Penentuan Bobot Jenis dari Minyak Atsiri Daun Sereh (Cymbopogon nardus L)

(1)

PENENTUAN BOBOT JENIS DARI MINYAK ATSIRI DAUN SEREH (Cymbopogon nardus L)

TUGAS AKHIR

OLEH:

MUHAMMAD ANDRY 112410004

 

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN BOBOT JENIS DARI MINYAK ATSIRI DAUN SEREH (Cymbopogon nardus L)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh:

MUHAMMAD ANDRY 112410004

Medan, 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PENENTUAN BOBOT JENIS DARI MINYAK ATSIRI DAUN SEREH (Cymbopogon nardus L)”. Tugas akhir ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas farmasi Universitas Sumatera Utara.

Salah satu parameter dalam persyaratan mutu minyak sereh adalah penentuan bobot jenis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah minyak atsiri sereh yang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) melalui parameter pengujian bobot jenis.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual dari berbagai pihak, terutama dari keluarga Ayahanda Bahrum, Ibunda Rismah serta Kakak dan adik penulis yang telah banyak memberikan semangat, motivasi serta do’a hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi D III Analisis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya Msi, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan dalam pembuatan tugas akhir ini.

4. Ibu Ir. Novira Dwi Shanty Artsiwi, selaku Kepala UPTD BPSMB Medan, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

5. Ibu Dra. Lisni Ritonga selaku Penyedia Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah – Rempah UPTD. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan yang telah memberi fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

6. Seluruh Staf Pegawai UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan, yang telah membantu kami dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan .

7. Sahabat – sahabat terhebat, Riski Pratama, Alfalah Khairun Hia, Langgu Patar, Dian Asmara, Fahmi Fathur Rahman, Habibi Riski, Khairun Niqmah, Aidya Tri yolanda, Husnul Khotimah, Astika Siregar, Agustina Purba. Terima kasih atas perhatian dan pengertian kalian selama ini yang membuat penulis selalu merasa bahagia apabila berada di dekat kalian.


(5)

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014 Penulis,

Muhammad Andry 112410004


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Uraian Tanaman Sereh ... 4

2.1.1. Sistematika Tanaman ... 4

2.1.2. Jenis-jenis Tanaman Sereh ... 4

2.1.3. Syarat Tumbuh ... 5

2.1.4. Kandungan Kimia ... 6

2.1.5. Kegunaan dan Manfaat ... 6

2.2. Minyak Atsiri ... 7

2.2.1. Sifat – Sifat Minyak Atsiri ... 8

2.2.2. Metode Penyulingan ... 9


(7)

2.2.2.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap ... 9

2.2.2.3. Penyulingan Dengan Uap ... 10

2.2.3 Kandungan Kimia Minyak Atsir ... 10

2.2.4 Penggolongan Minyak Atsiri ... 12

2.3. Minyak Sereh ... 13

2.3.1. Kandungan Minyak ... 14

2.3.2. Kegunaan Dan Manfaat... 15

2.3.3. Parameter Mutu Minyak ... 15

2.3.3.1Bobot Jenis Minyak Sereh ... 15

2.3.4. Penyulingan Minyak Sereh ... 16

BAB III METODOLOGI ... 18

3.1. Tempat Pengujian ... 18

3.2. Sampel ... 18

3.3. Alat ... 18

3.4. Bahan ... 18

3.5. Prosedur ... 19

3.6 Perhitungan ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1. Hasil Dan Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1. Kesimpulan ... 22

5.2. Saran ... 22


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Hasil Pengujian ... 24 Lampiran 2. Tabel Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh menurut


(9)

PENETAPAN BOBOT JENIS DARI MINYAK ATSIRI DAUN SEREH (Cymbopogon nardus L)

ABSTRAK

Minyak sereh adalah minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan daun tanaman cymbopogon nardus L. Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri, antara lain dalam pembuatan sampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati, pewangi sabun dan penolak nyamuk. Untuk dapat dijadikan sebagai bahan pengolahan produk industri, maka minyak sereh harus diuji mutunya sesuai dengan parameter pengujian yang berlaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah minyak sereh yang diuji memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Badan Standard Nasional dalam SNI 06-3953-1995 melalui penentuan bobot jenis.

Sampel yang digunakan adalah minyak sereh yang diproduksi oleh PT . Karimun Kencana Aromatis Medan dengan no kode: 131/ S&C/ V/ 20. Pengujian dilakukan duplo dengan menggunakan piknometer dan alat lainnya di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar UPTD. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, disimpulkan bahwa minyak sereh yang diuji memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-3953-1995. Minyak sereh yang diuji memiliki nilai bobot jenis I adalah 0,8896 dan nilai bobot jenis II adalah 0,89106. Nilai kedua bobot jenis tersebut berada pada rentang 0,880- 0,922 yang tercantum pada SNI 06-3953-1995.

Kata kunci: minyak sereh, parameter mutu, bobot jenis, pikrometer.  


(10)

PENETAPAN BOBOT JENIS DARI MINYAK ATSIRI DAUN SEREH (Cymbopogon nardus L)

ABSTRAK

Minyak sereh adalah minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan daun tanaman cymbopogon nardus L. Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri, antara lain dalam pembuatan sampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati, pewangi sabun dan penolak nyamuk. Untuk dapat dijadikan sebagai bahan pengolahan produk industri, maka minyak sereh harus diuji mutunya sesuai dengan parameter pengujian yang berlaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah minyak sereh yang diuji memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Badan Standard Nasional dalam SNI 06-3953-1995 melalui penentuan bobot jenis.

Sampel yang digunakan adalah minyak sereh yang diproduksi oleh PT . Karimun Kencana Aromatis Medan dengan no kode: 131/ S&C/ V/ 20. Pengujian dilakukan duplo dengan menggunakan piknometer dan alat lainnya di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar UPTD. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, disimpulkan bahwa minyak sereh yang diuji memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-3953-1995. Minyak sereh yang diuji memiliki nilai bobot jenis I adalah 0,8896 dan nilai bobot jenis II adalah 0,89106. Nilai kedua bobot jenis tersebut berada pada rentang 0,880- 0,922 yang tercantum pada SNI 06-3953-1995.

Kata kunci: minyak sereh, parameter mutu, bobot jenis, pikrometer.  


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum Perang Dunia II, bahkan hingga sekarang, Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam perdagangan untuk sejumlah minyak atsiri. Indonesia merupakan penghasil sejumlah minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana, minyak nilam, dan sebagainya (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang multimanfaat. Karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu ruang. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas (Rusli, 2010).

Salah satu minyak atsiri yang paling banyak diminati adalah minyak sereh. Minyak sereh adalah salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan bagi Indonesia. Minyak sereh banyak digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, losion, pestisida nabati, bahan pengkilap, aneka ragam preparasi teknis dan juga sebagai penolak nyamuk. Ekspor minyak ini hampir mendominasi seluruh ekspor minyak atsiri Indonesia, terutama di tahun 1970-an (Lutony, 2002).

Minyak atsiri yang dapat dijadikan suatu bahan produk adalah minyak atsiri yang memiliki mutu sesuai dengan persyaratan mutu yang berlaku. Mutu


(12)

minyak atsiri merupakan faktor penentu yang sangat penting. Mutu minyak atsiri yang tinggi, stabil, dan konsisten memudahkan konsumen dalam membuat formulasi minyak atsiri tersebut dalam suatu industri pengolahan. Dengan demikian, perdagangan produk formulasi tadi akan semakin mendapat kepercayaan di pasaran. Apabila satu jenis minyak atsiri berhasil masuk ke dalam formulasi campuran parfum, kosmetik, flavor, atau untuk pemanfaatan lainnya serta telah pula mendapat sambutan dan kepercayaan di pasaran maka minyak atsiri tersebut akan terus menerus diperlukan kehadirannya (Lutony,2002).

Untuk itu perlu dilakukan pengujian mutu terhadap minyak atsiri sereh melalui parameter yang telah ditetapkan SNI (Standar Nasional Indonesia), salah satunya yaitu pengujian bobot jenis, agar dapat diketahui kelayakannya untuk dijadikan bahan formulasi dalam pengolahan industri, karena adanya penyimpangan sedikit saja dari persyaratan mutu yang telah ditetapkan, minyak atsiri itu dianggap telah dipalsukan atau bermutu rendah.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah minyak atsiri sereh yang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) melalui parameter pengujian bobot jenis.


(13)

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh yaitu dapat megetahui apakah minyak sereh yang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) melalui parameter pengujian bobot jenis.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Sereh 2.1.1 Sistematika Tanaman

Sistematika tanaman sereh sebagai berikut (Lutony, 2002): Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Commelinidae Ordo : Poales

Famili : Poaceae Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus L 2.1.2 Jenis Jenis Tanaman Sereh

Di Indonesia, terdapat dua jenis tanaman sereh, yaitu sereh dapur (Cymbopogon citratus) dan sereh wangi (Cymbopogon nardus L). Di Srilangka, tanaman ini tumbuh alami, tetapi dapat di tanam dalam berbagai kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup matahari, dan memiliki curah hujan relatif tinggi. Di indonesia, tanaman sereh banyak di temui di daerah Jawa dan dikenal dengan nama ‘sere’ (Armando, 2009)


(15)

2.1.3 Syarat tumbuh

Tanaman sereh Jawa tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan cukup. Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 m di atas permukaan laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak yang berkualitas tinggi. Hasil minyak sereh yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang ditanam pada tanah geluh pasiran dengan pH 6,00 hingga 6,50, Sedangkan tanah dengan pH lebih rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Sastrohamidjojo, 2004).

Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat utama untuk menghasilkan daun dan minyak sereh yang baik. Kekeringan yang berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan merusak tanaman sereh. Tanaman yang terlindung akan mempengaruhi kandungan total geraniol. Pada daerah yang memiliki curah hujan sedikit perlu memperoleh air dari irigasi (Sastrohamidjojo, 2004).

Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga 450 m di atas permukaan laut. Pada ketinggian yang lebih tinggi daripada 450 m, pertumbuhan tanaman lambat hingga minyak sereh yang dihasilkan rendah (Sastrohamidjojo, 2004).

Tanaman sereh dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim hujan. Rumpun tanaman sereh yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua batang tanaman yang mengandung akar yang sehat ditanam dalam setiap lubang dengan kedalaman 15 cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90×90


(16)

cm atau ukuran 75 × 75 cm. Sedangkan jarak tanam lebih dekat daripada 75 × 75 cm akan menurunkan hasil daun per satuan area lahan (Sastrohamidjojo, 2004).

Kenyataan tanaman sereh merupakan tanaman tanah tandus dan tidak membutuhkan pemupukan yang intensif, walaupun dengan dianjurkan penggunaan ammonium sulfat dan kaliumsulfat. Petani penghasil minyak sereh di Ceylon dan di Jawa menggunakan pupuk dari abu bekas pembakaran daun sereh yang dipakai sebagai bahan bakar destilasi (Sastrohamidjojo, 2004).

Sebelum panen tiba maka penyiangan gulma perlu dilakukan. Panen pertama dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman. Panen berikutnya dapat dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan. Panen dikerjakan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan yang terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti juga akan mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. Di Hondarus pemotongan tanaman di lakukan setelah daun mencapai tinggi sekitar 90 cm (Sastrohamidjojo, 2004).

2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman sereh antara lain, sitronelal, geraniol, sitronelol dan sisa hasil destilasi mengandung sekitar 2 % nitrogen yang dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo, 2004).

2.1.5 Kegunaan dan Manfaat

Termasuk suku rumput rumputan, di budayakan untuk di ambil daunnya sebagai bumbu masak,atau disuling di ambil minyaknya (Harris, 1990).


(17)

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esential dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (Gunawan, 2010).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat di defenisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri dari atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony, 2002).


(18)

2.2.1 Sifat - Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut (Gunawan, 2010):

1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

2. Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya.

3. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda - beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusun. 4. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

5. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada kertas. 6. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi

tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-asam lemak.

7. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.

8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik.


(19)

9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil.

10. Sangat mudah larut dalam pelarut organik. 11. Indeks bias umumnya tinggi.

2.2.2 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui tiga model metode penyulingan, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan dengan air dan uap (Lutony, 2002).

2.2.2.1 Penyulingan Dengan Air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung dari berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Minyak atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badam dan bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini, sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan (Lutony, 2002).

2.2.2.2 Penyulingan Dengan Air Dan Uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan di suling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan


(20)

diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bawah saringan. Ciri khas dari model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony, 2002).

2.2.2.3 Penyulingan Dengan Uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak diisikan bersama - sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer.

Di dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan tanaman yang akan di suling. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang di simpan di atas saringan (Lutony, 2002).

2.2.3 Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.

2. Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi bertingkat. 3. Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi bertingkat. 4. Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melalui kromatografi.


(21)

5. Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia (Gunawan, 2010).

Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen runutannya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isopren. Satuan-satuan isopren (C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan, 2010).

Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan diterpen. Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3 (Gunawan, 2010).

2.2.4 Penggolongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut.


(22)

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya:

Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan, 2010).

2. Minyak atsiri alkohol

Minyak pepermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha

piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar

mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan, 2010).

3. Minyak atsiri fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri


(23)

keseluruhan. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan, 2010).

4. Minyak atsiri eter fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigensia odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan, 2010).

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae).Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan, 2010).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan, 2010).

2.3 Minyak sereh

Dalam perdagangan dikenal ada dua tipe minyak sitronela (minyak sereh) yaitu, tipe Ceylon dan tipe Jawa. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi daun dari Cymbopogon nardus Rendle, di Ceylon disebut Lenabatu,


(24)

sedangkan tipe yang kedua diperoleh dari Cymbopogon winterianus Jowitt,di Jawa disebut mahapengiri (Sastrohamidjojo, 2004).

Dilihat dari mutu minyak atsirinya, ternyata varietas mahapengiri mampu memberikan mutu dan rendeman yang lebih baik di bandingkan varietas lenabatu. Kedua varietas tersebut mudah dibedakan dengan cara mengamati pertumbuhan daunnya. Daun sereh wangi varietas mahapengiri yang berumur enam bulan akan merunduk sehingga tinggi rumpun kurang dari satu meter, sedangkan rumpun sereh wangi varietas lenabatu akan tumbuh lebih tinggi lagi karena daun-daunnya pada umur tersebut tidak merunduk. Secara umum perbedaan itu adalah varietas mahapengiri mempunyai rumpun dengan bentuk lebar dan rendah serta membutuhkan lahan yang lebih subur, sedangkan varietas lenabatu mempunyai rumpun dengan bentuk tinggi dan tegak serta dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur (Lutony,2002).

Minyak sereh tipe jawa meupakan salah satu minyak atsiri yang paling penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi, seperti sirtonelal, geraniol, dan sebagainya, yang dapat diubah menjadi beberapa senyawa penting yang digunakan secara luas dalam bidang parfum seperti sitronelol, hidroksi - sitronelal, mentol sintetik, ester geraniol dan sitronelol dan sebagainya. Minyak sereh tipe ceylon, lazim digunakan sebagai desinfektan, bahan pengikat dan bahan pengusir nyamuk (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.1 Kandungan minyak

Minyak sereh asal jawa mengandung komponen sebagai berikut : Sitronelal 32 - 45%, Geraniol 12 - 18%, Sitronelol 11 - 15%, Geranil asetat 3 -


(25)

8%, Sitronelil asetat 2 - 4%, Sitral, Khavikol, Eugenol, Elemol, Kadinol, Kadinen, Vanilin, Limonen, Kamfen. Minyak sereh mengandung tiga komponen utama, sitronelal, sitronelol, dan geraniol, serta senyawa ester dari geraniol dan sitronelol. Senyawa-senyawa tersebut merupakan bahan dasar yang digunakan dalam parfum/pewangi dan juga produk farmasi (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.2 Kegunaan dan Manfaat

Daun sereh wangi berkhasiat sebagai penolak nyamuk, karena minyak sereh wangi mempunyai zat kimia utama seperti sitronelal, sitronelol, geraniol yang mampu mengusir serangga. Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh wangi sebagai bahan baku untuk membuat sampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati dan juga pewangi sabun (Kardinan, 2004).

2.3.3 Parameter Mutu Minyak Sereh

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu minyak Sereh meliputi, penentuan bobot jenis, indeks bias, total geraniol, kadar sitronelal, kelarutan dalam etanol, alkohol tambahan, adanya minyak pelikan, minyak terpin (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.3.3.1Bobot Jenis Minyak Sereh

Metode ini di dasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu yang di tentukan dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu tersebut. Cara penentuan bobot jenis minyak Sereh yaitu dengan menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering dan sisipkan


(26)

tutupnya. Di diamkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya. Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1). Piknometer tersebut dikosongkan dan dicuci dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.3.4 Penyulingan Minyak Sereh

Sebagaimana minyak atsiri yang diproduksikan dalam skala industri kecil, maka proses pengambilan minyak sereh wangi pun biasanya dilakukan melalui proses penyulingan. Adapun rendeman rata-rata minyak sereh wangi yang bisa dihasilkan sekitar 0,6 - 1,2%, tergantung jenis sereh wangi serta penanganan dan efektivitas proses penyulingan (Lutony, 2002).

Banyak hal penting yang perlu di perhatikan dalam peningkatan mutu minyak sereh wangi. Salah satu di antaranya adalah penanganan terhadap daun hasil panen yang akan diambil minyaknya. Daun sereh wangi hasil pemanenan


(27)

sebaiknya tidak langsung diproses untuk diambil minyaknya, melainkan dikeringkan dahulu beberapa saat. Pada saat cuaca baik, pengeringan biasanya membutuhkan waktu 3 - 4 jam dan akan lebih lama jika cuaca tidak dalam keadaan terang atau musim hujan. Selama pengeringan itu, daun harus di bolak-balik untuk mencegah terjadinya fermentasi (Lutony, 2002).

Pengeringan daun secara cermat dalam waktu singkat akan meningkatkan mutu minyak yang dihasilkan, sedangkan pengeringan daun yang terlalu lama akan menurunkan mutu minyak. Daun sebaiknya tidak di biarkan terlalu lama terkena siraman air hujan atau sinar matahari. Proses pengambilan minyak juga hendaknya dilakukan pada saat hari panen. Misalnya, pemanenan dilakukan pukul 06.00 maka proses penyulingan dilakukan sekitar pukul 11.00 apabila keadaan cuaca baik untuk pekerjaan pengeringannya(Lutony, 2002).

Jika penyulingan tidak mungkin dilakukan pad hari yang sama dengan hari pemanenan, daun sebaliknya disimpan pada tempat atau ruangan yang teduh. Namun, harus pula diingat bahwa waktu pengambilan tersebut jangan terlalu lama jika menginginkan mutu dan rendeman yang lebih baik. Di dalam praktek, umumnya para pengrajin menyuling daun sereh wangi dalam keadaan kering karena selain ketel suling dapat memuat lebih banyak daun juga akan membutuhkan uap atau bahan bakar yang lebih sedikit. Selain itu, guna mempermudah proses pengeluaran minyak maka sebelumya daun perlu dipotong-potong kira-kira sepanjang 30 cm (Lutony, 2002).


(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Penentuan bobot jenis minyak Sereh dilakukan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan yang bertempat di jalan STM No.17 Medan.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak Sereh yang diproduksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan dengan no kode : 131/ S&C / V / 20.

3.3 Alat

Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah adalah penangas air yang dilengkapi dengan thermostat, piknometer berkapasitas 25 ml yang di lengkapi dengan termometer yang telah distandarkan dan Neraca analitik.

3.4 Bahan


(29)

3.5 Prosedur

Prosedur kerja yang dilakukan untuk pengujian bobot jenis minyak Sereh, yaitu:

1. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.

2. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya.

3. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).

4. Isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan dan biarkan pada suhu 200C, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.

5. Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C selama 30 menit.

6. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.

7. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).

8. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan dengan arus udara kering.

9. Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelemmbung udara.

10. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.


(30)

11. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.6 Perhitungan

Untuk menghitung bobot jenis minyak Sereh digunakan rumus sebagai berikut : Bobot jenis d =

Dengan :

m adalah massa, dalam gram, piknometer kosong.

m1 adalah massa, dalam gram, piknometer berisi air pada suhu 200C m2 adalah massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada suhu 200C


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan pengujian bobot jenis yang dilakukan, minyak Sereh yang diuji dengan no kode : 131/ S&C / V / 20 memiliki mutu / kualitas yang baik karena memenuhi syarat Standard Nasional Indonesia (SNI 06-3953-1995), yaitu bobot jenis harus berada pada rentang 0,880 - 0,922. Dari pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali ( duplo ) hasil yang didapatkan berada pada rentang tersebut dengan nilai pada percobaan I 0,8896 dan percobaan II 0,89106.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian penentuan bobot jenis minyak Sereh yang dilakukan, disimpulkan bahwa minyak Sereh yang diuji memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 06-3953-1995.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh parameter minyak Sereh, tidak hanya bobot jenis dan kelarutannya saja, tetapi juga parameter lainnya seperti indeks bias maupun putaran optiknya. Terhadap dinas – dinas yang menangani pengujian minyak atsiri, diharapkan melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan pada saat pengujian dan dapat meggunakannya seoptimal mungkin agar hasil yang didapatkan akurat.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Cronquist, A. (1981). An Intergrated System of Clasification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.

Gunawan, D. Mulyani,S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 106 - 107, 112, 114 – 122.

Badan Standar Nasional. (1995). SNI 06-3953-1995 Minyak Sereh (Andropogon nardus L). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal 1-13.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 89.

Lutony, T.L, dan Yeyet Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 1, 22, 65, 105, 109, 112-113, 32 -33.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal.1, 3, 66 – 67.

Rusli, M. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka. Hal 2.

Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 1-4.


(34)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Pengujian

No. Sampel Bobot Jenis

1. Minyak sereh

Data I Data II

0,8896 0,89106

Perhitungan:

Bobot jenis d =

Dengan :

m adalah massa, piknometer kosong.

m1 adalah massa, piknometer berisi air pada suhu 200C (g). m2 adalah massa, piknometer berisi contoh pada suhu 200C (g). Didapatkan data dari hasil percobaan sebagai berikut:

Data 1: m = 31,3423 g m1 = 56,2201 g m2 = 53,4747 g Maka bobot jenis = = =

=

= 0,8896


(35)

m1= 56,2413 g m2= 53,5324 g Maka bobot jenis = = =

=

= 0,89106

Lampiran 2

Tabel 2 : Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh menurut SNI 06-3953-1995

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Warna

Bobot jenis,20oc/20oc Indeks Bias (nD20)

Total geraniol,bobot/bobot Sitronelal,bobot/bobot Kelarutan dalam etanol 80%

Zat asing : Lemak Alkohol tambahan Minyak pelikan Minyak terpentin - - - % % - - - - -

Kuning pucat sampai kuning kecoklat-coklatan

0,880-0,922 1,466-1,475 Min.85 Min 35

1:2 jernih seterusnya jernih sampai oplalesensi

negatip negatip negatip negatip


(1)

11. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.6 Perhitungan

Untuk menghitung bobot jenis minyak Sereh digunakan rumus sebagai berikut : Bobot jenis d =

Dengan :

m adalah massa, dalam gram, piknometer kosong.

m1 adalah massa, dalam gram, piknometer berisi air pada suhu 200C m2 adalah massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada suhu 200C


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan pengujian bobot jenis yang dilakukan, minyak Sereh yang diuji dengan no kode : 131/ S&C / V / 20 memiliki mutu / kualitas yang baik karena memenuhi syarat Standard Nasional Indonesia (SNI 06-3953-1995), yaitu bobot jenis harus berada pada rentang 0,880 - 0,922. Dari pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali ( duplo ) hasil yang didapatkan berada pada rentang tersebut dengan nilai pada percobaan I 0,8896 dan percobaan II 0,89106.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian penentuan bobot jenis minyak Sereh yang dilakukan, disimpulkan bahwa minyak Sereh yang diuji memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 06-3953-1995.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh parameter minyak Sereh, tidak hanya bobot jenis dan kelarutannya saja, tetapi juga parameter lainnya seperti indeks bias maupun putaran optiknya. Terhadap dinas – dinas yang menangani pengujian minyak atsiri, diharapkan melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan pada saat pengujian dan dapat meggunakannya seoptimal mungkin agar hasil yang didapatkan akurat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Cronquist, A. (1981). An Intergrated System of Clasification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.

Gunawan, D. Mulyani,S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 106 - 107, 112, 114 – 122.

Badan Standar Nasional. (1995). SNI 06-3953-1995 Minyak Sereh (Andropogon nardus L). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal 1-13.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal. 89.

Lutony, T.L, dan Yeyet Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 1, 22, 65, 105, 109, 112-113, 32 -33.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal.1, 3, 66 – 67.

Rusli, M. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka. Hal 2.

Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 1-4.


(5)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Pengujian

No. Sampel Bobot Jenis

1. Minyak sereh

Data I Data II

0,8896 0,89106

Perhitungan:

Bobot jenis d = Dengan :

m adalah massa, piknometer kosong.

m1 adalah massa, piknometer berisi air pada suhu 200C (g). m2 adalah massa, piknometer berisi contoh pada suhu 200C (g). Didapatkan data dari hasil percobaan sebagai berikut:

Data 1: m = 31,3423 g m1 = 56,2201 g m2 = 53,4747 g Maka bobot jenis = = =

=

= 0,8896


(6)

m1= 56,2413 g m2= 53,5324 g Maka bobot jenis = = =

=

= 0,89106

Lampiran 2

Tabel 2 : Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh menurut SNI 06-3953-1995 No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Warna

Bobot jenis,20oc/20oc Indeks Bias (nD20)

Total geraniol,bobot/bobot Sitronelal,bobot/bobot Kelarutan dalam etanol 80% Zat asing :

Lemak Alkohol tambahan Minyak pelikan Minyak terpentin - - - % % - - - - -

Kuning pucat sampai kuning kecoklat-coklatan

0,880-0,922 1,466-1,475 Min.85 Min 35

1:2 jernih seterusnya jernih sampai oplalesensi

negatip negatip negatip negatip