PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP SULTAN ISKANDAR MUDA

TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:
VINA
NIM: 8106122040

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ABSTRAK
Vina, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil

Belajar Matematika Peserta Didik SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Tahun 2016.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui hasil belajar Matematika
peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Kontesktual dan hasil
belajar Matematika yang diajar dengan model pembelajaran Ekspositori, (2) untuk
mengetahui hasil belajar Matematika antara siswa dengan kemampuan awal tinggi
dan hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan awal rendah, dan (3)
untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
peserta didik terhadap hasil belajar Matematika.
Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMP Sultan Iskandar Muda
Kota Medan dengan jumlah 168 siswa. Kelas yang dipilih adalah kelas VIII.
Sampel penelitian ditetapkan kelas VIII-C menggunakan model pembelajaran
Kontekstual dan kelas VIII-B menggunakan model pembelajaran Ekspositori.
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Instrumen
penelitian untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda
dengan 4 pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 25 dengan koefisian
reliabilitas 0,948. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang kemampuan awal
peserta didik digunakan pretest dengan jumlah 15 butir soal essay . Uji normalitas
dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji Fisher dan uji Bartlett.
Teknik analisis data adalah Anava dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05

Hasil penelitiannya adalah : (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Kontekstual X = 67,2 lebih tinggi daripada rata-rata
hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Ekpositori X = 58,6
dengan Fhitung = 4,00 > Ftabel = 3,978, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan
kemampuan awal tinggi X = 66,60 lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
dengan kemampuan awal rendah X = 60,00 dengan Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,376,
dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
terhadap hasil belajar Matematika dengan Fhitung = 8,6 > Ftabel = 3,978.
Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
tepat digunakan pada peserta didik dengan karakteristik kemampuan awal tinggi
adalah model pembelajaran Kontekstual sedangkan peserta didik dengan
kemampuan awal rendah lebih tepat menggunakan model pembelajaran
Ekspositori. Implikasi dari penelitian ini secara khusus ditujukan kepada guru
Matematika yaitu dalam penerapan model pembelajaran harus memperhatikan
karakteristik siswa khususnya karakteristik kemampuan awal peserta didik.

Kata Kunci : Model Pembelajaran, Kemampuan Awal , Hasil Belajar

ii


ABSTRACT

Vina, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan Tahun 2016.
This study aims to : ( 1 ) to assess the learning outcomes of Mathematics
learners taught by learning model contextual learning and the outcomes of Math
taught by learning model Expository , ( 2) to assess the results of learning
mathematics among students with prior knowledge of high and learning
mathematics among students with lower initial ability , and ( 3 ) to understand the
interaction between the learning model and the initial ability of students to learn
mathematics results .
The study population was students of SMP Sultan Iskandar Muda
Medan with the number of 168 students. The selected class is a class VIII. The
research sample set of class VIII - C using contextual learning model and VIII- B
using Expository learning model. The sampling technique was done by cluster
random sampling. The research instrument was used to measure learning
outcomes in the form of multiple choice test with four possible answers to the
question number as many as 25 with reliability coefficients 0.948 . Meanwhile, to
obtain data on the ability of early learners used pretest with the number of 15point essay questions. Normality test with the test Liliefors while homogeneity

test with Fisher's exact test and Bartlett's test. The data analysis technique is
Anava two lanes at significance level α = 0.05
The results of the research are : ( 1 ) the average student learning
outcomes are taught using learning models Contextual = 67.2 higher than average
learning outcomes of students who are taught by learning model Ekpositori = 58.6
with F test = 4.00 > Ftabel = 3,978 , ( 2 ) the average student learning outcomes
with high initial capability = 66.60 higher than the learning outcomes of students
with lower initial ability = 60.00 with Fhitung = 5.7 > F table = 2.376 , and ( 3)
there interaction between the learning model and ability early on learning
outcomes Mathematics with Fhitung = 8.6 > F table = 3.978 .
Data analysis concluded that the appropriate learning models used on the
learner with the characteristics of high initial capability is a Contextual learning
model, while students with lower initial ability to more precisely using the
Expository learning model. The implication of this research is specifically aimed
at teachers of Mathematics, namely the application of learning models must
consider the characteristics of students, especially the characteristics of the initial
capabilities of learners .
Keywords : Learning Model , Capability Earlier , Learning Outcomes

ii


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

9

1.3. Pembatasan Masalah

10

1.4. Perumusan Masalah

11

1.5. Tujuan Penelitian

11


1.6. Manfaat Penelitian

12

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
13

2.1 KAJIAN TEORITIS

2.1.1 Hakikat Belajar Matematika ....................................... 13
2.1.2 Hakikat Matematika

17

2.1.3 Pembelajaran Matematika

20


2.1.4 Belajar dan Pembelajaran Matematika ........................22
2.1.5 Model Pembelajaran Matematika ............................... 24
2.1.6 Model Pembelajaran Kontekstual

28

2.1.7 Model Pembelajaran Ekspositori

41

2.1.8 Teori Pendukung Model Kontekstual ........................ 45
2.1.9 Kemampuan Awal dalam belajar Matematika ......... 49
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

51

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................... 53
2.4 Hipotesis Penelitian

57


vi

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

59

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

59

1. Populasi

59

2. Sampel Penelitian


60

C. Metode Dan Rancangan Penelitian

61

D. Variabel Dan Defenisi Operasional Variabel
Penelitian

62

E. Prosedur Dan Pelaksanaan Perlakuan

65

1. Prosedur Pelaksanaan …………………………………….65
2. Pelaksanaan Perlakuan ………………………………….. 65
F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

69


G. Teknik Analisis Data

77

H. Hipotesis Penelitian ............................................................... 78
I. Hipotesis Statistik ................................................................. 80
BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data peneliian ....................................................... 81
1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran Kontekstual ...................... 81
2. Hasil Belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran Ekspositori ....................... 82
3. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang
Memiliki kemampuan awal tinggi ................................... 83
4. Hasil belajar matematika peserta didik yang
Memiliki kemampuan awal rendah ................................. 84
5. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran kontekstual dan
Memiliki kemampuan awal tinggi ................................... 86
6. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran kontekstual dan
Memiliki kemampuan awal rendah ................................... 87
7. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar

vii

Dengan model pembelajaran ekspositori dan
Memiliki kemampuan awal tinggi ................................... 88
8. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran ekspositori dan
Memiliki kemampuan awal rendah ................................... 90
B. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................... 91
1. Uji Normalitas ................................................................... 91
a. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran .................................................... 91
b. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran ..................................................... 92
c. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal .............. 93
2. Uji Homogenitas Varians ................................................... 96
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 98
1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar
dengan model pembelajaran Kontekstual lebih tinggi
dari pembelajaran Ekspositori ............................................ 99
2. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang memiliki
Kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari
Kemampuan awal rendah ................................................. 100
3. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan
Kemampuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar
Matematika ...................................................................... 100
D. Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian ............................. 104
1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar
dengan model pembelajaran Kontekstual lebih tinggi
dari pembelajaran Ekspositori.......................................... 104
2. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari
Kemampuan awal rendah ................................................ 106

viii

3.

Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan
Kemampuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar
Matematika ...................................................................... 108

E. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 109
BAB V

SIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN ........................................................................ 112
B. IMPLIKASI ........................................................................ 113
C. SARAN ............................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119
LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII Semester I
SMP Sultan Iskandar Muda Tahun Pelajaran 2015 / 2016 ……….
Tabel 2.

5

Fase Pembelajaran Ekspositori ……………………………………. 44

Tabel 3.1. Data siswa SMP Sultan Iskandar Muda kelas VIII
Tahun Pelajaran 2015 / 2016 ………………………………………. 60
Tabel 3.2. Desain Faktorial 2 X 2 ……………………………………………… 62
Tabel 3.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan model
Pembelajaran Ekspositori …………………………………………

69

Tabel 3.4. Kisi – kisi Instrumen Kemampuan Awal Peserta Didik ………….

71

Tabel 3.5. Tabel Penolong ANAVA 2 jalu …………………………………..

80

Tabel 4.1. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……………

82

Tabel 4.2. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……………

83

Tabel 4.3. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Tinggi …………………………. 85
Tabel 4.4. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Rendah …………………………. 86
Tabel 4.5. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Tinggi ………………………………….. …………………………. 87
Tabel 4.6. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Rendah ………………………………….. ……………………

. 89

Tabel 4.7. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Tinggi ………………………………….. ………………………

90

Tabel 4.8. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Rendah ………………………………….. ………………………
x

91

Tabel 4.9 Data Pengujian Normalitas Data untuk kelompok Model
Pembelajaran …………………………………………………….

93

Tabel 4.10. Data Pengujian Normalitas Data untuk kelompok kemampuan
Awal …………………………………………………………….. 93
Tabel 4.11. Hasil pengujian Normalitas untuk model pembelajaran dan
Kemampuan Awal ……………………………………………… 94
Tabel 4.12. Rekapitulasi hasil perhitungan Normalitas …………………….. 96
Tabel 4.13. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians antar
Kelompok sampel model pembelajaran ………………………... 97
Tabel 4.14. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians antar
Kelompok sampel kemampuan awal …………………………… 98
Tabel 4.15. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians sampel
Dengan uji Barlett ……………………………………………… 97
Tabel 4.16. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis ………………….. 99
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil ANAVA terhaap hasil belajar Matematika … 100
Tabel 4.18. Ringkasan hasil perhitungan uji lanjut Tukey ………………….. 103

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……………

82

Gambar 4.2. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……………

83

Gambar 4.3. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Tinggi …………………………. 85
Gambar 4.4. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Rendah …………………………. 86
Gambar 4.5. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Tinggi ………………………………….. …………………………. 87
Gambar 4.6. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Rendah ………………………………….. ……………………

. 89

Gambar 4.7. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Tinggi ………………………………….. ………………………

90

Gambar 4.8. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Rendah ………………………………….. ………………………

91

Gambar 4.9. Model Interaksi antara Model Pembelajaran dan
kemampuan awal terhadap hasil belajar Matematika ………… 102
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Program Pengajaran Kelas Eksperimen 1 ................. 126
Lampiran 2. Rencana Program Pengajaran Kelas Eksperimen 1 ................. 162
Lampiran 3. Soal Kemampuan Awal Matematika ...................................... 177
Lampiran 4. Uji Coba Instrumen ................................................................ 180
Lampiran 5. Data Uji Coba Isntrumen ........................................................ 186
Lampiran 6. Indeks Kesukaran tes hasil belajar .......................................... 187
Lampiran 7. Daya Pembeda Soal ............................................................... 188
Lampiran 8. Tes hasil Belajar ..................................................................... 189
Lampiran 9. Data Kemampuan Awal Kontekstual ...................................... 194
Lampiran 10. Data Kemampuan Awal Ekspositori

.................................... 195

Lampiran 11. Data hasil belajar Matematika model Kontekstual .................. 196
Lampiran 12. Data hasil belajar Matematika model Ekspositori ................... 197
Lampiran 13. Data tes hasil belajar Matematika ........................................... 198
Lampiran 14. Uji Validasi Tes Hasil Belajar ................................................. 199
Lampiran 15. Uji reliabilitas ........................................................................ 200
Lampiran 16. Perhitungan Statistik .............................................................. 201
Lampiran 17. Harga Chi Kuadrat ................................................................. 247
Lampiran 18. Nilai Kritis Distribusi F .......................................................... 248
Lampiran 19. Tabel Liliefors ....................................................................... 252

xiii

BABBIB
PENDAHULUANB
B
1.1.LatarBBelakangBMasalahB
Matematika merupakan ilmu unimersal yang mendasari perkembangan
teknologi moderen, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika peserta didik dapat
berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai
masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Matematika
menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat seseorang harus menyelesaikan
permasalahan yang membutuhkan analisa dan perhitungan.
Selain itu manfaat lain dari belajar matematika menurut Ruseffendi
(2000:208) adalah :1) Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan
mampu

melakukan

perhitungan-perhitungan

lainnya.2)

Dengan

belajar

matematika kita memiliki persyaratan untuk belajar bidang studi lain. 3) Dengan
belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis. 4) Dengan
belajar matematika diharapkan kita menjadi manusia yang tekun, kritis, logis,
bertanggung jawab, mampu menyelesaikan permasalahan.
Bell (2005) menyatakan bahwa matematika merupakan ratu dan pelayan
ilmu. Maksud pernyataan ini adalah, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan
pengembangannya bergantung dari matematika. Dari kedudukan matematika
sebagai ratu ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu,
berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan lain. Dengan perkataan lain,

1

2

matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu,
juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan
operasionalnya (Suherman, dkk, 2008: 25).
Dari pernyataan diatas manfaat matematika disadari sangat penting,
namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika peserta didik. Kenyataan yang ada menunjukkan
hasil belajar peserta didik pada bidang studi matematika masih rendah, kurang
menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah
berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan
matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui
penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata
pelajaran matematika. Namun kenyataan yang terjadi saat ini, semua usaha belum
menampakkan hasil yang memuaskan.
Dari berbagai indikator menunjukkan mutu pendidikan, khususnya
pendidikan matematika belum meningkat secara siknifikan. Dalam ajang
internasional prestasi pendidikan matematika masih rendah dibuktikan dari data
TIMSS (Trends In International Mathematics And Sains Study), rangking peserta
didik Indonesia di bidang matematika berada di bawah rata-rata Internasional
yaitu urutan ke 35 dari 46 negara peserta (TIMSS:2009) dan Rangking 38 dari 45
negara peserta (TIMSS:2011). Posisi itu jauh di bawah Malaysia yang berada di
urutan 20 atau bahkan Singapura yang berada di urutan pertama. Selain itu
menurut catatan UNDP, pada tahun 2008 HDI (Human Development Index)

3

Indonesia menempati peringkat 109, dibandingkan dengan Brunei ke-27,
Singapura ke-28, Malaysia ke-63, Thailand ke-81 dan Srilangka ke-104.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di lapangan diperoleh informasi
bahwa proses pembelajaran yang terjadi masih saja berpusat pada guru ( teacher
center ) dimana kegiatan pembelajaran diawali dengan penjelasan materi,
selanjutnya demonstrasi penyelesaian contoh soal Model yang digunakan tidak
bermariasi lebih bersifat ekspositori, guru lebih mendominasi proses aktifitas
kelas, peserta didik banyak menyelesaikan latihan yang diberikan oleh guru dan
terakhir guru meminta siswa menyelesaikan latihan dalam bentuk soal. Peserta
didik tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya, hanya
menerima saja informasi yang disampaikan searah dari guru. Seringkali peserta
didik tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan
terlebih soal yang berbentuk soal cerita. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya
mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan mengerjakan latihan mengikuti pola
yang diberikan guru, bukan dikarenakan peserta didik memahami konsepnya.
Proses pembelajaran seperti ini mengakibatkan peserta didik menjadi
pasif, karena pengetahuan yang dimiliki merupakan pengetahuan jadi yang
ditransfer dari guru. Kemampuan menganalisa peserta didik dalam menyelesaikan
masalah yang seharusnya berkembang, menjadi tidak berkembang secara optimal.
Pengetahuan yang dimiliki peserta didik terbatas pada apa yang ditransfer oleh
guru saja. Kondisi pembelajaran ini menyebabkan peserta didik hanya mampu
menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan contoh yang pernah diberikan
oleh guru. Ketika peserta didik diberi permasalahan yang setara namun tidak sama
dengan contoh yang pernah diberikan (tidak dikenal peserta didik), membuat

4

peserta didik tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Pembelajaran
yang terjadi di kelas cenderung berpusat pada guru (teacher oriented) dan tidak
berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri.
Fenomena seperti ini mungkin dapat terjadi di beberapa sekolah khususnya
SMP Sultan Iskandar Muda bahwa dimana guru asyik sendiri menjelaskan materi
yang telah dipersiapkan sementara peserta didik asyik sendiri menjadi penerima
informasi yang baik dari guru. Sehingga peserta didik hanya mencontoh apa yang
dikerjakan guru dan mengingat rumus-rumus dan menghapal cara pengerjaan soal
(prosedur) yang dilakukan guru tanpa makna dan pengertian dari peserta didik.
Oleh karena itu peserta didik beranggapan bahwa menyelesaikan suatu soal atau
permasalahan matematika cukup dengan mengikuti atau mencontoh apa yang
dikerjakan oleh guru yang menyebabkan pembelajaran yang kurang bermakna
sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik cenderung rendah dan
pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Dari hasil obsermasi data awal yang dilakukan peneliti ada beberapa
masalah yang ditemukan ketika pembelajaran berlangsung yaitu :
Pertama, Karakteristik peserta didik. 1.)Ketika pembelajaran dimulai , guru
mengajukan pertanyaan awal tentang materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik, terlihat hanya beberapa peserta didik yang berusaha menjawab, dan
lainnya hanya duduk diam tidak memberi tanggapan. 2.) Jumlah rombongan
belajar dalam satu kelas yang banyak membuat peserta didik yang duduk di
bangku paling belakang memiliki kesempatan untuk bermain dan tidak

5

menggubris pertanyaan dan materi yang disampaikan. 3.)Peserta didik kurang
berminat dan termotimasi untuk belajar matematika
Kedua, Belum maksimalnya hasil belajar peserta didik, dimana peneliti
memperoleh informasi mengenai hasil belajar peserta didik yang sebagian belum
tuntas. Data tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1. Data Hasil Belajar Matematika peserta didik kelas VIII Semester I SMP
Sultan Iskandar Muda Medan – Sunggal Tahun Pelajaran 2015/2016
N
KELAS
O
1 VIII A
2 VIII B
3 VIII C
4 VIII D

JUM
LAH
45
40
42
41

KKM

TUNTAS

75
75
75
75

27
20
22
30

PERSEN
TASE
67,50 %
50,00 %
52,38 %
75,00 %

BELUM
TUNTAS
18
20
20
10

PERSEN
TASE
32,50 %
50,00 %
47,62 %
25,00 %

Ketiga, model pembelajaran yang digunakan guru kurang bermariasi, guru
cenderung menggunakan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran yang
cenderung berpusat pada guru membuat respon peserta didik menjadi kurang baik
terhadap pembelajaran matematika yang mengakibatkan peserta didik kurang
menyenangi pelajaran matematika dan peserta didik menjadi kurang aktif dalam
proses pembelajaran.
Hasil pengamatan aktimitas belajar peserta didik di kelas, terlihat peserta
didik hanya menjadi pendengar saja, sedikit tanya jawab, mencatat dari papan
tulis, mengerjakan latihan yang diberikan guru dan hasilnya ditulis di papan tulis
serta jawaban peserta didik yang benar diterima saja tanpa adanya penjelasan
terhadap hasil yang diperoleh kepada teman lain.
Pengamatan juga dilakukan terhadap guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, terlihat bahwa guru menyampaikan materi yang ada dalam buku

6

paket, memberikan informasi pengertian konsep secara langsung dengan cara
mendiktekan kepada peserta didik, memberikan contoh penerapan rumus-rumus
matematika, mengerjakan latihan-latihan dan langkah-langkah penyelesaikan soal
serta kurang mengaitkan fakta real dalam kehidupan nyata dengan persoalan
matematika.
Aktimitas pembelajaran tersebut dapat mengakibatkan pembelajaran
mekanistik, akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapakan tidak terjadi.
Tidak heran belajar dengan cara menghafal tersebut tingkat kemampuan kognitif
anak yang terbentuk hanya pada tataran tingkat rendah. Kecenderungan anak
terperangkap dalam pemikiran menghafal karena iklim yang terjadi dalam proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah. Cara-cara menghafal semakin
intensif dilakukan anak menjelang ujian. Anak belajar mengingat atau menghapal
materi, rumus – rumus, defenisi unsur-unsur dan sebagainya. Namun, ketika
waktu ujian berlangsung anak seperti menghadapi kertas buram, anak tak mampu
mengoperasionalkan rumus- rumus yang dihafalkan untuk menjawab pertanyaan.
Anak akan cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Anak
kehilangan sense of learning, kebiasaan yang membuat anak bersikaf pasif atau
menerima begitu saja apa adanya mengakibatkan anak tidak terbiasa untuk
berfikir kritis.
Jadi perlu ada suatu gerakan untuk melakukan perubahan mendasar dalam
pendidikan matematika, terutama dari strategi pembelajaran dan modelnya, karena
sampai saat ini masih begitu banyak peserta didik mengeluh dan beranggapan
bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok, akibatnya mereka
tidak menyenangi

bahkan benci pada pelajaran matematika. Sehingga

7

mengakibatkan pandangan masyarakat pada umumnya tentang pelajaran
matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan adalah hal yang
cukup beralasan. Pendidikan matematika kita selama ini tidak berhasil
meningkatkan pemahaman matematika yang baik pada peserta didik, tetapi
berhasil menumbuhkan perasaan takut, persepsi terhadap matematika sebagai
ilmu yang sukar dikuasai, tidak bermakna, membosankan, menyebabkan stres
pada diri peserta didik. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa bagi sebagian
besar peserta didik, pembelajaran matematika selama ini belum mampu mengubah
ranah afektif (sikap, minat, nilai-nilai, pilihan, kepercayaan diri akademik, fokus
kendali, kecemasan dan motimasi) dan kognitif (pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan emaluasi) peserta didik menuju yang lebih baik.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya antara lain perbaikan terhadap
model dalam pembelajaran matematika yang dilakukan guru saat ini. Dengan
demikian pemilihan model pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan
mendorong timbulnya aktimitas peserta didik sehingga meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi matematika.Dari model pembelajaran matematika
yang berorientasi pada guru menjadi model pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik. Maka pekerjaan mendidik bagi seorang guru bukan sekedar
menyelesaikan sejumlah materi pelajaran tetapi guru harus benar-benar mampu
menanamkan pemahaman yang baik dengan harapan dapat dikuasai peserta didik.
Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang diduga dapat membantu
meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah model kontekstual.
Karena model kontekstual memiliki karateristik dan prinsip yang
memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara optimum, seperti

8

kebebasan peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya, mengaitkan
pengalaman kehidupan sehari-hari dan hal yang nyata dari peserta didik dengan
materi pelajaran matematika yang dipelajari, dan pembuatan model yang dapat
memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran
dengan model kontekstual mengajak peserta didik dan guru aktif, pembelajaran
berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator, menyajikan permasalahan
yang kontekstual dan guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
menyelesaikan masalah secara mandiri sehingga pembelajaran lebih bermakna
dan menyenangkan.
Model ini suatu model pembelajaran yang dimulai dari konteks dunia
nyata peserta didik (daily life). Model kontekstual juga model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar,
peserta didik yang berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri pemahamannya terhadap materi pelajaran.
Dalam model pembelajaran kontekstual peserta didik diarahkan untuk
mengkonstruksi sendiri konsep yang ingin dicapai. Pengkonstruksian diawali
dengan memberikan permasalahan yang bersumber dari situasi dunia nyata yang
pernah dialami peserta didik atau telah dikenal dan mampu dipahami peserta
didik. Guru bertindak sebagai fasilitator dalam mengarahkan pola berfikir peserta
didik. Dalam model ini peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuannya,
sehingga hasil belajar yang ingin dicapai merupakan hasil temuan dari proses
kerja peserta didik itu sendiri.
Dengan penerapan model ini di upayakan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik, mulai bekerja dari masalah konteks yang

9

diberikan, mengaitkan masalah yang akan diselidiki dengan meninjau masalah itu
dari banyak segi, melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata, membuat produk berupa laporan, model fisik untuk di demonstrasikan
kepada teman-teman lain, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan
keterampilan berpikir.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin
melakukan suatu penelitian yang difokuskan pada “ PengaruhB modelB
pembelajaranB danB kemampuanB awalB terhadapB hasilB belajarB matematikaB
pesertaBdidikBSMPBSultanBIskandarBMuda.BB
B
1.2.BIdentifikasiBMasalahB
B

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi

bahwa terdapat beberapa komponen seperti guru, peserta didik, sarana dan
prasarana yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, maka
beberarapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model
pembelajaran yang digunakan selama ini?
2. Bagaimana minat dan motimasi belajar peserta didik mengenai mata
pelajaran matematika ?
3. Bagaimana sikap peserta didik terhadap matematika ?
4. Bagaiamana kemampuan awal yang dimiliki sebagian peserta didik untuk
mempelajari matematika ?
5. Bagaimana sebaiknya model pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik ?

10

6. Bagaimana tanggapan peserta didik yang diajar menggunakan model
pembelajaran kontekstual ?
7. Apakah kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar matematika
peserta didik ?

1.3.BPembatasanBMasalahB
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yang
berkenaan dengan hasil belajar matematika pada materi kubus dan balok. Model
pembelajaran yang digunakan pada 2 kelas eksperimen adalah model kontekstual
(CTL) pembelajaran ekspositori. Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus,
maka permasalahan dibatasi pada penggunaan model pembelajaran kontekstual (
CTL ) yang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga peserta didik
merasa bahwa kebutuhan belajar sangat penting dan hasil belajar yang diperoleh
maksimal dan kepuasan dalam mencapai hasil belajar, dan model ekspositori yang
berpusat pada guru, dimana guru sebagai pusat dan sumber belajar, guru
meminimalkan kesenjangan yang terjadi., serta kemampuan awal peserta didik
yang dibedakan atas kemampuan awal peserta didik tinggi dan kemampuan awal
peserta didik rendah yang mengacu pada hasil belajar matematika pada ranah
kognitif yang mengacu pada aspek mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisis (C4), dan emaluasi (C5) , Berkreasi (C6), menurut taksonomi Bloom
yang telah diremisi ( Anderson dkk, 2011), dengan aspek pembelajaran materi
menyelesaikan soal – soal yang berhubungan dengan kubus dan balok.

11

1.4.BRumusanBMasalahB
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang akan
diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi hasil belajar matematika dibanding
dengan model pembelajaran Ekspositori ?
2. Apakah kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi
akan berbeda hasil belajar matematika dibanding dengan kemampuan awal
peserta didik rendah ?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran matematika ( Model
kontekstual dan ekspositori ) dengan kemampuan awal ( tinggi dan
rendah) dalam mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik?

1.5.BTujuanBPenelitianB
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika peserta didik yang diajar
dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari model
pembelajaran ekspositori .
2. Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik yang berbeda akan
menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.
3. Untuk

mengetahui

interaksi

antara

model

pembelajaran

dengan

kemampuan awal peserta didik dalam mempengaruhi hasil belajar
matematika peserta didik

12

1.6.BManfaatBPenelitianB
Secara keseluruhan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pihak berupa manfaat teoritis maupun praktis. Secara teoritis
hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan disiplin ilmu
pengetahuan

dalam

memberikan

sumbangan

pemikiran

teoritik

guna

pengembangan ilmu pendidikan mengenai model pembelajaran yang tepat dalam
meningkatkan hasil belajar matematika.
Secara praktis , hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan acuan bagi
guru-guru matematika tentang penerapan model kontekstual sebagai alternatime
untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik, memberikan alternatif
pembelajaran

yang

digunakan

dalam

pembelajaran

matematika

untuk

dikembangkan menjadi lebih baik dengan cara memperbaiki kelemahan dan
kekurangannya serta mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik. Selain itu guru
dapat mengetahui pengaruh keammpuan awal peserta didik dalam mempengaruhi
hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran
sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam belajar. Dan untuk sekolah menjadi
bahan masukan dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kualitas guru
dalam

melakukan

mariasi

dalam

model

pembelajaran

sehingga

dapat

mengoptimalisasi keterlibatan aktif guru dan siswa dalam pembelajaran sehingga
hasil belajar dapat meningkat.

BABBVB
SIMPULAN,BIMPLIKASI,BDANBSARANB
B
A. SimpulanB
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Sultan Iskandar
Muda Medan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil Belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar
matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual memperoleh
nilai rata-rata hitung

= 67,2 sedangkan peserta didik yang diajar dengan

model pembelajaran ekspositori memperoleh nilai rata-rata hitung (

) = 58,6.

2. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika peserta didik yang
memiliki kemampuan awal rendah. Peserta didik yang memiliki kemampuan
awal tinggi memperoleh nilai rata-rata hitung (

) = 66,6 sedangkan peserta

didik yang memiliki kemampuan awal rendah memperoleh nilai rata-rata
hitung (

) = 60,0.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal peserta
didik dalam mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik. Hasil
belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual diperoleh ratarata (

) = 74,7 dan hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki

112

113

kemampuan awal rendah yang diajar dengan model pemberlajaran kontekstual
diperoleh rata-rata (

) = 59,0. Hasil belajar matematika peserta didik yang

memiliki kemampuan awal tinggi yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori diperoleh rata-rata (

) = 55,4 dan hasil belajar

matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori diperoleh rata-rata ( )
=60,8.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh diketahui bahwa untuk peserta didik
yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih meningkat hasil belajar
matematikanya jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual,
sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah lebih
efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematikanya jika diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran ekspositori.

B. ImplikasiB
Berdasarkan simpulan pertama hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika peserta
didik yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Dengan demikian
para guru di SMP Sultan Iskandar Muda selayaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman serta wawasan yang luas dalam mimilih dan menyusun model
pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang akan diterapkan pada mata
pelajaran matematika. Dengan memiliki pengetahuan dan wawasan, guru mampu

114

merancang suatu model pembelajaran matematika yang akan memaksimalkan
pencapaian hasil belajar peserta didik pada suatu materi pelajaran tertentu.
Dalam pembelajaran matematika banyak terdapat materi-materi pelajaran,
yang mana setiap materi pelajaran tersebut memiliki karakteristik dan kesulitan
tersendiri. Sehingga sudah selayaknyalah seorang guru matematika memilih
model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi tertentu. Model pembelajaran
kontekstual lebih mengedepankan keaktifan peserta didik secara personal
sehingga peserta didik akan cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi apabila
dilakukan dengan baik. Model pembelajaran kontekstual mengharuskan guru
harus memonitoring dan menilai keterlibatan setiap peserta didik dalam diskusi
dan senantiasa mendorong peserta didik untuk berpartisipasi dalam kelompoknya,
sehingga peserta didik lebih mudah dalam menguasai materi pelajaran
matematika. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hendaknya guru lebih
menggunakan model pembelajaran kontekstual dari pada model pembelajaran
ekspositori, karena terbukti lebih dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik.
Selain faktor dari luar diri seperti model pembelajaran faktor dari dalam
diri peserta didik seperti kemampuan awal juga mempengaruhi hasil belajar
matematika yang akan diperoleh peserta didik. Kemampuan awal merupakan
pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik untuk memahami materi
matematika yang sedang di pelajari. Sehingga peserta didik yang memiliki
kemampuan awal akan lebih mudah memahami materi pelajaran.

115

Berdasarkan simpulan kedua, bahwa kemampuan awal peserta didik
terbukti memberi pengaruh dalam perolehan hasil belajar matematika peserta
didik. Hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih
tinggi dari pada hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan
awal rendah.

Hasil penelitian ini menjadi pertimbangan bagi guru untuk

memahami kondisi peserta didik agar peserta didik yang memiliki kemampuan
awal tertentu dapat memperoleh hasil pembelajaran yang lebih meningkat dengan
cara mengupayakan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan cocok untuk
peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah maupun tinggi.
Hasil simpulan ketiga menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar yang tinggi juga, apabila diajar
dengan model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran ekspositori. Demikian juga hasil belajarpeserta
didik yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajar dengan model
pembelajaran ekspositori lebih tinggi dibandingkan hasil belajar peserta didik
yang memiliki kemampuan awal rendah yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
kemampuan awal peserta didik maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif, efisien dan memiliki daya
tarik. Namun perlu disadari bahwa tidak ada satu model pembelajaran manapun
yang paling sesuai untuk setiap karakteristik peserta didik maupun karakteristik
materi. Tetapi hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi guru mata pelajaran

116

matematika

untuk

memilih

model

pembelajaran

yang

sesuai

dalam

membelajarkan peserta didiknya. Sesuai dengan hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam merancang pembelajaran di sesuaikan dengankemampuan
awal peserta didik dalam belajar.
Dengan mempertimbangkan kemampuan awal peserta didik dalam
merancang model pembelajaran, guru dapat memaksimalkan kelebihan peserta
didik dan meminimalkan hal-hal yang menghambat proses belajar peserta didik.
Dengan melihat kemampuan awal peserta didik, guru dapat merancang model
pembelajaran yang sesuai. Misalnya untuk peserta didik dengan kemampuan awal
tinggi model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik, banyak melibatkan peserta didik dalam aktivitas
kelas. Salah satu model yang dapat dipilih adalah model pembelajaran
kontekstual.
Selanjutnya, peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah sesuai
dengan karakteristiknya lebih cocok dengan model pembelajaran yang
berorientasi pada guru atau kelompok yang mengedepankan kekompakan antar
teman sebaya seperti model pembelajaran eskpositori, karena peserta didik lebih
suka mendapat bimbingan dan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Mereka
lebih cocok dengan model yang tidak banyak menuntut mereka untuk melakukan
aktivitas kelas, hal tersebut terjadi karena kemampuan awal mereka dalam belajar
yang dibawah rata-rata temannya sehingga mereka lebih mudah untuk memahami
apa yang disampaikan guru maupun temannya dalam memahami materi pelajaran.

117

C. SaranB
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Disarankan bagi guru khususnya guru mata pelajaran matematika untuk
menggunakan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik.
2. Guru menerapkan model pembelajaran kontekstual bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan awal tinggi sedangkan peserta didik yang memiliki
kemampuan awal rendah lebih cocok untuk model pembelajaran ekspositori
sehingga memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta
didik dengan lebih maksimal.
3.

Karakteristik peserta didik yang dijadikan variabel moderator dalam
penelitian ini adalah kemampuan awal peserta didik. Disarankan untuk
penelitian lanjut, melibatkan karakteristik peserta didik yang lain.Guna
melengkapi kajian penelitian ini, seperti kemandirian, minat, bakat, tingkat
kreativitas, dan lain sebagainya.

4. Diadakannya pelatihan bagi guru dalam peningkatan kemapuan penguasaan
materi, merancang model pembelajaran sangat diperlukan
5. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dalam penggunaan model
pembelajaran untuk mengetahui hasil yang lebih akurat.
6. Guna penelitian lanjutan pada penerapan model pembelajaran

disamping

kepada guru yang menjadi mitra peneliti, perlu disosialisasikan juga terlebih

118

dahulu kepada peserta didik bagaimana tahap-tahap model pembelajaran
kontekstual dan model pembelajaran ekspositori agar saat pembelajaran
berlangsung kegagalan dalam proses pembelajaran dapat dihindari dan
efisiensi serta efektifitas pembelajaran dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi
Matematika Siswa SMU Melalui Strategi Think, Talk, Write, Studi
Eksperimen pada siswa kelas I SMU di Kota Bandung. Dalam
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1208105-112553/ (diakses tgl
18 – 10- 2015)
Anwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Anzelmo, N. 2006. Learning Style, Strategy Use Personalization of Mathematical
Word Problem and Response of Students with Learning Disabities.
Dalam http://www.mirifica.net . (diakses tgl 14 Januari 2012)
Arends, R. I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua.
Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar.
Jakarta : Edisi Ketujuh Pustaka Belajar
Arikunto, S 2003. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Sebuah Pendekatan
Praktek. Jakarta ; Rineka Cipta.
Armanto, D (2009). Pembelajaran Matematika Berkualitas ? Revolusi
Kompetensi Guru !. Makalah Seminar Pendidikan Nasional, FKIP UNASumatera Utara
Aryan, B. (2007) Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika.
(online) Tersedia
Asyril & Mahmudi. 2008. Diagnosis Kesulitan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Mulawarman Dalam
Memahami Konsep Limit untuk Menyelesaikan Soal – soal Kalkulus
Dasar.Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi
Pembelajaran, 9(3), 301 – 320).
Bacon .Needham Heights,Massachusetts.
Balitbang Source 2002: Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia.
Jakarta. Depdiknas.
Basri. H. 2010. Seminar Nasional. “Peran LPTK dan Sertifikasi Guru dalam
Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan” UNIMED
Bell, F.H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary
School). Lowa.Wm.C Brown Company Publisher
Bloom, B.S (1971). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of
Student Learning. New York : Mc. Graw Hill Book Company.
Budiyono, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret. Surakarta Press.
Budiyono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret. Surakarta Press.

119

120

Buryukov, P. 2004. Aspek Metakognitif Memecahkan Masalah. Jurnal
International Belajar Mengajar Matematika. Maret 2004. dalam
.http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm (diakses tanggal 16
Januari 2012)
Chatib, M. 2012. Sekolah Anak – anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan
Pendidikan Berkeadilan. Bandung : Kaifa, 2012. Hal - 8
Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic. New York: Macmillan
Dahar, Ratna. (2008). Teori-Teori belajar. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama
Davis. (1996). One Very Complete View (Though Only One) of How Children
Learn Mathematics. Journal for Research in Mathematics Education
Vol.27. No.1 January 1996
De Lange. J. (1996). Assesment : No Change Without Problems. The
Netherlands : Frudenthal Institute
Departemen
Pendidikan Nasional. 2005. Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta : Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional, (2002). Standard Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdikbud. (2013). Kurikulum Sekolah Mengengah Pertama. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. (2008). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)SMP Kelas VIII. Jakarta : Depdikbud
Dewi, I
(2008). Membaca Pikiran Siswa Dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Pendidika