Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Anti Streptoccus mutans.
POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon
nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans
SUPRIANTO
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 67).
Kvrya ini saya persembahkan untuk
almamater, keluarga dan saudarasaudaraku seperjuangan yang sedang
mengarungi samudera ilmu di bumi
Allah…..
ABSTRAK
SUPRIANTO. Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Streptococcus mutans Dibimbing oleh ANNA P ROSWIEM dan EDY
DJAUHARI PURWAKUSUMA.
Pengujian aktivitas anti Streptococcus mutans dilakukan untuk
menentukan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum) dari daun dan
batang sereh wangi (Cymbopogon nardus L.). Daun dan batang sereh wangi
dikeringkan kemudian diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol dan air.
Filtrat yang dikeringkan digunakan untuk menguji aktivitas anti S. mutans dan
menentukan KHTM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dan batang sereh
wangi memiliki aktivitas anti S. Mutans lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
air daun dan batang sereh wangi. KHTM yang diperoleh dari ekstrak etanol daun
dan batang dan ekstrak air batang sereh wangi sebesar 6% (b/v), sedangkan
ekstrak air daun sereh wangi memiliki KHTM sebesar 11% (b/v). Konsentrasi
14% (b/v) merupakan konsentrasi maksimal ekstrak etanol dan ekstrak air daun
dan batang sereh wangi dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
ABSTRACT
SUPRIANTO. Potency of Citronellal (Cymbopogon nardus L.) Extract As Anti
Streptococcus mutans. Under the direction of ANNA P ROSWIEM and EDY
DJAUHARI PURWAKUSUMA.
Research objectives were to determine anti S. mutans activity and minimum
growth inhibition concentration of citronella leaves and trunks. Method used was
started by drying citronella leaves and trunks, and then it was extracted using
ethanol 70% and water. The filtrate was used to determine antibacterial activity of
S. mutans and minimum growth inhibition concentration.
Results showed that ethanol 70% is pure form at alcohol extract of citronella
leaves and trunks has higher anti S. mutans activity compare to its water extract.
Minimum growth inhibition concentration obtained from ethanol extract was 6 %
(b/v), while water extract was 11 % (b/v). Maximum concentration of ethanol and
water extract to inhibit S. mutans growth was 14 % (b/v).
POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon
nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans
SUPRIANTO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Skripsi : Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Streptoccus mutans.
Nama
: Suprianto
NIM
: G44101031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Anna P Roswiem, M.S.
Ketua
Drs. Edy Djauhari PK, M.Si
Anggota
Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.drh. Hasim, DEA
NIP 131578806
Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
ii
DAFTAR TABEL
ii
…………………………………………………............
DAFTAR LAMPIRAN
…………………………………………………
iii
…………………………………………………………
1
TINJAUAN PUSTAKA
Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) …………………………………
Manfaat Sereh Wangi …………………………………………………
Komposisi Kimia Sereh Wangi
…………………………………
Antibakteri
…………………………………………………………
Mekanisme Kerja Antibakteri …………………………………………
Pengukuran Aktivitas Antibakteri
…………………………………
Streptococcus mutans dan Karies Gigi
....................................…
1
2
2
3
3
4
4
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ………………………………………………………....
Metode Penelitian..........................................................…………………
5
5
PENDAHULUAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
............………………………………………………...
Rendemen Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air
………………………...
Daya Hambat Ekstrak Daun dan Ekstrak Batang Sereh Wangi pada
Berbagai Konsentrasi ………………………………………………...
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum …………………...
6
8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
………………………………………………………..
Saran ………………………………………………………………..
9
9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
9
6
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sereh wangi (Cymbopogon nardus) ................................................... .....
1
2 Perbandingan struktur dinding sel bakteri gram positif
dan negatif ...............................................................................................
3
3 Bakteri Streptoccus mutans
...........................................................
5
2 Hubungan antara konsentrasi dengan zona bening ekstrak air
dan eksktrak etanol batang dan daun sereh wangi .............................. ......
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Karakteristik serai wangi tipe mahapengiri dan lenabatu .......................
2
2 Susunan kimia sereh wangi yang ditanam di Taiwan
3
.......................
3 Analisis uji tukey ekstrak air daun dan batang sereh wangi
...........
8
4 Analisis uji tukey ekstrak etanol daun dan batang sereh wangi
...........
8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian
........................................................................ 12
2 Analisis kadar air daun sereh wangi
................................................ 13
3 Analisis kadar air batang sereh wangi
................................................ 13
4 Preparasi ekstrak kasar sereh wangi yang mengandung aktifitas
antibakteri ................................................................................................ 14
5 Rendemen hasil ekstraksi etanol daun dan batang sereh wangi ............ 15
6 Rendemen hasil ekstraksi air daun dan batang sereh wangi
............ 15
7 Regenerasi bakteri dan pengukuran aktifitas antibakteri
dengan menggunakan metode cakram. ................................................ 16
8 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol batang sereh wangi
............ 17
9 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol daun sereh wangi
............ 17
10 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air batang sereh wangi ........................ 18
11 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air daun sereh wangi
........................ 18
12 Analisis keragaman (Analysis of varien) .................................................... 19
13 Uji Tukey ekstrak air daun sereh wangi ................................................ 19
14 Uji Tukey ekstrak air batang sereh wangi
.................................... 20
15 Uji Tukey ekstrak etanol daun sereh wangi
.................................... 20
16 Uji Tukey ekstrak etanol batang sereh wangi
.................................... 21
17 Pembuatan media Luria Bertani ............................................................ 21
18 Komposisi media LB (Luria Bertani)
................................................ 22
19 Foto zona hambat ekstrak kasar batang dan daun sereh wangi ............. 22
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis memiliki
keanekaragaman sumber daya alam hayati.
Keanekaragaman ini sangat bermanfaat,
terutama dengan banyaknya spesies tumbuhan
dan tanaman yang dapat digunakan sebagai
obat. Tumbuhan dan tanaman obat ini telah
dijadikan obat tradisional yang turun temurun
karena obat tradisional memiliki banyak
kelebihan diantaranya mudah diperoleh,
harganya yang lebih murah, dapat diramu
sendiri dan memiliki efek samping yang lebih
kecil dibandingkan obat-obatan dari produk
farmasi. Oleh sebab itu, kecenderungan
masyarakat
untuk
menggunakan
obat
tradisional yang berasal dari alam atau herba
dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran,
dan pengobatan semakin meningkat.
Salah satu tanaman yang dipercaya dapat
dijadikan obat dan menjaga kebugaran adalah
sereh wangi yaitu tanaman herba yang tinggi
dengan rimbunan daun yang lebat. Tanaman
ini mampu tumbuh sampai 1.0–1.5 m. Panjang
daunnya mencapai 70–80 cm dan lebarnya 2–
5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan
mempunyai aroma yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan sereh dapur. Sereh
wangi dipercaya dapat menyembuhkan
beberapa penyakit. Salah satu khasiatnya
adalah sebagai obat kumur (Wijayakusumah
2001).
Berdasarkan hal tersebut sereh wangi
dapat digunakan untuk menghambat atau
membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada
di dalam mulut khususnya bakteri pembentuk
plak pada gigi yaitu bakteri S. mutans. Bakteri
ini bersifat tahan terhadap asam (aciduric),
menghasilkan
senyawa
bersifat
asam
(acidogenic), membentuk polisakarida dan
mampu memfermentasi poliol lain, seperti
sorbitol dan manitol. Apabila kita buruk dalam
memelihara gigi, maka sisa makanan terutama
kelompok karbohidrat yang masih menempel
pada gigi akan difermentasi oleh bakteri plak
dan dihasilkan asam format, asetat dan laktat.
Senyawa-senyawa bersifat asam ini akan
menurunkan pH plak gigi yang selanjutnya
mengakibatkan demineralisasi email gigi dan
pembentukan lubang gigi (cavity).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
aktivitas anti S. mutans dari ekstrak etanol dan
ekstrak air sereh wangi. Hipotesis penelitian
ini adalah ekstrak etanol dan ekstrak air sereh
wangi dapat berfungsi sebagai anti S. mutans.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah informasi ilmiah
tentang karakter antimikrob dari tanaman
sereh wangi yang dapat menghambat atau
membunuh bakteri S. mutans
TINJAUAN PUSTAKA
Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)
Sereh
wangi
dibudidayakan
di
pekarangan, tegalan, dan sela-sela tumbuhan
lain. Biasanya sereh wangi ditanam sebagai
tanaman bumbu atau tanaman obat.(Gambar
1) Tanaman sereh dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu, Sereh Lemon atau Sereh
Bumbu (Cymbopogon citratus) dan Sereh
wangi atau Sereh Sitronellal (Cymbopogon
nardus). Sereh Wangi di Indonesia ada 2 jenis
yaitu Mahapengiri dan Lenabatu. Mahapengiri
dapat dikenal dari bentuk daun yang lebih
pendek dan lebih luas dibandingkan Lenabatu.
Jenis Mahapengiri memberikan hasil minyak
atsiri yang lebih tinggi dengan kualitas yang
lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellalnya lebih tinggi dari jenis Lenabatu.
Selain itu jenis Mahapengiri memerlukan
tanah yang lebih subur, hujan yang lebih
banyak dan pemeliharaan yang lebih baik
(Ketaren & B. Djatmiko, 1978).
Di Indonesia ada beberapa sebutan untuk
tanaman ini yaitu Sereh (Sunda), Sere (Jawa
Tengah, Madura, Gayo dan Melayu), Sere
mongthi (Aceh), Sangge-sangge (Batak),
Serai
(Betawi,
Minangkabau),
Sarae
(Lampung), Sare (Makasar, Bugis), Serai
(Ambon), dan Lauwariso (Seram). Klasifikasi
lengkap dari tanaman sereh wangi termasuk
divisi Magnoliophyta dengan subdivisi
Spermatophyta dan kelas Liliopsida, ordo
Cyperales,
famili
Poaceae,
genus
Cymbopogon, dan spesies Cymbopogon
nardus (Ketaren 1985).
Gambar 1
Sereh Wangi (Cymbopogon
nardus)
Tabel 1 Karakteristik serai wangi jenis
Mahapengiri dan Lenabatu
Karakteristik Mahapengiri Lenabatu
Bentuk
rumpun
Pendek dan
kecil
Tinggi dan
besar
Tinggi
rumpun
40 - 70 cm
100 - 200
cm
Batang semu
(pelepah
daun)
Kuning
kehijauan
dan agak
kemerahan
seperti warna
tembaga
Membesar
Hijau
Lebih
pendek dan
lebih besar
Bentuk
pangkal daun
Bentuk daun
Ramping
Warna
Hijau
Tekstur
Lemas dan
agak sulit
patah
0.8 - 1.0
Lebih
panjang
dan kurang
lebar
Hijau
muda
Kaku agak
mudah
patah
0.4 - 0.6
80 - 97
55 - 65
Kadar
sitronelal
30 – 45
15
Kultivar
yang dikenal
di
Indonesia
Serai
tembaga
Balon,
Munding
Rendemen
minyak atsiri
(%, b/b daun
segar
Kadar
geraniol
jumlah (%)
Sumber : Somaatmaja, 1973
Manfaat Sereh Wangi
Secara tradisional sereh wangi digunakan
sebagai pembangkit cita rasa pada makanan,
minuman dan sebagai obat tradisional
(Wijayakusumah 2002). Sebagai pembangkit
cita rasa, sereh banyak digunakan pada saus
pedas, sambal goreng, sambal petis dan saus
ikan (Oyen 1999). Dibidang industri pangan
minyak sereh wangi sering digunakan sebagai
bahan tambahan dalam minuman, permen,
daging, produk daging, dan lemak (Leung dan
Foster 1996). Penggunaan sereh wangi
kemudian berkembang, terutama dalam
industri parfum yang sebagian besar terdiri
dari citral, yaitu bahan utama untuk produksi
α dan β ionon, yang digunakan sebagai bahan
pewangi pada sabun, detergen, krim dan
lotion (Oyen 1999).
Sebagai obat tradisional ekstrak sereh
wangi sering diminum untuk mengobati
radang tenggorokan, radang usus, radang
lambung, diare, obat kumur, sakit perut
(Wijayakusumah 2001), batuk, pilek dan sakit
kepala
(Leung dan Foster 1996), juga
digunakan sebagai obat gosok, untuk
mengobati eksema dan rematik (Oyen 1999).
Komposisi Kimia Sereh Wangi
Sereh wangi mengandung saponin,
flavonoid, polifenol, (Syamsuhidayat dan
Hutapea 1991), alkaloid dan minyak atsiri,
(Leung dan Foster 1996). Saponin merupakan
kelompok glikosida yang tersusun oleh
aglikon bukan gula yang berikatan dengan
rantai gula. Sifat antimikrob dari senyawa
saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa
tersebut berinteraksi dengan sterol pada
membran sehingga menyebabkan kebocoran
protein dan enzim-enzim tertentu (Oleszek
2000).
Senyawa flavonoid merupakan kelompok
pigmen-pigmen tanaman aromatik dengan
atom C15 (Naidu et al 2000). Flavonoid terdiri
dari flavon, flavonon, isoflavon, antosianin,
dan leukoantosianidin (Ikan 1991). Flavonoid
merupakan
senyawa
polifenol
yang
merupakan turunan dari 2-fenil kromon atau
2-fenil benzopiron (Hall III dan Cuppet 1997).
Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan
dan antimikrob. Sebagai antioksidan flavonoid
dapat mencegah oksidasi lipid dengan
mengikat (mengkelat) logam-logam yang
bersifat prooksidan (Hall III dan Cuppet
1997). Senyawa flavonoid lipofilik memiliki
kemampuan penetrasi dalam membran sel
(Naidu et al 2000). Senyawa flavonoid
lipofilik memiliki aktivitas antimikrob karena
memiliki kemampuan penetrasi dalam
membran sel (Naidu et al, 2000).
Minyak atsiri sereh wangi terdiri dari
citral, citronelal, geraniol, mirsena, nerol,
farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol
metil eter, kadinen, kadinol dan limonene
(Wijayakusumah 2001). Kandungan minyak
atsiri sereh wangi sebesar 0.25-0.5% (Oyen
1999). Citral merupakan kelompok senyawa
terpen yang terdiri campuran isomer bioaktif
nerol dan geraniol serta merupakan komponen
penyusun terbesar dalam minyak atsiri sereh
yaitu 65-80 %. Senyawa tersebut memiliki
sifat bakterisidal terhadap beberapa spesies
bakteri (Friedman et al 2002).
Komponen kimia dalam minyak sereh
wangi cukup kompleks, namun komponen
yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol
(Tabel 2). Kadar komponen kimia penyusun
utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Biasanya
jika kadar geraniol tinggi maka kadar
sitronellal juga tinggi (Harris 1987). Menurut
Guenther 1950, komponen utama penyusun
minyak sereh wangi adalah geraniol
(C10H18O),
sitronellol
(C10H20O)
dan
sitronellal (C10H16O).
Tabel 2 Susunan kimia minyak sereh wangi di
Taiwan
Senyawa Penyusun
Kadar (%)
Sitronellal
32-45
Geraniol
12-18
Sitronellol
12-15
Geraniol Asetat
3-8
Sitronellil Asetat
2-4
L-Limonene
2-5
Elemol &
2-5
Seskwiterpene lain
Elemen & Cadinene
2-5
Sumber : Ketaren 1985
Antibakteri
Senyawa antibakteri adalah senyawa yang
dapat
mengganggu
pertumbuhan
dan
metabolisme bakteri (Pelczar dan Chan 1986).
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri
dibedakan
menjadi
dua
jenis
yaitu
bakteriostatik dan bakterisidal. Berdasarkan
spektrum aksinya, zat antibakteri dibagi
menjadi tiga, yaitu spektrum luas, spektrum
sempit dan spektrum terbatas. Spektrum luas
jika senyawa tersebut efektif melawan
prokariot
baik
membunuh
maupun
menghambat bakteri Gram positif dan Gram
negatif.
Disebut
sebagai
antibakteri
berspektrum sempit jika senyawa tersebut
efektif melawan sebagian bakteri Gram positif
atau Gram negatif. Senyawa antibakteri yang
dapat melawan satu spesies bakteri tertentu
saja disebut antibakteri berspektrum terbatas
(Todar 1977).
Bakteri Gram positif cenderung lebih
sensitif terhadap komponen antibakteri hal ini
disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri
Gram positif yang relatif lebih sederhana
sehingga memudahkan senyawa antibakteri
untuk masuk ke dalam sel dan menemukan
sasaran untuk bekerja, sedangkan struktur
dinding sel bakteri Gram negatif relatif lebih
kompleks dan berlapis tiga yaitu lapisan luar
yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang
berupa lipopolisakarida, dan lapisan dalam
peptidoglikan (Pelczar dan Chan 1986).
Berdasarkan komposisi selnya, bakteri
dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif. Untuk membedakan
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
digunakan pewarnaan Gram. Gram positif
akan memberikan warna ungu dan warna
merah untuk bakteri Gram negatif (Pelczar &
Chan 1986). Menurut Branen (1983), cara
kerja senyawa antibakteri dipengaruhi oleh
sifat-sifat zatnya antara lain polaritas dan
keadaan molekul. Sifat hidrofilik sangat
penting untuk menjamin bahwa antibakteri
larut dalam air ketika pertumbuhan bakteri
terjadi, sedangkan pada saat yang sama
antibakteri bekerja pada membran sel yang
hidrofobik sehingga membutuhkan sifat
hidrofobik (Gambar 2). Kerja antibakteri juga
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
konsentrasi zat antibakteri, spesies bakteri,
jumlah bakteri, dan pH lingkungan. Telah
lama diketahui bahwa beberapa jenis rempahrempah mempunyai sifat antibakteri. Bahkan
peneliti-peneliti
yang
pertama
selalu
beranggapan
bahwa
rempah-rempah
merupakan bahan yang selalu menolak
kehidupan mikrob. (Suwanto 1983).
Gram Positif Gram Negatif
antibiotik antibiotik
permukaan
makromolekul
kapsul
lipopolisakarida
permukaan
makromolekul
kapsul
peptidoglikan
membran terluar
(fosfolipid,
lipoprotein,
prptein)
peptidoglikan
membran
sitoplasma
membran
terdalam
sitoplasma sitoplasma
Gambar 2 Perbandingan struktur dinding sel
bakteri gram positif dan negatif
Mekanisme Kerja Antibakteri
Senyawa antibakteri dapat menghambat
pertumbuhan mikrob melalui inaktivasi atau
mengganggu satu atau lebih target subseluler
seperti merusak dinding sel, mengganggu
permeabilitas membran, menghambat enzimenzim metabolik, menghambat sintesis protein
dan sintesis asam nukleat (Eklund 1989).
Merusak dinding sel. Sel bakteri
dilindungi oleh dinding sel yang terdiri dari
peptidoglikan, ruang periplasma yang
merupakan tempat enzim-enzim ekstraseluler
dan membran sitoplasma yang terlibat dalam
proses respirasi. Peptidoglikan tersusun dari
N-asetilglukosamin dan N-asetil muramat
yang saling berikatan satu sama lain serta
asam-asam amino L-alanin, D-alanin, asam
amino dipimelat dan D-glutamat yang
berikatan dengan N-asetil muramat (Fardiaz
1989).
Mengganggu permeabilitas membran sel,
membran sel atau membran sitoplasma terdiri
fosfolipid dan protein. Fosfolipid membentuk
fase dua lapisan nonpolar kontinu (lipid
bilayer). Nutrien, ion dan air yang diperlukan
sel harus melewati membran sel yang bersifat
permeabilitas selektif. Molekul-molekul dan
ion-ion yang akan disekresikan harus
melewati membran tersebut (Armstrong
1995). Membran sitoplasma merupakan
tempat berlangsungnya respirasi karena
enzim-enzim yang terlibat dalam proses
respirasi terdapat di dalam membran tersebut
(Fardiaz 1989).
Menghambat enzim-enzim metabolik,
senyawa antibakteri dapat menghambat atau
membunuh melalui inaktivasi enzim-enzim
metaboliknya. Senyawa bioaktif isotiosianat
dapat mengoksidasi ikatan disulfida enzim
(Delaquis dan Sholberg 1995), berikatan
dengan rantai samping sistein pada enzimenzim yang memilki gugus sulfhidril
(Ekstrand 1994).
Menghambat sintesis protein. DNA,
RNA, dan protein memegang peranan penting
di dalam kehidupan normal sel. Hal ini berarti
gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut
dapat mengakibatkan kerusakan sel.
Pengukuran Aktivitas Antibakteri
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode difusi dan metode pengenceran. Salah
satu metode yang paling umum digunakan
adalah metode difusi (Pelczar & Chan 1988).
Metode difusi dapat dilakukan dengan tiga
cara, yang pertama adalah metode silinder
yaitu silinder steril dengan diameter 8 mm
ditetesi larutan uji dan ditempatkan pada
permukaan agar yang telah ditanami bakteri
uji. Daerah hambat yang terbentuk terlihat
sebagai daerah bening di sekeliling silinder.
Keuntungan cara ini adalah jumlah larutan
dalam silinder dapat diperbanyak untuk
menjamin tersedianya zat antibakteri dalam
silinder selama masa inkubasi. Sedangkan
kerugiannya adalah agak sukar mengatur
kedalaman silinder secara manual, sehingga
difusi yang terjadi ada kemungkinan tidak
homogen yang berakibat daerah hambatan
tidak berupa lingkaran. Kedua metode
perforasi, media agar yang telah ditanami
bakteri uji dibuat lubang atau sumur dengan
diameter 6 mm dan larutan uji sebanyak 10
μL dimasukkan ke dalamnya. Daerah
hambatan yang terjadi terlihat sebagai daerah
bening di sekeliling lubang. Sedangkan yang
ketiga adalah metode difusi cakram yang
merupakan metode paling banyak digunakan
diantara kedua metode tersebut di atas.
Metode ini di kenal sebagai metode KirbyBauer. Sejumlah bakteri uji diinokulasi pada
media agar dan cakram yang mengandung
larutan uji atau antibakteri tertentu diletakkan
pada permukaan media agar yang telah
memadat. Setelah diinkubasi terlihat daerah
hambatan sebagai daerah bening yang tidak
ditumbuhi bakteri di sekeliling cakram.
Keuntungan cara ini adalah jumlah larutan
obat yang diserap dapat diatur sesuai dengan
kapasitas kertas cakram, tergantung dari
diameter serta ketebalan kertas cakram.
Sedangkan kerugiannya adalah bila komposisi
serat kertasnya heterogen, dapat menyebabkan
variasi difusi zat antibakteri sehingga
diameter zona hambatan dapat bervariasi pula.
Pada pemilihan jenis kertas, sifat kapilaritas
sangat penting untuk diperhatikan, karena
mempengaruhi laju dan kualitas difusi.
Streptococcus mutans dan Karies Gigi
Karies gigi dapat didefinisikan sebagai
pembusukan gigi atau gigi berlubang. Karies
gigi merupakan infeksi dengan kerusakan
struktur gigi. Penyakit ini menimbulkan nyeri,
gigi tinggal, infeksi, bau nafas tidak sedap,
dan terganggunya indra pengecap. Infeksi
dapat menyebar kejaringan lunak sekitar gigi
yang dapat mengancam keselamatan jiwa
pada karies yang sangat parah. Sekarang ini
karies gigi masih menjadi penyakit umum
yang terjadi diseluruh dunia (Anonim 2002).
Munculnya noda pucat pada permukaan
gigi merupakan tanda atau gejala awal
terjadinya karies gigi. Munculnya noda
tersebut menandakan adanya demineralisasi
email gigi. Email gigi normal selalu diselimuti
oleh suatu lapisan yang disebut dengan
pelikel. Lapisan ini terbentuk dari adsorbsi
selektif komponen-komponen partikel saliva
yang
mengandung
zat
glikoprotein
Glikoprotein inilah yang akan mengikat
molekul adesi dari S. mutans sehingga kuman
ini dapat melakukan perkembangbiakan dan
menghasilkan asam (Smith 1992).
Sebanyak 94% penderita karies gigi, air
liurnya mengandung bakteri S. mutans
(Beighton, 1977). S. mutans dapat dibedakan
dari
jenis
lainnya
dengan
melihat
kemampuannya memfermentasi manitol. Hal
ini dikarenakan hanya S. mutans dan S. bovis
yang mampu memfermentasi manitol dan
membentuk glukan.
Bakteri
S.
mutans
merupakan
Streptococci yang ditemukan pada plaque gigi
dan mampu memfermentasi manitol dan
sorbitol, memproduksi glukan ekstraseluler
dari sukrosa. Pada tahun 1924, Clarke
mengisolasi organisme dari lubang gigi pada
manusia dan organisme tersebut disebut S.
mutans, karena tergolong bakteri Gram positif
yang disekelilingi oleh noda yang berbentuk
oval dan itu dikatakan sebagai mutans dari
Streptococcus (Loesche 1986). S. mutans
berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter
1 mm dan tumbuh dalam suasana fakultatif
anaerob (Lehner 1992; Michalek dan Mc
Ghee 1982). Menurut Nolte (1982) dalam
keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5%
CO2. Bergey dalam Capuccino (1998)
menyatakan secara lengkap klasifikasi S.
Mutans termasuk dalam devisi Firmicutes,
kelas Bacilli, ordo Lactobacilalles, famili
Streptococcaceae, genus Streptococcus dan
spesies Streptococcus mutans.
Gambar 3 Bakteri S. mutans
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah laminar
air flow, autoklaf inkubator, evaporator oven,
lemari es, cawan petri, jarum ose, autopipet,
neraca kasar, dan peralatan gelas lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
batang dan daun sereh wangi yang berasal
dari BALITRO, etanol 70%, biakan bakteri
Streptococcus mutans, kertas cakram, yeast
extract, tripton, NaCl, bacto agar dan
aquades.
Metode Penelitian
Kadar Air Basah Sereh Wangi
Batang dan daun sereh wangi
mahapengiri segar dicuci bersih, kemudian
ditiriskan beberapa saat dan dipotong-potong.
Setelah itu sebanyak 10 g batang dan daun
sereh wangi dikeringkan dengan oven suhu ±
105°C sampai bobotnya konstan.
Preparasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol
Dari Sereh Wangi.
50 g bubuk kering batang dan daun sereh
wangi masing-masing dimaserasi dalam 500
ml etanol 70% dan air pada suhu ruang
selama 48 jam setelah itu disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman (No 2),
pelarut diuapkan dengan menggunakan
evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol
dan ekstrak airnya. Kemudian ekstrak etanol
dan ekstrak air dari sereh wangi dilarutkan
dalam aquades steril dengan konsentrasi
5-20% (b/v)
Regenerasi Bakteri
Sebelum dilakukan uji antibakteri,
bakteri yang akan dipakai harus diregenerasi
terlebih dahulu. Pertama dilakukan adalah
membuat biakan agar miring, yaitu
menggoreskan biakan stok bakteri ke media
agar miring yang masih baru. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Jadi biakan tersebut merupakan aktivitas awal
dari stok bakteri yang telah disimpan pada
suhu 4-5º C.
Dari biakan tersebut diambil satu mata
ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang
berisi 5 mL media LB cair steril. Selanjutnya
tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37º C.
Mengukur Aktifitas Antibakteri
Berdasarkan Metode Cakram.
Bakteri S. mutans yang telah diregenerasi
diambil 100 μL dan dicampur ke dalam 20 ml
media agar LB (Luria Bertani) suhu 45° C,
lalu didiamkan pada suhu kamar sampai
media agar memadat. Secara steril kertas
cakram dicelupkan dalam ekstrak etanol dan
ekstrak air yang masing-masing ekstrak sudah
dilarutkan dalam aquades steril dengan
konsentrasi 5-20% (b/v), kertas cakram juga
dicelupkan dalam aquades steril yang
digunakan sebagai kontrol, kemudian kertas
cakram diletakan di atas agar yang telah
membeku secara steril. Selanjutnya diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37° C. Zona bening
(hambat) yang terbentuk disekeliling kertas
cakram diukur.
Analisis Data
Analisis statistik yang digunakan dalam
pengolahan data adalah rancangan percobaan
satu faktor dalam Rancangan Acak Lengkap.
Berikut ini merupakan model rancangannya
(Mattjik dan Sumertajaya 2002).
Yij = μ + τi + εij
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
μ = Pengaruh rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i
Rancangan percobaan ini dilakukan
digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data
yang diperoleh dianalisis dengan analisis
keragaman (Analysis of varien) pada tingkat
kepercayaan 95% dan taraf α 0,05. Uji lanjut
yang digunakan adalah uji Tukey. Seluruh
data dianalisis dengan menggunakan program
SPSS 15,0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Daun dan batang sereh wangi dihitung
dulu kadar airnya sebelum digunakan untuk
percobaan. Penentuan kadar air ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan zat dalam
tumbuhan sebagai persentase bahan kering.
penentuan kadar air ini berguna untuk
menyatakan kandungan zat dalam tumbuhan
sebagai persen (%) bahan kering, dan
mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanan (Harjadi 1993). Umumnya,
penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan pada suhu 105-110°C
sekitar 3 jam sampai diperoleh bobot yang
konstan (winarno 1992). Selisih berat bahan
sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang telah diuapkan atau
dihilangkan. Pada penelitian ini diperoleh
kadar air basah daun dan batang sereh wangi
sebesar 67.76% dan 76.78% salah satu faktor
tingginya kadar air tersebut dikarenakan faktor
lingkungan yaitu musim.
Rendemen Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air
Menurut Harborne (1987) bahan segar
dapat diekstraksi dengan alkohol absolut
tetapi untuk bahan kering dan kayu
diekstraksi dengan menggunakan campuran
alkohol dan air. Alkohol merupakan pelarut
serba guna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan. Etanol 70% juga merupakan
pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi
karena menghasilkan bahan aktif yang
optimal dan kemungkinan jumlah pengotor
yang ikut dalam larutan pengektraksi sangat
kecil.
Ekstraksi sampel batang dan daun sereh
wangi dilakukan secara maserasi selama 48
jam pada suhu ruang. Cara tanpa pemanasan
ini dipilih untuk menghindari rusaknya
komponen yang terkandung di dalam batang
dan daun sereh wangi.
Rendemen ekstrak yang diperoleh
dengan menggunakan pelarut etanol 70 %
untuk daun dan batang sereh wangi sebesar
sebesar 8,17% dan 7,76%, sedangkan ekstrak
dengan menggunakan pelarut air yaitu sebesar
9,15% dan 6,69% untuk daun dan batang
sereh wangi. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terdapat dalam daun memiliki
sifat yang lebih polar dengan demikian
ekstrak yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan
dengan
senyawa
yang
terkandung dalam batang sereh wangi
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa jenis pelarut dan metode ekstrasi yang
digunakan mempengaruhi jumlah rendemen
yang dihasilkan.
Daya Hambat Ekstrak Daun dan Ekstak
Batang Sereh Wangi Pada Berbagai
Konsentrasi
Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut
dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan
kisaran konsentrasi minimum dan maksimum
dari ekstrak etanol dan air sereh wangi.
Penelitian ini menggunakan pelarut air dan
etanol, hal tersebut berdasarkan prinsip
kelarutan yaitu “like disolve like”, yaitu
pelarut polar akan melarutkan senyawa polar,
demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar
akan melarutkan senyawa nonpolar (Khopkar
1990). Ekstrak kasar yang diperoleh dari
masing-masing pelarut akan dilihat aktivitas
anti S. mutansnya. Pengujian daya hambat
ekstrak etanol dan ekstrak air sereh wangi
terhadap S. mutans pada berbagai konsentrasi
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi terhadap daya hambat ekstrak
etanol dan ekstrak air sereh wangi.
Hasil uji aktivitas anti S. mutans ekstrak
etanol dan ekstrak air daun dan batang sereh
wangi yang terlampir pada lampiran 8, 9, 10,
dan 11 menunjukkan bahwa ekstrak etanol
memiliki aktivitas anti S. mutans tertinggi.
Berdasarkan gambar 4 potensi anti S. mutans
ekstak etanol daun dan batang sereh wangi
memiliki
pengaruh
terbesar
dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
Ekstrak air daun dan batang sereh wangi juga
memiliki
potensi
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri S. mutans
tetapi
aktivitasnya lebih rendah.
Dari hasil penelitian diperoleh diameter
zona hambat ekstrak etanol untuk daun dan
batang sereh wangi berturut-turut sebesar 9.00
mm dan 11,75 dengan konsentrasi 14% (b/v).
Sedangkan untuk ekstrak air daun dan batang
sereh wangi bakteri S. mutans mulai terhambat
maksimal pada konsentrasi 14% (b/v). sebesar
4.33 mm dan 5.01 mm. Dari data yang
dihasilkan
dapat
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan bakteri S. mutans terhambat
maksimal pada konsentrasi 14% (b/v).
Pengujian terhadap ekstrak etanol
menunjukkan bahwa bakteri S. mutans lebih
peka terhadap ekstrak dengan pelarut semi
polar, hal ini didukung dengan dugaan bahwa
bakteri S. mutans merupakan bakteri gram
positif yang mempunyai lapisan peptidoglikan
yang bersifat hidrofobik sehingga mudah
untuk ditembus oleh senyawa semi polar atau
non polar.
Menurut Suriawiria dalam Rahmawati R
(2006), pengukuran kekuatan antibiotikantibakteri didasarkan pada metode Davisstout, yang menyatakan bila diameter zona
bening lebih kecil atau sama dengan 5 mm
menunjukkan aktivitas antibakteri lemah,
diameter zona bening 5-10 mm menunjukkan
aktivitas sedang, diameter zona bening 10-20
mm menunjukkan aktivitas antibakteri kuat
dan diameter zona bening lebih besar atau
sama dengan 20 mm menunjukkan aktivitas
antibakteri sangat kuat. Pengujian ekstrak
etaol
batang
sereh
wangi
mampu
menghasilkan zona hambat sebesar 11,75 mm
maka ekstrak etanol batang sereh wangi
termasuk ke dalam anti S. mutans yang kuat.
Anti S. mutans dengan kekuatan sedang
terjadi pada ekstrak etanol dan ekstrak batang
sereh wangi karena mampu menghasilkan
zona hambat berturut-turut sebesar 9,00 dan
5,01mm, sedangkan untuk ekstrak air daun
sereh wangi bersifat anti S. mutans yang
lemah karena hanya menghasilkan zona
hambat sebesar 4,33 mm.
Menurut Nychas (1995) senyawasenyawa yang memiliki sifat antimikrob
dalam rempah adalah sentawa fenolik yang
terdapat dalam fraksi minyak atsirinya. Daya
hambat ekstrak etanol dan ekstrak air terhadap
bakteri S. mutans diduga disebabkan oleh
senyawa- senyawa fenolik dalam minyak
atsiri, senyawa saponin, flavonoid dan terpen
yang terdapat di dalam ekstrak etanol dan
ekstrak air sereh wangi yang terekstrak oleh
pelarut etanol dan air.
Dari analisis statistik (tabel 3) dapat
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi pada
ektrak air daun sereh wangi berbeda nyata
pada konsentrasi 5% (b/v), 11% (b/v) dan
ekstrak air batang sereh wangi berbeda nyata
pada konsentrasi 5% (b/v), 6% (b/v), dan 12%
Ekstrak etanol daun sereh wangi berbeda
nyata pada konsentrasi 5% (b/v), 6% (b/v),dan
15% (b/v). Sedangkan untuk ekstrak etanol
batang sereh wangi berbeda nyata terjadi pada
konsentrasi 5% (b/v), 8% (b/v), 14% (b/v),
dan 15% (b/v) (tabel 4).
Perbedaan potensi ini terjadi karena
komponen ekstrak etanol batang sereh wangi
yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. mutans lebih banyak yang
terekstrak. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa senyawa anti S. mutans yang terkadung
dalam daun dan batang sereh wangi lebih
bersifat semi polar karena ekstrak etanol daun
dan batang sereh wangi memiliki daya hambat
yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
air dan batang sereh wangi.
Tabel 3 Analisis uji Tukey ekstrak air daun
dan batang sereh wangi
Diameter zona hambat (mm)
Konsentasi
Ekstrak air
Ekstrak air
% (b/v)
batang
daun sereh
sereh wangi
wangi
20
3.33b
1.04bc
b
15
4.33
1.23cd
14
3.07b
1.29d
b
1.28d
13
3.05
b
1.27d
12
2.90
11
2.50b
1.25cd
10
0.00a
1.16bc
a
9
0.00
1.16bc
a
8
0.00
1.16bc
a
7
0.00
1.00b
a
6
0.00
0.96b
a
5
0.00
0.00a
Ket: Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
secara statistik perlakuan konsentrasi
berbeda nyata pada α: 0.05
Tabel 4
Analisis uji Tukey ekstrak etanol
daun dan batang sereh wangi
Diameter zona hambat (mm)
Konsentasi
Ekstrak
Ekstrak
% (b/v)
etanol daun
etanol
sereh wangi
batang
sereh wangi
20
1.39bc
1.31de
c
15
1.50
1.77f
14
1.38bc
1.50e
1.30cd
13
1.35bc
bc
12
1.35
1.29cd
11
1.28bc
1.22bc
b
10
1.25
1.14bc
b
1.10bc
9
1.22
b
1.07b
8
1.22
7
1.16b
1.09bc
1.09bc
6
1.19b
a
5
0.00
0.00a
Ket: Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
secara statistik perlakuan konsentrasi
berbeda nyata pada α: 0.05
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
Konsentrasi hambat tumbuh minimum
(KHTM) adalah konsentrasi minimun yang
dapat menghambat pertumbuhan mikrob.
Penentuan nilai KHTM dilakukan untuk
menentukan konsentrasi terendah ekstrak
etanol dan ekstrak air daun dan batang sereh
wangi
yang
mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri S. mutans. Parameter
adanya penghambatan pertumbuhan pada S.
mutans yaitu dengan mengukur diameter zona
bening kultur bakteri pada media padat.
Penetapan hambat tumbuh minimum dapat
dilakukan
dengan
menguji
sederetan
konsentrasi ekstrak yang dibuat dengan cara
pengenceran. Ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi yang diujikan
untuk menentukan KHTM berkisar antara 5%
(b/v) sampai dengan 20%(b/v) dengan
menggunakan metode cakram karena metode
ini cukup sederhana dan mudah dilakukan.
KHTM dari ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi dapat dilihat
pada lampiran 8, 9, 10 dan 11.
Nilai KHTM pada ekstrak daun teh variasi
Assamica yang dilakukan oleh Yulia (2006)
sebesar 0,5% pada kultur bakteri S. mutans.
Berdsarkan penelitian yang dilakukan
Sosialsih (2002), KHTM minyak atsiri daun
sirih wangi pada S. mutans yaitu sebesar
0,1%. Kedua nilai KHTM tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan KHTM ekstrak etanol
dan air daun dan batang sereh wangi yang
didapat.
Berdsarkan perbandingan nilai KHTM
ketiga ekstrak tersebut, maka ekstrak etanol
dan air daun dan batang sereh wangi memiliki
daya daya hambat terhadap bakteri S. mutans
yang paling kecil. Perbedaan ini disebabkan
berbedanya komponen zat aktif pada kedua
ekstrak tersebut. Zat antibakteri yang paling
penting dalam teh adalah senyawa tanin
sedangkan menurut Syamsuhidayat dan
Hutapea (1991) zat antimikrob terpenting
dalam sereh wangi adalah saponin, flavonoid,
polifenol, lkaloid dan minyak atsiri
Pada gambar 4 terlihat bahwa masingmasing ekstrak memiliki KHTM yang
berbeda. Konsentrasi 6% (b/v) merupakan
konsentrasi paling rendah yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans
untuk ekstrak etanol daun dan batang dan
ekstrak air batang sereh wangi sedangkan
konsentrasi 11% (b/v) merupakan konsentrasi
paling rendah untuk ekstrak air daun sereh
wangi.
Dilihat dari kefektifan daya hambat dari
senyawa anti S. mutans ekstrak etanol daun
dan batang dan ekstrak air batang sereh wangi
paling efektif dibandingkan dengan ekstrak air
sereh wangi. Pada konsentrasi 6% (b/v)
ekstrak etanol daun dan batang dan ekstrak air
batang sereh wangi memiliki KHTM yang
sama dengan zona hambat yang berbeda-beda
yaitu 5,66 mm, 4,95 mm, dan 2,69 mm.
Sedangkan ekstrak air daun sereh wangi nilai
KHTM sebesar 11% (b/v) dengan zona
hambat sebesar 2,50 mm. Hal ini dapat terjadi
karena kandungan senyawa S. mutans yang
ada di dalam ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi yang
mengandung triterpenoid yaitu geraniol dan
sitronelal. Geraniol sendiri menurut Hart
(1983) merpakan turunan dari alkohol atau
fenol. Senyawa alkohol atau fenol yang
terdapat dalam daun dan batang sereh wangi
diduga dapat membunuh bakteri S. mutans.
Menurut Frazier dan Westhof (1979),
efektivitas senyawa antimikroba diantaranya
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
antimikroba yang digunakan. Peningkatan
konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin
besar jumlah senyawa antimikrob yang
berdifusi dalam medium agar sehingga
diharapkan
zona
penghambatan
akan
meningkat. Namun demikian ukuran zona
penghambatan tergantung juga pada laju
difusi senyawa antimikrob yang digunakan.
Bila konsentrasi ekstrak ditingkatkan terus
maka kemampuan difusi dari senyawa
antimikrob yang ada dalam ekstrak akan
menurun karena ekstrak semakin kental.
Sebagai akibatnya ukuran diameter zona
penghambatan pada konsentrasi 20% (b/v)
ekstrak etanol daun, batang, dan ekstrak air
batang sereh wangi cenderung menurun.
Pada pegujian aktivitas anti S. mutans
digunakan ampisilin sebagai antibiotik standar
terhadap daya hambat ekstrak etanol dan
ekstrak air daun dan batang sereh wangi.
Menurut Wattimena (1991), terhadap mikrob
gram positif ampisilin mempunyai spektrum
antibakteri yang sama dengan penisilin G.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong FB. Biokimia. Ed ke-3. Maulany
RF, penerjemah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Beighton D, William AM. 1977. A
microbiological study of normal flora of
macropod dental plaque. J Dent res
56(8): 995-1000.
Branen JG, Butters JR, Cowell ND, Lilly A.
1983. Food Engineering Operations.
London: Applied Science.
12
Delaquis
PJ,
Sholberg
PL.
1997.
Antimicrobial activity of gaseous allyl
isothiocyanate. J food prot. 60: 943-947
10
8
6
4
2
0
20 15
14 13
12 11
10 9
daun air
batang air
batang etanol
8
7
Eklund T. 1989. Organic acid end esters. Di
dalam: Gould GW, editor Mechanisme of
actions of food preservation procedures.
New York: Elsevier Applied Science.
daun air
6
daun etanol
5
batang etanol
Gambar 4 Hubungan antara konsentrasi
dengan zona bening ekstrak air
dan etanol batang dan daun
sereh wangi.
Ekstrand B 1994. Laktoperoxidase and
lactoferrin. Di dalam: Dillon VM, Board
RG, editor. Natural antimicrobial system
and food preservstion. England: CAB
Intl Wallingford.
Fardiaz S .1989. Mikrobiologi Pangan.
Bogor: PAU IPB.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol dan ekstrak air batang dan
daun sereh wangi memiliki potensi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
Aktivitas ekstrak etanol batang dan daun sereh
wangi lebih besar dari ekstrak air dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
KHTM ekstrak etanol daun dan batang dan
ekstrak air batang sereh wangi sebesar 6%
(b/v) sedangkan KHTM ekstrak air daun sereh
wangi sebesar 11% (b/v). Ekstrak etanol dan
ekstrak air memiliki daya hambat maksimal
pada konsentrasi yang sama yaitu 14% (b/v).
Saran
Perlu
dilakukan
penelitian
lanjut
mengenai
komponen-komponen
yang
terkandung dalam sereh wangi secara spesifik
sehingga dapat diketahui senyawa apa yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
mutans dan dilakukan uji pembanding dengan
sampel sereh wangi yang berbeda jenis.
Fardiaz s, Triana A, Rahayu WP, 1998.
Aktivitas anti S. mutans bumbu segar
hasil olahan industri terhadap bakteri
patogen dan perusak makanan. J. Ilmu
dan Teknologi Pangan. Vol 3. no 2:1-9.
Friedman M. 1997. Chemistry, biochemistry
and dietary role of potato polyphenol.
Rev. Journal Agriculture Food Chem.
45:1523-1540
Friedman M, Henika PR, Mandrell RE. 2002.
Baktericidal activities of plant essential
oils and some of their isolated
constituents against Campylobacter
jejuni,
Escherichia
coli,
Listeri
monocytogenes and Salmonella enterica.
J. food prot. 65: 2513-2516
Guenther E. 1952. The Essensial Oils. New
York: Van Nostrands Company.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pusaka
Utama.
Hall III CA, Cuppett SL. 1997. Structureactivities of natural antioxidants. Di
dalam: Aruoma OI, Cuppett SL, editor.
Antioxidan Metodology: in vivo and in
vitro concepts. Champaigh Illinois:
AOCS press.
Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Bandung:
ITB.
Harris R 1987. Tanaman Minyak Atsiri .
Jakarta: Penebar Swadaya.
Ikan R. 1991. Natural Products: A laboratory
guide. California: Academic Press.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak
Atsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta. Hlm
204-220
Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia of
common natural ingredients used in food,
drugs and cosmetic. Ed ke-2. New York:
John Wiley & Sons.
Naidu AS, Bidlack WR, Crecelius AT. 2000.
Flavonoids. Di dalam: Naidu AS. Editor.
Natural food antimicrobial systemsi. New
York: CRC Press.
Oleszek WA. 2000. Saponins. Di dalam.
Naidu AS, Editor. Natural food
antimicrobial system. New York: CRC
Press.
Oyen LPA. 1999. Cimbopogon citratus (DC)
Staff. Di dalam: Oyen LPA, Nguyen XD,
editor. Plant resources of South-East Asia
No 19. Esential oil plant. Bagor: Prosea
Bogor Indonesia.
Oyen LPA, Nguyen XD. 1999. Plant
resources of South-East Asia No 19.
Esential oil plant. Bagor: Prosea Bogor
Indonesia.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar
Mikrobiologi.
Volume
ke-1,
2.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,
Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Press.
Terjemahan
dari:
Element
of
Microbiology.
Roeslan BO. 2001. Hambatan terjadinya
karies gigi setelah diimunisasi dengan
glukosil transferase
”Streptococcus.
mutans INA99” yang diaplikasikan pada
mukosa rongga mulut: kajian pada tikus
jenis wistar [disertasi]. Depok: Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Somaatmadja, D. 1973. Pembinaan mutu
minyak
atsiri
minyak
citronella.
Proceedings minyak atsiri I. BPK, Bogor.
hal. 17-30
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991.
Inventaris Tanaman obat Indonesia.
Jakarta: Depkes RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Jakarta.
Wattimena JR, Nelly CS, Mathilda BW.
(1991). Farmakodinami dan Terapi
Antibiotik. Yogyakarta: UGM Press
Wijayakusuma HMH. 2001. Tumbuhan
berkhasiat obat Indonesia: rempah,
rimpang, dan umbi. Jakarta: Milenia
populer.
Todar, K. 2001. Growth of bacterial
population.
http://www.textbookof
bacteriology.net/.[10 Feb 2005]
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tahapan penelitian
Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus)
Analisis kadar air
Serbuk batang
Serbuk daun
Maserasi 48 jam
Etanol 70%
Aquades
Etanol 70%
Aquades
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Regenerasi bakteri S.mutans
Pengukuran
aktivitas anti
S.mutans
Pengukuran
aktivitas anti
S.mutans
Lampiran 2 Analisis kadar air daun sereh wangi
Sampel
Bobot
cawan awal
(g)
Bobot cawan +
sampel
(g)
Bobot
sampel
(g)
Bobot setelah
pengeringan
(g)
Kadar
air
(%)
Ulangan 1
51.6374
52.6501
1.0127
0.3247
67.94
2
48.4529
49.4641
1.0112
0.3415
66.23
3
48.3432
49.3546
1.0114
0.3124
69.11
Rata-rata
49.8112
50.4896
1.0118
0.3262
67.76
Contoh perhitungan
Bobot sampel - Bobot kering
Kadar air =
x100%
Bobot sampel
1.0127 g - 0.3247 g
x100%
=
1.0127 g
= 67.94%
Lampiran 3 Analisis kadar air batang sereh wangi
Bobot
cawan awal
(g)
Bobot cawan +
sample
(g)
Bobot
sampel
(g)
Bobot setelah
pengeringan
(g)
Kadar
air
(%)
Ulangan 1
46.4741
47.4758
1.0017
0..2199
78.05
2
46.2837
47.3123
1.0286
0.2603
74.69
3
46.3861
47.4151
1.0290
0.2306
77.59
46.3813
47.4011
1.0198
0.2370
76.78
Sampel
Rata-rata
Contoh perhitungan
Bobot sampel - Bobot kering
x100%
Kadar air =
Bobot sampel
1.0017 g - 0.2199 g
x100%
=
1.0017g
= 78,05%
Lampiran 4 Preparasi ekstrak kasar sereh wangi yang mengandung aktifitas
antibakteri
@ 50 g bubuk kering, batang dan
daun sereh wangi
Maserasi dengan 500 ml etanol 70 % dan
500 ml aquades selama 48 jam pada suhu
kamar dan disaring
Filtrat diambil
Diuapkan dengan evaporator
Ekstrak etanol dan
ekstrak air
Dilarutkan dalam aquades dengan
konsentrasi 5-20 (%b/v)
Larutan diuji dengan bakteri uji
ditimbang
Lampiran 5 Rendemen hasil ekstraksi etanol daun dan batang sereh wangi
Ekstrak
etanol
Bobot
sampel
(g)
Bobot kosong
labu bulat
(g)
Bobot labu
bulat +
sampel
(g)
Ekstrak
(g)
Rendemen
(%)
Daun
50.06
220.28
270.12
4,09
8.17
Batang
50.03
220.34
270.37
3,88
7.76
Contoh perhitungan:
Bobot ekstrak
x100%
Bobot sampel
4,09 g
x100%
=
50,06 g
= 8,17%
Rendemen (%) =
Lampiran 6 Rendemen hasil ekstraksi air daun dan batang sereh wangi
Ekstrak air
Bobot
sampel
(g)
Bobot kosong
labu bulat
(g)
Bobot labu
bulat +
sampel
(g)
Ekstrak
(g)
Rendemen
(%)
Daun
50.05
220.34
270.39
4,58
9.15
Batang
50.07
220.06
270.13
3,35
6.69
Contoh perhitungan
Bobot ekstrak
x100%
Bobot sampel
4,58 g
=
x100%
50,06 g
= 9,15%
Rendemen (%) =
Lampiran 7 Regenerasi bakteri dan pengukuran aktifitas antibakteri dengan
menggunakan metode cakram.
1 ose
Bakteri stok
S. mutans
1 ose
Biakan baru
10 ml media cair
LB
Diinkubasi 24 jam pada
suhu 37 ºC Sambil digojog
100 μL diambil
Dicampur dengan 20 ml media
padat LB suhu 45 ºC
Standar
Dibiarkan memadat
pada suhu kamar
Kontrol
ekstrak etanol dan ekstrak air
yang dilarutkan dalam aquades
steril dengan kosentrasi 5-20 (%
b/v)
Zona bening yang
terbentuk disekeliling
kertas cakram diukur
Diinkubasi pada suhu
37 °C selama 24 jam
Lampiran 8 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol batang sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
5.75
9.75
11.50
7.75
7.38
6.38
4.75
4.88
4.88
4.75
4.38
0.00
7.75
10.00
12.50
6.50
6.50
6.13
5.50
5.13
4.88
4.50
4.75
0.00
7.75
7.25
11.25
6.75
6.88
6.25
6.00
5.13
4.50
5.63
5.75
0.00
7.08
9.00
11.75
7.00
6.92
6.25
5.42
5.04
4.75
4.96
4.96
0.00
Lampiran 9 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol daun sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
1
2
3
8.75
8.88
9.75
6.75
7.50
6.38
7.00
6.63
7.38
6.75
7.38
0.00
7.75
7.25
9.50
8.50
7.50
7.25
7.00
6.13
6.00
5.25
4.88
0.00
7.75
7.25
11.25
6.75
6.88
6.25
6.00
5.13
4.50
5.63
5.75
0.00
Rata-rata
7.92
7.88
9.00
7.50
7.46
6.88
6.50
6.25
6.29
5.92
5.67
0.00
Lampiran 10 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air daun sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
2.50
4.05
5.63
3.50
2.05
2.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.25
3.00
5.50
3.15
3.15
2.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4.25
2.15
1.88
2.50
3.50
3.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.33
3.07
4.33
3.05
2.90
2.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Lampiran 11 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air batang sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
20
15
14
13
12
11
2.38
4.63
7.00
6.75
6.88
6.63
4.50
1.34
1.28
1.28
1.25
1.20
6.25
7.38
6.75
6.75
6.50
6.00
4.38
4.45
5.01
4.93
4.88
4.61
10
9
8
7
6
5
5.50
5.63
5.63
3.25
3.50
0.00
1.15
1.16
1.18
1.04
0.96
0.00
5.50
5.63
5.75
4.38
3.63
0.00
4.05
4.14
4.18
2.89
2.70
0.00
Lampiran 12 Analisis keragaman
Ekstrak air
daun sereh
wangi
Ekstrak air
batang sereh
wangi
Ekstrak etanol
daun sereh
wangi
Ekstrak etanol
batang sereh
wangi
Jumlah
kuadrat
97.77
14.59
112.35
4.13
.13
4.27
4.97
.16
5.14
5.76
.121
5.89
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
df
11
24
35
11
24
35
11
24
35
11
24
35
Lampiran 13 Uji tukey Ekstrak air daun sereh wangi
α = .05
Konsentrasi
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
20.00
15.00
Sig.
N
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
.00
.00
.00
.00
.00
.00
1.00
2
2.50
2.90
3.05
3.07
3.33
4.33
.210
Kuadrat
tengah
8.88
.61
F
14.62
Sig.
.00
.38
.01
67.43
.00
.45
.01
66.70
.00
.52
.01
103.99
.00
Lampiran 14 Uji Tukey ekstrak air batang sereh wangi
α = .05
Konsentrasi
5.00
6.00
7.00
20.00
10.00
8.00
9.00
15.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Sig.
N
3
3
3
3
3
3
nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans
SUPRIANTO
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 67).
Kvrya ini saya persembahkan untuk
almamater, keluarga dan saudarasaudaraku seperjuangan yang sedang
mengarungi samudera ilmu di bumi
Allah…..
ABSTRAK
SUPRIANTO. Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Streptococcus mutans Dibimbing oleh ANNA P ROSWIEM dan EDY
DJAUHARI PURWAKUSUMA.
Pengujian aktivitas anti Streptococcus mutans dilakukan untuk
menentukan KHTM (Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum) dari daun dan
batang sereh wangi (Cymbopogon nardus L.). Daun dan batang sereh wangi
dikeringkan kemudian diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol dan air.
Filtrat yang dikeringkan digunakan untuk menguji aktivitas anti S. mutans dan
menentukan KHTM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dan batang sereh
wangi memiliki aktivitas anti S. Mutans lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
air daun dan batang sereh wangi. KHTM yang diperoleh dari ekstrak etanol daun
dan batang dan ekstrak air batang sereh wangi sebesar 6% (b/v), sedangkan
ekstrak air daun sereh wangi memiliki KHTM sebesar 11% (b/v). Konsentrasi
14% (b/v) merupakan konsentrasi maksimal ekstrak etanol dan ekstrak air daun
dan batang sereh wangi dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
ABSTRACT
SUPRIANTO. Potency of Citronellal (Cymbopogon nardus L.) Extract As Anti
Streptococcus mutans. Under the direction of ANNA P ROSWIEM and EDY
DJAUHARI PURWAKUSUMA.
Research objectives were to determine anti S. mutans activity and minimum
growth inhibition concentration of citronella leaves and trunks. Method used was
started by drying citronella leaves and trunks, and then it was extracted using
ethanol 70% and water. The filtrate was used to determine antibacterial activity of
S. mutans and minimum growth inhibition concentration.
Results showed that ethanol 70% is pure form at alcohol extract of citronella
leaves and trunks has higher anti S. mutans activity compare to its water extract.
Minimum growth inhibition concentration obtained from ethanol extract was 6 %
(b/v), while water extract was 11 % (b/v). Maximum concentration of ethanol and
water extract to inhibit S. mutans growth was 14 % (b/v).
POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon
nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans
SUPRIANTO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Skripsi : Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Streptoccus mutans.
Nama
: Suprianto
NIM
: G44101031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Anna P Roswiem, M.S.
Ketua
Drs. Edy Djauhari PK, M.Si
Anggota
Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.drh. Hasim, DEA
NIP 131578806
Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
ii
DAFTAR TABEL
ii
…………………………………………………............
DAFTAR LAMPIRAN
…………………………………………………
iii
…………………………………………………………
1
TINJAUAN PUSTAKA
Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) …………………………………
Manfaat Sereh Wangi …………………………………………………
Komposisi Kimia Sereh Wangi
…………………………………
Antibakteri
…………………………………………………………
Mekanisme Kerja Antibakteri …………………………………………
Pengukuran Aktivitas Antibakteri
…………………………………
Streptococcus mutans dan Karies Gigi
....................................…
1
2
2
3
3
4
4
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ………………………………………………………....
Metode Penelitian..........................................................…………………
5
5
PENDAHULUAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
............………………………………………………...
Rendemen Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air
………………………...
Daya Hambat Ekstrak Daun dan Ekstrak Batang Sereh Wangi pada
Berbagai Konsentrasi ………………………………………………...
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum …………………...
6
8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
………………………………………………………..
Saran ………………………………………………………………..
9
9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
9
6
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sereh wangi (Cymbopogon nardus) ................................................... .....
1
2 Perbandingan struktur dinding sel bakteri gram positif
dan negatif ...............................................................................................
3
3 Bakteri Streptoccus mutans
...........................................................
5
2 Hubungan antara konsentrasi dengan zona bening ekstrak air
dan eksktrak etanol batang dan daun sereh wangi .............................. ......
8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Karakteristik serai wangi tipe mahapengiri dan lenabatu .......................
2
2 Susunan kimia sereh wangi yang ditanam di Taiwan
3
.......................
3 Analisis uji tukey ekstrak air daun dan batang sereh wangi
...........
8
4 Analisis uji tukey ekstrak etanol daun dan batang sereh wangi
...........
8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian
........................................................................ 12
2 Analisis kadar air daun sereh wangi
................................................ 13
3 Analisis kadar air batang sereh wangi
................................................ 13
4 Preparasi ekstrak kasar sereh wangi yang mengandung aktifitas
antibakteri ................................................................................................ 14
5 Rendemen hasil ekstraksi etanol daun dan batang sereh wangi ............ 15
6 Rendemen hasil ekstraksi air daun dan batang sereh wangi
............ 15
7 Regenerasi bakteri dan pengukuran aktifitas antibakteri
dengan menggunakan metode cakram. ................................................ 16
8 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol batang sereh wangi
............ 17
9 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol daun sereh wangi
............ 17
10 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air batang sereh wangi ........................ 18
11 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air daun sereh wangi
........................ 18
12 Analisis keragaman (Analysis of varien) .................................................... 19
13 Uji Tukey ekstrak air daun sereh wangi ................................................ 19
14 Uji Tukey ekstrak air batang sereh wangi
.................................... 20
15 Uji Tukey ekstrak etanol daun sereh wangi
.................................... 20
16 Uji Tukey ekstrak etanol batang sereh wangi
.................................... 21
17 Pembuatan media Luria Bertani ............................................................ 21
18 Komposisi media LB (Luria Bertani)
................................................ 22
19 Foto zona hambat ekstrak kasar batang dan daun sereh wangi ............. 22
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis memiliki
keanekaragaman sumber daya alam hayati.
Keanekaragaman ini sangat bermanfaat,
terutama dengan banyaknya spesies tumbuhan
dan tanaman yang dapat digunakan sebagai
obat. Tumbuhan dan tanaman obat ini telah
dijadikan obat tradisional yang turun temurun
karena obat tradisional memiliki banyak
kelebihan diantaranya mudah diperoleh,
harganya yang lebih murah, dapat diramu
sendiri dan memiliki efek samping yang lebih
kecil dibandingkan obat-obatan dari produk
farmasi. Oleh sebab itu, kecenderungan
masyarakat
untuk
menggunakan
obat
tradisional yang berasal dari alam atau herba
dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran,
dan pengobatan semakin meningkat.
Salah satu tanaman yang dipercaya dapat
dijadikan obat dan menjaga kebugaran adalah
sereh wangi yaitu tanaman herba yang tinggi
dengan rimbunan daun yang lebat. Tanaman
ini mampu tumbuh sampai 1.0–1.5 m. Panjang
daunnya mencapai 70–80 cm dan lebarnya 2–
5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan
mempunyai aroma yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan sereh dapur. Sereh
wangi dipercaya dapat menyembuhkan
beberapa penyakit. Salah satu khasiatnya
adalah sebagai obat kumur (Wijayakusumah
2001).
Berdasarkan hal tersebut sereh wangi
dapat digunakan untuk menghambat atau
membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada
di dalam mulut khususnya bakteri pembentuk
plak pada gigi yaitu bakteri S. mutans. Bakteri
ini bersifat tahan terhadap asam (aciduric),
menghasilkan
senyawa
bersifat
asam
(acidogenic), membentuk polisakarida dan
mampu memfermentasi poliol lain, seperti
sorbitol dan manitol. Apabila kita buruk dalam
memelihara gigi, maka sisa makanan terutama
kelompok karbohidrat yang masih menempel
pada gigi akan difermentasi oleh bakteri plak
dan dihasilkan asam format, asetat dan laktat.
Senyawa-senyawa bersifat asam ini akan
menurunkan pH plak gigi yang selanjutnya
mengakibatkan demineralisasi email gigi dan
pembentukan lubang gigi (cavity).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
aktivitas anti S. mutans dari ekstrak etanol dan
ekstrak air sereh wangi. Hipotesis penelitian
ini adalah ekstrak etanol dan ekstrak air sereh
wangi dapat berfungsi sebagai anti S. mutans.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah informasi ilmiah
tentang karakter antimikrob dari tanaman
sereh wangi yang dapat menghambat atau
membunuh bakteri S. mutans
TINJAUAN PUSTAKA
Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)
Sereh
wangi
dibudidayakan
di
pekarangan, tegalan, dan sela-sela tumbuhan
lain. Biasanya sereh wangi ditanam sebagai
tanaman bumbu atau tanaman obat.(Gambar
1) Tanaman sereh dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu, Sereh Lemon atau Sereh
Bumbu (Cymbopogon citratus) dan Sereh
wangi atau Sereh Sitronellal (Cymbopogon
nardus). Sereh Wangi di Indonesia ada 2 jenis
yaitu Mahapengiri dan Lenabatu. Mahapengiri
dapat dikenal dari bentuk daun yang lebih
pendek dan lebih luas dibandingkan Lenabatu.
Jenis Mahapengiri memberikan hasil minyak
atsiri yang lebih tinggi dengan kualitas yang
lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellalnya lebih tinggi dari jenis Lenabatu.
Selain itu jenis Mahapengiri memerlukan
tanah yang lebih subur, hujan yang lebih
banyak dan pemeliharaan yang lebih baik
(Ketaren & B. Djatmiko, 1978).
Di Indonesia ada beberapa sebutan untuk
tanaman ini yaitu Sereh (Sunda), Sere (Jawa
Tengah, Madura, Gayo dan Melayu), Sere
mongthi (Aceh), Sangge-sangge (Batak),
Serai
(Betawi,
Minangkabau),
Sarae
(Lampung), Sare (Makasar, Bugis), Serai
(Ambon), dan Lauwariso (Seram). Klasifikasi
lengkap dari tanaman sereh wangi termasuk
divisi Magnoliophyta dengan subdivisi
Spermatophyta dan kelas Liliopsida, ordo
Cyperales,
famili
Poaceae,
genus
Cymbopogon, dan spesies Cymbopogon
nardus (Ketaren 1985).
Gambar 1
Sereh Wangi (Cymbopogon
nardus)
Tabel 1 Karakteristik serai wangi jenis
Mahapengiri dan Lenabatu
Karakteristik Mahapengiri Lenabatu
Bentuk
rumpun
Pendek dan
kecil
Tinggi dan
besar
Tinggi
rumpun
40 - 70 cm
100 - 200
cm
Batang semu
(pelepah
daun)
Kuning
kehijauan
dan agak
kemerahan
seperti warna
tembaga
Membesar
Hijau
Lebih
pendek dan
lebih besar
Bentuk
pangkal daun
Bentuk daun
Ramping
Warna
Hijau
Tekstur
Lemas dan
agak sulit
patah
0.8 - 1.0
Lebih
panjang
dan kurang
lebar
Hijau
muda
Kaku agak
mudah
patah
0.4 - 0.6
80 - 97
55 - 65
Kadar
sitronelal
30 – 45
15
Kultivar
yang dikenal
di
Indonesia
Serai
tembaga
Balon,
Munding
Rendemen
minyak atsiri
(%, b/b daun
segar
Kadar
geraniol
jumlah (%)
Sumber : Somaatmaja, 1973
Manfaat Sereh Wangi
Secara tradisional sereh wangi digunakan
sebagai pembangkit cita rasa pada makanan,
minuman dan sebagai obat tradisional
(Wijayakusumah 2002). Sebagai pembangkit
cita rasa, sereh banyak digunakan pada saus
pedas, sambal goreng, sambal petis dan saus
ikan (Oyen 1999). Dibidang industri pangan
minyak sereh wangi sering digunakan sebagai
bahan tambahan dalam minuman, permen,
daging, produk daging, dan lemak (Leung dan
Foster 1996). Penggunaan sereh wangi
kemudian berkembang, terutama dalam
industri parfum yang sebagian besar terdiri
dari citral, yaitu bahan utama untuk produksi
α dan β ionon, yang digunakan sebagai bahan
pewangi pada sabun, detergen, krim dan
lotion (Oyen 1999).
Sebagai obat tradisional ekstrak sereh
wangi sering diminum untuk mengobati
radang tenggorokan, radang usus, radang
lambung, diare, obat kumur, sakit perut
(Wijayakusumah 2001), batuk, pilek dan sakit
kepala
(Leung dan Foster 1996), juga
digunakan sebagai obat gosok, untuk
mengobati eksema dan rematik (Oyen 1999).
Komposisi Kimia Sereh Wangi
Sereh wangi mengandung saponin,
flavonoid, polifenol, (Syamsuhidayat dan
Hutapea 1991), alkaloid dan minyak atsiri,
(Leung dan Foster 1996). Saponin merupakan
kelompok glikosida yang tersusun oleh
aglikon bukan gula yang berikatan dengan
rantai gula. Sifat antimikrob dari senyawa
saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa
tersebut berinteraksi dengan sterol pada
membran sehingga menyebabkan kebocoran
protein dan enzim-enzim tertentu (Oleszek
2000).
Senyawa flavonoid merupakan kelompok
pigmen-pigmen tanaman aromatik dengan
atom C15 (Naidu et al 2000). Flavonoid terdiri
dari flavon, flavonon, isoflavon, antosianin,
dan leukoantosianidin (Ikan 1991). Flavonoid
merupakan
senyawa
polifenol
yang
merupakan turunan dari 2-fenil kromon atau
2-fenil benzopiron (Hall III dan Cuppet 1997).
Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan
dan antimikrob. Sebagai antioksidan flavonoid
dapat mencegah oksidasi lipid dengan
mengikat (mengkelat) logam-logam yang
bersifat prooksidan (Hall III dan Cuppet
1997). Senyawa flavonoid lipofilik memiliki
kemampuan penetrasi dalam membran sel
(Naidu et al 2000). Senyawa flavonoid
lipofilik memiliki aktivitas antimikrob karena
memiliki kemampuan penetrasi dalam
membran sel (Naidu et al, 2000).
Minyak atsiri sereh wangi terdiri dari
citral, citronelal, geraniol, mirsena, nerol,
farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol
metil eter, kadinen, kadinol dan limonene
(Wijayakusumah 2001). Kandungan minyak
atsiri sereh wangi sebesar 0.25-0.5% (Oyen
1999). Citral merupakan kelompok senyawa
terpen yang terdiri campuran isomer bioaktif
nerol dan geraniol serta merupakan komponen
penyusun terbesar dalam minyak atsiri sereh
yaitu 65-80 %. Senyawa tersebut memiliki
sifat bakterisidal terhadap beberapa spesies
bakteri (Friedman et al 2002).
Komponen kimia dalam minyak sereh
wangi cukup kompleks, namun komponen
yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol
(Tabel 2). Kadar komponen kimia penyusun
utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Biasanya
jika kadar geraniol tinggi maka kadar
sitronellal juga tinggi (Harris 1987). Menurut
Guenther 1950, komponen utama penyusun
minyak sereh wangi adalah geraniol
(C10H18O),
sitronellol
(C10H20O)
dan
sitronellal (C10H16O).
Tabel 2 Susunan kimia minyak sereh wangi di
Taiwan
Senyawa Penyusun
Kadar (%)
Sitronellal
32-45
Geraniol
12-18
Sitronellol
12-15
Geraniol Asetat
3-8
Sitronellil Asetat
2-4
L-Limonene
2-5
Elemol &
2-5
Seskwiterpene lain
Elemen & Cadinene
2-5
Sumber : Ketaren 1985
Antibakteri
Senyawa antibakteri adalah senyawa yang
dapat
mengganggu
pertumbuhan
dan
metabolisme bakteri (Pelczar dan Chan 1986).
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri
dibedakan
menjadi
dua
jenis
yaitu
bakteriostatik dan bakterisidal. Berdasarkan
spektrum aksinya, zat antibakteri dibagi
menjadi tiga, yaitu spektrum luas, spektrum
sempit dan spektrum terbatas. Spektrum luas
jika senyawa tersebut efektif melawan
prokariot
baik
membunuh
maupun
menghambat bakteri Gram positif dan Gram
negatif.
Disebut
sebagai
antibakteri
berspektrum sempit jika senyawa tersebut
efektif melawan sebagian bakteri Gram positif
atau Gram negatif. Senyawa antibakteri yang
dapat melawan satu spesies bakteri tertentu
saja disebut antibakteri berspektrum terbatas
(Todar 1977).
Bakteri Gram positif cenderung lebih
sensitif terhadap komponen antibakteri hal ini
disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri
Gram positif yang relatif lebih sederhana
sehingga memudahkan senyawa antibakteri
untuk masuk ke dalam sel dan menemukan
sasaran untuk bekerja, sedangkan struktur
dinding sel bakteri Gram negatif relatif lebih
kompleks dan berlapis tiga yaitu lapisan luar
yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang
berupa lipopolisakarida, dan lapisan dalam
peptidoglikan (Pelczar dan Chan 1986).
Berdasarkan komposisi selnya, bakteri
dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif. Untuk membedakan
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
digunakan pewarnaan Gram. Gram positif
akan memberikan warna ungu dan warna
merah untuk bakteri Gram negatif (Pelczar &
Chan 1986). Menurut Branen (1983), cara
kerja senyawa antibakteri dipengaruhi oleh
sifat-sifat zatnya antara lain polaritas dan
keadaan molekul. Sifat hidrofilik sangat
penting untuk menjamin bahwa antibakteri
larut dalam air ketika pertumbuhan bakteri
terjadi, sedangkan pada saat yang sama
antibakteri bekerja pada membran sel yang
hidrofobik sehingga membutuhkan sifat
hidrofobik (Gambar 2). Kerja antibakteri juga
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
konsentrasi zat antibakteri, spesies bakteri,
jumlah bakteri, dan pH lingkungan. Telah
lama diketahui bahwa beberapa jenis rempahrempah mempunyai sifat antibakteri. Bahkan
peneliti-peneliti
yang
pertama
selalu
beranggapan
bahwa
rempah-rempah
merupakan bahan yang selalu menolak
kehidupan mikrob. (Suwanto 1983).
Gram Positif Gram Negatif
antibiotik antibiotik
permukaan
makromolekul
kapsul
lipopolisakarida
permukaan
makromolekul
kapsul
peptidoglikan
membran terluar
(fosfolipid,
lipoprotein,
prptein)
peptidoglikan
membran
sitoplasma
membran
terdalam
sitoplasma sitoplasma
Gambar 2 Perbandingan struktur dinding sel
bakteri gram positif dan negatif
Mekanisme Kerja Antibakteri
Senyawa antibakteri dapat menghambat
pertumbuhan mikrob melalui inaktivasi atau
mengganggu satu atau lebih target subseluler
seperti merusak dinding sel, mengganggu
permeabilitas membran, menghambat enzimenzim metabolik, menghambat sintesis protein
dan sintesis asam nukleat (Eklund 1989).
Merusak dinding sel. Sel bakteri
dilindungi oleh dinding sel yang terdiri dari
peptidoglikan, ruang periplasma yang
merupakan tempat enzim-enzim ekstraseluler
dan membran sitoplasma yang terlibat dalam
proses respirasi. Peptidoglikan tersusun dari
N-asetilglukosamin dan N-asetil muramat
yang saling berikatan satu sama lain serta
asam-asam amino L-alanin, D-alanin, asam
amino dipimelat dan D-glutamat yang
berikatan dengan N-asetil muramat (Fardiaz
1989).
Mengganggu permeabilitas membran sel,
membran sel atau membran sitoplasma terdiri
fosfolipid dan protein. Fosfolipid membentuk
fase dua lapisan nonpolar kontinu (lipid
bilayer). Nutrien, ion dan air yang diperlukan
sel harus melewati membran sel yang bersifat
permeabilitas selektif. Molekul-molekul dan
ion-ion yang akan disekresikan harus
melewati membran tersebut (Armstrong
1995). Membran sitoplasma merupakan
tempat berlangsungnya respirasi karena
enzim-enzim yang terlibat dalam proses
respirasi terdapat di dalam membran tersebut
(Fardiaz 1989).
Menghambat enzim-enzim metabolik,
senyawa antibakteri dapat menghambat atau
membunuh melalui inaktivasi enzim-enzim
metaboliknya. Senyawa bioaktif isotiosianat
dapat mengoksidasi ikatan disulfida enzim
(Delaquis dan Sholberg 1995), berikatan
dengan rantai samping sistein pada enzimenzim yang memilki gugus sulfhidril
(Ekstrand 1994).
Menghambat sintesis protein. DNA,
RNA, dan protein memegang peranan penting
di dalam kehidupan normal sel. Hal ini berarti
gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut
dapat mengakibatkan kerusakan sel.
Pengukuran Aktivitas Antibakteri
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode difusi dan metode pengenceran. Salah
satu metode yang paling umum digunakan
adalah metode difusi (Pelczar & Chan 1988).
Metode difusi dapat dilakukan dengan tiga
cara, yang pertama adalah metode silinder
yaitu silinder steril dengan diameter 8 mm
ditetesi larutan uji dan ditempatkan pada
permukaan agar yang telah ditanami bakteri
uji. Daerah hambat yang terbentuk terlihat
sebagai daerah bening di sekeliling silinder.
Keuntungan cara ini adalah jumlah larutan
dalam silinder dapat diperbanyak untuk
menjamin tersedianya zat antibakteri dalam
silinder selama masa inkubasi. Sedangkan
kerugiannya adalah agak sukar mengatur
kedalaman silinder secara manual, sehingga
difusi yang terjadi ada kemungkinan tidak
homogen yang berakibat daerah hambatan
tidak berupa lingkaran. Kedua metode
perforasi, media agar yang telah ditanami
bakteri uji dibuat lubang atau sumur dengan
diameter 6 mm dan larutan uji sebanyak 10
μL dimasukkan ke dalamnya. Daerah
hambatan yang terjadi terlihat sebagai daerah
bening di sekeliling lubang. Sedangkan yang
ketiga adalah metode difusi cakram yang
merupakan metode paling banyak digunakan
diantara kedua metode tersebut di atas.
Metode ini di kenal sebagai metode KirbyBauer. Sejumlah bakteri uji diinokulasi pada
media agar dan cakram yang mengandung
larutan uji atau antibakteri tertentu diletakkan
pada permukaan media agar yang telah
memadat. Setelah diinkubasi terlihat daerah
hambatan sebagai daerah bening yang tidak
ditumbuhi bakteri di sekeliling cakram.
Keuntungan cara ini adalah jumlah larutan
obat yang diserap dapat diatur sesuai dengan
kapasitas kertas cakram, tergantung dari
diameter serta ketebalan kertas cakram.
Sedangkan kerugiannya adalah bila komposisi
serat kertasnya heterogen, dapat menyebabkan
variasi difusi zat antibakteri sehingga
diameter zona hambatan dapat bervariasi pula.
Pada pemilihan jenis kertas, sifat kapilaritas
sangat penting untuk diperhatikan, karena
mempengaruhi laju dan kualitas difusi.
Streptococcus mutans dan Karies Gigi
Karies gigi dapat didefinisikan sebagai
pembusukan gigi atau gigi berlubang. Karies
gigi merupakan infeksi dengan kerusakan
struktur gigi. Penyakit ini menimbulkan nyeri,
gigi tinggal, infeksi, bau nafas tidak sedap,
dan terganggunya indra pengecap. Infeksi
dapat menyebar kejaringan lunak sekitar gigi
yang dapat mengancam keselamatan jiwa
pada karies yang sangat parah. Sekarang ini
karies gigi masih menjadi penyakit umum
yang terjadi diseluruh dunia (Anonim 2002).
Munculnya noda pucat pada permukaan
gigi merupakan tanda atau gejala awal
terjadinya karies gigi. Munculnya noda
tersebut menandakan adanya demineralisasi
email gigi. Email gigi normal selalu diselimuti
oleh suatu lapisan yang disebut dengan
pelikel. Lapisan ini terbentuk dari adsorbsi
selektif komponen-komponen partikel saliva
yang
mengandung
zat
glikoprotein
Glikoprotein inilah yang akan mengikat
molekul adesi dari S. mutans sehingga kuman
ini dapat melakukan perkembangbiakan dan
menghasilkan asam (Smith 1992).
Sebanyak 94% penderita karies gigi, air
liurnya mengandung bakteri S. mutans
(Beighton, 1977). S. mutans dapat dibedakan
dari
jenis
lainnya
dengan
melihat
kemampuannya memfermentasi manitol. Hal
ini dikarenakan hanya S. mutans dan S. bovis
yang mampu memfermentasi manitol dan
membentuk glukan.
Bakteri
S.
mutans
merupakan
Streptococci yang ditemukan pada plaque gigi
dan mampu memfermentasi manitol dan
sorbitol, memproduksi glukan ekstraseluler
dari sukrosa. Pada tahun 1924, Clarke
mengisolasi organisme dari lubang gigi pada
manusia dan organisme tersebut disebut S.
mutans, karena tergolong bakteri Gram positif
yang disekelilingi oleh noda yang berbentuk
oval dan itu dikatakan sebagai mutans dari
Streptococcus (Loesche 1986). S. mutans
berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter
1 mm dan tumbuh dalam suasana fakultatif
anaerob (Lehner 1992; Michalek dan Mc
Ghee 1982). Menurut Nolte (1982) dalam
keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5%
CO2. Bergey dalam Capuccino (1998)
menyatakan secara lengkap klasifikasi S.
Mutans termasuk dalam devisi Firmicutes,
kelas Bacilli, ordo Lactobacilalles, famili
Streptococcaceae, genus Streptococcus dan
spesies Streptococcus mutans.
Gambar 3 Bakteri S. mutans
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah laminar
air flow, autoklaf inkubator, evaporator oven,
lemari es, cawan petri, jarum ose, autopipet,
neraca kasar, dan peralatan gelas lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
batang dan daun sereh wangi yang berasal
dari BALITRO, etanol 70%, biakan bakteri
Streptococcus mutans, kertas cakram, yeast
extract, tripton, NaCl, bacto agar dan
aquades.
Metode Penelitian
Kadar Air Basah Sereh Wangi
Batang dan daun sereh wangi
mahapengiri segar dicuci bersih, kemudian
ditiriskan beberapa saat dan dipotong-potong.
Setelah itu sebanyak 10 g batang dan daun
sereh wangi dikeringkan dengan oven suhu ±
105°C sampai bobotnya konstan.
Preparasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol
Dari Sereh Wangi.
50 g bubuk kering batang dan daun sereh
wangi masing-masing dimaserasi dalam 500
ml etanol 70% dan air pada suhu ruang
selama 48 jam setelah itu disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman (No 2),
pelarut diuapkan dengan menggunakan
evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol
dan ekstrak airnya. Kemudian ekstrak etanol
dan ekstrak air dari sereh wangi dilarutkan
dalam aquades steril dengan konsentrasi
5-20% (b/v)
Regenerasi Bakteri
Sebelum dilakukan uji antibakteri,
bakteri yang akan dipakai harus diregenerasi
terlebih dahulu. Pertama dilakukan adalah
membuat biakan agar miring, yaitu
menggoreskan biakan stok bakteri ke media
agar miring yang masih baru. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Jadi biakan tersebut merupakan aktivitas awal
dari stok bakteri yang telah disimpan pada
suhu 4-5º C.
Dari biakan tersebut diambil satu mata
ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang
berisi 5 mL media LB cair steril. Selanjutnya
tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37º C.
Mengukur Aktifitas Antibakteri
Berdasarkan Metode Cakram.
Bakteri S. mutans yang telah diregenerasi
diambil 100 μL dan dicampur ke dalam 20 ml
media agar LB (Luria Bertani) suhu 45° C,
lalu didiamkan pada suhu kamar sampai
media agar memadat. Secara steril kertas
cakram dicelupkan dalam ekstrak etanol dan
ekstrak air yang masing-masing ekstrak sudah
dilarutkan dalam aquades steril dengan
konsentrasi 5-20% (b/v), kertas cakram juga
dicelupkan dalam aquades steril yang
digunakan sebagai kontrol, kemudian kertas
cakram diletakan di atas agar yang telah
membeku secara steril. Selanjutnya diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37° C. Zona bening
(hambat) yang terbentuk disekeliling kertas
cakram diukur.
Analisis Data
Analisis statistik yang digunakan dalam
pengolahan data adalah rancangan percobaan
satu faktor dalam Rancangan Acak Lengkap.
Berikut ini merupakan model rancangannya
(Mattjik dan Sumertajaya 2002).
Yij = μ + τi + εij
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
μ = Pengaruh rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i
Rancangan percobaan ini dilakukan
digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data
yang diperoleh dianalisis dengan analisis
keragaman (Analysis of varien) pada tingkat
kepercayaan 95% dan taraf α 0,05. Uji lanjut
yang digunakan adalah uji Tukey. Seluruh
data dianalisis dengan menggunakan program
SPSS 15,0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Daun dan batang sereh wangi dihitung
dulu kadar airnya sebelum digunakan untuk
percobaan. Penentuan kadar air ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan zat dalam
tumbuhan sebagai persentase bahan kering.
penentuan kadar air ini berguna untuk
menyatakan kandungan zat dalam tumbuhan
sebagai persen (%) bahan kering, dan
mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanan (Harjadi 1993). Umumnya,
penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan pada suhu 105-110°C
sekitar 3 jam sampai diperoleh bobot yang
konstan (winarno 1992). Selisih berat bahan
sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang telah diuapkan atau
dihilangkan. Pada penelitian ini diperoleh
kadar air basah daun dan batang sereh wangi
sebesar 67.76% dan 76.78% salah satu faktor
tingginya kadar air tersebut dikarenakan faktor
lingkungan yaitu musim.
Rendemen Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air
Menurut Harborne (1987) bahan segar
dapat diekstraksi dengan alkohol absolut
tetapi untuk bahan kering dan kayu
diekstraksi dengan menggunakan campuran
alkohol dan air. Alkohol merupakan pelarut
serba guna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan. Etanol 70% juga merupakan
pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi
karena menghasilkan bahan aktif yang
optimal dan kemungkinan jumlah pengotor
yang ikut dalam larutan pengektraksi sangat
kecil.
Ekstraksi sampel batang dan daun sereh
wangi dilakukan secara maserasi selama 48
jam pada suhu ruang. Cara tanpa pemanasan
ini dipilih untuk menghindari rusaknya
komponen yang terkandung di dalam batang
dan daun sereh wangi.
Rendemen ekstrak yang diperoleh
dengan menggunakan pelarut etanol 70 %
untuk daun dan batang sereh wangi sebesar
sebesar 8,17% dan 7,76%, sedangkan ekstrak
dengan menggunakan pelarut air yaitu sebesar
9,15% dan 6,69% untuk daun dan batang
sereh wangi. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terdapat dalam daun memiliki
sifat yang lebih polar dengan demikian
ekstrak yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan
dengan
senyawa
yang
terkandung dalam batang sereh wangi
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa jenis pelarut dan metode ekstrasi yang
digunakan mempengaruhi jumlah rendemen
yang dihasilkan.
Daya Hambat Ekstrak Daun dan Ekstak
Batang Sereh Wangi Pada Berbagai
Konsentrasi
Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut
dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan
kisaran konsentrasi minimum dan maksimum
dari ekstrak etanol dan air sereh wangi.
Penelitian ini menggunakan pelarut air dan
etanol, hal tersebut berdasarkan prinsip
kelarutan yaitu “like disolve like”, yaitu
pelarut polar akan melarutkan senyawa polar,
demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar
akan melarutkan senyawa nonpolar (Khopkar
1990). Ekstrak kasar yang diperoleh dari
masing-masing pelarut akan dilihat aktivitas
anti S. mutansnya. Pengujian daya hambat
ekstrak etanol dan ekstrak air sereh wangi
terhadap S. mutans pada berbagai konsentrasi
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi terhadap daya hambat ekstrak
etanol dan ekstrak air sereh wangi.
Hasil uji aktivitas anti S. mutans ekstrak
etanol dan ekstrak air daun dan batang sereh
wangi yang terlampir pada lampiran 8, 9, 10,
dan 11 menunjukkan bahwa ekstrak etanol
memiliki aktivitas anti S. mutans tertinggi.
Berdasarkan gambar 4 potensi anti S. mutans
ekstak etanol daun dan batang sereh wangi
memiliki
pengaruh
terbesar
dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
Ekstrak air daun dan batang sereh wangi juga
memiliki
potensi
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri S. mutans
tetapi
aktivitasnya lebih rendah.
Dari hasil penelitian diperoleh diameter
zona hambat ekstrak etanol untuk daun dan
batang sereh wangi berturut-turut sebesar 9.00
mm dan 11,75 dengan konsentrasi 14% (b/v).
Sedangkan untuk ekstrak air daun dan batang
sereh wangi bakteri S. mutans mulai terhambat
maksimal pada konsentrasi 14% (b/v). sebesar
4.33 mm dan 5.01 mm. Dari data yang
dihasilkan
dapat
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan bakteri S. mutans terhambat
maksimal pada konsentrasi 14% (b/v).
Pengujian terhadap ekstrak etanol
menunjukkan bahwa bakteri S. mutans lebih
peka terhadap ekstrak dengan pelarut semi
polar, hal ini didukung dengan dugaan bahwa
bakteri S. mutans merupakan bakteri gram
positif yang mempunyai lapisan peptidoglikan
yang bersifat hidrofobik sehingga mudah
untuk ditembus oleh senyawa semi polar atau
non polar.
Menurut Suriawiria dalam Rahmawati R
(2006), pengukuran kekuatan antibiotikantibakteri didasarkan pada metode Davisstout, yang menyatakan bila diameter zona
bening lebih kecil atau sama dengan 5 mm
menunjukkan aktivitas antibakteri lemah,
diameter zona bening 5-10 mm menunjukkan
aktivitas sedang, diameter zona bening 10-20
mm menunjukkan aktivitas antibakteri kuat
dan diameter zona bening lebih besar atau
sama dengan 20 mm menunjukkan aktivitas
antibakteri sangat kuat. Pengujian ekstrak
etaol
batang
sereh
wangi
mampu
menghasilkan zona hambat sebesar 11,75 mm
maka ekstrak etanol batang sereh wangi
termasuk ke dalam anti S. mutans yang kuat.
Anti S. mutans dengan kekuatan sedang
terjadi pada ekstrak etanol dan ekstrak batang
sereh wangi karena mampu menghasilkan
zona hambat berturut-turut sebesar 9,00 dan
5,01mm, sedangkan untuk ekstrak air daun
sereh wangi bersifat anti S. mutans yang
lemah karena hanya menghasilkan zona
hambat sebesar 4,33 mm.
Menurut Nychas (1995) senyawasenyawa yang memiliki sifat antimikrob
dalam rempah adalah sentawa fenolik yang
terdapat dalam fraksi minyak atsirinya. Daya
hambat ekstrak etanol dan ekstrak air terhadap
bakteri S. mutans diduga disebabkan oleh
senyawa- senyawa fenolik dalam minyak
atsiri, senyawa saponin, flavonoid dan terpen
yang terdapat di dalam ekstrak etanol dan
ekstrak air sereh wangi yang terekstrak oleh
pelarut etanol dan air.
Dari analisis statistik (tabel 3) dapat
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi pada
ektrak air daun sereh wangi berbeda nyata
pada konsentrasi 5% (b/v), 11% (b/v) dan
ekstrak air batang sereh wangi berbeda nyata
pada konsentrasi 5% (b/v), 6% (b/v), dan 12%
Ekstrak etanol daun sereh wangi berbeda
nyata pada konsentrasi 5% (b/v), 6% (b/v),dan
15% (b/v). Sedangkan untuk ekstrak etanol
batang sereh wangi berbeda nyata terjadi pada
konsentrasi 5% (b/v), 8% (b/v), 14% (b/v),
dan 15% (b/v) (tabel 4).
Perbedaan potensi ini terjadi karena
komponen ekstrak etanol batang sereh wangi
yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. mutans lebih banyak yang
terekstrak. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa senyawa anti S. mutans yang terkadung
dalam daun dan batang sereh wangi lebih
bersifat semi polar karena ekstrak etanol daun
dan batang sereh wangi memiliki daya hambat
yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
air dan batang sereh wangi.
Tabel 3 Analisis uji Tukey ekstrak air daun
dan batang sereh wangi
Diameter zona hambat (mm)
Konsentasi
Ekstrak air
Ekstrak air
% (b/v)
batang
daun sereh
sereh wangi
wangi
20
3.33b
1.04bc
b
15
4.33
1.23cd
14
3.07b
1.29d
b
1.28d
13
3.05
b
1.27d
12
2.90
11
2.50b
1.25cd
10
0.00a
1.16bc
a
9
0.00
1.16bc
a
8
0.00
1.16bc
a
7
0.00
1.00b
a
6
0.00
0.96b
a
5
0.00
0.00a
Ket: Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
secara statistik perlakuan konsentrasi
berbeda nyata pada α: 0.05
Tabel 4
Analisis uji Tukey ekstrak etanol
daun dan batang sereh wangi
Diameter zona hambat (mm)
Konsentasi
Ekstrak
Ekstrak
% (b/v)
etanol daun
etanol
sereh wangi
batang
sereh wangi
20
1.39bc
1.31de
c
15
1.50
1.77f
14
1.38bc
1.50e
1.30cd
13
1.35bc
bc
12
1.35
1.29cd
11
1.28bc
1.22bc
b
10
1.25
1.14bc
b
1.10bc
9
1.22
b
1.07b
8
1.22
7
1.16b
1.09bc
1.09bc
6
1.19b
a
5
0.00
0.00a
Ket: Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa
secara statistik perlakuan konsentrasi
berbeda nyata pada α: 0.05
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
Konsentrasi hambat tumbuh minimum
(KHTM) adalah konsentrasi minimun yang
dapat menghambat pertumbuhan mikrob.
Penentuan nilai KHTM dilakukan untuk
menentukan konsentrasi terendah ekstrak
etanol dan ekstrak air daun dan batang sereh
wangi
yang
mampu
menghambat
pertumbuhan bakteri S. mutans. Parameter
adanya penghambatan pertumbuhan pada S.
mutans yaitu dengan mengukur diameter zona
bening kultur bakteri pada media padat.
Penetapan hambat tumbuh minimum dapat
dilakukan
dengan
menguji
sederetan
konsentrasi ekstrak yang dibuat dengan cara
pengenceran. Ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi yang diujikan
untuk menentukan KHTM berkisar antara 5%
(b/v) sampai dengan 20%(b/v) dengan
menggunakan metode cakram karena metode
ini cukup sederhana dan mudah dilakukan.
KHTM dari ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi dapat dilihat
pada lampiran 8, 9, 10 dan 11.
Nilai KHTM pada ekstrak daun teh variasi
Assamica yang dilakukan oleh Yulia (2006)
sebesar 0,5% pada kultur bakteri S. mutans.
Berdsarkan penelitian yang dilakukan
Sosialsih (2002), KHTM minyak atsiri daun
sirih wangi pada S. mutans yaitu sebesar
0,1%. Kedua nilai KHTM tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan KHTM ekstrak etanol
dan air daun dan batang sereh wangi yang
didapat.
Berdsarkan perbandingan nilai KHTM
ketiga ekstrak tersebut, maka ekstrak etanol
dan air daun dan batang sereh wangi memiliki
daya daya hambat terhadap bakteri S. mutans
yang paling kecil. Perbedaan ini disebabkan
berbedanya komponen zat aktif pada kedua
ekstrak tersebut. Zat antibakteri yang paling
penting dalam teh adalah senyawa tanin
sedangkan menurut Syamsuhidayat dan
Hutapea (1991) zat antimikrob terpenting
dalam sereh wangi adalah saponin, flavonoid,
polifenol, lkaloid dan minyak atsiri
Pada gambar 4 terlihat bahwa masingmasing ekstrak memiliki KHTM yang
berbeda. Konsentrasi 6% (b/v) merupakan
konsentrasi paling rendah yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans
untuk ekstrak etanol daun dan batang dan
ekstrak air batang sereh wangi sedangkan
konsentrasi 11% (b/v) merupakan konsentrasi
paling rendah untuk ekstrak air daun sereh
wangi.
Dilihat dari kefektifan daya hambat dari
senyawa anti S. mutans ekstrak etanol daun
dan batang dan ekstrak air batang sereh wangi
paling efektif dibandingkan dengan ekstrak air
sereh wangi. Pada konsentrasi 6% (b/v)
ekstrak etanol daun dan batang dan ekstrak air
batang sereh wangi memiliki KHTM yang
sama dengan zona hambat yang berbeda-beda
yaitu 5,66 mm, 4,95 mm, dan 2,69 mm.
Sedangkan ekstrak air daun sereh wangi nilai
KHTM sebesar 11% (b/v) dengan zona
hambat sebesar 2,50 mm. Hal ini dapat terjadi
karena kandungan senyawa S. mutans yang
ada di dalam ekstrak etanol dan ekstrak air
daun dan batang sereh wangi yang
mengandung triterpenoid yaitu geraniol dan
sitronelal. Geraniol sendiri menurut Hart
(1983) merpakan turunan dari alkohol atau
fenol. Senyawa alkohol atau fenol yang
terdapat dalam daun dan batang sereh wangi
diduga dapat membunuh bakteri S. mutans.
Menurut Frazier dan Westhof (1979),
efektivitas senyawa antimikroba diantaranya
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
antimikroba yang digunakan. Peningkatan
konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin
besar jumlah senyawa antimikrob yang
berdifusi dalam medium agar sehingga
diharapkan
zona
penghambatan
akan
meningkat. Namun demikian ukuran zona
penghambatan tergantung juga pada laju
difusi senyawa antimikrob yang digunakan.
Bila konsentrasi ekstrak ditingkatkan terus
maka kemampuan difusi dari senyawa
antimikrob yang ada dalam ekstrak akan
menurun karena ekstrak semakin kental.
Sebagai akibatnya ukuran diameter zona
penghambatan pada konsentrasi 20% (b/v)
ekstrak etanol daun, batang, dan ekstrak air
batang sereh wangi cenderung menurun.
Pada pegujian aktivitas anti S. mutans
digunakan ampisilin sebagai antibiotik standar
terhadap daya hambat ekstrak etanol dan
ekstrak air daun dan batang sereh wangi.
Menurut Wattimena (1991), terhadap mikrob
gram positif ampisilin mempunyai spektrum
antibakteri yang sama dengan penisilin G.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong FB. Biokimia. Ed ke-3. Maulany
RF, penerjemah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Beighton D, William AM. 1977. A
microbiological study of normal flora of
macropod dental plaque. J Dent res
56(8): 995-1000.
Branen JG, Butters JR, Cowell ND, Lilly A.
1983. Food Engineering Operations.
London: Applied Science.
12
Delaquis
PJ,
Sholberg
PL.
1997.
Antimicrobial activity of gaseous allyl
isothiocyanate. J food prot. 60: 943-947
10
8
6
4
2
0
20 15
14 13
12 11
10 9
daun air
batang air
batang etanol
8
7
Eklund T. 1989. Organic acid end esters. Di
dalam: Gould GW, editor Mechanisme of
actions of food preservation procedures.
New York: Elsevier Applied Science.
daun air
6
daun etanol
5
batang etanol
Gambar 4 Hubungan antara konsentrasi
dengan zona bening ekstrak air
dan etanol batang dan daun
sereh wangi.
Ekstrand B 1994. Laktoperoxidase and
lactoferrin. Di dalam: Dillon VM, Board
RG, editor. Natural antimicrobial system
and food preservstion. England: CAB
Intl Wallingford.
Fardiaz S .1989. Mikrobiologi Pangan.
Bogor: PAU IPB.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol dan ekstrak air batang dan
daun sereh wangi memiliki potensi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
Aktivitas ekstrak etanol batang dan daun sereh
wangi lebih besar dari ekstrak air dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
KHTM ekstrak etanol daun dan batang dan
ekstrak air batang sereh wangi sebesar 6%
(b/v) sedangkan KHTM ekstrak air daun sereh
wangi sebesar 11% (b/v). Ekstrak etanol dan
ekstrak air memiliki daya hambat maksimal
pada konsentrasi yang sama yaitu 14% (b/v).
Saran
Perlu
dilakukan
penelitian
lanjut
mengenai
komponen-komponen
yang
terkandung dalam sereh wangi secara spesifik
sehingga dapat diketahui senyawa apa yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
mutans dan dilakukan uji pembanding dengan
sampel sereh wangi yang berbeda jenis.
Fardiaz s, Triana A, Rahayu WP, 1998.
Aktivitas anti S. mutans bumbu segar
hasil olahan industri terhadap bakteri
patogen dan perusak makanan. J. Ilmu
dan Teknologi Pangan. Vol 3. no 2:1-9.
Friedman M. 1997. Chemistry, biochemistry
and dietary role of potato polyphenol.
Rev. Journal Agriculture Food Chem.
45:1523-1540
Friedman M, Henika PR, Mandrell RE. 2002.
Baktericidal activities of plant essential
oils and some of their isolated
constituents against Campylobacter
jejuni,
Escherichia
coli,
Listeri
monocytogenes and Salmonella enterica.
J. food prot. 65: 2513-2516
Guenther E. 1952. The Essensial Oils. New
York: Van Nostrands Company.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pusaka
Utama.
Hall III CA, Cuppett SL. 1997. Structureactivities of natural antioxidants. Di
dalam: Aruoma OI, Cuppett SL, editor.
Antioxidan Metodology: in vivo and in
vitro concepts. Champaigh Illinois:
AOCS press.
Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Bandung:
ITB.
Harris R 1987. Tanaman Minyak Atsiri .
Jakarta: Penebar Swadaya.
Ikan R. 1991. Natural Products: A laboratory
guide. California: Academic Press.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak
Atsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta. Hlm
204-220
Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia of
common natural ingredients used in food,
drugs and cosmetic. Ed ke-2. New York:
John Wiley & Sons.
Naidu AS, Bidlack WR, Crecelius AT. 2000.
Flavonoids. Di dalam: Naidu AS. Editor.
Natural food antimicrobial systemsi. New
York: CRC Press.
Oleszek WA. 2000. Saponins. Di dalam.
Naidu AS, Editor. Natural food
antimicrobial system. New York: CRC
Press.
Oyen LPA. 1999. Cimbopogon citratus (DC)
Staff. Di dalam: Oyen LPA, Nguyen XD,
editor. Plant resources of South-East Asia
No 19. Esential oil plant. Bagor: Prosea
Bogor Indonesia.
Oyen LPA, Nguyen XD. 1999. Plant
resources of South-East Asia No 19.
Esential oil plant. Bagor: Prosea Bogor
Indonesia.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar
Mikrobiologi.
Volume
ke-1,
2.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,
Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Press.
Terjemahan
dari:
Element
of
Microbiology.
Roeslan BO. 2001. Hambatan terjadinya
karies gigi setelah diimunisasi dengan
glukosil transferase
”Streptococcus.
mutans INA99” yang diaplikasikan pada
mukosa rongga mulut: kajian pada tikus
jenis wistar [disertasi]. Depok: Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Somaatmadja, D. 1973. Pembinaan mutu
minyak
atsiri
minyak
citronella.
Proceedings minyak atsiri I. BPK, Bogor.
hal. 17-30
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991.
Inventaris Tanaman obat Indonesia.
Jakarta: Depkes RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Jakarta.
Wattimena JR, Nelly CS, Mathilda BW.
(1991). Farmakodinami dan Terapi
Antibiotik. Yogyakarta: UGM Press
Wijayakusuma HMH. 2001. Tumbuhan
berkhasiat obat Indonesia: rempah,
rimpang, dan umbi. Jakarta: Milenia
populer.
Todar, K. 2001. Growth of bacterial
population.
http://www.textbookof
bacteriology.net/.[10 Feb 2005]
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tahapan penelitian
Sereh Wangi
(Cymbopogon nardus)
Analisis kadar air
Serbuk batang
Serbuk daun
Maserasi 48 jam
Etanol 70%
Aquades
Etanol 70%
Aquades
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Ekstrak kasar
Regenerasi bakteri S.mutans
Pengukuran
aktivitas anti
S.mutans
Pengukuran
aktivitas anti
S.mutans
Lampiran 2 Analisis kadar air daun sereh wangi
Sampel
Bobot
cawan awal
(g)
Bobot cawan +
sampel
(g)
Bobot
sampel
(g)
Bobot setelah
pengeringan
(g)
Kadar
air
(%)
Ulangan 1
51.6374
52.6501
1.0127
0.3247
67.94
2
48.4529
49.4641
1.0112
0.3415
66.23
3
48.3432
49.3546
1.0114
0.3124
69.11
Rata-rata
49.8112
50.4896
1.0118
0.3262
67.76
Contoh perhitungan
Bobot sampel - Bobot kering
Kadar air =
x100%
Bobot sampel
1.0127 g - 0.3247 g
x100%
=
1.0127 g
= 67.94%
Lampiran 3 Analisis kadar air batang sereh wangi
Bobot
cawan awal
(g)
Bobot cawan +
sample
(g)
Bobot
sampel
(g)
Bobot setelah
pengeringan
(g)
Kadar
air
(%)
Ulangan 1
46.4741
47.4758
1.0017
0..2199
78.05
2
46.2837
47.3123
1.0286
0.2603
74.69
3
46.3861
47.4151
1.0290
0.2306
77.59
46.3813
47.4011
1.0198
0.2370
76.78
Sampel
Rata-rata
Contoh perhitungan
Bobot sampel - Bobot kering
x100%
Kadar air =
Bobot sampel
1.0017 g - 0.2199 g
x100%
=
1.0017g
= 78,05%
Lampiran 4 Preparasi ekstrak kasar sereh wangi yang mengandung aktifitas
antibakteri
@ 50 g bubuk kering, batang dan
daun sereh wangi
Maserasi dengan 500 ml etanol 70 % dan
500 ml aquades selama 48 jam pada suhu
kamar dan disaring
Filtrat diambil
Diuapkan dengan evaporator
Ekstrak etanol dan
ekstrak air
Dilarutkan dalam aquades dengan
konsentrasi 5-20 (%b/v)
Larutan diuji dengan bakteri uji
ditimbang
Lampiran 5 Rendemen hasil ekstraksi etanol daun dan batang sereh wangi
Ekstrak
etanol
Bobot
sampel
(g)
Bobot kosong
labu bulat
(g)
Bobot labu
bulat +
sampel
(g)
Ekstrak
(g)
Rendemen
(%)
Daun
50.06
220.28
270.12
4,09
8.17
Batang
50.03
220.34
270.37
3,88
7.76
Contoh perhitungan:
Bobot ekstrak
x100%
Bobot sampel
4,09 g
x100%
=
50,06 g
= 8,17%
Rendemen (%) =
Lampiran 6 Rendemen hasil ekstraksi air daun dan batang sereh wangi
Ekstrak air
Bobot
sampel
(g)
Bobot kosong
labu bulat
(g)
Bobot labu
bulat +
sampel
(g)
Ekstrak
(g)
Rendemen
(%)
Daun
50.05
220.34
270.39
4,58
9.15
Batang
50.07
220.06
270.13
3,35
6.69
Contoh perhitungan
Bobot ekstrak
x100%
Bobot sampel
4,58 g
=
x100%
50,06 g
= 9,15%
Rendemen (%) =
Lampiran 7 Regenerasi bakteri dan pengukuran aktifitas antibakteri dengan
menggunakan metode cakram.
1 ose
Bakteri stok
S. mutans
1 ose
Biakan baru
10 ml media cair
LB
Diinkubasi 24 jam pada
suhu 37 ºC Sambil digojog
100 μL diambil
Dicampur dengan 20 ml media
padat LB suhu 45 ºC
Standar
Dibiarkan memadat
pada suhu kamar
Kontrol
ekstrak etanol dan ekstrak air
yang dilarutkan dalam aquades
steril dengan kosentrasi 5-20 (%
b/v)
Zona bening yang
terbentuk disekeliling
kertas cakram diukur
Diinkubasi pada suhu
37 °C selama 24 jam
Lampiran 8 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol batang sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
5.75
9.75
11.50
7.75
7.38
6.38
4.75
4.88
4.88
4.75
4.38
0.00
7.75
10.00
12.50
6.50
6.50
6.13
5.50
5.13
4.88
4.50
4.75
0.00
7.75
7.25
11.25
6.75
6.88
6.25
6.00
5.13
4.50
5.63
5.75
0.00
7.08
9.00
11.75
7.00
6.92
6.25
5.42
5.04
4.75
4.96
4.96
0.00
Lampiran 9 Aktivitas anti S. mutans ekstrak etanol daun sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
1
2
3
8.75
8.88
9.75
6.75
7.50
6.38
7.00
6.63
7.38
6.75
7.38
0.00
7.75
7.25
9.50
8.50
7.50
7.25
7.00
6.13
6.00
5.25
4.88
0.00
7.75
7.25
11.25
6.75
6.88
6.25
6.00
5.13
4.50
5.63
5.75
0.00
Rata-rata
7.92
7.88
9.00
7.50
7.46
6.88
6.50
6.25
6.29
5.92
5.67
0.00
Lampiran 10 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air daun sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
20
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
2.50
4.05
5.63
3.50
2.05
2.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.25
3.00
5.50
3.15
3.15
2.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4.25
2.15
1.88
2.50
3.50
3.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.33
3.07
4.33
3.05
2.90
2.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Lampiran 11 Aktivitas anti S. mutans ekstrak air batang sereh wangi
Konsentrasi
% (b/v)
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
1
2
3
20
15
14
13
12
11
2.38
4.63
7.00
6.75
6.88
6.63
4.50
1.34
1.28
1.28
1.25
1.20
6.25
7.38
6.75
6.75
6.50
6.00
4.38
4.45
5.01
4.93
4.88
4.61
10
9
8
7
6
5
5.50
5.63
5.63
3.25
3.50
0.00
1.15
1.16
1.18
1.04
0.96
0.00
5.50
5.63
5.75
4.38
3.63
0.00
4.05
4.14
4.18
2.89
2.70
0.00
Lampiran 12 Analisis keragaman
Ekstrak air
daun sereh
wangi
Ekstrak air
batang sereh
wangi
Ekstrak etanol
daun sereh
wangi
Ekstrak etanol
batang sereh
wangi
Jumlah
kuadrat
97.77
14.59
112.35
4.13
.13
4.27
4.97
.16
5.14
5.76
.121
5.89
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
df
11
24
35
11
24
35
11
24
35
11
24
35
Lampiran 13 Uji tukey Ekstrak air daun sereh wangi
α = .05
Konsentrasi
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
20.00
15.00
Sig.
N
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
.00
.00
.00
.00
.00
.00
1.00
2
2.50
2.90
3.05
3.07
3.33
4.33
.210
Kuadrat
tengah
8.88
.61
F
14.62
Sig.
.00
.38
.01
67.43
.00
.45
.01
66.70
.00
.52
.01
103.99
.00
Lampiran 14 Uji Tukey ekstrak air batang sereh wangi
α = .05
Konsentrasi
5.00
6.00
7.00
20.00
10.00
8.00
9.00
15.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Sig.
N
3
3
3
3
3
3