FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta).

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Setara I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

ARIS PRIYADI B 200 090 264

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus

Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Aris Priyadi B 200 090 264

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus

Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta)

Oleh:

Aris Priyadi B 200 090 264

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari/tanggal: Sabtu, 21 Januari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

1. Dr. Zulfikar, SE, M.Si. ( ……… )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Drs. Atwal Arifin, Ak., M.Si., CA. ( ……… )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Andy Dwi Bayu Bawono, SE., M.Si., Ph.D. ( ……… )

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untusk memperoleh gelar kesajarnaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan mempetanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 21 Januari 2017 Yang membuat pernyataan

Aris Priyadi B 200 090 264


(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi,

size, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan deskriptif yang dilakukan pada pemerintah daerah kabupaten/kota di eks karesidenan Surakarta pada periode tahun 2011 – 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah 7 pemerintah daerah kabupaten dan kota di eks-karesidenan Surakarta. Sampel penelitian adalah data keuangan 7 pemerintah daerah kabupaten dan kota di eks-karesidenan Surakarta periode tahun 2011-2015. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan analisis regresi ganda, uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015; (2) Ukuran pemerintah daerah (size) tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah; (3) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah; (4) Kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Kata Kunci: Kelemahan Pengendalian Intern, Pertumbuhan Ekonomi, Size, Pendapatan Asli Daerah, Kompleksitas

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of economic growth, size, revenue (PAD), and the complexity of the weakness of internal control of local governments. This research uses descriptive conducted on local government district / city in the former Surakarta residency in the period 2011 - 2015. The population in this study were seven local government districts and cities in the former Surakarta residency. Samples are financial highlights seven local government districts and cities in the former Surakarta residency period 2011-2015. The sample was taken by purposive sampling technique. Data were analyzed using classical assumption test and multiple regression analysis, t test, F test, and test the coefficient of determination. The results showed that: (1) economic growth affect the internal control weaknesses District Government / City Ex-Surakarta 2011-2015.; (2) The size of the local government (size) does not affect the internal control weaknesses District Government; (3) Regional Income positive effect on internal control weaknesses District Government; (4) The complexity does not affect the internal control weaknesses District Government.


(6)

1. PENDAHULUAN

Pengendalian intern dilandasi oleh adanya perbedaan kepemilikan informasi antara principal (publik) dan agent (pemerintah daerah). Pemerintah daerah sebagai agen memiliki informasi yang lebih baik dari prinsipal sehingga memiliki kecenderungan melakukan kecurangan. Hal ini sesuai dengan Agency Theory yang menyatakan bahwa konflik antara principal dan agent disebabkan adanya perbedaan informasi antara principal dan agent. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent (Fama dan Jensen, 1983), sehingga agent atau Pemerintah Daerah melakukan kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan Pemerintah Daerah. Untuk mengurangi terjadinya kecurangan maka perlu dilaksanakan pengendalian intern Pemerintah Daerah yang baik (Hartono, dkk 2014).

Pengendalian intern memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah organisasi, termasuk pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus mampu menjalankan pengendalian intern yang baik agar dapat memperoleh keyakinan yang memadai dalam mencapai tujuan. Pasal 56 ayat 4 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus didukung oleh sistem pengendalian intern yang memadai. Ukuran pemerintah daerah, jumlah penduduk membuat setiap pemerintah daerah memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi sistem pengendalian intern. Oleh karena itu, penting untuk mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengendalian intern pada pemerintah daerah di Indonesia.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Hartono, dkk (2013) yang meneliti mengenai “Faktor-Faktor tang

Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tahun pengamatan dan perbedaan daerah tempat penelitian. Pada penelitian ini meneliti pada daerah se-eks Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Intern


(7)

Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan

Surakarta)”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Pertama, apakah pertumbuhan mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah? Kedua, apakah size

mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah? Ketiga,

apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah?; Keempat, apakah kompleksitas mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah?.

2. METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 7 pemerintah daerah kabupaten dan kota di eks-karesidenan Surakarta. Sampel penelitian adalah data keuangan 7 pemerintah daerah kabupaten dan kota di eks-karesidenan Surakarta periode tahun 2011-2015. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling.

Kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah

Pengendalian intern pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur dari hasil laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berupa jumlah temuan kasus penyimpangan atau pelanggaran terhadap Sistem Pengendalian Internal (SPI) dalam Pemerintah Daerah.

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi, adalah kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu besar atau lebih keci ldari tingkat penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi yang terjadi atau tidak. Pengukuran pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini menggunakan rumus perhitungan PDRB tahun ini dikurangi PDRB tahun lalu kemudian dibagi dengan PDRB tahun lalu.

Size

Pemerintah suatu daerah dapat menggambarkan besar kecilnya skala pemerintah daerah tersebut. Size pemerintah daerah bisa diukur melalui jumlah penduduk yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut.


(8)

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah.

Kompleksitas

Kompleksitas daerah adalah tingkatan deferensiasi yang ada di pemerintah daerah yang menyebabkan konflik atau masalah dalam rangka pencapaian tujuan. Kompleksitas daerah bisa diukur dengan jumlah kecamatan yang ada disuatu daerah.

Metode Analisis Data

Alat analisis untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis berganda (multiple regression). Pengujian hipotesis dilakukan setelah model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelarangan asumsi klasik, agar hasil pengujian dapat diinterpretasikan dengan tepat.

KPI = a + b1.GROWTH + b2.SIZE + b3.PAD + b4.KOM + ei

Keterangan :

KPI : Kelemahan pengendalian intern

 : konstanta

b : koefisien regresi variabel independen GROWTH : Pertumbuhan ekonomo

SIZE : Ukuran

PAD : Pendapatan asli daerah KOM : Kompleksitas

ei : Standart error

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov, dapat diketahui bahwa p-value dari unstandardized resdiual ternyata lebih besar dari  (p>0,05) yaitu 0,899 > 0,05, sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki distribusi


(9)

normal atau memiliki sebaran data yang normal. Selanjutnya hasil perhitungan uji multikolinieritas menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang memiliki

tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas memiliki nilai VIF

kurang dari 10 (Ghozali, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas, karena nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel dengan nilai

p>0,05 atau tidak signifikan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini (Ghozali, 2001). Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu dU < DW < 4-dU yaitu 1,65 < 1,957 < 2,35, sehingga dapat dinyatakan

bahwa tidak ada gangguan autokorelasi positif dalam model regresi.

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh nilai thitung diterima

pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya pertumbuhan ekonomi daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H1 diterima. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi

potensi adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Martani dan Zaelani (2011) membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kelemahan pengendalian intern. Purniasari (2016) juga membuktikan bahwa pertumbuhan berpengaruh positif terhadap tingkat kelemahan pengendalian intern.

Pemerintah daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi akan memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih banyak. Aktivitas ekonomi dalam suatu daerah dapat dilihat dari nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB yang tinggi mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi daerah berjalan dengan baik, dengan begitu nilai pemasukan terhadap pendapatan daerah akan semakin tinggi. Besarnya angka PDRB suatu daerah juga akan mempengaruhi pengawasan yang dijalankan oleh pemerintah. Meningkatnya aktivitas ekonomi juga bisa mengakibatkan meningkatnya angka kecurangan yang


(10)

terjadi. Pemerintah tidak bisa fokus terhadap pengawasan yang dilakukannya karena begitu banyaknya sekmen-sekmen usaha yang harus mereka awasi.

Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu daerah dari periode ke periode berikutnya. Suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan dari segi ekonomi apabila tingkat kegiatan perekonomian berupa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan semakin bertambah dari tahun-tahun sebelumnya (Martani dan Zaelani, 2011). Menurut Hartono (2014), pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai pemerintah daerah. Besar kecilnya pertumbuhan ekonomi dapat mengindikasikan keberhasilan pemerintah daerah dalam mengatur dan menjalankan kegiatan ekonominya dengan baik. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah daerah akan mengurangi jumlah kasus terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pengaruh size terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap ukuran pemerintah daerah (size) memperoleh nilai thitung

ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya size tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H2 ditolak.

Ukuran pemerintah daerah bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan Nirmala dan Daljono (2013) serta Fauza (2015) yang membuktikan bahwa size tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran pemerintah tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian internal pemerintah daerah terhadap aset yang dimilikinya sudah baik. Pemerintah dalam hal ini berarti telah mampu berjalan sesuai dengan teori keagenan. Aset daerah pada hakikatnya adalah milik masyarakat, sehingga dalam teori keagenan masyarakat adalah principal. Pemerintah telah mampu menjalankan pengawasan terhadap aset secara baik sesuai dengan kehendak


(11)

rakyat, karena aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan.

Pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap PAD memperoleh nilai thitung diterima pada taraf

signifikansi 5% (p<0,05). Artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H3

diterima. Semakin tinggi PAD suatu pemerintah daerah maka semakin tinggi potensi adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Hartono, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah yang sah lainnya. PAD secara signifikan berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Pemerintah daerah yang memiliki PAD tinggi akan memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih banyak (Martani dan Zaelani, 2011).

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu pemasukan bagi daerah yang digunakan untuk menjalankan pembangunan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola pendapatan asli daerah, namun luasnya kewenangan yang dimiliki beserta besarnya dana yang dikelola dapat mengakibatkan resiko terjadinya penyimpangan sehingga hal ini membuat tingginya kelemahan pengendalian intern dalam pemerintah (Utama, 2013).

Pengaruh kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil pengujian hipotesis keempat (kompleksitas) memperoleh nilai thitung

ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H4

ditolak. Tinggi rendahnya kompleksitas suatu pemerintah daerah bukan merupakan faktor yang menentukan adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Nirmala dan Daljono (2013)


(12)

yang menyimpulkan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Kompleksitas diukur dari jumlah kecamatan (SKPD) yang ada dalam suatu pemerintah daerah. Banyak atau sedikitnya SKPD dalam hal ini tidak mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Jumlah SKPD menggambarkan jumlah urusan yang menjadi prioritas pemerintah daerah dalam membangun daerah. Semakin banyak urusan yang menjadi prioritas pemerintah daerah maka semakin kompleks pemerintah tersebut. Jumlah SKPD merupakan proksi dalam menjelaskan kompleksitas pemerintah. Semakin kompleks suatu pemerintahan dapat berarti semakin banyak jumlah SKPDnya. Semakin banyak jumlah SKPD semakin banyak informasi yang harus diungkapkan sebagai upaya mengurangi asimetri informasi dan menunjukkan kinerja yang semakin baik. Selain itu, semakin banyaknya jumlah SKPD dalam suatu pemerintahan akan mengakibatkan pemenuhan pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah semakin tinggi. Semakin banyak diferensiasi fungsional dalam pemerintah daerah akan semakin banyak ide, informasi, dan inovasi yang tersedia terkait pengungkapan.

4. PENUTUP

Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t diterima pada taraf signifikansi 5%. Artinya pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern. Kedua, ukuran pemerintah daerah (size) tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t ditolak pada taraf signifikansi 5%. Artinya size tidak berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern. Ketiga, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t diterima pada taraf signifikansi 5%. Artinya tinggi rendahnya PAD berdampak


(13)

pada kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Keempat, kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t ditolak taraf signifikansi 5%. Kompleksitas tidak berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern.

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: Pertama, bagi penelitian mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta.

Kedua, bagi penelitian mendatang hendaknya periode penelitian lebih diperpanjang lagi, yaitu tidak hanya 3 tahun, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik. Ketiga, bagi penelitian mendatang hendaknya melibatkan variabel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah, seperti jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), besarnya penerimaan pemerintah daerah lainnya, maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, dan kondisi makroekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 1991. Auditing, An Integrated Approach. Englewoods Cliff, New Jersey: Prentice Hall. Terjemahan Manurung. LPUI

Doyle, J., Ge, Weili, McVay, S. 2007. Determinant of Weaknesses in Internal Control Over Financial Reporting. Journal of Accounting End Economics, 44, 193-223.

Fauza, Nailatul. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah se Sumatera). Jurnal Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

Hartono, Rudi; Amir Mahmud; dan Nanik Sri Utaminingsih. 2013. Faktor-Faktor tang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah.


(14)

Jhingan. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Martani, Dwi dan Fazri Zaelani. 2011. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, Dan Kompleksitas Terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh 2011. 057

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku 1, edisi Enam, Jakarta: Salemba Empat

Murwanto, Rahmadi; Ari Budiarso; Ramadhana. 2014. Akuntansi Sektor Publik.

Jakarta: Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintahan, Departeman Keuangan RI.

Nirmala, Swastia dan Daljono. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Laju Pertumbuhan, Dan Kompleksitas Transaksi Terhadap Kelemahan Pengendalian Internal. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-9

Purniasari, Cici. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014). Jurnal Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016


(1)

normal atau memiliki sebaran data yang normal. Selanjutnya hasil perhitungan uji multikolinieritas menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas, karena nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel dengan nilai

p>0,05 atau tidak signifikan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini (Ghozali, 2001). Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu dU < DW < 4-dU yaitu 1,65 < 1,957 < 2,35, sehingga dapat dinyatakan

bahwa tidak ada gangguan autokorelasi positif dalam model regresi.

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh nilai thitung diterima

pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya pertumbuhan ekonomi daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H1 diterima. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi

potensi adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Martani dan Zaelani (2011) membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kelemahan pengendalian intern. Purniasari (2016) juga membuktikan bahwa pertumbuhan berpengaruh positif terhadap tingkat kelemahan pengendalian intern.

Pemerintah daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi akan memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih banyak. Aktivitas ekonomi dalam suatu daerah dapat dilihat dari nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB yang tinggi mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi daerah berjalan dengan baik, dengan begitu nilai pemasukan terhadap pendapatan daerah akan semakin tinggi. Besarnya angka PDRB suatu daerah juga akan mempengaruhi pengawasan yang dijalankan oleh pemerintah. Meningkatnya aktivitas ekonomi juga bisa mengakibatkan meningkatnya angka kecurangan yang


(2)

terjadi. Pemerintah tidak bisa fokus terhadap pengawasan yang dilakukannya karena begitu banyaknya sekmen-sekmen usaha yang harus mereka awasi.

Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu daerah dari periode ke periode berikutnya. Suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan dari segi ekonomi apabila tingkat kegiatan perekonomian berupa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan semakin bertambah dari tahun-tahun sebelumnya (Martani dan Zaelani, 2011). Menurut Hartono (2014), pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai pemerintah daerah. Besar kecilnya pertumbuhan ekonomi dapat mengindikasikan keberhasilan pemerintah daerah dalam mengatur dan menjalankan kegiatan ekonominya dengan baik. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah daerah akan mengurangi jumlah kasus terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pengaruh size terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap ukuran pemerintah daerah (size) memperoleh nilai thitung

ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya size tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H2 ditolak.

Ukuran pemerintah daerah bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan Nirmala dan Daljono (2013) serta Fauza (2015) yang membuktikan bahwa size tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran pemerintah tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian internal pemerintah daerah terhadap aset yang dimilikinya sudah baik. Pemerintah dalam hal ini berarti telah mampu berjalan sesuai dengan teori keagenan. Aset daerah pada hakikatnya adalah milik masyarakat, sehingga dalam teori keagenan masyarakat adalah principal. Pemerintah telah mampu menjalankan pengawasan terhadap aset secara baik sesuai dengan kehendak


(3)

rakyat, karena aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan.

Pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil uji t terhadap PAD memperoleh nilai thitung diterima pada taraf

signifikansi 5% (p<0,05). Artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H3

diterima. Semakin tinggi PAD suatu pemerintah daerah maka semakin tinggi potensi adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Hartono, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah yang sah lainnya. PAD secara signifikan berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Pemerintah daerah yang memiliki PAD tinggi akan memiliki kelemahan pengendalian internal yang lebih banyak (Martani dan Zaelani, 2011).

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu pemasukan bagi daerah yang digunakan untuk menjalankan pembangunan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola pendapatan asli daerah, namun luasnya kewenangan yang dimiliki beserta besarnya dana yang dikelola dapat mengakibatkan resiko terjadinya penyimpangan sehingga hal ini membuat tingginya kelemahan pengendalian intern dalam pemerintah (Utama, 2013).

Pengaruh kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern

Hasil pengujian hipotesis keempat (kompleksitas) memperoleh nilai thitung

ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah dan H4

ditolak. Tinggi rendahnya kompleksitas suatu pemerintah daerah bukan merupakan faktor yang menentukan adanya kelemahan pengendalian intern. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Nirmala dan Daljono (2013)


(4)

yang menyimpulkan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern.

Kompleksitas diukur dari jumlah kecamatan (SKPD) yang ada dalam suatu pemerintah daerah. Banyak atau sedikitnya SKPD dalam hal ini tidak mempengaruhi kelemahan pengendalian intern. Jumlah SKPD menggambarkan jumlah urusan yang menjadi prioritas pemerintah daerah dalam membangun daerah. Semakin banyak urusan yang menjadi prioritas pemerintah daerah maka semakin kompleks pemerintah tersebut. Jumlah SKPD merupakan proksi dalam menjelaskan kompleksitas pemerintah. Semakin kompleks suatu pemerintahan dapat berarti semakin banyak jumlah SKPDnya. Semakin banyak jumlah SKPD semakin banyak informasi yang harus diungkapkan sebagai upaya mengurangi asimetri informasi dan menunjukkan kinerja yang semakin baik. Selain itu, semakin banyaknya jumlah SKPD dalam suatu pemerintahan akan mengakibatkan pemenuhan pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah semakin tinggi. Semakin banyak diferensiasi fungsional dalam pemerintah daerah akan semakin banyak ide, informasi, dan inovasi yang tersedia terkait pengungkapan.

4. PENUTUP

Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t diterima pada taraf signifikansi 5%. Artinya pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern. Kedua, ukuran pemerintah daerah (size) tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t ditolak pada taraf signifikansi 5%. Artinya size tidak berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern. Ketiga, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t diterima pada taraf signifikansi 5%. Artinya tinggi rendahnya PAD berdampak


(5)

pada kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Keempat, kompleksitas tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2011-2015. Hasil uji t ditolak taraf signifikansi 5%. Kompleksitas tidak berimplikasi pada meningkatnya kelemahan pengendalian intern.

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: Pertama, bagi penelitian mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten/Kota se-Eks-Karesidenan Surakarta. Kedua, bagi penelitian mendatang hendaknya periode penelitian lebih diperpanjang lagi, yaitu tidak hanya 3 tahun, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik. Ketiga, bagi penelitian mendatang hendaknya melibatkan variabel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah, seperti jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), besarnya penerimaan pemerintah daerah lainnya, maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, dan kondisi makroekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 1991. Auditing, An Integrated Approach. Englewoods Cliff, New Jersey: Prentice Hall. Terjemahan Manurung. LPUI

Doyle, J., Ge, Weili, McVay, S. 2007. Determinant of Weaknesses in Internal Control Over Financial Reporting. Journal of Accounting End Economics, 44, 193-223.

Fauza, Nailatul. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah se Sumatera). Jurnal Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

Hartono, Rudi; Amir Mahmud; dan Nanik Sri Utaminingsih. 2013. Faktor-Faktor tang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram, Sept 2014


(6)

Jhingan. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Martani, Dwi dan Fazri Zaelani. 2011. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, Dan Kompleksitas Terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Studi Kasus di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh 2011. 057

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku 1, edisi Enam, Jakarta: Salemba Empat

Murwanto, Rahmadi; Ari Budiarso; Ramadhana. 2014. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintahan, Departeman Keuangan RI.

Nirmala, Swastia dan Daljono. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Laju Pertumbuhan, Dan Kompleksitas Transaksi Terhadap Kelemahan Pengendalian Internal. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-9

Purniasari, Cici. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014). Jurnal Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

0 10 103

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta).

0 3 15

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pemerintah Daerah Se-Eks Karesidenan Surakarta).

0 3 9

AN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2012/2013.

0 4 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 7 11

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 4 17

PENDAHULUAN Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah).

0 5 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20

1 7 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

0 0 13