PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA NEGERI 1 AIR JOMAN MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMA NEGERI 1 AIR JOMAN MELALUI
PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

DEWI ASTUTI
NIM : 8136172020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015


ABSTRAK

DEWI ASTUTI. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMA Negeri 1 Air Joman Melalui
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Penelitian berjenis kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kritis yang terjadi pada
siswa yang diberi pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran
konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1
Air Joman Kabupaten Asahan dengan sampel siswa dari dua kelas X masingmasing X-2 dan X-3. Kemampuan awal matematika siswa digolongkan sesuai
dengan nilai rapot semester ganjil T.A 2014/2015. Instrumen yang digunakan
terdiri dari tes pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang diajar dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi
daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari N-gain kelas eksperimen
(menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing) sebesar 0,14 dan N-Gain
kelas kontrol (menggunakan pembelajaran konvensional) sebesar 0,13. Demikian
pula dengan kemampuan berpikir kritis, siswa yang diajar dengan pembelajaran

penemuan terbimbing memiliki peningkatan kemampuan berpikir kritis yang lebih
tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Ini terlihat
dari rata-rata N-gain yang diperoleh di kelas eksperimen sebesar 0,13 sedangkan
N-Gain kelas kontrol sebesar 0,12. Adapun interaksi antara pembelajaran dengan
kemampuan awal diketahui bahwa kedua faktor tersebut tidak memberikan
kontribusi secara bersamaan pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci : Pembelajaran penemuan terbimbing, kemampuan pemecahan
masalah matematis, kemampuan berpikir kritis.

ABSTRACT

DEWI ASTUTI Increasing Mathematical Problem Solving Ability and Critical
Thinking Ability Student of SMA 1 Air Joman Using Guided Discovery Learning
The quasi-experimental study aims to determine the improvement of problem
solving ability and critical thinking ability that occur in students who were given a
guided discovery learning and conventional learning. The population in were all
students of SMAN 1 Air Joman Asahan with a sample of students from the two
classes respectively X 2 and X 3. Early mathematical ability of students are

classified according to the academic report of the first semester of 2014/2015.
The instrument used consisted of a test of problem solving ability and critical
thinking ability. The results showed that the increase in students problem solving
skills who are taught with guided discovery learning is higher than the
mathematical problem solving skills students are taught by conventional learning.
It is seen from the experimental class N-gain of 0.14 and N-Gain control class is
0.13. Similarly, critical thinking ability, students taught with guided discovery
learning have an increased ability higher than students who are taught by
conventional learning. It looks from the average N-gain obtained in the
experimental class (using problem-based learning) of 0.13, while the N-class Gain
control (using the regular learning) of 0.12. The interaction between learning with
early ability is known that both these factors do not contribute on improving
mathematical problem solving skills and critical thinking ability at the same time.

Key word: guided discovery learning, mathematical problem solving ability,
critical thinking ability.

KATA PENGANTAR

Pertama dan utama penulis memanjatkan rasa puji dan syukur kehadirat

Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
tesis ini. Tesis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 1 Air Joman
Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing” ini disusun guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program
Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED).
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
penyusunan tesis ini baik secara langsung maupu tak langsung. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan balasan kebaikan dengan kebaikan yang lebih
banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Terutama ibunda tercinta Semmy dan ayahanda H. Syahman AS yang telah
memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dorongan moril maupun materil
selama proses perkuliahan ini hingga berakhirnya studi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Asmin, M. Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.
3. Bapak Dr. Edy Surya, M. Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta motivasi bagi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana Unimed sekaligus sebagai narasumber yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan.
5. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku

sekretaris sekaligus sebagai

narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahan.
6. Ibu Dr. Izwita Dewi, M. Pd selaku narasumber yang telah memberikan arahan
dan masukan.

7. Seluruh Dosen Program Studi Matematika Program Pascasarjana UNIMED,
yang telah menuangkan ilmu yang sangat membantu penulis dalam
penyelesaian pendidikan.
8. Abangda Dapot Tua Manullang SE, M. Si selaku staf Prodi Pendidikan
Matematika
9. Bapak Kepala Sekolah SMA N 1 Air Joman
10. Bapak Direktur Pascasarjana Unimed beserta jajaran dan staffnya
11. Abangda dan Kakanda Tersayang yang telah memberikan doa, kasih sayang,
perhatian, dorongan moril maupun materil selama proses perkuliahan ini
hingga berakhirnya studi ini.
12. Kakanda Tercinta Sri Rafiqoh dan Amanda Syahri Nasution yang selalu

membantu dan memotivasi saya dalam menyelesaikan tesis ini.
13. Serta teman-teman mahasiswa angkatan XXII kelas B1, teristimewa my fellas
9inc. Manda, fiqoh, Kak Novrini, Kak Eni, Melda, Rizka, Dita dan Rani dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan
menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya
penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih
lanjut.

Medan,
Penulis

Dewi Astuti

Juni 2015

DAFTAR ISI


Abstrak ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Daftar Tabel ........................................................................................................ vii
Daftar Gambar .................................................................................................... viii
Daftar Lampiran .................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 14
1.3. Batasan Masalah .......................................................................................... 15
1.4. Rumusan Masalah ........................................................................................ 15
1.5. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 17
1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 17
1.7. Definisi Operasional .................................................................................... 17
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 19
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika .......................................... 19
2.2 Penemuan Terbimbing ................................................................................ 22
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Penemuan Terbimbing ................................ 24
2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Penemuan Terbimbing .............. 25

2.2.3 Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing ................................ 28
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Penemuan Terbimbing . 30
2.2.5 Teori Belajar Yang Mendukung ..................................................... 31
2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah................................................................. 34
2.4 Kemampuan Berpikir Kritis .......................................................................... 43
2.5 Pembelajaran Konvensional ....................................................................... .. 51
2.6 Penelitian yang Relevan ............................................................................. .. 53
2.7 Kerangka Konseptual .................................................................................... 54
2.8 Hipotesis Penelitian....................................................................................... 61
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 62
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 62
3.2 Jenis Penelitian .............................................................................................. 62
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 63
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 64

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 65
3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................... 65
3.5.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis ................................................... 67
3.5.3 Kemampuan Awal Matematika ...................................................... 69
3.6 Prosedur Penelitian........................................................................................ 70

3.7 Analisis Validitas Tes ................................................................................... 71
3.8 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 79
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 85
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 85
4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal ......................................................... 86
4.1.2 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah ................................. 90
4.1.3 Uji Hipotesis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ....... 97
4.1.4 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis ......................................... 101
4.1.5 Uji Hipotesis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis .............. 107
4.1.6 Rangkuman Hipotesis .................................................................. 110
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 111
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 121
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 123
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 123
5.2 Saran .......................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 126

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Ujian Matematika pada

Ujian Semester Ganjil T. A. 2014-2015 ............................................... 3
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing..................................... 28
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Konvensional ................................................... 52
Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................. 62
Tabel 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara
Variabel Bebas dan Variabel Terikat.................................................. 64
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ................................ 66
Tabel 3.4 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ..... 66
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ......................................... 68
Tabel 3.6 Pedoman Pemberian Skor
Tes Kemampuan Berpikir Kritis......................................................... 68
Tabel 3.7 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa
Bersdasarkan KAM ............................................................................ 70
Tabel 3.8 Rangkuman ANAVA Analisis Hoyt ................................................... 73
Tabel 3.9 Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi ................................................. 74
Tabel 3.10 Interprestasi Derajat Reliabilitas ....................................................... 75
Tabel 3.11 Interprestasi Daya Pembeda .............................................................. 76
Tabel 3.12 Interprestasi Tingkat Kesukaran ....................................................... 77
Tabel 3.13 Karakteristik Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah .................... 78
Tabel 3.14 Karakteristik Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ................... 78

Tabel 3.15 Karakteristik Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ............................. 79
Tabel 3.16 Karakteristik Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ............................. 79
Tabel 3.17 Keterkaitan Antara Perumusan Penelitian,
Hipotesis, Statistik, Data Alat Uji, dan Uji Statistik ......................... 83
Tabel 4.1 Kriteria Pengelompokan Kemampuan
Siswa Berdasarkan KAM .................................................................. 86
Tabel 4.2 Deskripsi kemampuanMatematika Siswa
Tiap Kelas Sampel Berdasarkan Nilai
Kemampuan Awal Matematika ......................................................... 86
Tabel 4.3 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa .......................................... 87
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa ....................................... 88

Tabel 4.5 Hasil Uji-t Data Kemampuan Awal Matematika
Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................... 89
Tabel 4.6 Sebaran Sampel Penelitian .............................................................. …90
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Pretes dan Posttest Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ......................................................... 91
Tabel 4.8 Data Hasil Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ......................................................... 92
Tabel 4.9 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Berdasarkan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal ............................................................................. 94
Tabel 4.10 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ...................................................... `96
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ...................................................... 96
Tabel 4.12 Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) tiap Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ................................ 97
Tabel 4.13 Uji Anava Dua Jalur Data Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ...................................................... 98
Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest
Kemampuan Berpikir Kritis .......................................................... 101
Tabel 4.15 Data Hasil Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis ................................................................................ 103
Tabel 4.16 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal ........................................................................ 104
Tabel 4.17 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis ............................................................................... 106
Tabel 4.18 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis ............................................................................... 106
Tabel 4.19 Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) tiap Indikator
Kemampuan Berpikir Kritis ........................................................... 107
Tabel 4.20 Uji Anava Dua Jalur Data Gain Kemampuan Berpikir Kritis ....... 108
Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Berpikir Kritis
Siswa pada Taraf Signifikan 5% .................................................... 111

DAFTAR GAMBAR

Gbr 1.1 Salah satu Jawaban Siswa ...................................................................... 6
Gbr. 1.2 Salah satu Jawaban Siswa ..................................................................... 9
Gbr. 3.1 Alur Penelitian .................................................................................... 71
Gbr. 4.1 Diagram Xmin, Xmaks, Rerata dan Standard Deviasi
N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah ......................................... 93
Gbr. 4.2 Diagram Rerata dan Simpangan Baku
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan Kelas dan KAM ............................................................. 94
Gbr. 4.3 Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM
Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa ............................................. 100
Gbr. 4.4 Diagram Xmin, Xmaks, Rerata dan Standard Deviasi
N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis ................................................. 103
Gbr. 4.5 Diagram Rerata dan Simpangan Baku
Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan
Kelas dan KAM ............................................................................... 104
Gbr. 4.6 Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM
Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa .............................................................................. 110

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................. 129
1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................................... 158
1.3 Lembar Kerja Siswa .................................................................................... 174
Lampiran 2
2.1 Kisi-Kisi Pretest dan Postes Pemecahan Masalah ...................................... 193
2.2 Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah ................................................... 194
2.3 Kunci Jawaban Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah ......................... 197
2.4 Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ................................................... 202
2.5 Kunci Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah .......................... 205
2.6 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ............................. 210
2.7 Kisi-Kisi Pretes dan Posttest Berpikir Kritis............................................... 212
2.8 Pretest Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................ 213
2.9 Kunci Jawaban Pretest Kemampuan Berpikir Kritis .................................. 215
2.10 Posttest Kemampuan Berpikir Kritis ........................................................ 219
2.11 Kunci Jawaban Postest Kemampuan Berpikir Kritis ................................ 221
2.12 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis .................................... 226
Lampiran 3
3.1 Laporan Validasi Ahli Untuk Perangkat & Instrumen ................................ 228
3.2 Laporan Uji Empirik ................................................................................... 234
Lampiran 4
Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ..................................................... 278
Lampiran 5
Data Kemampuan Penalaran Matematis ........................................................... 282
Lampiran 6
Data Hasil Penelitian Kemampuan Koneksi Matematis ................................... 291
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian .................................................................................... 299

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan
potensi diri, sehingga dapat menunjang kehidupan masa depan seseorang. Oleh
karena itu, setiap orang wajib menempuh dunia pendidikan. Perkembangan dunia
yang semakin cepat dan pesat di berbagai bidang menuntut untuk terbentuknya
sumber daya manusia yang kritis, inovatif, dan memiliki kemampuan yang tinggi
untuk memecahkan masalah dalam tiap situasi baru yang dihadapi. Hal ini sangat
mungkin dimunculkan dalam pembelajaran matematika.
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat
penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi serta membentuk pola pikir
manusia menjadi lebih sistematis, kritis dan kreatif. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika ditekankan pada dunia pendidikan mulai dari dini hingga perguruan
tinggi.
Ruseffendi (1991:70) menyatakan bahwa matematika penting untuk
dipelajari siswa karena memiliki banyak kegunaan yaitu dengan belajar
matematika siswa mampu untuk berhitung dan melakukan perhitunganperhitungan lain pada mata pelajaran lainnya dengan lebih sederhana dan praktis
serta siswa diharapkan menjadi manusia yang berpikir secara logis, kritis, tekun,
bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.

Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika
oleh NCTM (2000:7) menetapkan lima standard kemampuan matematis yang
harus dimiliki oleh siswa yaitu komunikasi matematis, penalaran matematis,
pemecahan masalah secara matematis, koneksi matematis, dan representasi
matematis.
Hal yang sama juga dikemukan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:
253) bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika
merupakan: 1) sarana berpikir yang jelas dan logis; 2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari; 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman; 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas; dan 5)
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Tujuan

mata

pelajaran

matematika

pada

pendidikan

menengah

berdasarkan Permendiknas No 22 tentang standar isi mata pelajaran matematika
yaitu sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep, danmengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,

dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang penting dikembangkan dan
harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu
pembelajaran

matematika

memiliki

sumbangan

yang

penting

untuk

perkembangan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam diri
setiap individu siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan
pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal
ini yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan
dijauhi siswa. Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang
terhadap matematika karena disebabkan oleh sulitnya memahami mata pelajaran
matematika. Hal ini yang menyebabkan kemampuan matematika masih rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi di SMA Negeri 1
Air Joman siswa kelas X yang dapat dilihat dari hasil Ujian Semester Ganjil tahun
ajaran 2014/2015 khususnya bidang studi matematika. Hasil nilai Ujian Semester
Ganjil matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Air Joman dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.1 Hasil Ujian Matematika pada Semester Ganjil T.A. 2014-2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelas
X–1
X–2
X–3
X–4
X–5

Nilai Rata-Rata Ujian
70,30
67,85
65, 45
63,55
61,75

Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 1 Air Joman Siswa Kelas X

Nilai KKM
75
75
75
75
75

Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek
pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of
Teacher of Mathematic (NCTM:2000) :
Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui
pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika
dirumuskan lima tujuan umum yaitu : pertama, belajar untuk
berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga belajar untuk
memecahkan masalah; keempat, belajar untuk mengaitkan ide; dan
kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika.

Pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan perhatian
terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kritis. Padahal, kedua kemampuan ini sangat penting, karena dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang
harus dipecahkan dan menuntut kemampuan berpikir kritis siswa untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir kritis memungkinkan kita untuk mengatasi
tantangan hidup.
Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu

yang penting bagi siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk menjadi seorang
pemecah masalah yang baik, siswa membutuhkan banyak kesempatan untuk
menciptakan dan memecahkan masalah dalam bidang matematika dan dalam
konteks dunia nyata.
Suryadi, dkk (dalam Suherman, dkk UPI, 2003: 83), menyatakan bahwa
:“pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika
yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan

mulai dari SD sampai SMU”. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling
sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya. Suatu
masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Dari beberapa pendapat di atas, menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan faktor yang sangat penting yang harus
dikembangkan pada taraf kognitif siswa dan mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Air Joman
siswa kelas X masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata Ujian Matematika MID Semester Ganjil masih di bawah KKM.
Dari fakta di lapangan memperlihatkan bahwa siswa masih memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang rendah. Hal ini juga diungkapkan oleh
beberapa penelitian, salah satunya penelitian Atun (2006: 66) mengungkapkan
bahwa perolehan skor pretes untuk kemampuan pemecahan masalah matematik
pada kelas eksperimen mencapai rerata 25,84 atau 33,56 % dari skor ideal.
Selain beberapa penelitian yang ada, penulis juga melakukan pengamatan
awal melalui tes uraian dengan materi perbandingan trigonometri pada segitiga
siku-siku kepada siswa SMA Negeri 1 Air Joman sebanyak 35 siswa.
Sebagai contoh, salah satu persoalan pemecahan masalah yang diajukan
kepada siswa yaitu
Dewi melihat ujung pohon sawit dengan sudut elevasi 26,75. Jarak
antara pohon sawit dan Dewi adalah 17 meter. Berapakah tinggi sawit
jika tinggi Dewi 1,7 meter?

Dari informasi di atas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal?
a. Bagaimana cara menentukan tinggi sawit?
b. Hitunglah tinggi sawit?
c. Dari hasil perhitungan yang kamu peroleh apakah tinggi sawit sama
dengan tinggi dewi? Jelaskan jawabanmu!

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 86,7% dari jumlah siswa kesulitan
mengerjakan tes yang diajukan. Adapun salah satu jawaban siswa sebagai berikut:

Siswa belum mampu memilih cara
penyelesaian dengan tepat sehingga proses
penyelesaian dan kesimpulan yang
diinginkan masih belum tepat.

Gambar 1.1 Salah Satu Jawaban Siswa

Dari gambar 1.1 jawaban siswa di atas, tampak terlihat bahwa siswa tidak
dapat memecahkan masalah dengan baik. Siswa belum mampu menemukan cara
penyelesaian dengan baik dan benar.Dari indikator pemecahan masalah yang
pertama, yakni mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanya. Siswa telah
mampu menuliskan apa yang diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan
masalah kedua, yakni mampu memilih metode dalam menyelesaikan masalah
secara tepat. Untuk indikator pemecahan masalah kedua, siswa belum mampu
memilih rumus yang tepat dalam memecahkan masalah yang telah disajikan.
Rumus yang sesuai untuk memecahkan masalah adalah nilai perbandingan
trigonometri sedangkan siswa menggunakan rumus Phytagoras. Dan untuk
indikator pemecahan masalah ketiga, yakni mampu menyelesaikan masalah.
Siswa belum mampu menyelesaikan masalah dengan tepat. Hal itu disebabkan
pada indikator pemecahan masalah kedua, dimana siswa masih belum mampu
memilih rumus yang tepat dalam memecahkan masalah tersebut. Hal tersebut
menjadi suatu kesulitan untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan
tepat. Sehingga siswa masih belum mampu memenuhi dua dari tiga indikator
kemampuan pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah siswa masih rendah.
Kemampuan berpikir yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki
oleh siswa adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
matematis perlu dalam proses belajar matematika agar dapat menyelesaikan
masalah dengan baik secara sistematis dengan berbagai cara alternatif
penyelesaiaannya serta dapat menyimpulkan hasil yang diperolehnya dengan baik.

Selain itu, dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa diharapkan
memiliki tingkat pemahaman baik terhadap materi yang diberikan sehingga
peserta didik mampu mengambil keputusan dan menyimpulkan dengan baik
dalam menyelesaikan masalah. Maka kemampuan berpikir kritis sangat penting
dalam pembelajaran matematika karena merupakan salah satu tujuan dalam
pembelajaran matematika dalam tingkat penalaran atau pemahaman.
Seperti dalam penelitian Pritasari (2011:89) menyatakan bahwa hasil tes
awalnya yang dilaksanakan pada tanggal 15 November 2010, diperoleh hasil
keterampilan siswa memberikan penjelasan yang sederhana 61,15% kategori
rendah, keterampilan siswa memberikan penjelasan penjelasan lanjut 52,87 %
kategori sangat rendah, keterampilan siswa mengatur strategi dan taktik 54,89 %
kategori sangat rendah, dan keterampilan siswa menyimpulkan dan mengevaluasi
atau menilai 32,76 % kategori sangat rendah.
Berdasarkan dari tabel 1.1 maka terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa SMA Negeri 1 Air Joman masih dalam kategori rendah. Selain beberapa
penelitian yang ada, penulis juga melakukan pengamatan awal melalui tes uraian
dengan materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku kepada siswa
SMA Negeri 1 Air Joman sebanyak 35 siswa. Hal ini dapat terlihat dari soal yang
diberikan kepada siswa yaitu:
Seorang tukang pembersih jendela gedung mempunyai tangga yang
dapat memanjang hingga mencapai tingkat dua dari gedungtersebut.
Untuk membersihkan jendela di tingkat pertama, tangga itu harus
. Untuk tingkat kedua, tangga harus mencapai
mencapai √
.
Jarak
bawah
tangga dengan dinding selalu
.

Berapakah besar sudut antara tangga dan tanah, jika tangga itu
digunakan untukmembersihkan jendela di tingkat pertama dan dua?
a. Tuliskan informasi apa yang kamu peroleh dari soal tersebut.

b. Bagaimana cara kamu menentukan besar sudut antara tangga dan
tanah, jika tangga itu digunakan untukmembersihkan jendela di
tingkat pertama dan dua?
c. Apakah sudut antara tangga dan tanah pada lantai satu dan lantai
dua sama besarnya? Jelaskan alasanmu?

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 96,7% dari jumlah siswa kesulitan
mengerjakan tes yang diajukan. Adapun salah satu jawaban siswa sebagai berikut:

Siswa belum dapat
menganalisis soal
dengan tepat

Gambar 1.2 Salah Satu Jawaban Siswa
Dari gambar 1.2 jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa juga belum
mampu berpikir kritis karena salah satu aspek yang diukur dalam berpikir kritis
belum dipenuhi yaitu siswa tidak dapat menganalisis soal dengan tepat dalam

menentukan strategi penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu kemampuan
berpikir kritis siswa masih sangat rendah.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
dan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Salah satu penyebabnya
karena model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Peranan guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran tidak sesuai, karena metodologi
pembelajarannya

cenderung

sifatnya

hanya

menggurui,

tanpa

memberi

kesempatan kepada siswa untuk membangun kemampuan berpikirnya.
Pada umumnya pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah
pembelajaran konvensional, yang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru
dan kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar. Dalam pembelajaran
konvensional,

guru

langsung

menyampaikan

materi

pelajaran,

siswa

hanyamendengar dan mencatat penjelasan guru, guru bertanya, siswa
menjawab, siswa mengerjakan soal-soal latihan dengan cara yang
ditunjukkan guru. Siswa memperoleh pengetahuan karena diberitahukan
gurunya dan bukan menemukan sendiri secara langsung.
Kegiatan belajar yang dilakukan pada target penguasaan materi
sehingga siswa hanya akan mengingat materiyang ada dengan menghapal bukan
memahami, dan pengetahuan yang diperoleh akan mudah terlupakan. Dengan
Pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini
kurang menanamkan konsep sehingga kurang mengundang kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis. Sehingga jika siswa
diberi soal yang berbeda dengan soal latihan mereka kebingungan karena

tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja. Berarti sejauh ini
pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal.
Hal ini sesuai dengan kajian kebijakan kurikulum pembelajaran
matematika, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi diproses pembelajaran
di Indonesia pada tingkat SMA yaitu:
a. Pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional, standar proses
belum ada.
b. Metode pembelajaran kurang bervariasi, umumnya masih ceramah dan
tanya jawab.
c. KBM kurang mengaktifkan siswa, masih mengejar target materi.
Jadi perlu ada suatu gerakan untuk melakukan perubahan mendasar dalam
pendidikan matematika, terutama dari model pembelajarannya, karena sampai saat
ini masih begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu
sangat sulit, akibatnya mereka tidak menyenangi

pelajaran matematika.

Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa bagi sebagian besar siswa,
pembelajaran matematika selama ini belum mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya antara lain perbaikan terhadap
model dalam pembelajaran matematika yang dilakukan guru saat ini. Dengan
demikian pemilihan model pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan
mendorong timbulnya aktivitas siswa sehingga meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi

matematika. Dari model pembelajaran matematika yang berorientasi pada guru
menjadi pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Maka pekerjaan
mengajar bagi seorang guru bukan sekedar menyelesaikan sejumlah materi
pelajaran tetapi guru harus benar-benar mampu menanamkan konsep dengan
harapan dapat dikuasai siswa. Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang
diduga dapat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kritis adalah dengan pembelajaran penemuan terbimbing.
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu

proses

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri konsep yang ingin dipelajari melalui serangkaian proses
kegiatan dengan bimbingan, arahan dan scaffolding yang seperlunya diberikan
guru kepada siswa. Langkah pembelajaran pembelajaran penemuan terbimbing
ada 6 (enam) yaitu: menyajikan situasi, merumuskan masalah, mengajukan
dugaan/hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks (Trianto, 2010:89). Selain itu, pembelajaran ini bertujuan untuk
membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah.
Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas pembelajaran penemuan
terbimbing seperti Karim (2011:31) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kritis pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah.

Effendi (2012:8) menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan
metode penemuan terbimbing dalam meningkat kemampuan representasi dan
pemecahan masalah matematis siswa SMP sangat meningkat dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan guru. Metode ini
membuat siswa untuk lebih aktif dan mandiri dalam menyelesaikan masalah
sehingga lebih bermakna bagi siswa. Metode ini memberikan kemampuan
pemecahan masalah yang sangat lebih baik karena siswa menganalisis,
menyelesaikan dan menyimpulkan sendiri maslah yang ada.
Selain pemaparan mengenai pembelajaran yang tepat dapat mampu untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis,
ada satu hal yang terindikasi dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
bermatematika secara umum yaitu kemampuan awal matematis siswa.
Kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebelum dia
memperoleh pembelajaran (materi baru).
Sehubungan dengan penyebaran siswa yang sifatnya normal, maka akan
selalu ditemukan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, rendah.
Kemampuan awal ini akan mempengaruhi prestasi siswa. Siswa dengan
kemampuan awal tinggi akan memperoleh hasil yang tinggi demikian pula
sebaliknya. Akan tetapi, hal ini tidak berjalan mutlak sepenuhnya. Ada beberapa
faktor yang mungkin merubah keadaan ini dimana salah satunya bisa saja model
pembelajaran yang digunakan. Pada model tertentu mungkin saja siswa
berkemampuan rendah memperoleh hasil yang lebih baik daripada siswa
berkemampuan awal tinggi karena siswa yang berkemampuan rendah merasa

nyaman dengan model tersebut. Keadaan ini menarik untuk diteliti dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran berkaitan dengan
kemampuan awal siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 1 Air Joman Melalui
Pembelajaran Penemuan Terbimbing”.

1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh
identifikasi masalah sebagai berikut:
1) Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.
2) Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
3) Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis.
4) Proses pembelajaran masih guru yang berperan aktif sedangkan siswa
berperan pasif.
5) Guru belum melakukan pembelajaran penemuan terbimbing.
6) Kegiatan

pembelajaran

yang

masih

menggunakan

pembelajaran

konvensional.
7) Tidak terlihat ada atau tidak interaksi antara kemampuan awal yang
mungkin mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kritis terhadap model pembelajaran yang digunakan guru.

1.3 Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasi di atas, penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa masih rendah, kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah, siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis, guru belum
melakukan pembelajaran penemuan terbimbing, kegiatan pembelajaran yang
masih menggunakan pembelajaran konvensional, Tidak terlihat ada atau tidak
interaksi antara kemampuan awal yang mungkin mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis terhadap model pembelajaran
yang digunakan guru.
.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini
adalah :
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
melalui pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran
konvensional?
2. Apakah

peningkatan

kemampuan

berpikir

kritis

siswa

melalui

pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kritis siswa melalui pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal matematis terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa?

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa melalui pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran
konvensional.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan berpikir
kritis siswa melalui pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
matematis terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan
peneliti. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa variasi
pembelajaran matematika yang baru yang diharapkan dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi masukan mengenai model
pembelajaran matematika yang bisa membantu siswa untuk menjalani
kegiatan belajar mengajar lebih inovatif dan menarik.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada peneliti lain tentang bagaimana meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa
melalui pembelajaran penemuan terbimbing.

1.7

Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran maka diberikan beberapa istilah

sebagai berikut:
1. Pembelajaran

penemuan

terbimbing

adalah

pembelajaran

yang

mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri dan menyimpulkan
pengetahuan yang akan mereka peroleh dengan bimbingan guru
seperlunya.

2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah
(memahami masalah; merencanakan pemecahan masalah; menyelesaikan
masalah; dan melakukan pengecekan kembali) yang dikemukakan oleh
Polya.
3. Kemampuan

berpikir

kritis

adalah

kemampuan

siswa

dalam

menyelesaikan masalah dengan menganalisis, mengidentifikasi, dan
mengevaluasi hasil penyelesaian yang diperoleh.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru
dengan menggunakan metode ceramah dan biasanya diawali dengan
menjelaskan materi, kemudian contoh-contoh yang diselesaikan sendiri
oleh guru selanjutnya memberikan latihan kepada siswa.
5. Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki siswa mengenai materi
sebelum siswa tersebut memperoleh materi yang lebih tinggi.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
Pembelajaran matematika yang diajarkan dengan pembelajaran penemuan

terbimbing ataupun yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (biasa)
sama-sama mampu untuk

menciptakan peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis dan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan temuan dan hasil
analisis data penelitian, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui
pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional.
Siswa di kelas eksperimen memiliki peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis paling besar pada indikator memahami masalah (indikator
1) yaitu sebesar 0,61. Untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah
pada indikator merencanakan penyelesaian (indikator 2), kelas eksperimen
memperoleh N-Gain sebesar 0,29 yang lebih tinggi daripada N-Gain kelas
kontrol yaitu (0,25). Untuk indikator menyelesaikan masalah (indikator 3),
kelas eksperimen memperoleh N-Gain lebih tinggi sebesar 0,46 sedangkan
kelas kontrol memperoleh 0,09. Untuk indikator memeriksa kembali
(indikator 4), kelas eksperimen memperoleh N-Gain lebih tinggi yaitu 0,14
dan kelas kontrol 0,10.

2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran
penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa
melalui pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kritis
pada indikator menganalisis (indikator 1), kelas eksperimen memperoleh NGain sebesar 0,27 yang lebih tinggi daripada N-Gain kelas kontrol yaitu
(0,24). Untuk indikator mengidentifikasi (indikator 2), kelas eksperimen
memperoleh N-Gain sebesar 0,17 yang lebih tinggi daripada N-Gain kelas
kontrol yaitu (0,14). Untuk indikator mengevaluasi (indikator 3), kelas
eksperimen memperoleh N-Gain sebesar 0,14 yang lebih tinggi daripada NGain kelas kontrol yaitu (0,11).
3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa disebabkan oleh faktor pembelajaran yang digunakan.
4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa disebabkan oleh faktor
pembelajaran yang digunakan.

5.2

Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan

beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Bagi guru matematika model pembelajaran penemuan terbimbing dapat
menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kritis. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran ini terus
dikembangkan sebagai upaya untuk membentuk pembelajaran mandiri pada
siswa.
2. Bagi Peneliti
a. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing mampu memunculkan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan
berpikir kritis.
b. Untuk penelitian lanjutan diharapkan bagi peneliti untuk mampu
merancang perangkat dan instrumen lebih baik lagi sehingga sintaks
pembelajaran penemuan terbimbing bisa terlaksana secara optimal dan
peningkatan pada tiap indikator terjadi secara merata.

3.

Bagi Lembaga Terkait
Pembelajaran penemuan terbimbing perlu disosialisasikan oleh sekolah atau
lembaga terkait dengan harapan mampu menciptakan peningkatan hasil
belajar siswa, khususnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009).Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit
Rineka Cipta : Jakarta.
Atun, I. 2006.Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Koopretaif Tipe Student
Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa.Tesis tidak diterbitkan.
Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Bruner, J. S. 1999. The Process of Education. USA: Harvard College
BSNP. 2006. Standard Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jakarta
Burrowes,P.A. 2003. A Student Centered Approach of Teaching General Biology:
Lords Constructivist Model. The American Biology Teacher.65(7). Hal.491501.
Departemen Pendidikan NasionalBadan Penelitian Dan Pengembangan Pusat
Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
MAtematika.
Effendi, A.L. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan.
Vol.13 No.2 Oktober 2012