

Belanja

positif

Modal

terhadap

(BM)

dengan

kelemahan pengendalian intern.

Pertumbuhan

ekonomi

(Growt)

Hipotesis

5:

Belanja

Modal

dengan kelemahan pengendalian

berpengaruh

intern.

kelemahan pengendalian intern.

Hipotesis

1:

Tingkat

pertumbuhan

ekonomi

6.

positif

Kompleksitas

terhadap

Transaksi

(KT)

dengan Kelemahan Pengendalian

pada

pemerintah

daerah

memiliki

Intern.

pengaruh

positif

terhadap

Hipotesis

6:

Kompleksitas

kelemahan pengendaian intern.

Transaksi berpengaruh positif

Ukuran pemerintah daerah (Size)

terhadap

dengan kelemahan pengendalian

pengendalian intern
7.

intern.

3.

kelemahan

standar audit yang telah ditetapkan

Hipotesis

2.

dengan

pengendalian intern.

kesesuaian

Keuangan Negara.  

1.

Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)

dengan

intern

kelemahan

Jumlah

kelemahan

Penduduk

(Population)

Hipotesis 2: Ukuran pemerintah

dengan Kelemahan Pengendalian

daerah

memiliki

pengaruh

Intern.

negatif

terhadap

kelemahan

Hipotesis 7: Jumlah penduduk

pengendalian intern.

berpengaruh

positif

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

kelemahan pengendalian intern.

dengan kelemahan pengendalian

METODE PENELITIAN

intern.

Jenis Penelitian

Hipotesis

3:

Jumlah

memiliki

pengaruh

PAD
positif

terhadap

Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif hipotesis.

Metode Analisis Data

Populasi dan Sampel

Metode analisis data dalam

Populasi dari penelitian ini
adalah Pemerintah Daerah Provinsi se-

penelitian

indonesia. Sampel diambil dengan

menggunakan

menggunakan

Purposive

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

Sampling dengan berdasarkan kriteria

analisis kuantitatif dilakukan dengan

tertentu

cara

Data dan Sumber Data

penelitian

dalam

teknik

informasi

penelitian

analisis.

adalah

data

adalah

dengan

teknik

analisis

mengkuantifikasi

Jenis data yang digunakan
ini

ini

sehingga
yang

data-data

menghasilkan

dibutuhkan

Terdapat

dua

dalam

uji

yang

Laporan

dilakukan dalam penelitian ini, yaitu uji

Keuangan Pemerintah daerah. Sumber

statistik deskriptif dan uji asumsi

data untuk dianalisis berasal dari data

klasik.

sekunder berupa Laporan Keuangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemerintah Daerah kabupaten/kota se-

Pengumpulan Data

kuantitatif

mengenai

Populasi dalam penelitian ini

jawa tengah Tahun 2012/2013 yang
telah diaudit BPK.

adalah

Metode Pengumpulan Data

Kabupaten/Kota se-jawa tengah tahun

Sumber data penelitian yang

Pemerintah

2012/2013.

daerah

Sampel

Pemerintah

data

Daerah yang berhasil di peroleh dalam

sekunder. Data sekunder adalah sumber

penelitian ini sebanyak 53 Pemerintah

data penelitian yang diperoleh peneliti

Daerah

secara tidak langsung melalui media

Pemerintah

perantara (diperoleh dan dicatat oleh

digunakan

pihak lain). Data sekunder umumnya

diperoleh dari Badan Pusat Statistik

berupa bukti, catatan atau laporan

(BPS) dan Badan Pemeriksa Keuangan

historis yang telah tersusun dalam arsip

(BPK) pada tahun 2012 dan 2013.

yang dipublikasikan dan yang tidak

Fokus penelitian ini adalah untuk

dipublikasikan

menganalisis

pengaruh

pertumbuhan

ekonomi

digunakan

penulis

Supomo, 2002).
 

adalah

(Indriantoro

dan

dengan

total

Daerah.
dalam

data
Data

70
yang

penelitian

ini

tingkat
(Growt),

ukuran pemerintah (Size), Pendapatan

Asli Daerah (PAD), jumlah SKPD,

model

belanja modal, kompleksitas transaksi

memiliki data yang normal.

dan

jumlah

penduduk

terhadap

dalam

penelitian

ini

2. Hasil Uji Multikolinearitas

kelemahan pengendalian intern pada

Berdasarkan

hasil

uji

Pemerintah Daerah kabupaten/kota se-

multikolinearitas yang disajikan

jawa tegah tahun 2012/2013.

pada tabel 4.5. menunjukan bahwa

Deskripsi Data

masing-masing nilai VIF kurang

Variabel sistem pengendalian

dari

10

dan

hasil

tolerance

intern (SPI), pertumbuhan ekonomi

mendekati

(Growth) dan satuan kerja perangkat

demikian dapat dinyatakan juga

daerah (SKPD) pemerintah daerah

model regresi ini tidak terdapat

memiliki nilai rata-rata lebih besar dari

adanya multikolinearitas.

standar

deviasinya.

Hal

ini

0,1.

Maka

dengan

3. Hasil Uji Heterokedastisitas

menunjukan bahwa kualitas data dari

berdasarkan

hasil

yang

variabel tersebut baik, karena nilai

ditunjukan dalam tabel 4.6 tersebut

rata-rata yang lebih besar dari standar

terlihat bahwa semua variabel

deviasinya mengidentifikasikan bahwa

bebas

standar error dari variabel tersebut

signifikansi > 0,05. Sehingga dapat

kecil (Ghozali, 2011).

disimpulkan bahwa sema variabel

Analisis data

bebas tersebut bebas dari masalah

Hasil Uji Asumsi klasik

heterokedastisitas.

1. Hasil Uji Normalitas

menunjukan

Hasil Uji Hipotesis

Pengujian normalitas dalam

Hasil

penelitian ini menggunakan Uji

berganda

Kolmogorov-Smirnov.  

Uji Statistik t

Dari

hasil

nilai

pengujian

analisis

• variabel

tidak

signifikan

terhadap

berpengaruh

bahwa nilai signifikansi sebesar

kelemahan SPI.

bahwa persamaan regresi untuk

linear

Population

Kolmogorov-Smirnov menunjukan

0,665 > 0,05. Hal ini menunjukan

regresi

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan nilai R2
diperoleh

dalam

analisis

regresi

berganda diperoleh angka koefisien
2

memperbaiki

sistem

pengendalian

determinnasi dengan Adj- R sebesar

intern yang ada, sehingga kecurangan

0,041. Hal ini berarti bahwa 4,1 %

dapat dikurangi. Hasil ini mendukung

variasi

hasil

variabel

kelemahan

penelitian

sebelumnya

yang

pengendalian intern dapat dijelaskan

dilakukan oleh Swastika Nirmala dan

oleh pertumbuhan ekonomi, ukuran

Daljono (2012) ), Puspitasari Titus

pemerintah, pendapatan asli daerah,

(2013) dan penelitian Hartono (2014)

satuan kerja perangkat daerah, belanja

yang menyatakan bahwa pemerintah

modal, kompleksitas transaksi dan

daerah sudah bisa mengatur atau

jumlah penduduk sedangkan sisanya

memanajemen pemerintah daerahnya

95,9 % dijelaskan oleh faktor faktor

agar mengurangi terjadinya masalah

lain diluar model yang diteliti.

pengendalian

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

pemerintah daerah juga memperbaiki

bahwa nilai F hitung sebesar

intern.

Selain

itu,

kualitas pengendalian internya.

1,317 dengan nilai sig. Sebesar 0,265.

Pengaruh

Nilai Signifikansi > 0,05 yang berarti

daerah (Size) terhadap Kelemahan

bahwa

Pengendalian Intern (SPI) (H2).

adanya

pengaruh

tidak

signifikan antara variabel independen

ukuran

Penelitian

ini

pemerintah

mendukung

secara simultan terhadap kelemahan

penelitian yang dilakukan oleh Ge dan

pengendalian intern.

Mc Vay (2005) dan Doyle, Ge, dan Mc

Pembahasan

Vay (2007) dan Hartono (2014) yang

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

menyatakan

(Growt)

pengendalian

terhadap

Kelemahan

Berdasarkan hasil penelitian
diketahui

bahwa

intern

kelemahan
lebih

banyak

terjadi pada entitas kecil dikarenakan

Pengendalian Intern (SPI) (H1).
ini

bahwa

pertumbuhan

entitas

yang

kecil

pengendalian

internya belum begitu memadai.

ekonomi mempunyai pengaruh tidak

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

signifikan

kelemahan

(PAD)

Hal

Pengendalian Intern (SPI) (H3).

terhadap

pengendalian

intern.

ini

kemungkinan karena gubernur jawa
tengah

Ganjar

Pranowo

sudah

terhadap

Kelemahan

Penelitian ini tidak berhasil
mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Petrovits, Shakespears, dan Shih

Pengaruh

(2010) dan Hartono (2014) yang

terhadap Kelemahan Pengendalian

menyatakan bahwa sumber pendapatan

Intern (SPI) (H5).

membuat

pengendalian

Belanja

Modal

(BM)

Penelitian ini tidak berhasil

intern

meningkat.

mendukung penelitian yang dilakukan

Pengaruh Satuan Kerja Perangkat

oleh Kristanto (2009) yang menyatakan

Daerah

(SKPD)

bahwa

Kelemahan

Pengendalian

terhadap
Intern

dalam

pelaksanaan

belanja

modal ada tindakan penyelewengan
atau korupsi yang dilakukan oleh

(SPI) (H4).
Penelitian ini tidak berhasil

pejabat pemerintah.

mendukung penelitian yang dilakukan

Pengaruh Kompleksitas Transaksi

oleh

(KT)

Ashbaugh-skife,

dan

Kinney

(2007) dan Puspitasari (2013) yang

terhadap

Kelemahan

Pengendalian Intern (SPI) (H6).

menyatakan bahwa jumlah kecamatan

Penelitian ini tidak berhasil

memiliki pengaruh signifikan terhadap

mendukung penelitian yang dilakukan

kelemahan pengendalian intern. Alasan

oleh Hartono (2014) yang menyatakan

yang mendasari adalah pemerintah

bahwa

daerah yang memiliki satuan kerja

kompleksitas

yang banyak akan memiliki banyak

kelemahan pengendalian intern yang

diversifikasi

tinggi.

sehingga

akan

daerah

yang

memiliki

tinggi

memiliki

menyebabkan semakin kompleksnya

Pengaruh

pengendalian intern yang dilakukan.

(Population) terhadap Kelemahan

Dengan demikian semakin banyak

Pengendalian Intern (SPI) (H7).

jumlah

penduduk

segmen atau cabang organisasi maka

Penelitian ini tidak berhasil

kasus kelemahan pengendalian intern

mendukung penelitian yang dilakukan

yang terjadi akan semakin banyak

oleh Ge dan Mc Vay (2005), Doyle,

seperti kesulitan implementasi sistem

Ge, dan Mc Vay (2007) dan Hartanto

pengendalian

(2014)

intern

SKPD yang berbeda.

di

lingkunagn

yang

penduduk
mengurangi

menyatakan

yang

banyak

terjadinya

bahwa
akan
kasus

kelemahan pengendalian intern. Hal ini

dikarenakan pemerintah yang memiliki

pengendalian intern. Selain itu,

jumlah penduduk yang banyak akan

pemerintah

lebih dapat tekanan dalam melakukan

memperbaiki kualitas pengendalian

pelaporan keuangan sehingga akan

internya.

mengurangi kelemahan pengendalian

daerah

juga

2. Ukuran pemerintah daerah tidak

intern.

bepengaruh

signifikan

PENUTUP

kelemahan

pengendalian

Simpulan

dengan nilai signifikansi 0,622 >

Berdasarkan pada hasil anaisis

bahwa

maka

pemerintah

dari

penelitian

intern

0,05. Sehingga dapat disimpulkan

data dan pembahasan sebelumnya,
kesimpulan

terhadap

semakin
daerah

besar

ukuran

maka

tidak

begitu mempengaruhi kelemahan

adalah:
1. Pertumbuhan
berpengaruh

ekonomi
signifikan

tidak
terhadap

pengendalia intern. Penelitian ini
tidak

berhasil

mendukung

intern

penelitian yang dilakukan oleh Ge

dengan nilai signifikansi 0,861 >

dan Mc Vay (2005) dan Doyle, Ge,

0,05. Sehingga dapat disimpulkan

dan Mc Vay (2007) dan Hartono

bahwa semakin tinggi pertumbuhan

(2014) yang menyatakan bahwa

ekonomi

kelemahan

kelemahan

pengendalian

maka

tidak

begitu

pengendalian

intern

kelemahan

lebih banyak terjadi pada entitas

pengendalia intern. Hasil ini tidak

kecil dikarenakan entitas yang kecil

berhasil

hasil

pengendalian internya belum begitu

yang

memadai.

mempengaruhi

penelitian

mendukung
sebelumnya

dilakukan oleh Swastika Nirmala

3. Pendapatan

asli

daerah

dan Daljono (2012) Puspitasari

berpengaruh

Titus (2013) dan penelitian Hartono

kelemahan

(2014) yang menyatakan bahwa

dengan nilai signifikansi 0,979 >

pemerintah

daerah

bisa

0,05. Sehingga dapat disimpulkan

mengatur

atau

memanajemen

bahwa semakin besar pendapatan

pemerintah
mengurangi

sudah

daerahnya
terjadinya

agar
masalah

signifikan

tidak

terhadap

pengendalian

intern

asli daerah maka tidak begitu
mempengaruhi

kelemahan

pengendalia intern. Penelitian ini

pengendalian intern dengan nilai

tidak

mendukung

signifikansi 0,032 > 0,05. Sehingga

penelitian yang dilakukan oleh

dapat disimpulkan bahwa semakin

Petrovits, Shakespears, dan Shih

besar belanja modal maka tidak

(2010) dan Hartono (2014) yang

begitu mempengaruhi kelemahan

menyatakan

pengendalia intern. Penelitian ini

berhasil

bahwa

sumber

pendapatan membuat pengendalian

tidak

intern meningkat.

penelitian yang dilakukan oleh

4. Satuan kerja perangkat daerah tidak
berpengaruh
kelemahan

signifikan

terhadap

pengendalian

intern

berhasil

mendukung

Kristanto (2009) yang menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan belanja
modal

adanya

tindakan

dengan nilai signifikansi 0,032 >

penyelewengan atau korupsi yang

0,05. Sehingga dapat disimpulkan

dilakukan oleh pejabat pemerintah.

bahwa semakin banyak satuan kerja

6. Kompleksitas

perangkat daerah maka tidak begitu

berpengaruh

mempengaruhi

kelemahan

kelemahan

transaksi
signifikan

tidak
terhadap

pengendalian

intern

pengendalia intern. Penelitian ini

dengan nilai signifikansi 0,232 >

tidak

mendukung

0,05. Sehingga dapat disimpulkan

penelitian yang dilakukan oleh

bahwa semakin tinggi kompleksitas

Ashbaugh-skife, dan Kinney (2007)

transaksi

dan

mempengaruhi

berhasil

Puspitasari

(2013)

yang

maka

tidak

begitu

kelemahan

menyatakan bahwa semakin banyak

pengendalia intern. Penelitian ini

segmen atau cabang organisasi

tidak

maka

kelemahan

penelitian yang dilakukan oleh

pengendalian intern yang terjadi

Hartono (2014) dan Puspitasari

akan

kasus

mendukung

banyak

seperti

(2013) yang menyatakan bahwa

implementasi

sistem

daerah yang memiliki kompleksitas

semakin

kesulitan

berhasil

pengendalian intern di lingkunagn

tinggi

SKPD yang berbeda.

pengendalian intern yang tinggi.

5. Belanja modal tidak berpengaruh
signifikan

terhadap

kelemahan

memiliki

kelemahan

7. Jumlah penduduk tidak berpengruh
signifikan

terhadap

kelemahan

pengendalian intern dengan nilai

terhadap kelemahan pengendalian

signifikansi 0,241 > 0,05. Sehingga

intern demi mendapatkan hasil

dapat disimpulkan bahwa semakin

yang lebih baik lagi.

besar jumlah penduduk maka tidak

 

begitu mempengaruhi kelemahan

 

pengendalia intern. Penelitian ini

 

tidak

mendukung

 

penelitian yang dilakukan oleh Ge

 

dan Mc Vay (2005), Doyle, Ge, dan

 

Mc Vay (2007) dan Hartanto

 

(2014)

 

berhasil

dikarenakan

pemerintah

yang memiliki jumlah penduduk
yang banyak akan lebih dapat
tekanan

dalam

melakukan

pelaporan keuangan sehingga akan
mengurangi

kelemahan

pengendalian intern.

Penelitian

mengenai

pengendalian intern pemerintah daerah
di masa yang akan datang diharapkan
mampu memeberikan hasil penelitian
lebih

 
 
 
 
 
 

Saran

yang

 

berkualitas,

dengan

mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Pada penelitian selanjutnya dengan

 
 
 
 
 
 
 
 

fokus yang serupa seyogyanya

 

dapat menambah cakupan jumlah

 

tahun pengamatan dan lingkup

 

penelitian diperluas.

 

2. Menambah

variabel

independen

 

lain yang dianggap berpengaruh

 

DAFTAR PUSTAKA

Ashbaugh-Skaife, H., Collins, Daniel W. Dan Kinney, William R. 2006. The Discovery
and Reporting Of Internal Control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits.
McCombs Research Paper Series No. ACC-02-05.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. http://www.bpk.go.id 

Coe, Charles, Ellis dan Curtis. (1991). Internal Controls in State, Local, and Nonprofit
Agencies. Public Budgeting & Finance. Malden: Vol. 11, Iss. 3; pg. 43 .

Kristanto, Septian Bayu (2009). Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli
Daerah dan Belanja Modal sebagai Prediktor Kelemahan Pengendalian Intern.
Jurnal Akuntansi UKRIDA, Volume 9, No.1

Martani dan Zaelani (2011). Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Kompleksitas terhadap
Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Pemerintah daerah.

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Saggaf. (1999). Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan
Pertumbuhan ekonomi di Kotamadya, Pekan Baru. Tesis. Medan.

Sekaran, Uma. (2003). Research Methods For Business. United States: Willey
Wilopo. (2006). Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi Pada perrusahaan Publik dan Badan Usaha Milik
Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.

Zhang, Niu dan Zheng. (2009). Research on the determinants of the quality of internal
control: evidence from China. International Conference on Information
Management, Innovation Management and Industrial Engineering Paper.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

0 10 103

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta).

4 13 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta).

0 3 15

AN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2012/2013.

0 4 18

BAB 1 PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2012/2013.

0 4 12

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 7 11

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 4 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2

0 4 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20

1 7 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

0 0 13