Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 8-11
terhadap kedua orang tuanya dan kami berpesan juga kepada mereka bahwa jika kedua orang tuanya itu, apalagi salah satunya, lebih-lebih
keduanya, bersungguh-sungguh memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, apalagi
setelah Aku dan para rasul menjelaskan kebathilan mempersekutukan Allah dan setelah engkau menegetahui bila menggunakan nalarmu,
maka janganlah engkau mematuhi keduanya karena tidak boleh mematuhi satu makhluk dalam mendurhakaan kepada Allah swt.
9
Hanya kepada-Kulah kamu kembali, ini merupakan bagi orang yang menaati kedua orang tua yang mengajak kepada kekufuran.
10
lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah maksudnya adalah aku akan memberitahukanmu atas apa yang kamu lakukan di dunia, apakah
itu perbuatan baik atau perbuatan jahat? Kemudian aku akan membalas orang yamg berbuat baik dengan kebaikan, dan balasan yang pantas
bagi orang yang melakukan kejahatan.
11
Adapun asbabun nuzul dari ayat ini berkaitan dengan adanya larangan orang tua terhadap anak-anaknya untuk memilih Islam sambil
menyatakan bahwa anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Diriwayatkan bahwa Hamnah
binti Abi Sufyan, ibu Sa‟id Ibn Abi Waqash, sangat marah ketika anaknya itu memeluk agama Islam dan
ia bersumpah tidak akan berteduh, tidak akan makan dan minum sampai Sa‟id murtad kembali. Setelah berlalu tiga hari, Sa‟id
melaporkan kepada Rasul saw., maka turunlah ayat ini. Rasulullah saw kemudian memerintahkan Sa‟id tetap berbakti kepada orang tuanya,
namun tidak memenuhi perm intaannya itu, Sa‟id sendiri berkata:
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah h. 446
10
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. dari Al- Jami’ Li Ahkaam AL-
Qur’an, oleh Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Rana Mengala, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, cet. I, h. 836-837
11
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir At-Thabari, Terj. dari Jami’ Al- Bayan an Ta’wil ayi Al-Qur’an, oleh Ahsan Askan dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, cet.I, h.
425
“ibuku, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku. Maka
makanlah atau tidak usah makan”. Ketika sang ibu merasa bahwa Sa‟id tidak mungkin mengubah pendiriannya, ia pun makan dan
minum. HR. Muslim, Tirmidzi dan lain- lain melalui Sa‟id.
12
Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini diturunkan ke
pada Iyash bin Abi Rabi‟ah al-Makhzumi saudara dari Abu jahal yang ibunya juga berbuat seperti itu.
13
Dari penjelasan para mufassir di atas akan ayat ini maka secara garis besar bahwa ayat ini menjelaskan tentang anjuran berbuat bakti
kepada kedua orang tua meskipun memiliki perbedaan dalam kepercayaan dan agama seandaipun orang tua mengajak untuk
mepersekutukan Allah swt., itu wajib kita tinggalkan dan jangan mematuhi keduanya karena hal tersebut merupakan perbuatan yang
dilarang oleh Allah swt.
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke
dalam golongan orang-orang yang saleh. Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang anjuran berbakti
kepada kedua orang tua serta larangan mematuhi keduanya apabila mereka mengajak untuk menyekutukan Allah swt., pada ayat ini
menjelaskan orang-orang yang beramal shalih akan dimasukan kedalam golongan orang-orang yang shalih.
Dalam tafsir ath- Thabari maksud dari “dan orang-orang yang
beriman dan beramal shalih” adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta menunaikan segala kewajiban yang
12
M.Quraish Shihab, op, cit., h. 447
13
Syaikh Imam Al-Qurthubi, op, cit., h. 836
diwajibkan Allah, serta menjauhi semua perbuatan yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt.
14
Firman-Nya:
نيحل ّصلا يف م ّنلخدنل ,
“kami masukkan mereka kedalam orang-
orang shalih,” ini merupakan ganjaran yang dianugerahkan kepada anak yang memilih untuk mengindahkan
perintah Allah dan rasul-Nya atas perintah orang tua yang mengajak untuk menyekutukan Allah. Keengganan anak mengikuti perintah
orang tuanya itu, pastilah mengakibatkan kekeruhan hubungan antara orang tua dan anak, bahkan boleh jadi sampai pemutusan hubungan
antara kedua belah pihak. Untuk itu Allah menjanjikan kepada sang anak, bahwa ia akan diberikan ganti yang lebih baik, yaitu akan
dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang shalih. Yakni akan merasakan kenikmatan tersendiri bergaul dan hidup bersama mereka,
sehingga ia merasa nyaman kendati tidak bersama kedua orang tuanya yang musyrik.
15
Dalam kitab ruhul ma’ani dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan
نيحل ّصلا يف م ّنلخدنل
adalah orang yang beriman dan beramal shaleh mereka dimasukkan ketempat orang-orang shalih
yaitu surga.
16
Quraish shihab dalam bukunya menyatakan yang dimaksud dengan ash-shalihin di sini adalah kelompok orang-orang yang sangat
berbakti kepada Allah dan yang bergabung dengan kelompok para nabi dan lain-lain.
17
Pada surah al-Ankabut ayat 8-9 ini sedikit memiliki kesamaan dengan surah Luqman ayat 13-15:
14
Abu Ja ‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, op, cit., h. 426
15
M. Quraish shihab, op, cit., h. 450
16
Syihabuddin as-Sayyid Mahmud al-Alusi al-Bagdadi, op. cit., 207
17
M.Quraish Shihab, loc. cit.
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami
perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
18
Dalam ayat ini juga menjelaskan tentang nasehat Luqman terhadap anaknya, karena ia sayang dan mencintai anaknya.
Karenanya Luqman memerintahkan kepada anaknya supaya menyembah
Allah semata,
dan melarang
berbuat syirik
menyekutukan Allah. Luqman menjelaskan kepada anaknya bahwa syirik itu merupakan perbuatan kezhaliman yang besar.
19
18
Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, op. cit,. h.412
19
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Terj. dari Tafsir Al- Maraghi, oleh. Bahrun Abubakar dkk., Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993, cet. II, h. 153.
Kemudian Luqman juga memerinthakan kepada anaknya untuk bersyukur kepada Allah swt dan kepada kedua orang tua.
Bersyukur kepada Allah berarti bersyukur atas segala limpaham mikmat iman dan ihsan dan bersyukur kepada kedua orang tua atas
pendidikan yang dan kasih sayang diberikan kepada anaknya.
20
Pada surah Luqman ayat 15 juga diterangkan tentang apabila kedua orang tua memaksamu serta menekanmu untuk menyekutukan
Allah dengan yang lain maka janganlah kamu menaati apa yang diinginkan oleh keduanya. Sekalipun keduanya menggunakan
kekerasan supaya kamu mengikuti kehendak keduanya.
21
Walaupun memiliki kesamaan tapi juga terdapat beberapa perbedaan anatara surah al-Ankabut ayat 8-9 dengan surah Luqman
ayat 13-15, yaitu dari sisi asbabun nuzulnya dan bentuk kalimatnya. Sejatinya dalam konteks kedua ayat ini sebenarnya sama-sama
menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan larangan untuk berbuat syirik kepada Allah swt.
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: Kami beriman kepada Allah, Maka apabila ia disakiti karena ia
beriman kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu,
mereka pasti akan berkata: Sesungguhnya Kami adalah besertamu. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada
dalam dada semua manusia?
20
Muhammad „Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir Tafsir-Tafsir Pilihan, Terj. dari Shafwatut Tafasir, oleh, yasin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011, cet. I, h. 169
21
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, op, cit., h.156
Sebelum ayat ini terdapat ayat yang menjelaskan bahwa ada orang yang beriman kepada Allah yang diuji dan disakiti oleh orang-
orang musyrik namun mereka tabah dan terus mempertahankan keimanannya. Sedangkan dalam ayat ini menjelaskan bahwa ada
sebagian orang yang mengucapkan dengan lidahnya tanpa menyentuh secara mantap hati
nya bahwa: “kami beriman kepada Allah”, maka apabila mereka disakiti sedikit atau diganggu oleh orang-orang
musyrik karena keimanannya kepada Allah yang ia nampakkan, ia goyah serta takut kepada siksa yang akan menimpanya dari orang-
orang musyrik. Ia menjadikan itu sebagi fitnah yakni siksa manusia yang menyakitinya itu bagaikan sama pedihnya dengan siksa Allah di
hari kiamat nanti.
22
Menurut ath-Thabari ayat di atas maksudnya adalah ada di antara manusia yang berkata “kami beriman kepada Allah”. Namun
ketika orang-orang musyrik menyiksa mereka karena pengakuan mereka itu, mereka menganggap orang-orang musyrik itu sebagai
bagian dari adzab Allah di akhirat, lalu mereka murtad dari keimanan kepada Allah dan kembali kepada kekafiran.
23
Menurut Sayyid Quthub sebagaimana yang dikutip oleh M.Quraish Shihab, menggarisbawahi kalimat
ا عك س ّنلا ةنتف لعج ها
menurutnya, redaksi al- Qur‟an sangat teliti ketika mengungkap
kesalahan orang yang mengucapkan kalimat ini. Kesalahannya bukan karena melemahnya kesabaran mereka memikul beban siksa, karena
hal semacam ini bisa saja terjadi pada saat-saat tertentu walau terhadap orang-orang mukmin sejati yang mantap imannya, karena memang
kemampuan manusia itu terbatas. Namun demikian mereka tetap membedakan dengan perbedaan yang sangat jelas dalam pikiran dan
perasaan mereka antara apa yang dimiliki manusia serta gangguan dan
22
M. Quraish Shihab, op. cit., h. 452
23
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, op, cit., h. 427
bencana yang mampu mereka lakukan membedakannya dengan siksa Allah swt. Kemudian apabila datang pertolongan dari Tuhanmu, wahai
nabi Muhammad maka mereka yang tidak sabar menghadapi gangguan itu pasti akan berkata : “sesungguhnya kami beserta kamu dalam suka
dan duka.
24
Lalu Allah menjawab: “bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia ?” maksudnya adalah apa yang
ada di dalam dada setiap makhluk-Nya, yaitu orang-orang yang berkata, “kami beriman kepada Allah”, serta orang-orang yang jika
disiksa di jalan Allah mereka murtad dari agama Allah. Jadi, bagaimana mungkin menipu Allah yang maha mengetahui yang tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.
25
Menurut Muhammad Nawawi al-jawi bahwa ayat ini turun bagi orang-
orang munafik seperti „Iyyas bin Abi Rabi‟ah al-Makzumi, ketika bersama orang-
orang mukmin mereka berkata: “sesungguhnya kami beriman sebagaimana kamu berima
n”, maka apabila orang-orang kafir menyiksa mereka, mereka jadikan itu sebagai azab dan mereka
berpaling dari iman, sebagaimana azab Allah dengan dimasukkannya kedalam neraka sehingga membuat berpaling orang-orang yang kafir
menjadi iman kepada-Nya.
26
Kata
دص
shudur mengesankan bahwa yang dibicarakan adalah makhluk yang memiliki hatipikiran, dan dengan demikian, ia
hanya terbatas pada makhluk berakal seperti manusia, malaikat dan jin.
27
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan keadaan segolongan orang-orang Mekkah yang telah masuk Islam, tetapi mereka
24
M. Quraish Shihab, loc. cit
25
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, op, cit., h. 428
26
Muhammad Nawawi Al-jawi, op. cit., h. 153.
27
M. Quraish Shihab, op. cit., h. 453
menyembunyikan keislamannya. Pada waktu perang Badr, mereka dipaksa menyertai kaum Qurasiy untuk berperang melawan Rasulullah
sehingga diantara mereka banyak yang mati terbunuh. Berkatalah kaum Muslimin Madinah: “mereka itu adalah orang-orang Islam,
tetapi dipaksa ikut berperang untuk melawan Rasulullah. Hendaklah kalian memintakan ampun kepada mereka”.
28
Maka turunlah surah an- Nisa ayat 97:
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri kepada mereka
Malaikat bertanya : Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?. mereka menjawab: Adalah Kami orang-orang yang tertindas
di negeri Mekah. Para Malaikat berkata: Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.
orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
29
Setelah turun ayat ini Q.S. 4 an-Nisa: 97 orang-orang muslim di Madinah mengirim surat kepada kaum Muslimin yang masih ada di
Mekkah dengan ayat tersebut, dan dikatakan kepada mereka bahwa tidak ada alasan lagi untuk tidak hijrah. Kemudian mereka hijrah ke
Madinah, tetapi mereka masih dikejar dan dianiaya oleh orang-orang musyrik. Akhirnya mereka terpaksa pulang kembali ke Mekkah. Maka
turunlah ayat ini surah 29 al-Ankabut ayat 10 yang berkenaan dengan
28
H.A.A.Dahlan dan M. Zaka Alfarisi, Asbanun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009, cet. X, h. 162
29
Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, op. cit,. h. 94
peristiwa tersebut, sebagai teguran terhadap keluhan mereka, yang menganggap siksaan yang mereka alami sebagai azab dari Allah. Ayat
ini pun Q.S. 29 al-Ankabut: 10 kemudian dikirim lagi kepada kaum Muslimin Mekkah. Mereka merasa sedih. Maka turunlah surah 16 an-
Nahl ayat 110,
30
Dan Sesungguhnya Tuhanmu pelindung bagi orang- orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian
mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
31
Ayat ini pun Q.S. 16 an-Nahl: 110 dikirim pula kepada kaum Muslimin Mekkah sebagai janji Allah untuk melindungi orang-orang
yang hijrah dan sabar. Maka mereka pun berhijrah ke Madinah dan tidak luput dari kejaran kaum musyrikin, di antaranya ada yang
selamat, tetapi ada juga yang gugur.
32
Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang- orang yang beriman: dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-
orang yang munafik. Maksudnya
adalah, wahai
kaum, Allah
benar-benar mengetahui para wali-Nya dan golongan-Nya yang terdiri dari oran-
orang yang beriman kepada-Nya, Allah juga benar-benar mengetahui orang-orang munafik daripada kamu, sehingga setiap golongan dapat
dibedakan. Allah memperlihatkan itu dengan memberikan ujian, bala,
30
H.A.A. Dahlan dan M. Zaka Alfarisi, loc. cit.
31
Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, op. cit,. h. 279
32
Ibid.
dan cobaan, sehingga dapat terlihat jelas orang-orang yang segera berhijrah di antara kamu dari negeri musyrik ke negeri Islam.
33
Menurut penafsiran yang lain yang dimaksud dengan “dan sesungguhnya Allah benar-
benar mengetahui” adalah bahwa Allah menjelaskan kepada umat manusia sehingga tampak bagi mereka.
Allah tahu segala yang sudah terjadi dan yang akan terjadi, tidakada yang samar bagi Allah. Dengan demikian yang dimaksudkan adalah
menampakkan, bukan tahu secara ghaib itu sendiri.
34