0.5 1
1.5 2
2 2.2
2.4 2.6
2.8
Ukuran butir Mz d
e n
si ta
s p a
si r
g cm
-3
model data
4.3 Densitas
Pengukuran  densitas  hanya  dilakukan  pada  sembilan  lokasi,  dari pengamatan  pada  sepuluh  lokasi  penelitian.  Data  densitas  hasil  pengukuran
laboratorium  dibandingkan  dengan  nilai  densitas  yang  diperoleh  dari  model Jackson.
Densitas  yang  terukur  memiliki  pola  yang  menyebar  dan  cenderung memiliki  nilai  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  model.  Pola  yang
ditunjukkan oleh model Jackson menunjukkan bahwa nilai densitas akan semakin kecil  jika  nilai  Mz  semakin  besar.  Hubungan  antara  model  dan  data  densitas
dijelaskan  menggunakan  metode  least  square  dimana  nilai  R-square  yang dihasilkan  adalah  0.42.  Kesesuaian  fitting  antara  model  dan  data  memiliki
koefisien  korelasi  sebesar  0.65  dengan  rms  error  sebesar  0.30.  Perbandingan densitas sedimen antara model dan data dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar  20  Perbandingan  nilai  densitas  g  cm
-3
antara  model  dan  pengukuran terhadap ukuran butir Mz.
Data  dan  model  dipisahkan  pada  ukuran  Mz  =  1  sehingga  menjadi  dua bagian, terdiri dari medium sand dan coarse sand Gambar 21. Dari kedua bagian
tersebut,  didapatkan  nilai  rata-rata  densitas  terukur  sebesar  2.39  g  cm
-3
pada coarse  sand  dan  2.41  g  cm
-3
pada  medium  sand.  Sementara  hubungan  antara model  dan  data  pada  coarse  sand  memberikan  nilai  koefisien  korelasi  sebesar
0.2 0.4
0.6 0.8
1 2
2.2 2.4
2.6 2.8
data Mz1 model
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
2 2.2
2.4 2.6
2.8
ukuran butir Mz d
e n
s it
a s
p a
s ir
g c
m
-3
data Mz=1 model
0.58  dengan  rms  error  sebesar  0.27  sedangkan  untuk  medium  sand  koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.51 dengan rms error sebesar 0.34.
Gambar 21 Hubungan antara model-data densitas pada ukuran coarse sand atas dan medium sand bawah.
Berdasarkan  nilai  rms  error    yang  didapat  menunjukan  perbedaan  yang relatif  besar  antara  model  dan  nilai  densitas  yang  didapat.  Hal  ini  disebabkan
sedimen pada lokasi penelitian mengandung CaCO
3
. Sedimen tersebut komposisi butirannya  berbeda  dibandingkan  butiran  pasir  yang  terbentuk  dari  pecahan
bebatuan.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  Model  Jackson  kurang  begitu akurat  untuk  mengukur  nilai  densitas  pada  kondisi  dasar  perairan  yang  memiliki
komposisi  pecahan  karang  dan  cangkang.  Penyebab  lain  yang  diduga  memberi pengaruh kuat  terhadap  hasil pengukuran densitas  yang diperoleh adalah  kondisi
sampel.  Idealnya  sampel  harus  tetap  berada  dalam  kondisi  tidak  terganggu undisturbed  sampai  dilakukan  pengukuran.  Kondisi  tersebut  memerlukan
perlengkapan yang memadai dan tingkat ketelitian yang tinggi. Hal tersebut yang sangat  sulit  dilakukan  dalam  penelitian  ini,  sehingga  dapat  dipastikan  kondisi
sampel  sudah  berada  dalam  keadaan  terganggu  disturbed  saat  pengukuran dilakukan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan