Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler

NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN
CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM
SULFAT HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger
PADA AYAM BROILER

SKRIPSI
RAYMUNDUS GENTY LARAS

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

RINGKASAN
Raymundus Genty Laras. D24060414. Nilai Energi Metabolis dan Retensi
Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil
Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler. Skripsi. Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, MSi.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc.
Penggunaan onggok sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan pakan

ternak masih sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Persoalan
pemanfaatan onggok sebagai bahan baku pakan unggas adalah rendahnya
kandungan protein, tingginya serat kasar, serta terdapatnya zat antinutrisi HCN
(asam sianida). Bagi ternak ayam, serat kasar yang tinggi akan menjadi masalah bagi
sistem pencernaannya sehingga pemanfaatan onggok sebagai pakan masih belum
optimal. Salah satu teknologi alternatif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai
bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang
berkualitas dengan cara pengolahan melalui proses fermentasi. Proses fermentasi
selama 6 hari dengan Aspergillus niger pada campuran onggok dengan 3% urea,
2,5% zeolite dan 1,5% amonium sulfat dalam penelitian sebelumnya mampu
meningkatkan kandungan protein kasar dalam onggok. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur nilai energi metabolis, efisiensi energi dan retensi nitrogen dari
onggok fermentasi. Dua belas ekor ayam broiler diberi pakan perlakuan yang terdiri
dari onggok, dedak padi serta onggok fermentasi secara acak, sedangkan empat ekor
lagi dipuasakan untuk mengukur energi endogenous. Data yang diperoleh melalui
metode rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan kemudian diolah
dengan analisis ragam 1 arah (ANOVA) kemudian bila berbeda nyata dilanjutkan
dengan Uji Jarak Duncan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai energi
metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu
terkoreksi nitrogen (EMSn), dan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen

(EMMn) dari onggok fermentasi berturut-turut, yakni : 2016,84; 2071,88; 1894,97;
dan 1950,01 kkal/kg, sedangkan nilai efisiensi energi dan retensi nitrogennya adalah
73,52% dan 0,42 g. Kisaran nilai EMS, EMM, EMSn, dan EMMn dari onggok
fermentasi tidak berbeda dibanding onggok tetapi lebih rendah bila dibandingkan
dedak padi. Nilai efisiensi energi onggok fermentasi tidak berbeda dengan dedak
tetapi lebih rendah dari onggok, sedangkan nilai retensi nitrogen onggok fermentasi
lebih tinggi dari onggok tetapi lebih rendah dari dedak padi. Dapat disimpulkan
bahwa nilai retensi nitrogen campuran onggok, urea, zeolit dengan penambahan
amonium sulfat 1,5% yang difermentasi dengan A. niger lebih tinggi dari onggok
tanpa fermentasi, tetapi nilai energi metabolisnya sebanding dan efisiensi
penggunaan energinya lebih rendah dari onggok tanpa fermentasi.
Kata-kata kunci :

Aspergillus niger, broiler,
metabolis, retensi nitrogen

onggok

fermentasi,


energi

ABSTRACT
Metabolizable Energy and Nitrogen Retention Value of Mixed Product of
Cassava Waste, Urea, Zeolit, and Ammonium Sulfate Fermented with
Aspergillus Niger in Broiler Chicken
Laras, R.G., W. Hermana and Nahrowi
The cassava waste (CW) utilization as feed, due to its low in protein content
and high fibre, is not optimal yet. In a previous study, it is found that the protein
content increased when the CW was fermented with Aspergillus niger using 3% urea,
2.5% zeolite and 1.5% ammonium sulfate. The aims of this study were to determine
the metabolizable energy value, energy efficiency (EE) and nitrogen retention (RN)
of fermented cassava waste (FCW). Twelve broiler were forced feeding randomly
with CW, rice bran, or FCW, and four broiler were fasted to measure endogeneous
energy content. Data from completely randomized design with 3 treatments and 4
replications were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and followed by
Duncan range test. The results showed that the value of apparent metabolizable
energy (AME), true metabolizable energy (TME), apparent metabolizable energy
nitrogen corrected (AMEn), and true metabolizable energy nitrogen corrected
(TMEn) of FCW

were 2016.84; 2071.88; 1894.97; and 1950.01 kcal/kg
respectively, while the value of EE and RN, respectively were 73.52% and 0.42 g.
The value range of AME, TME, AMEn, and TMEn of FCW were not different with
cassava waste and lower than that of rice bran. The EE value was significantly
different with cassava waste but comparable with rice bran whereas the RN were
higher than cassava waste but lower than rice bran. It is concluded that EE value of
FCW was comparable with rice bran, while the metabolizable energy value of
cassava waste was not improved by the fermentation technology.
Keywords : Aspergillus niger, broiler, fermented cassava waste, metabolizable
energy, nitrogen retention.

NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN
CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM
SULFAT HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger
PADA AYAM BROILER

RAYMUNDUS GENTY LARAS
D24060414

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Instiut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Judul

: NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN
CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM SULFAT
HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger PADA AYAM
BROILER

Nama

: Raymundus Genty Laras


NIM

: D24060414

Menyetujui,

Pembimbing Utama

(Ir. Widya Hermana, MSi.)
NIP. 19680110 199203 2 001

Pembimbing Anggota

(Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc.)
NIP. 19620425 198603 1 002

Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.)
NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 14 Oktober 2010

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1988 di Pringsewu, Lampung.
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yohanes
Krisostomus Sri Suwancoko, AMd. dan Ibu Gracia Endang Cahya Rini.
Pendidikan penulis dimulai dengan memasuki Taman Kanak-kanak Santo
Fransiskus Xaverius pada tahun 1993, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Santo
Fransiskus Asisi hingga tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama
diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Pringsewu, dan pendidikan lanjutan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMU Negeri 1 Pringsewu. Pada
tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan di tahun berikutnya,
penulis masuk Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan, penulis menjadi anggota Paduan Suara

Mahasiswa IPB (Agriaswara), anggota Keluarga Mahasiswa Lampung (KeMaLa),
Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Katholik (Tim Pendamping), dan anggota
Keluarga Mahasiswa Katholik (KeMaKi). Selain itu, penulis juga dipercaya untuk
mendapatkan dana hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian yang berjudul
Bioteknologi Amoniasi Alami Larva Semut Penganyam Asia sebagai Pakan
Sumber Protein Alternatif-Nonkompetitif pada tahun 2007/2008 dari DIKTI.
Penulis juga ikut serta dalam beberapa kepanitiaan, seperti Kepanitiaan Retreat
Mahasiswa Katolik angkatan 44, 45 dan 46 pada tahun 2007/2008, 2008/2009 dan
2009/2010 serta Kepanitiaan Pelatihan Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Katholik
(Tim Pendamping) angkatan 44, 45, dan 46 pada tahun 2007/2008, 2008/2009, dan
2009/2010.

KATA PENGANTAR
Tak ada kata yang lebih mulia selain ungkapan rasa syukur atas segala
sesuatu yang telah penulis terima dari kemurahan hati-Nya, khususnya atas
terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai Energi Metabolis dan
Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil
Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler” sebagai pemenuhan syarat
untuk meraih gelar Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dimulai dari persiapan kandang metabolis, pemilihan pakan

perlakuan, proses pengukuran energi metabolis dan retensi nitrogen, dan analisa serat
kasar, protein kasar dan energi metabolis. Penelitian ini dibagi menjadi dua tempat
yaitu bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas untuk
persiapan kandang dan proses pengukuran energi metabolis dan retensi nitrogen,
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan untuk analisa serat kasar, protein kasar dan
energi metabolis, Fakulltas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui nilai energi metabolis
dengan metode Sibbald (1980), retensi nitrogen dan efisiensi penggunaan energi
hasil fermentasi onggok dengan campuran urea, zeolit dan amonium sulfat oleh A.
niger pada ayam broiler.
Penulis telah bekerja secara maksimal dalam menyelesaikan skripsi. Namun,
penulis menyadari bahwa mungkin saja dalam proses penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Juni 2010
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN .......................................................................................................

i

ABSTRACT.......................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan .......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
Potensi Onggok sebagai Pakan....................................................................
Onggok-Urea-Zeolit Fermentasi .................................................................
Dedak Padi versus Onggok versus Onggok Hasil Fermentasi ....................

Ayam Broiler ...............................................................................................
Energi Metabolis .........................................................................................
Retensi Nitrogen ..........................................................................................

3
5
6
7
7
9

MATERI DAN METODE .................................................................................... 11
Waktu dan Tempat ......................................................................................
Materi ..........................................................................................................
Pakan ......................................................................................................
Ternak .....................................................................................................
Kandang ..................................................................................................
Peralatan .................................................................................................
Metode
Perlakuan ................................................................................................
Model ......................................................................................................
Peubah ....................................................................................................
Konsumsi Energi.................................................................................
Ekskresi Energi ...................................................................................
Energi Metabolis .................................................................................
Efisiensi Penggunaan Energi ..............................................................
Konsumsi Nitrogen .............................................................................
Ekskresi Nitrogen ...............................................................................
Retensi Nitrogen .................................................................................

11
11
11
11
11
11
11
12
12
12
13
13
14
14
14
15

viii

Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang Metabolis ............................................................
Masa Adaptasi Ayam ..........................................................................
Pemuasaan Ayam ................................................................................
Pelaksanaan Percobaan .......................................................................
Analisis Ekskreta ................................................................................

15
15
15
15
19

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 20
Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar dan Energi Bruto Pakan
Perlakuan .....................................................................................................
Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis ................................
Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Efisiensi Penggunaan Energi ..............
Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Retensi Nitrogen .................................

20
23
25
25

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 28
Kesimpulan .................................................................................................. 28
Saran ............................................................................................................ 28
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
LAMPIRAN.......................................................................................................... 33

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Produksi Singkong dan Limbahnya dari Tahun 2006 s.d. 2010 ............ 3

2.

Produksi Padi dan Limbahnya dari Tahun 2005 s.d. 2009 ..................... 6

3.

Komposisi Zat Makanan Dedak Padi versus Onggok
versus Onggok Fermentasi (berdasarkan % BK) ................................... 6

4.

Rataan Energi Metabolis Semu (EMS), Energi Metabolis
Murni (EMM), Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen
(EMSn), dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen
(EMMn) pada Berbagai Perlakuan (% BK) ........................................... 24

5.

Rataan Nilai Efisiensi Penggunaan Energi (Ratio EM/EB)
pada Berbagai Perlakuan ........................................................................ 25

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Rendemen Ubi Kayu ................................................................................... 4

2.

Ayam Broiler Strain Ross............................................................................ 7

3.

Neraca Energi Metabolis pada Unggas ....................................................... 8

4.

Pakan Perlakuan .......................................................................................... 12

5.

Prosedur Pengukuran Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen ................... 16

6.

Prosedur Pencekokkan Pakan Perlakuan ..................................................... 17

7.

Prosedur Pengkoleksian Ekskreta Ternak Percobaan ................................. 18

8.

Ekskreta yang Diperoleh ............................................................................. 19

9.

Nilai Protein Kasar dan Serat Kasar Pakan Perlakuan ................................ 21

10.

Nilai Energi Bruto Pakan Perlakuan ........................................................... 22

11.

Nilai Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi Ternak Percobaan ................. 23

12.

Nilai Konsumsi, Ekskresi, dan Retensi Nitrogen Ternak Percobaan .......... 26

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

ANOVA Konsumsi Energi pada Berbagai Perlakuan ................................. 34

2.

ANOVA Ekskresi Energi pada Berbagai Perlakuan ................................... 34

3.

ANOVA Energi Endogenous pada Berbagai Perlakuan ............................. 35

4.

ANOVA Konsumsi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ............................. 35

5.

ANOVA Ekskresi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan................................ 36

6.

ANOVA Ekskresi Nitrogen Endogenous pada Berbagai Perlakuan ........... 36

7.

Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni
pada Berbagai Perlakuan ............................................................................. 37

8.

Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni
(Terkoreksi Nitrogen) pada berbagai Perlakuan ......................................... 38

9.

Standar Deviasi Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi padi
Berbagai Perlakuan...................................................................................... 39

10.

Standar Deviasi Konsumsi Nitrogen dan Ekskresi Nitrogen pada
Berbagai Perlakuan...................................................................................... 40

11.

Standar Deviasi Energi Endogenous, Nitrogen Endogenous dan
Ratio EM/EB pada berbagai Perlakuan ....................................................... 41

12.

Standar Deviasi Retensi Nitrogen, dan Efisiensi Penggunaan Energi
pada Berbagai Perlakuan ............................................................................. 42

13.

ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Semu pada Berbagai
Perlakuan ..................................................................................................... 43

14.

ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Murni pada Berbagai
Perlakuan ..................................................................................................... 44

15.

ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Semu Terkoreksi
Nitrogen pada Berbagai Perlakuan .............................................................. 45

16.

ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Murni Terkoreksi
Nitrogen pada Berbagai Perlakuan .............................................................. 46

17.

ANOVA dan Uji Duncan Retensi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ....... 47

18.

ANOVA dan Uji Duncan Efisiensi Penggunaan Energi pada Berbagai
Perlakuan ..................................................................................................... 48

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menghasilkan pakan alternatif untuk ternak merupakan salah satu dari sekian
tantangan bagi peneliti bidang peternakan. Penggunaan sumberdaya lokal untuk
dikembangkan sebagai pakan alternatif harus mulai dikembangkan berdasarkan
pengetahuan akan ketersediaan baik kualitas dan kuantitasnya, serta pengaruhnya
terhadap kebutuhan nutrisi ternak. Apalagi ketahanan pakan nasional sangat rentan
dan mudah goyah yang merupakan imbas dari ketergantungan terhadap pakan impor.
Hal ini semakin mendorong peneliti untuk mencari pakan alternatif yang tersedia
banyak secara lokal. Adapun alternatif yang paling menjanjikan dari limbah yang
berasal dari agroindustri singkong (Manihot esculenta), yakni onggok.
Indonesia merupakan negara penghasil singkong nomor lima dunia setelah
Nigeria, Brazil, Thailand, dan Zaire (Lubis et al., 2007). Produksi singkong
Indonesia terus meningkat meskipun luas panen cenderung menurun. Di tahun 2010,
produksi singkong mencapai 22.116.222 ton dari luas panen 1.173.203 ha (Badan
Pusat Statistik, 2010).
Onggok merupakan salah satu limbah pemanfaatan singkong sebagai pangan.
Sebagian kecil onggok digunakan sebagai substrat dalam fermentasi asam sitrat oleh
perusahaan asam sitrat, selebihnya dibuang tanpa perlakuan yang bisa menjadi
pencemar lingkungan yang serius seperti polusi udara (bau tidak sedap) dan polusi
air (Lubis et al., 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Hidayat (2010),
produksi onggok tahun 2010 mencapai 2.521.249, 308 ton.
Di sisi lain, penggunaan onggok untuk bahan baku penyusunan pakan ternak
masih sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Persoalan pemanfaatan
onggok sebagai bahan baku pakan unggas adalah rendahnya kandungan protein
2,2% dan tingginya serat kasar 31,6%, serta terdapatnya racun HCN (asam sianida),
bagi ternak ayam, serat kasar yang tinggi akan menjadi masalah bagi sistem
pencernaannya (Hidayat, 2010).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan serat kasar yang
tinggi dalam ransum memberikan dampak negatif terhadap performa produksi hewan
monogastrik. Begitu pula dengan HCN yang bersifat racun bagi ternak yang
mengkonsumsinya.

1

Salah satu teknologi alternatif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai
bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang
berkualitas dengan cara pengolahan melalui proses fermentasi. Bioteknologi
fermentasi tersebut dapat dilakukan secara semi padat dengan menggunakan kapang
Aspergillus niger sebagai inokulum, ditambah campuran urea dan amonium sulfat
sebagai sumber nitrogen anorganik dan sumber sulfur.
Pada penyusunan pakan praktis, perhitungan kebutuhan zat-zat makanan
hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein. Pada hakekatnya, ayam
mengonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Apabila kebutuhan
energi telah terpenuhi maka ayam akan menghentikan konsumsi, sebaliknya bila
kurang maka akan meningkatkan konsumsi. Pada ternak unggas, untuk menentukkan
kebutuhan energi digunakan energi metabolis. Nilai energi metabolis secara teoritis
dapat memenuhi kebutuhan energi bagi pertumbuhan dan produksi. Konsumsi pakan
akan meningkat dengan menurunnya kandungan energi pakan, sebaliknya konsumsi
pakan berkurang dengan meningkatnya kandungan energi pakan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai energi metabolis, retensi
nitrogen, dan efisiensi penggunaan energi dari onggok, urea, zeolit dengan
penambahan amonium sulfat 1,5% yang difermentasi oleh A. niger.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Onggok sebagai Pakan
Ubi

kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber

karbohidrat yang sudah tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia. Luas panen per
hektar, produktivitas dalam ton per hektar serta produksi ubi kayu dan limbahnya per
ton skala nasional dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Singkong dan Limbahnya dari Tahun 2006 s.d 2010
Tahun

Luas Panen1)
(Ha)

2006
2007
2008
2009
2010

1.227.459
1.201.481
1.204.933
1.174.819
1.173.203

Produktivitas1)
(Ton perHa)
16,300
16,636
18,057
18,752
18,851
Persentase

Produksi1)
(Ton)
19.986.640
19.988.058
21.756.991
22.028.502
22.116.222

Produksi Limbah2)
Onggok
(Ton)
2.278.476,960
2.278.638,612
2.480.296,974
2.511.249,228
2.521.249,308
11,4%

Sumber : 1) Biro Pusat Statistik (2010), dan
2)
Hidayat (2010).
Tabel 1 memperlihatkan produksi limbah kulit ubi kayu maupun onggok
yang terus meningkat walaupun luas panen cenderung menurun per tahunnya. Hal ini
diduga disebabkan oleh adanya efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan dengan
penerapan ilmu dan teknologi yang dinamis sesuai perkembangan zaman.
Dilihat dari pemanfaatannya dalam skala besar, ubi kayu umumnya diolah
menjadi tapioka dan gaplek. Rendemen yang diperoleh adalah 20-30% tapioka dan
onggok sekitar 10%. Mutu tapioka sangat beragam, terutama derajat putih dan
kebersihannya. Mutu gaplek juga sangat bervariasi karena penanganan yang kurang
baik, bahkan tingkat kerusakan cukup tinggi. Produk lain dari ubi kayu dalam skala
kecil adalah pangan tradisional seperti tiwul dan gatot. Di beberapa daerah di
Indonesia produk ini sudah dibuat instan atas binaan industri pangan dan peran
pemerintah. Namun produk pangan tradisional ini masih kurang populer karena
masalah selera dan penyajiannya kurang praktis. Bentuk olahan lainnya adalah
krupuk dan berbagai camilan. Pengolahan ubi kayu menjadi tepung ubi kayu relatif
mudah dan dapat ditangani oleh kelompok tani. Rendemen yang diperoleh berkisar
27-30%. Persentase onggok sebagai rendemen ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Tapioka
(20-30%)2)

Onggok (11,4%)1

Daging Ubi Kayu
Ubi Kayu
Kulit Ubi Kayu
(16%)1)

Tepung Ubi Kayu
(27-30%)2)

Gambar 1. Rendemen Ubi Kayu
Sumber :

1)

Hidayat (2010)
Prabawati dan Suismono (2005)
Gambar 1 menunjukkan bahwa onggok merupakan bagian dari rendemen ubi
2)

kayu, bersama dengan tapioka dan tepung ubi kayu yang berasal dari daging ubi
kayu dengan persentase sebesar 11,4%.
Setiap ton ubikayu dapat menghasilkan 250 kg tepung tapioka dan 114 kg
onggok (Tarmudji, 2004). Namun demikian, kandungan protein onggok masih sangat
rendah dengan serat kasar yang cukup tinggi (Tabel 3).
Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi
tapioka. Hal ini diindikasikan dengan semakin meluasnya areal penanaman dan
produksi ubi kayu. Onggok merupakan limbah pertanian yang sering menimbulkan
masalah lingkungan, karena berpotensi sebagai polutan di daerah sekitar pabrik
penghasil tapioka. Salah satu teknologi alternatif adalah dengan mengubahnya
menjadi produk yang berkualitas, yaitu melalui proses fermentasi (Nurhayati, 2008).
Luas panen berhasil (luas panen) adalah tanaman yang dipungut hasilnya
setelah tanaman tersebut cukup umur. Dalam panen berhasil ini termasuk juga
tanaman yang hasilnya sebagian saja dapat dipungut (paling sedikit sampai dengan
11%) yang mungkin disebabkan karena mendapat serangan organisme pengganggu
tumbuhan atau bencana alam. Mencabut bibit ini tidak termasuk sebagai memungut
hasil dan tidak boleh dimasukkan dalam laporan ini. Luas panen muda adalah luas
tanaman yang dipungut hasilnya sebelum waktunya (belum cukup tua). Tanaman
yang dipanen muda hanya tanaman jagung dan kedelai. Luas rusak (tak berhasil)
adalah jika tanaman mengalami serangan organisme pengganggu tumbuhan, bencana
alam, sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11% keadaan normal. Luas
penanaman adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru)

4

pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang
dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat (dimusnahkan) karena terserang
organisme pengganggu tumbuhan atau sebab-sebab lain, walaupun pada bulan
tersebut tanaman baru tadi dibongkar kembali. (Biro Pusat Statistik, 2010)
Onggok sebenarnya berpotensi sebagai bahan pakan. Namun, kualitas yang
rendah (protein kasar sekitar 1,55% dan serat kasar 10,44% bahan kering), menjadi
pembatas utama penggunaan onggok sebagai bahan pakan (Supriyati, 2010). Selain
itu, sebagian besar komposisi nutriennya terdiri atas selulosa, pektin dan sisa pati
yang belum terekstraksi sehingga kandungan serat kasarnya cukup tinggi (Bata et al.,
1999)
Onggok - Urea - Zeolit Fermentasi
Aspergillus niger dapat menggunakan berbagai macam nutrien dari yang
sederhana

hingga

kompleks,

sehingga

mudah

untuk

menumbuhkan

dan

memeliharanya. Walaupun demikian, proses fermentasi membutuhkan nitrogen yang
lebih tinggi dan juga mineral untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Amonia yang
dihasilkan akan digunakan oleh mikroorganisme untuk pembentukan sel tubuh
mereka. Zeolit dapat digunakan sebagai suatu reservoir untuk menjaga konsentrasi
amonia selama fermentasi. Zeolit (jenis Clinoptiloit) mempunyai keistimewaan
dalam menyerap ion yang besar seperti (NH4+). Zeolit dapat berperan sebagai satu
reservoir amonia yang memperlambat perpindahan dan kemudian melepaskannya
berangsur-angsur untuk digunakan oleh mikroorganisme (Lubis et al., 2007)
Lubis et al. (2007) melaporkan bahwa onggok-urea-zeolit yang difermentasi
dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan protein kasar dari 2% menjadi 14%.
Hasil tersebut jauh lebih tinggi dari hasil penelitian Iyayi dan Lossel (2001) yang
meningkatkan protein kasar onggok dari 3,6% menjadi 7,8% setelah difermentasi
dengan Aspergilllus niger berdasarkan as fed. Belum optimalnya konsentrasi protein
kasar dalam

penelitian tersebut diduga karena adanya komponen yang sangat

diperlukan dalam pembentukan asam amino bersulfur tidak tersedia. Penambahan
sulfur diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi protein dalam fermentasi.

Dedak Padi versus Onggok dan Onggok Fermentasi

5

Penggilingan padi menjadi beras menghasilkan produk samping antara lain
menir, beras pecah, sekam dan dedak. Menir dan beras pecah dapat digiling menjadi
tepung sebagai bahan berbagai kue dan makanan lainnya. Sekam dapat dimanfaatkan
untuk bahan bakar serta kompos. Sementara itu, dedak saat ini baru dimanfaatkan
untuk pakan ternak. Penggilingan padi dengan kadar air 14% akan menghasilkan
rendemen beras 57-60%, sekam 18-20%, dan dedak 8-10% (Hadipernata, 2007).
Penggilingan satu ton gabah menghasilkan dedak padi sebanyak 60-80 kg (Purbasari
dan Silviana, 2008). Luas panen perhektar, produktivitas dalam ton perhektar serta
produksi padi dan limbahnya perton skala nasional dari tahun 2005 sampai dengan
2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi Padi dan Limbahnya dari Tahun 2005 s.d 2009
Produksi Limbah2)
Luas Panen1) Produktivitas1) Produksi1)
Tahun
Sekam
Dedak
(Ha)
(Ton perHa)
(Ton)
(Ton)
(Ton)
2005
11.839.060
4,574
54.151.097 10.288.708,43 4.873.598,73
2006
11.786.430
4,620
54.454.937 10.346.438,03 4.900.944,33
2007
12.147.637
4,705
57.157.435 10.859.912,65 5.144.169,15
2008
12.327.425
4,894
60.325.925 11.461.925,75 5.429.333,25
2009
12.878.039
4,995
64.329.329 12.222.572,51 5.789.639,61
1)
Sumber : Biro Pusat Statistik (2010)
2)
Hadipernata (2007)
Tabel 2 memperlihatkan produksi limbah sekam maupun dedak padi yang
terus meningkat pertahunnya. Dedak padi dalam penyusunan pakan umumnya
digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Komposisi zat makanan dedak padi
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Dedak Padi versus Onggok versus Onggok
Fermentasi (berdasarkan % BK)
Zat
Komposisi Dedak Komposisi Onggok
Komposisi Onggok
Makanan
(%)1)
(%)2)
Fermentasi (%)2)
Air
9,82
*
*
Abu
9,87
2,4
2,6
Protein
13,65
2,2
18,6
Kasar
Serat kasar
*
10,8
10,45
Lemak
14,91
*
*
Karbohidrat
51,75
51,8
36,2
Sumber : 1) Sunaryanto et al. (2010) Keterangan : *) nilai persentase tidak diteliti
2)
Supriyati (2010)
Ayam Broiler

6

Ayam broiler menyediakan hampir keseluruhan produksi dan konsumsi
daging unggas dunia (Taylor dan Field, 2004). Berbagai macam strain ayam ras
pedaging yang telah beredar di pasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan
pilihannya sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktivitas
relatif sama (CJ Feed, 2010).
Keturunan atau strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh
breederfarm (usaha pembibitan) melalui proses pemuliabiakkan untuk tujuan
ekonomis tertentu. Strain Ross merupakan salah satu strain bibit ayam yang masuk
ke Indonesia untuk memenuhi selera peternak breeding (pembibitan) Indonesia.
Strain Ross (broiler) seperti pada Gambar 2, memiliki nilai feed conversion rate
(FCR) yang efisien dengan laju pertumbuhan cepat dan daya hidup bagus serta
pengembangan genetiknya difokuskan pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang (CJ
Feed, 2010).

Gambar 2. Ayam Broiler Strain Ross (Force, 2010)
Energi Metabolis
Energi dibutuhkan dalam jumlah yang berbeda-beda oleh setiap hewan.
Satuan enrgi dinyatakan dalam calorie, yakni sejumlah panas atau energi yang
dibutuhkan menaikkan suhu sebesar 1oC dari 1 g H2O dari 14,4oC hingga 15,5oC
(Damron, 2003).

7

Karbohidrat, protein dan lemak menyediakan energi untuk hewan dengan
kandungan energi yang berbeda (Damron, 2003). Kandungan energi bruto pada
karbohidrat kira-kira 3,74 kkal/g, sedangkan pada protein 5,5 kkal/g, yakni sebanyak
48% dari 11,5 kkal dibutuhkan untuk didposisikan dalam tubuh. Untuk lemak, energi
brutonya sekitar 9,1 kkal/g, nilai ini adalah 82% dari 11,2 kkal yang dibutuhkan
untuk mendeposisikan 1 g lemak dalam tubuh. (Leeson and Summers, 2010). Nutrien
yang mengandung karbon menyediakan energi untuk hewan (Taylor dan Field,
2004).
Neraca energi mulai dari energi dalam pakan hingga energi untuk hidup
pokok maupun produksi diperlihatkan pada Gambar 3.

GROSS ENERGY (GE)

Fecal Energy

DIGESTIBLE ENERGY
(DE)

Urinary Energy

Heat Increment

APPARENT
METABOLIZABLE
ENERGY (AME)

NET ENERGY (NE)

NET ENERGY
MAINTENANCE (NEm) :
Basal metabolic rate,
Activity, Body
temperature regulation

Metabolic and
endogenous energy
losses

TRUE METABOLIZABLE
ENERGY (TME)

NET ENERGY
PRODUCTION (NEp) :
Egg, Growth, Feathers

Gambar 3. Neraca Energi Metabolis pada Unggas (Leeson dan Summers, 2001).

8

Karbohidrat mensuplai hampir seluruhnya untuk energi sebab merupakan
sumber energi yang lebih ekonomis dibandingkan protein (Taylor dan Field, 2004).
Energi digunakan sebagai daya hidup hewan, tetapi kebanyakan digunakan sebagai
energi kimia yang dibutuhkan dalam proses pengubahan pakan menjadi produk
ternak serta untuk menjaga keseimbangan temperatur tubuh (Taylor dan Field, 2004).
Energi bruto adalah sejumlah panas (calories) yang dilepas dari pembakaran
lengkap dari contoh pakan dalam sebuah alat yang dinamakan bomb calorimeter.
Energi tercerna adalah energi bruto dikurangi energi feses. Energi metabolis adalah
energi bruto dikurangi energi pada feses, urine, dan produk-produk gas di sepanjang
sistem saluran pencernaan. Energi netto adalah energi metabolis dikurangi energi
yang digunakan dalam konsumsi, pencernaan, dan metabolisme pakan (Taylor dan
Field, 2004). Energi metabolis dan energi netto merupakan cara mengukur energi
yang lebih akurat dibandingkan pengukuran melalui energi bruto maupun energi
tercerna (Blair, 2009). Lebih akurat mengenai perhitungan energi metabolis, adalah
dengan memperhitungkan nilai sejumlah energi yang hilang atau yang telah dirubah
di dalam tubuh dalam bentuk protein nitrogen (N). Nilai energi metabolis (EM) yang
terkoreksi hingga nol N menjadi bagian tubuh atau hilang didenotasikan menjadi
EMn (Blair, 2009).
EM semu tidak memperhitungkan kehilangan energi dalam bentuk ekskresi
ekskreta asal nonpakan, beberapa berasal dari sekresi endogenous dari cairan dan gas
sistem pencernaan, peluruhan sel-sel usus dan sekresi urin endogenous. EM Murni
adalah EM yang memperhitungkan kehilangan energi dalam bentuk ekskresi ekskreta
asal nonpakan (Blair, 2009).

Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen adalah sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang masuk
ke dalam tubuh kemudian diserap dan digunakan oleh ternak (Sibbald dan Wolynetz,
1985). Retensi nitrogen itu sendiri merupakan hasil konsumsi nitrogen yang
dikurangi ekskresi nitrogen dan nitrogen endogenous. Sibbald (1980) menyatakan
bahwa nitrogen endogenous ialah nitrogen yang terkandung dalam ekskreta yang
berasal dari selain bahan pakan yang terdiri dari peluruhan sel mukosa usus, empedu,
dan peluruhan sel saluran pencernaan.

9

Menurut NRC (1994), retensi nitrogen untuk setiap jenis ternak, umur, dan
faktor genetik adalah berbeda. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh
ternak akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen dan energi
dibandingkan dengan ternak yang tidak meretensi nitrogen. Meningkatnya konsumsi
nitrogen diikuti dengan meningkatnya retensi nitrogen tetapi tidak selalu disertai
dengan peningkatan bobot badan bila energi ransum rendah. Nilai retensi nitrogen
yang bervariasi untuk masing-masing unggas, tergantung dari kemampuan unggas
untuk menahan nitrogen dalam tubuh unggas dan tidak dikeluarkan sebagai nitrogen
dalam urin (Sibbald, 1980). Hal ini menunjukkan pentingnya energi yang cukup jika
ayam digunakan untuk mengevaluasi kualitas protein yang baik, tetapi jika
kandungan energinya kurang akan memperlihatkan retensi nitrogen yang menurun.
Pengukuran retensi nitrogen dapat dilakukan dengan metode koleksi ekskreta total
dan pencekokan sesuai modifikasi Sibbald dan Wolynetz (1985).

10

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas
(INTP), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus hingga Oktober 2009.
Materi
Pakan
Pakan yang diberikan berupa onggok, dedak padi dan produk hasil fermentasi
onggok, urea, zeolit dan amonium sulfat oleh Aspergillus niger (onggok fermentasi).
Ternak
Penelitian ini menggunakan 16 ekor ayam broiler strain Ross berumur 42 hari
dengan kisaran bobot badan antara 1,3-1,5 kg.
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang metabolis
berukuran 50 x 30 x 56 cm sebanyak 16 buah dengan bagian bawah kandang
dilengkapi alas tempat penampungan eksreta.
Peralatan
Peralatan yang digunakan, berupa: alat pencekok, kertas tissue, spidol, kertas
alumunium foil, label, freezer, timbangan digital, oven 60OC, H2SO4 0,01%, mortar,
tabung sprayer.
Metode
Perlakuan
Enam belas ekor ayam broiler digunakan dalam penelitian ini. Dua belas ekor
ayam secara acak diberi pakan perlakuan yang diujikan, yaitu
P1

: onggok halus

P2

: dedak halus

P3

: campuran onggok, urea 3%, zeolit 2,5% dan amonium sulfat 1,5% hasil
fermentasi 6 hari oleh Aspergillus niger

11

Empat ekor ayam broiler sisanya digunakan untuk pengukuran energi dan nitrogen
endogenous.

Onggok (P1)

Dedak (P2)

Onggok Fermentasi (P3)

Gambar 4. Pakan Perlakuan
Model
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan
terdiri atas 1 ekor ayam. Model matematik yang digunakan dalam analisa adalah
Yijk =

+ i + ij

Keterangan :
Yijk = Respon percobaan dari perlakuan ke-i, ulangan ke-j
= Nilai rataan umum hasil pengamatan
i

= Pengaruh perlakuan ke-i

ij

= Pengaruh galat ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh diuji dengan analisa ragam (ANOVA) dan bila berbeda

nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Peubah
Peubah yang diamati dalam penelitian ini, meliputi konsumsi energi, ekskresi
energi, energi metabolisme, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen dan retensi
nitrogen.
Konsumsi Energi (kkal). Konsumsi energi (KE) diperoleh dengan mengalikan
jumlah pakan yang diberikan dengan kandungan energi bruto pakan (Leeson dan
Summers, 2001).

12

KE = X x EB
Keterangan : X
EB

=

Jumlah pakan yang diberikan (kg)

=

Energi bruto pakan (kkal/kg)

Ekskresi Energi (kkal). Ekskresi energi (EE) adalah hasil perkalian ekskreta dengan
kandungan energi bruto ekskreta (Leeson dan Summers, 2001).
EE = Y x EBE
Keterangan : Y
EBE

= Berat Ekskreta (kg)
= Gross Energi (kkal/kg)

Energi Metabolis (kkal/kg). Energi metabolis adalah selisih antara kandungan
energi bruto ransum dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Menurut
Sibbald dan Wolynetz (1985), pengukuran energi metabolis dapat dihitung
berdasarkan :
Energi Metabolis Semu (EMS) adalah hasil pengurangan antara energi bruto
bahan makanan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta (Sibbald, 1980).

Energi Metabolis Murni (EMM) adalah hasil pengurangan dari energi bruto
bahan makanan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta setelah dikoreksi
dengan energi bruto ekskreta endogenous (Sibbald, 1980).

Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) adalah hasil
pengurangan antara energi bruto bahan makanan dengan energi bruto yang hilang
melalui ekskreta yang telah disesuaikan pada kondisi retensi nitrogen sama dengan
nol, yaitu dengan menambahkan energi dari sejumlah asam urat yang setara dengan
retensi nitrogen sebesar 8,22 kkal/g N pada energi ekskreta (Sibbald dan Wolynetz,
1985)

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) adalah hasil
pengurangan antara energi bruto bahan makanan dengan energi bruto yang hilang

13

melalui ekskreta setelah dikoreksi dengan energi bruto ekskreta endogenous yang
telah disesuaikan pada kondisi retensi nitrogen sama dengan nol, yaitu dengan
menambahkan energi dari sejumlah asam urat yang setara dengan retensi nitrogen
sebesar 8,22 kkal/g N pada energi ekskreta. (Sibbald dan Wolynetz, 1985)

Keterangan :
EB

=

Energi Bruto Ransum (kkal/kg)

EBe

=

Energi Bruto Ekskreta (kkal/kg)

EBk

=

Energi Bruto Ekskreta Endogenous (kkal/kg)

X

=

Konsumsi Ransum (g)

Y

=

Berat Ekskreta (g)

Z

=

Berat Ekskreta Endogenous (g)

RN

=

Retensi Nitrogen (g)

8,22

=

Nilai nitrogen saat teroksidasi dengan
sempurna dalam urin kkal/g

Efisiensi Penggunaan Energi (%). Nilai indikator efisiensi penggunaan energi
percobaan diperoleh dengan menghitung rasio antara energi metabolis semu
terkoreksi nitrogen dengan energi bruto pakan dikali 100%. Rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai efisiensi penggunaan energi adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Rasio EM/EB = indikator efisiensi penggunaan energi (%)
EM

= nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (kkal)

EB

= energi bruto pakan (kkal)

Konsumsi Nitrogen (g). Konsumsi nitrogen diperoleh dengan cara mengalikan
jumlah konsumsi bahan pakan perlakuan dengan kandungan N pakan.
KN = Konsumsi Bahan Pakan (g) x Kandungan N Pakan (%)
Ekskresi Nitrogen (g). Nilai ini diperoleh dengan mengalikan jumlah ekskreta
dengan kandungan nitrogen pada ekskreta. Ekskresi nitrogen dikoreksi dengan N

14

endogenous yang diperoleh dari koleksi ekskreta empat ekor ayam yang tetap
dipuasakan (tidak diberi bahan pakan uji) tapi tetap diberi minum.
EN

= Ekskresi Ekskreta (g) x Kandungan N Ekskreta (%)

Retensi Nitrogen (g). Retensi nitrogen adalah selisih antara nilai konsumsi nitrogen
dengan nilai nitrogen yang diekskresikan setelah dikoreksi dengan nilai nitrogen
endogenous.
RN = KN - (EN - NEe)
Keterangan :
KN

= Konsumsi nitrogen (g)

EN

= Ekskresi nitrogen (g)

NEe

= Ekskresi nitrogen endogenous (g)

Prosedur Pelaksanaan Penelitian. Secara umum, prosedur pengukuran energi
metabolis dan retensi nitrogen disajikan pada Gambar 5.
Persiapan Kandang Metabolis. Sebelum digunakan, kandang metabolis dan
peralatan pendukung lainnya dibersihkan kemudian dicuci dengan sabun dan
detergen. Hal ini dimaksudkan agar ayam tidak terinfeksi bibit penyakit dari
lingkungan percobaan sebelumnya.
Masa Adaptasi Ayam. Sebelum ayam ditempatkan pada kandang metabolis, ayam
terlebih dahulu ditimbang untuk diukur bobot badannya. Hal ini bertujuan untuk
mengukur bobot badan ayam sebelum perlakuan. Ayam kemudian dipelihara seperti
pada umumnya pada kandang metabolis selama 24 jam untuk proses adaptasi
lingkungan (Sibbald, 1980).
Pemuasaan Ayam. Pemuasaan ayam adalah penghentian pemberian pakan tanpa
menghentikan pemberian air minum yang bertujuan untuk mengosongkan saluran
pencernaan dari sisa-sisa pakan sebelumnya. Pemuasaan ini dilakukan selama 24 jam
(Sibbald, 1980).
Pelaksanaan Percobaan. Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot ayam setelah
pemuasaan. Sebanyak dua belas ekor ayam broiler strain Ross diberi pakan sesuai
dengan perlakuan yang sudah ditentukan sebanyak 30 g per ekor denan cara dicekok

15

Persiapan Pakan Perlakuan

Proses Koleksi Ekskreta

Persiapan Kandang Metabolis

Penyemprotan H2SO4 0,01 N

Adaptasi 1 Hari 16 Broiler

Dikumpulkan, Disimpan di
Freezer, Thawing lalu Oven 60o

Dipuasakan 24 jam

Penggilingan & Pemisahan
Bulu

12 Broiler Dicekok

Penimbangan & Pencatatan
Data

4 Broiler Tetap Dipuaskan

Proses Analisis

Gambar 5. Prosedur Pengukuran Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen

16

Persiapan Ayam Percobaan

Pendorongan Pakan
Perlakuan

Persiapan Alat Pencekok

Pengecekkan Tembolok

Penggunaan Alat Pencekok

Pakan Perlakuan Telah
Masuk

Pemasukkan Pakan
Perlakuan

Pencekokkan Selesai

Gambar 6. Prosedur Pencekokkan Pakan Perlakuan

17

Penandaan dan
Persiapan Alat

Koleksi Ekskreta di
Tempat Penampung

Pengecekkan Kandang

Koleksi Ekskreta di
Kandang

Pengangkatan Kandang

Pemasukkan Ekskreta
dalam Plastik

Penyemprotan
H2SO4 0,01 N

Pencatatan Ulang

Gambar 7. Prosedur Pengkoleksian Ekskreta Ternak Percobaan

18

sedikit demi sedikit menggunakan alat pencekok berupa corong. Prosedur
pencekokkan pakan perlakuan disajikan pada Gambar 6. Kemudian ayam
dimasukkan ke dalam kandang metabolis sambil ditampung ekskretanya selama 24
jam. Sisanya, empat ekor ayam lain dipuasakan kembali selama 24 jam untuk
mengukur energi dan nitrogen endogenous. Air minum tetap diberikan selama 24
jam tersebut. Setelah koleksi, ekskreta disemprot dengan H2SO4 konsentrasi rendah
(0,01 N) agar nitrogen terikat dan tidak menguap. Ekskreta basah dari tiap-tiap
perlakuan, baik perlakuan dengan pakan onggok fermentasi, onggok maupun dedak
halus, termasuk perlakuan untuk pengukuran energi endogenous yang diperoleh,
ditimbang kemudian disimpan dalam freezer selama 24 jam untuk mencegah
dekomposisi oleh mikroorganisme.
Prosedur Analisis Ekskreta. Prosedur pengkoleksian ekskreta disajikan pada
Gambar 7. Ekskreta seperti pada Gambar 8 yang sudah beku dikeluarkan dari freezer
kemudian dithawing lalu dikeringkan dalam oven bersuhu 60OC selama 48 jam.
Setelah 48 jam, didapatkan sampel ekskreta kering yang kemudian dihaluskan,
kemudian dianalisa kandungan energi bruto menggunakan bomb calorimeter,
kandungan protein kasar dengan menggunakan analisis protein metode Kjehdal dan
kandungan bahan kering ekskreta serta kandungan serat kasar ekskreta.

Ekskreta P1

Ekskreta P2

Ekskreta P3

Gambar 8. Ekskreta yang Diperoleh

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, dan Energi Bruto Pakan Perlakuan
Data hasil analisis protein kasar, serat kasar, dan energi bruto bahan baku
yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 9.
Data pada Gambar 9 memperlihatkan nilai protein kasar onggok fermentasi
(11,54%) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai protein kasar onggok tanpa
fermentasi (3,41%).

Peningkatan nilai protein kasar onggok fermentasi pada

Gambar 9 terkait erat dengan aktivitas A. niger dalam proses fermentasi substrat
onggok. Menurut Mirwandhono et al. (2006), peningkatan kandungan protein setelah
difermentasi diduga berasal dari jamur A. niger yang telah mensintesis enzim urease
untuk memecah urea menjadi amonia dan CO2 yang kemudian digunakan untuk
pembentukan asam amino. Kenaikan protein kasar onggok diakibatkan oleh
penambahan protein yang diperoleh dari perubahan nitrogen inorganik menjadi
protein sel selama pertumbuhan mikroba (Sari dan Purwadaria, 2004). Proses
fermentasi pada onggok dengan penambahan urea, zeolit, dan amonium sulfat 1,5%
mampu memperbaiki kandungan protein kasar pada onggok walaupun nilai protein
kasarnya masih lebih rendah dari dedak padi.
Protein murni merupakan protein yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh ternak.
Pendugaan bahan makanan sebagai sumber protein menggunakan protein kasar
belum tepat, terutama untuk unggas karena unggas tidak mampu memanfaatkan
nitrogen yang bukan dari protein (NPN). Jumlah non-protein nitrogen (NPN)
Onggok Fermentasi (P3) 2,30 sedangkan jumlah nitrogen protein murni adalah 0,60
(Pitriyatin, 2010)
Kandungan serat kasar onggok fermentasi (16,08%) lebih tinggi daripada
onggok tanpa fermentasi (11,6%). Kandungan serat kasar onggok fermentasi yang
ditambahkan amonium sulfat lebih rendah dibandingkan tanpa penambahan
amonium sulfat (Piriyatin, 2010).
Menurut Sari dan Purwadaria (2004), adanya spora meningkatkan kadar serat
kasar pada substrat, dinding sel spora lebih banyak mengandung serat daripada
miselium sehingga lebih sukar dicerna dan menurunkan daya cerna bahan kering
secara in vitro. Akan tetapi, secara umum kandungan serat kasar produk fermentasi
dipengaruhi oleh pertumbuhan miselia kapang (Mirwandhono et al., 2006).

20

Pertumbuhan miselia kapang dapat meningkatkan kandungan serat kasar onggok
hasil fermentasi karena terbentuknya dinding sel yang mengandung selulosa, di
samping terjadinya kehilangan dari sejumlah padatan. Selama tumbuh dan
berkembangbiak, diduga kapang tetap menggunakan komponen-komponen yang
mudah larut, sementara dinding sel kapang terus terakumulasi dalam produk
sehingga menyebabkan miselia tumbuh dengan lebat tetapi tidak didukung dengan
kemampuan kapang untuk menghasilkan enzim selulase (Pitriyatin, 2010).
16.08

17
13.9

15
13

11.54

11.16

11
9

6.98

7

5

3.41

3
1
-1

Onggok

Dedak
Protein Kasar (%)

Onggok Hasil Fermentasi

Serat Kasar (%)

Gambar 9. Protein Kasar dan Serat Kasar Pakan Perlakuan
Menurut Nurhayati (2008), pakan yang mengandung protein kasar tinggi
akan meningkatkan komponen daging dalam karkas, sementara tingginya kandungan
serat kasar pakan akan menurunkan komponen lemak kasar. Menurut Pitriyatin
(2010) semakin tinggi level penambahan amonium sulfat, maka kandungan lemak
kasarnya semakin menurun.
Energi bruto onggok fermentasi lebih tinggi dibandingkan nilai onggok tanpa
fermentasi (Gambar 10). Sejumlah panas yang dihasilkan saat pakan terbakar
seluruhnya oleh oksigen sehingga dapat terukur dalam Bomb calorimeter disebut
energi bruto dalam pangan (Leeson dan Summers, 2001). Peningkatan nilai energi
bruto onggok fermentasi terkait erat dengan proses fermentasi itu sendiri. Pada
dasarnya, serat kasar juga memiliki energi total yang cukup tinggi tetapi energi
tersebut akan dicerna sangat lambat dan sedikit bila d