Latar Belakang Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Akhlak Yang Terkandung Dalam QS. Al-Ankabut Ayat 8-11

Persoalan akhlak sering kali dianggap sepele dan tidak menentukan, meskipun kenyataan fakta moralitas saat ini sangat mengharukan. Segala jenis keburukan silih berganti dipertontonkan dalam berbagai media yang begitu mudah diakses. Persoalan akhlak menjadi persoalan krusial yang tidak mudah untuk ditemukan solusinya. Dunia pendidikan sebagai kawah candradimuka penggodok akhlak, tampak kehilangan jawaban ketika menyaksikan siswa-siswa yang baru saja dididik dan masih berpakaian seragam sekolah ternyata telah terlibat tawuran, geng kekerasan dan penyimpangan seksual. Lantas bagaimana seharusnya kita menangani persoalan ini? Apa saja yang harus diperhatikan jika kita ingin memperbaiki akhlak seseorang dengan benar? Inilah persoalan-persoalan serius yang membutuhkan jawaban segara mungkin. 5 Nabi Muhammad saw pada dasarnya diutus ke muka bumi untuk menjunjung tinggi akhlak, terutama pada orang-orang Quraisy yang pada saat sebelum nabi Muhammad diutus ke bumi mereka tidak mempunyai akhlak dan akidah yang lemah. Oleh sebab itu pada dasarnya islam mengajak seluruh umat manusia untuk menjunjung tinggi akhlak, memiliki budi pekerti yang baik serta menghormati segala perbedaan yang ada. Begitupun dalam dunia pendidikan, akhlak merupakan komponen yang menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran, bahkan sekarang kurikulum di Indonesia mengedepankan pembelajaran sikap atau dalam kata lain kurikulum di negara ini mengedepankan akhlak seabagai tujuan dalam pendidikan. Ini selaras dengan tujuan pendidikan Islam yang diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, “yaitu keagamaan, keduniaan,dan ilmu untuk ilmu. Tiga tujuan tersebut terintegrasi dalam satu tujuan yang disebut tujuan tertinggi pendidikan Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan insani”. 6 5 Akhmad Shodiq, “Problematika Pengembangan Pemebelajaran PAI”, TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 3, 2009, h. 29 6 Hery nur Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2006 cet: 1, h. 151 Ibnu Miskawaih salah seorang konseptor pendidikan agama islam menjelaskan dalam bukunya Tahzdib al-Akhlak bahwa nilai terpenting dalam pendidikan agama Islam yaitu akhlak. Yang dapat mewujudkan sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna. Demikian juga akidah yang merupakan hal terpenting dalam pendidikan Islam, karena akidah merupakan pondasi utama seseorang untuk beragama terutama dalam agama Islam. Bentuk akidah dalam Islam adalah mengimani akan adanya Allah swt dan meyakini akan utusan-Nya yaitu nabi Muhammad saw dan nabi-nabi yang lain. Mempercayai akan keEsaan Allah dan tidak meneyekutukan-Nya merupakan hal terpeneting dalam akidah Islam. Akidah adalah tauqifiyah berdasarkan wahyu semata. Ia tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i serta tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas pada apa yang terdapat dalam al- Qur’an dan as-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah saw. 7 Pendidikan akidah atau pendidikan keimanan merupakan salah satu isi dari ajaran pendidikan Islam diberbagai tempat, pendidikan akidah ini menjelaskan dan mengajarkan cara manusia untuk menciptakan hubungan antara hamba kepada al-khaliq. Meskipun demikian pendidikan akidah ini dalam pendidikan Islam seringkali menimbulkan perdebatan sehingga timbul penyelewengan-penyelewengan baik dalam ranah pembahasan materi dan 7 Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Aqidatut Tauhid Kitab Tauhid lis-Shaff Al-Awwal - ats- Tsalis – Al-Aly, penerjemah: Syahirul Alim Al-Adib, Jakarta: Ummul Qura, 2014 cet: VI h.3-4 aplikasinya karena kurangnya pemahaman secara menyeluruh dan lemahnya seseorang tentang mempelajari akidah. Di era sekarang ini banyak permasalahan yang berkaitan dengan lemahnya akidah seseorang. Sebagai contoh radikalisme yang menjadi sorortan uatama dalam permasalahan yang berkaitan dengan penyelewengan akidah, belum lagi timbulnya aliran-aliran sesat dan nabi palsu yang banyak terjadi di negeri ini. Salah satu contoh, belum lama diberitakan di berbagai media masa tentang aliran Gerakan Fajara Nusantara Gafatar, sebelumnya aliran ini dikenal dengan nama komunitas Millah Abraham Komar. Gerakan ini merupakan bentuk transformasi dari aliran al-Qiyadah, yang didirikan oleh Ahmad Musadeq pada tahun 2006. Gafatar dikatakan sesat karena menganggap orang lain yang belum disumpah oleh kelompok mereka adalah kafir. Dalam ajarannya, para pengikut Gafatar hanya melakukan shalat malam, tanpa perlu melaksanakan shalat lima waktu. Mereka juga tidak mewajibkan puasa Ramadhan dan adanya perbedaan syahadat yang mereka sebutkan dalam pembaiatan dan mereka mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi. 8 hal seperti ini sangat tidak dibenarkan. Padahal dalam Islam telah diajarkan bahwa tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw, dan itu wajib kita yakini sebagai umat Islam yang beriman. Sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Ahzab ayat 40:                    8 Daftar aliran sesat Islam yang berkembang saat ini”, diakses pada hari kamis tanggal 02 Mei 2016 dari https:masshar2000.com20150321daftar-aliran-sesat-islam-yang- berkembang-saat-ini “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” 9 Di atas hanya salah satu contoh realitas penyelewengan akidah Islam yang terjadi dimasyarakat Indonesia karena lemahnya akidah dan keimanan seorang Muslim dalam menjalankan agamanya. Banyak hal yang menyebabkan penyelewengan akidah Islam, mulai dari kurangnya pengetahuan tentang agama, tingginya angan-angan terhadap kehidupan dunia, serta tidak percaya akan firman-firman Allah swt. Semua ini harus ditanggulangi dan tidak bisa dibiarkan berkembang dan menjamur di negeri kita. Dalam hal ini tentunya dunia pendidikan terutama pendidikan Agama Islam harus berperan aktif dalam menghadapi masalah akidah ini, yang mana akidah Islam harus mulai ditanam pada setiap Muslim sejak dini. Peran orang tua, guru PAI di sekolah dan bahkan guru ngaji pun harus memberikan pembekalan dan pembelajaran tentang akidah Islam dengan baik, supaya hal- hal seperti radikalisme dan lain sebagainya dapat ditanggulangi dan bahkan dihilangkan. Sebagai seorang Muslim yang beriman kita harus memiliki keimanan yang kuat, percaya akan keesaan Allah swt tidak menyekutukannya, patuh pada perintahnya dan menajuhi segala larangannya serta percaya kepada para rasul-Nya, percaya kepada kitab-kitab yang Ia turunkan dan percaya kepada hari kiamat. Dan kita harus terus memperkuat keimanan kita jangan sampai kita terpadaya kepada sesuatu yang dapat menghancurkan keimanan yang ada dalam diri kita sehingga dapat menjadikan kita hamba yang tersesat sebagaimana dijelakan dalam QS. An-Nisa ayat 136 9 Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya., op. cit., h. 423                               “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul- Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. ” 10 Di dalam al-Q ur’an ada ayat yang menerangkan tentang pentingnya akidah dalam Islam serta akhlak, salah satunya pada surah al-Ankabut ayat 8- 11 yang sebagaimana telah dijelaskan oleh ahli tafsir yang telah wawancarai bahwasanya pada ayat tersebut terkandung nilai-nilai pendidikan akidah dan akhlak di dalamnya. Dalam hal ini saya kira patut untuk dijadikan sebuah penelitian terpadu menggunakan penafsiran para ulama dan para pakar ahli tafsir tentang ayat ini karena banyak terkandung dan sarat akan nilai-nilai akidah dan akhlak dari surat al-Ankabut ayat 8-11 ini. Oleh karena itu saya sebagai peneliti mengambil judul untuk skripsi yang akan saya lakukan tentang masalah tersebut. Meskipun sudah banyak yang melakukan penelitian seperti hal macam ini tapi saya kira dan saya juga belum mendapatkan atau menemukan penelitian yang mengambil objek tentang surat al-Ankabut ayat 8-11. Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, penelitian ini dilatar belakangi dengan menggunakan kajian dan untuk mencari nilai-nilai pendidikan akidah akhlak, penelitian ini berjudul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-ANKABUT AYAT 8-11. 10 Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya., op. cit., h. 100

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berkurangnya nilai-nilai pendidikan akidah akhlak zaman sekarang ini. 2. Sedikit masyarakat yang mengetahui tentang pentingnya memiliki akidah yang kuat serta akhlak yang baik. 3. Maraknya ajaran-ajaran sesat sekarang ini dan diperlukan akidah yang kuat untuk mentamengi diri dari ajaran sesat.

C. Pembatasan masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah yaitu: 1. Nilai-nilai pendidikan akidah akhlak yang terkandung dalam suart al- Ankabut ayat 8-11 2. Memaparkan pendapat para ulama ahli tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan dari surat al-Ankabut ayat 8-11

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah: 1. Nilai-nilai pendidikan akidah akhlak apa saja yang terkandung di dalam surat al-Ankabut ayat 8-11? 2. Bagaimana pendapat para ulama tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan dari surat al-Ankabut ayat 8-11?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akidah akhlak yang terkandung dalam al- Qur’an surat al-Ankabut ayat 8-11. b. Untuk mengungkap pendapat para ahli tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan yang terdapat dalam al- Qur’an surat al- Ankabut ayat 8-11. 2. Manfaat penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti lain, khususnya para mahasiswa untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama. b. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan c. Menambah pengetahuan masyarakat akan pentingnya akidah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari 11

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Acuan Teori

1. Pengertian Nilai-Nilai

“Menurut Kamus Poerwadaminto nilai berarti sifat-sifat atau hal- hal yang penting atau berguna bagi manusia. ” 1 Menurut Hanry Pratt yang dikutip oleh Kaelan nilai adalah The believed capacity of any object to statisfy a human desire kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia atau sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. 2 Jadi nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan berarti sifat objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya terdapat sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan tersebut. Terdapat dua macam nilai: moral dan nonmoral. Nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan yang mengandung kewajiban. Kita merasa diwajibkan untuk memenuhi janji, membayar tagihan, mengurus anak-anak, dan adil dalam berurusan dengan orang lain. Sedangkan nilai nonmoral tidak mengandung semacam itu. Nilai non moral menunjukakan apa yang ingin atau suka kita lakukan. 3 Niali-nilai moral bersifat wajib dapat dibagi lagi ke dalam dua kategori: universal dan nonuniversal. Nilai-nilai universal, seperti memperlakukan orang dengan adil dan menghormati kehidupan, kebebasan, dan kesetaraan orang lain, sifatnya mengikat semua orang 1 Kabul Budiyono, pendidikan pancMasila Untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Alfabeta, 2010 cet.II, h. 139. 2 Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2008 Cet. IX, h. 87. 3 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, Terj. dari Educating For Character oleh Lita S, Bandung: Nusa Media, 2013 cet. I, h. 85. dimana saja mereka berada karena nilai-nilai ini menegaskan kemanusiaan dan harga diri fundamental manusia. Sedangkan nilai-nilai moral yang nonuniversal sebaliknya, tidak mengandung kewjiban moral yang universal. Nilai-nilai ini, seperti kewajiban bagi pemeluk agama tertentu misalnya, berdoa, berpuasa, mempertingati hari besar kegamaan adalah nilai yang secara individual saya merasa wajib mentaatinya. Namun saya tidak bisa membebankan perasaan pribadi ini pada orang lain. 4

2. Penegertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti “perbuatan” hal, cara, dan sebagainya. Istilah pendidikan ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogi, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. 5 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ”. 6 “Dalam bahasa Inggris, education pendidikan berasal dari kata educate medidik artinya memberi peningkatan to elicit, to give rise to, dan mengembangkan to evolve, to develop ”. 7 Menurut M.J. Langeveld yang dikutip oleh Hasan Basri pendidikan adalah “uapaya manusia dewasa dalam membimbing mereka yang belum dewasa ”. 8 Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, 4 Ibid. 5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, jakarta: Kalam Mulia, 2008, cet. VIII, h. 13 6 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997 cet. IX, h. 232. 7 Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, h. 10. 8 Hasan Basri, Kapita Selekta pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 15.