2.7. Penelitian Sebelumnya
Siti Aisyah Tri Rahayu 2000. Dalam penelitiannya tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia, menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah ΔY merupakan fungsi dari laju pertumbuhan angkatan kerja ΔL, rasio
investasi swasta PMA dan PMDN yang disetujui terhadap PDRB IP, rasio investasi pemerintah daerah terhadap PDRB IG, rasio pengeluarankonsumsi
pemerintah belanja rutin daerah terhadap PDRB GY ΔG dan rasio
penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari pajak daerah dan penerimaan non pajak terhadap PDRB RY.
Arief Hadiono 2001 Dalam penelitiannya tentang pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Tengah menggunakan data polling sampel populasi kabkota di
Jateng selama tahun 1994-1998 menyebutkan bahwa output suatu daerah PDRB merupakan fungsi dari investasi pemerintah, penyerapan tenaga kerja dan sarana
angkutan umum. Devarajan, Swaroop dan Zou 1996 mengemukakan bahwa di 43 negara
berkembang selama 20 tahun menunjukkan peningkatan pengeluaran rutin dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
sebaliknya pengeluaran pembangunan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Fadilah 2004 menemukan Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 , meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 .
Seluruh komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen– komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat.
i Sementara
investasi dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun
Universitas Sumatera Utara
perannya sebagai penggerak perekonomian relatif masih terbatas. Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada sistem perekonomian dunia. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju pertumbuhan negara-negara tersebut.
Perubahan tersebut yang disertai teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara.
Hanum 2004 yang menggunakan metode OLS Ordinary Least Square antara lain menemukan bahwa untuk variabel pengeluaran pemerintah memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Mulatip dan Brodjonegoro 2004 dalam jurnal yang berjudul ”Determinan Pertumbuhan Kota di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut variabel yang
digunakan antara lain yaitu, pertumbuhan kota sebagai variabel terikat. Sebagai variabel bebas yang digunakan yaitu, kepadatan penduduk, urbanisasi primacy
dan lokalisasi proporsi manufaktur, pendapatan dan pengeluaran pemerintah, dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan penduduk
berpengaruh secara negatif terhadap pertumbuhan kota. Urbanisasi primacy dan lokalisasi proporsi manufaktur secara positif mempengaruhi pertumbuhan kota.
Sedangkan pendapatan dan pengeluaran pemerintah secara agregat dan tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota. Tingkat pendidikan penduduk
sebagai faktor kunci dalam pertumbuhan, berkorelasi positif dengan pertumbuhan kota. Kondisi ini menjelaskan pentingnya peran human capital baik pada level
kota maupun level negara.
Universitas Sumatera Utara
Ananta 2006 mengidentifikasi terhadap faktor determinan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah Propinsi Jawa Tengah. Studi ini menggunakan metode
penelitian deduktif kuantitatif dengan menggunakan Path Analysis. Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model diagram jalur
sebelum krisis 1993-1996, saat krisis 1997-1999 dan setelah terjadi krisis 2000-2005. Pada periode analisis sebelum krisis faktor-faktor yang signifikan
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi kabupatenkota di Jawa Tengah adalah jumlah penduduk 1,01; teknologi 0,36; dan infrastruktur 0,27
dengan tingkat signifikansi 10. Sedangkan variable tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung sebesar 0,27 melalui variable teknologi. Pada saat
krisis faktor yang signifikan berpengaruh langsung adalah teknologi 0,49, sedang tingkat pendidikan 0,17 berpengaruh tidak langsung dan pada tingkat
signifikansi 5. Sementara setelah krisis faktor yang berpengaruh langsung adalah jumlah penduduk 0,96; teknologi 0,33; infrastruktur 0,32; dan
investasi 0,31, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh secara tidak langsung 0,17 melalui teknologi pada tingkat signifikansi 10. Variabel jumlah penduduk
menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, terutama untuk penduduk yang tinggal di perkotaan. Hal ini
disebabkan karena terkait dengan terjadinya aglomerasi di kota-kota besar. Penduduk dan proses produksi ekonomi menumpuk di daerah perkotaan. Di sisi
lain, penduduk perkotaan diuntungkan dengan adanya aglomerasi sehingga cenderung memiliki tingkat kesejahteraan yang baik dan menyebabkan tingkat
konsumsi lebih tinggi. Sementara proses produksi sendiri diuntungkan dengan adanya kemudahan mencari pangsa pasar dan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konseptual