Tujuan Penelitian Manfaat Masalah Penentuan Koridor Bus dalam Meminimumkan Biaya Operasional

I PENDAHULUAN Pada bagian awal bab ini akan dijelaskan latar belakang dan tujuan penelitian yang dilakukan. Sementara itu pada bagian akhir bab ini akan disajikan manfaat dari tulisan ini bagi pengelola Bus Rapid Transit.

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia. Penduduk Indonesia pada bulan Juli 2012 diperkirakan akan mencapai 248.216.193 jiwa dengan 40 di antaranya berada di daerah perkotaan CIA 2012. Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan kota dengan populasi terbesar di seluruh Indonesia dengan banyaknya penduduk sebesar 9,121 juta jiwa. Pemerintah provinsi DKI Jakarta menyebutkan banyaknya penduduk Jakarta pada siang hari mencapai 11 juta jiwa, sedangkan pada malam hari hanya terdapat 8,9 juta jiwa. Hal ini menjelaskan bahwa penduduk kota Jakarta mempunyai mobilitas yang sangat tinggi dengan selisih 2,1 juta jiwa yang bergerak masuk dan keluar kota Jakarta setiap harinya. Tingginya mobilitas penduduk Jakarta tersebut mengakibatkan kemacetan di sejumlah ruas jalan di Jakarta. Kondisi ini juga disebabkan dengan kurangnya kesadaran para pengguna jalan yang sering mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, terutama para pengendara angkutan umum. Kemacetan ini setiap harinya baru dapat terurai sekitar pukul 01.00 pagi. Untuk memecahkan masalah tersebut, pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menyusun Pola Transportasi Makro PTM sebagai perencanaan umum pengembangan sistem transportasi di wilayah DKI Jakarta. Mengacu pada PTM tersebut, untuk tahap awal realisasinya dibangun suatu jaringan sistem angkutan umum massal yang menggunakan bus pada jalur khusus yang disebut dengan busway sebagai sarana untuk mengakomodasi tingginya mobilitas penduduk kota Jakarta. TransJakarta Busway adalah salah satu bus rapid transit BRT yang digunakan sebagai sarana bagi masyarakat kota Jakarta agar dapat melakukan mobilitas dengan cepat, aman dan nyaman yang dikelola oleh Badan Layanan Usaha BLU TransJakarta. BLU TransJakarta tersebut mempunyai tujuan utama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna BRT. BLU tersebut juga mengatur masalah pengadaan armada bus, pengoptimalan layanan transportasi publik yang efisien dari segi biaya dan investasi, dan lainnya. Masalah yang terjadi dalam pengoptimalan layanan transportasi publik seperti BRT ini antara lain adalah membuat aturan-aturan yang dapat meminimumkan frekuensi bus yang digunakan per hari atau per koridor yang dapat bermacam-macam kemungkinannya; kemudian, membuat aturan-aturan yang dapat menentukan seberapa banyak tambahan bus yang dioperasikan dari jumlah minimumnya saat banyaknya penumpang bus mencapai tingkat tertentu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan frekuensi bus dan koridor yang digunakan agar diperoleh biaya operasional yang minimum.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah: 1. memberikan gambaran rute-rute yang dapat meminimumkan biaya operasional TransJakarta Busway, 2. menjadi masukan bagi pemerintah kota Jakarta dalam pengembangan bus rapid transit yang lebih baik. II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian. Pertama akan dijelaskan tentang sistem transportasi. Bus rapid transit BRT adalah hasil dari perkembangan sistem transportasi yang menjadi topik utama dalam karya ilmiah ini. Salah satu masalah yang terjadi dalam pengoperasian BRT adalah masalah penentuan koridor bus dan frekuensi pelayanan bus. Pada bagian akhir akan dijelaskan pemrograman taklinear sebagai salah satu metode untuk menentukan solusi dari masalah penentuan koridor bus dan frekuensi pelayanan bus. 2.1 Transportasi Bus Rapid Transit Pertama akan dijelaskan tentang sistem transportasi dan bus rapid transit yang merupakan pokok bahasan utama dalam karya ilmiah ini. Sistem transportasi adalah salah satu komponen dasar dari sebuah lingkungan sosial, ekonomi, dan struktur fisik masyarakat perkotaan. Sebagai bagian utama dari sistem transportasi perkotaan, transportasi publik telah dikenal luas sebagai cara yang berpotensi untuk mengurangi polusi udara, mengurangi konsumsi energi, meningkatkan mobilitas, mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan produktivitas, menyediakan lapangan kerja, mempromosikan penjualan retail, dan merealisasikan pola pertumbuhan perkotaan. Fan Machemehl 2004 Bus rapid transit BRT adalah sistem transportasi bus terbaik yang dapat mengantarkan penumpang dengan cepat, nyaman, meningkatkan mobilitas penduduk perkotaan secara efektif dalam hal biaya karena dilengkapi oleh infrastruktur jalan yang terpisah, cepat dan sering beroperasi, serta sangat baik dalam penjualan tiket dan pelayanan penumpang. ITDP 2007 Koridor secara umum dipilih berdasarkan beberapa faktor, termasuk permintaan penumpang, keunggulan jaringan, karakteristik jalan, kemudahan dalam implementasi, biaya, pertimbangan politik, dan pertimbangan sosial. ITDP 2007 Pelayanan minimum frekuensi bus dirancang untuk menjamin tingkat kenyamanan penumpang, walaupun dalam keadaan sedikit penumpang. Sistem BRT dirancang untuk melayani penumpang lebih baik dibandingkan dengan transportasi lokal lainnya. Beberapa pertimbangan untuk menentukan standar pelayanan bus di antaranya ialah: a tipe kendaraan, b aransemen kendaraan jumlah tempat duduk, ruang untuk berdiri, c kemungkinan beberapa penumpang diharuskan untuk berdiri, d panjang koridor dan kecepatan kemungkinan penumpang yang berdiri diharuskan berdiri untuk koridor yang panjang atau beroperasi dalam kecepatan maksimum, e bagaimana kursi roda atau alat bantu bergerak lainnya ditangani di dalam kendaraan, f kemungkinan sepeda dibawa masuk ke dalam bus. APTA 2010 2.2 Pemrograman Linear Fungsi linear dan pertidaksamaan linear merupakan salah satu konsep dasar yang harus dipahami terkait dengan konsep pemrograman linear. Definisi 1 Fungsi Linear Sebuah fungsi 1 2 , ,..., n f x x x dalam variabel-variabel 1 2 , ,..., n x x x adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk suatu himpunan konstanta 1 2 , ,..., n c c c , fungsi f dapat dituliskan sebagai 1 2 1 1 , ,..., n f x x x c x  2 2 ... n n c x c x    . Winston 2004 Sebagai contoh, 1 2 1 2 , 5 f x x x x   merupakan fungsi linear, sementara 3 1 2 1 2 , f x x x x  bukan fungsi linear. Definisi 2 Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Misalkan b sembarang bilangan. Suatu persamaan 1 2 , ,..., n f x x x b  merupakan persamaan linear. Untuk sembarang fungsi linear 1 2 , ,..., n f x x x dan sembarang bilangan b, pertidaksamaan 1 2 , ,..., n f x x x b  atau 1 2 , ,..., n f x x x b  adalah pertidaksamaan linear. Winston 2004 Pemrograman linear PL atau linear programming adalah suatu masalah optimasi yang memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi objektif, b nilai variabel-variabel keputusannya harus memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap kendala harus berupa persamaan linear atau pertidaksamaan linear, c ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel i x , pembatasan tanda menentukan i x harus taknegatif   i x  atau tidak dibatasi tandanya unrestricted in sign. Winston 2004 2.3 Integer Programming Integer programming IP atau pemrograman integer adalah suatu model pemrograman linear dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat integer. Jika semua variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut dinamakan pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus berupa integer, maka disebut mixed integer programming MIP. IP dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 IP. Garfinkel Nemhauser 1972 Definisi 3 Pemrograman Linear Relaksasi Pemrograman linear relaksasi atau sering disebut PL-relaksasi merupakan suatu pemrograman linear yang diperoleh dari suatu pemrograman linear yang diperoleh dari suatu IP dengan menghilangkan kendala integer atau kendala 0-1 pada setiap variabelnya. Untuk masalah maksimisasi, nilai optimum fungsi objektif PL-relaksasi lebih besar atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif IP, sedangkan untuk masalah minimisasi, nilai optimum fungsi objektif PL- relaksasi lebih kecil atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif IP. Winston 2004 2.4 Nonlinear Programming Model nonlinear programming NLP meliputi pengoptimuman suatu kondisi berikut: a fungsi objektif nonlinear terhadap kendala linear, b fungsi objektif nonlinear terhadap kendala nonlinear, c fungsi objektif nonlinear dan tak berkendala. Sharma 2006 Definisi 4 Pemrograman Taklinear Bentuk umum pemrograman taklinear adalah :            1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 max atau min , ,..., terhadap kendala : , ,..., , , , ,..., , , , ,..., , , n n n m n m z f x x x g x x x b g x x x b g x x x b           1 Sama halnya dengan pemrograman linear,   1 2 , ,..., n f x x x adalah fungsi objektif dari pemrograman taklinear, dan   1 1 2 , ,..., n g x x x   1 , , , b    ...,   1 2 , ,..., m n g x x x   , , m b    adalah kendala pemrograman taklinear. Sebuah pemrograman taklinear yang tidak ada kendala g i disebut pemrograman taklinear tak berkendala. Winston 2004 Definisi 5 Daerah Fisibel Pemrograman Taklinear Daerah fisibel untuk pemrograman taklinear 1 adalah himpunan dari nilai-nilai   1 2 , ,..., n x x x yang memenuhi sejumlah m kendala di 1. Sebuah nilai di dalam daerah fisibel adalah nilai fisibel, dan sebuah nilai di luar daerah fisibel disebut nilai takfisibel. Winston 2004 2.5 Integer Nonlinear Programming Model integer nonlinear programming INLP merupakan suatu model pemrograman matematika dengan variabel keputusan berupa bilangan integer dan fungsi objektif atau kendalanya taklinear. Ecker Kupferschmid 1998 Contoh 1 Misalkan diberikan masalah INLP berikut: 2 1 1 2 1 2 2 1 2 max 3 2 , terhadap 2 5, 2 7, x x x x x x x      1 2 1 2 0, 0, , . x x x x integer     Dari INLP tersebut diperoleh solusi optimal adalah 33 dengan nilai x 1 = 3 dan nilai x 2 = 1. Penghitungan masalah INLP tersebut diberikan di Lampiran 1. III MASALAH PENENTUAN KORIDOR DALAM BRT Bab ini akan membahas deskripsi masalah BRT, batasan masalah dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan formulasi matematika terhadap permasalahan tersebut.

3.1 Perumusan Masalah BRT