STANDAR MUTU TEPUNG GLUKOMANAN

10 β-1,4 glikosidik pada bagian dalam rantai xilan secara acak menjadi xilooligosakarida dan xilosa, sedangkan eksoxilanase mampu memutus rantai xilan pada ujung reduksi, sehingga menghasilkan xilosa sebagai produk utama dan sejumlah xilooligosakarida rantai pendek. Xilooligosakarida rantai pendek tersebut kemudian dihidrolisis oleh β-xilosidase menjadi monomernya yaitu xilosa yang juga merupakan inh ibitor bagi enzim β-xilosidase. Jumlah rantai xilooligosakarida dapat mempengaruhi aktivitas β-xilosidase, dimana peningkatan rantai xilooligosakarida akan menurunkan aktivitas enzim tersebut Reilly 1985.

2.5 STANDAR MUTU TEPUNG GLUKOMANAN

Sebagai salah satu produsen terbesar tepung glukomanan, Jepang telah menetapkan standar untuk tepung glukomanan. Penetapan standar tersebut dilakukan oleh Asosiasi Konyaku Jepang yang bertujuan untuk meningkatkan mutu produk serta menjaga harga transaksi yang stabil Asosiasi Konyaku Jepang 1976 diacu dalam Nurjanah 2010. Adapun standar mutu yang telah dikeluarkan oleh Asosiasi Konyaku Jepang 1976 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar mutu tepung glukomanan Karakteristik Mutu Utama I II Bobot per karung kg 20 20 20 Kadar air 12 14 18 Derajat tumbuk Sangat halus Halus Agak Halus Warna Putih mengkilap Putih Agak putih Bahan tambahan Negatif Negatif Negatif Jumlah kandungan SO 2 gkg 0.6 0.6 0.9 Sumber: Asosiasi Konyaku Jepang 1976 diacu dalam Nurjanah 2010

III. METODE PENELITIAN

3.1 BAHAN DAN ALAT

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah chips kering iles-iles kuning Amorphophalus oncophyllus yang diperoleh dari KPH Saradan, Desa Klangon, Kabupaten Madiun, dengan kadar air chips antara 8 – 10. Bahan yang digunakan dalam pemurnian tepung glukomanan adalah larutan bufer fosfat sitrat, enzim α-amilase, enzim xilanase, enzim selulase, larutan etanol 95 dan aquades. Bahan yang digunakan dalam analisis adalah larutan NaOH, larutan HCl, larutan kalium iodida, larutan H 2 SO 4 , larutan heksan, larutan KMnO 4 , larutan dinitrosalisilat, larutan fenol, larutan H 3 PO 4 , larutan Pb asetat, CuSO 4 hablur, Na 2 SO 4 hablur, larutan H 3 BO 3 , Na 2 CO 3 hablur, larutan indikator merah metil, larutan Na 2 S 2 O 3 , larutan Luff Schroll, larutan kanji dan larutan iod. Alat-alat yang digunakan dalam pemurnian tepung glukomanan adalah inkubator, sentrifuse, tabung sentrifuse, kain saring, pengaduk, saringan, termometer dan penangas air. Peralatan untuk melakukan analisis adalah cawan aluminium, cawan porselen, oven, tanur, Viscometer Brookfield LV, whiteness meter model C100, soxhlet, kertas saring, hot plate, buret, kjeltec, labu Kjeldahl, spektrofotometer Hach, mikroskop cahaya terpolarisasi dan peralatan gelas lainnya.

3.2 TATA LAKSANA PENELITIAN

Sistematika penelitian ini terdiri atas persiapan dan karakterisasi bahan baku, penentuan aktivitas dan kondisi kerja enzim yang akan digunakan, pemurnian glukomanan serta karakterisasi fisikokimia tepung glukomanan dan hidrolisat setelah dimurnikan.

3.2.1 Persiapan dan Karakterisasi Bahan Baku

Pembuatan tepung iles-iles dilakukan dengan cara menggiling chips dengan menggunakan disc mill kemudian diayak dengan ayakan berukuran 40 mesh sehingga dihasilkan tepung iles-iles yang siap untuk dimurnikan. Tepung iles-iles kemudian dianalisis komponen proksimatnya, meliputi: air, abu, serat, lemak, protein dan karbohidrat by difference. Komponen serat yang dianalisis meliputi ADF Acid Detergent Fiber, NDF Neutral Detergent Fiber dan selulosa, sedangkan komponen karbohidrat yang dianalisis, meliputi kadar pati, gula pereduksi dan kadar glukomanan. Prosedur analisis tersebut disajikan pada Lampiran 1.

3.2.2 Penentuan Aktivitas dan Kondisi Kerja Enzim α-amilase, Selulase dan Xilanase

Penentuan aktivitas ketiga enzim ini didasarkan pada pembentukan gula pereduksi yang dihasilkan dengan menghidrolisis substrat soluble starch α-amilase, CMC selulase dan xilan xilanase pada kondisi suhu dan pH yang optimum. Pada penelitian ini, penentuan aktivitas enzim α- amilase dilakukan pada pH 5.0, 5.2, 5.4, 5.6, 5.8 dan 6.0 serta pada suhu 50ºC, 65ºC dan 95ºC. Penentuan aktivitas enzim xilanase dilakukan pada pH 6 dan suhu 50ºC, sedangkan enzim selulase pada pH 5 dan suhu 60ºC. Ketiga enzim tersebut diuji aktivitasnya dengan mengukur pembentukan gula pereduksi dan dibaca dengan pereaksi DNS. Prosedur selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.