The use of wheat bran fermented by aspergillus niger as a feed to produce healthy broiler meat in low-cholesterol

(1)

PENGGUNAAN DEDAK GANDUM KASAR (

WHEAT BRAN

)

YANG DIFERMENTASI

Aspergillus niger

SEBAGAI

PAKAN UNTUK MENGHASILKAN DAGING

AYAM SEHAT RENDAH KOLESTROL

SKRIPSI

IRA SUCI ARIESTYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

RINGKASAN

Ira Suci Ariestya. D24080232. 2012. Penggunaan Dedak Gandum Kasar (Wheat Bran) yang Difermentasi Aspergillus niger sebagai Pakan untuk Menghasilkan Daging Ayam Sehat Rendah Kolesterol. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc.

Pembimbing Anggota : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Daging ayam broiler merupakan salah satu pangan yang memiliki brand image

sebagai sumber kolesterol sehingga dibutuhkan teknologi yang dapat memproduksi daging ayam broiler yang rendah kolesterol. Dedak gandum kasar (wheat bran) merupakan hasil samping dari industri pengolahan tepung terigu. Penggunaan produk fermentasi dalam pakan ternyata dapat menurunkan serum kolesterol darah. Peningkatan kualitas zat makanan pada dedak gandum kasar dan penurunan kolesterol dilakukan dengan metode fermentasi kapang Aspergillus niger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dedak gandum kasar (WB) yang difermentasi (WBF) terhadap persentase kolesterol yang dihasilkan dan performa ayam broiler.

Penelitian ini menggunakan dedak gandum kasar (WB) yang berasal dari PT. Indofood Sukses Makmur. Ternak yang digunakan sebanyak 192 ekor broiler berumur 14 hari dengan bobot badan rata-rata 333,67 ± 21,45 g. Pemeliharaan dilakukan sampai umur ternak mencapai 5 minggu. Perlakuan dibagi menjadi 6 perlakuan dengan 4 ulangan : R0 (pakan tanpa WB & WBF), R1 (pakan dengan 15% WB), R2 (pakan dengan 15% WBF), R3 (pakan dengan 20% WBF), R4 (pakan dengan 25% WBF) dan R5 (pakan dengan 30% WBF) dengan peubah yang diamati adalah konsumsi pakan (g), pertambahan bobot badan (g), bobot badan akhir (g), konversi pakan, persentase karkas (%), persentase lemak abdomen (%), kolesterol daging (mg/100gr), kolesterol darah (mg/dl), trigliserida darah (mg/dl), HDL darah (mg/dl) dan LDL darah (mg/dl). Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisi ragam (Anova) dan uji ortogonal kontras untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.

Dari penelitian ini dihasilkan respon negatif terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan (P<0,05) dengan menambahakan WBF melebihi 20% dalam komposisi pakan, namun tidak dihasilkan pengaruh yang nyata untuk konsumsi, persentase karkas, dan persentase lemak abdomen. Untuk kolesterol daging dan darah, trigliserida, HDL dan LDL serum darah tidak dihasilkan pengaruh yang nyata untuk semua perlakuan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian WBF dalam pakan ayam broiler sampai dengan taraf 15% memberikan performa dan konversi pakan yang paling baik diantara semua perlakuan. Namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase karkas, persentase lemak abdomen, kandungan koleterol daging, kolesterol darah, trigliserida, HDL dan LDL darah.


(3)

ABSTRACT

The Use of Wheat Bran Fermented by Aspergillus niger As a Feed to Produce Healthy Broiler Meat in Low-Cholesterol

Ariestya, I. S., Y. Retnani, and A. S. Tjakradidjaja

Wheat bran (WB) is a byproduct of wheat flour mill that has potential as a broiler feed. Nutrient contents of WB are relatively low in available energy and protein, but high in fiber. Fermentation technology using Aspergillus niger is one processing method to increase the quality of WB. The objective of this study was to evaluate the effect of fermenting WB with Aspergillus niger (WBF) on broiler performance and cholesterol concentration. One hundred ninety two fourteen day old chicken (initial body weight 333.67 ± 21.45 g) were used and reared for three weeks. The treaments were R0 (diet without WB and WBF), R1 (diet containing 15% WB), R2 (diet containing 15% WBF), R3 (diet containing 20% WBF), R4 (diet containing 25% WBF), and R5 (diet containing 30%WBF). Experimental diets were formulated isoprotein (20%) and isoenergy (3150 kcal/kg). A completely randomize design with 6 treatments and 4 replications were assigned in this experiment. The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and contrast orthogonal to determine differences between treatments. There were significant (P<0.05) negative responses in body weight, and feed conversion with increasing of WBF more than 20% in diets, but feed consumption, carcass percentage and abdominal fats were almost the same for all treatments. There were no significant responses in meat cholesterol, cholesterol, triglyseride, HDL dan LDL of blood serum. It is concluded that WBF can be used as feed to produce healthy broiler meat with the best level was 15% in the diet.


(4)

PENGGUNAAN DEDAK GANDUM KASAR (

WHEAT BRAN

)

YANG DIFERMENTASI

Aspergillus niger

SEBAGAI

PAKAN UNTUK MENGHASILKAN DAGING

AYAM SEHAT RENDAH KOLESTROL

IRA SUCI ARIESTYA D24080232

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(5)

Judul : Penggunaan Dedak Gandum Kasar (Wheat Bran) yang Difermentasi

Aspergillus niger sebagai Pakan untuk Menghasilkan Daging Ayam Sehat Rendah Kolesterol

Nama : Ira Suci Ariestya NIM : D24080232

Menyetujui,

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 09 Agustus 2012 Tanggal Lulus : Pembimbing Utama,

Dr.Ir. Yuli Retnani, M.Sc. NIP. 19640724 199002 2 001

Pembimbing Anggota,

Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc. NIP. 19610930 198603 2 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Maret 1990 di

DKI Jakarta. Penulis adalah anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Ismail Labello dan Ibu Rupani.

Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2002 di SDS Mutiara II Tg. Priuk, Jakarta-Utara, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SLTPN 95, Jakarta-Utara dan pendidikan

menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMAN 80, Jakarta-Utara.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), setelah menyelesaikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB), IPB pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa, pada tahun 2009-2010 penulis merupakan sekretaris Biro Fieldtrip dan Magang dan pada tahun 2010 reporter Bulster, Himasiter serta Anggota SOSLINGMAS ISMAPETI wilayah II. Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Industri Pakan dan Mikrobiologi Nutrisi pada Tahun Ajaran 2012.

Prestasi penulis selama menjalani pendidikan di IPB, diantaranya pada tahun 2010 penulis menjadi menjadi finalis 15 besar pada lomba “The Craziest Business

Plan” di Yogyakarta pada tahun 2011 dan juara ke-2 pada lomba “Business

Chanllange Fapet” pada tahun 2011. Penulis juga mendapatkan beberapa beasiswa

yaitu beasiswa POM pada tahun 2008-2009, beasiswa Bank Indonesia pada tahun 2009-2011, beasiswa penelitian Indofood Riset Nugraha pada tahun 2011-2012 dan mendapat pendanaan dari DIKTI dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada tahun 2011-2012.

Bogor, September 2012 D24080232 Ira Suci Ariestya


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT untuk segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Dedak Gandum Kasar (Wheat Bran) yang Difermentasi Aspergillus niger sebagai Pakan untuk Menghasilkan Daging Ayam Sehat Rendah Kolesterol” dibawah bimbingan Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc. dan Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian dari bulan September 2011 hingga Februari 2012 di Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi, Blok kandang C dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menjelaskan tentang efek pemberian

wheat bran fermentasi sebagai pakan terhadap perfoma dan kandungan kolesterol ayam broiler. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian dedak gandum yang difermentasi terhadap performa dan kandungan kolesterol.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi yang berguna dalam dunia peternakan dan bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Dedak Gandum Kasar (Wheat Bran) ... 3

Fermentasi Media Padat ... 4

Aspergillus niger ... 5

Ayam Pedaging (Broiler) ... 6

Karkas ... 8

Lemak Abdomen ... 8

Kolesterol ... 9

Fraksi Lemak Darah ... 10

Penelitian Penurunan Kadar Kolesterol Fermentasi ... 12

MATERI DAN METODE ... 13

Tempat dan Waktu ... 13

Materi ... 13

Ternak ... 13

Wheat Bran ... 13


(9)

Metode ... 15

Prosedur ... 15

Persiapan Bahan Baku ... 15

Pemeliharaan ... 15

Pengukuran Karkas ... 16

Pengukuran Lemak Abdomen ... 16

Analisa Kolesterol Daging ... 16

Analisa Fraksi Lemak Darah ... 16

Rancangan Percobaan dan Peubah Penelitian ... 16

Rancangan Percobaan ... 17

Peubah yang Diamati ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Kandungan Nutrisi Dedak Gandum Kasar setelah Fermentasi ... 19

Konsumsi Bahan Segar, Bahan Kering dan Zat Nutrisi Pakan selama Penelitian ... 21

Pengaruh Perlakuan terhadap Kinerja Ayam Broiler ... 26

Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan Akhir ... 27

Konversi Pakan ... 29

Persentase Karkas ... 30

Persentase Lemak Abdomen ... 31

Kolesterol Daging dan Fraksi Lemak Darah ... 31

Fraksi Lemak Darah ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

UCAPAN TERIMA KASIH ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Zat Makanan Dedak Gandum Kasar dan Pollard...3

2. Kandungan Asam Amino dan Protein Dedak Gandum Kasar (WB) dan Tepung Terigu Dedak Gandum Kasar... 4

3. Persyaratan Standar Mutu Ayam Broiler Starter dan Finisher... 7

4. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707... 8

5. Susunan dan Kandungan Pakan selama Penelitian (0-35 Hari)... 14

6. Komposisi Zat Nutrien Pakan selama Penelitian (0-35 Hari) .... ... 14

7. Kandungan Zat Nutrisi Wheat Bran (WB) dan Wheat Bran Fermentasi (WBF)... 19

8. Rataan Konsumsi As fed, Bahan Kering dan Zat Makanan selama Penelitian per ekor selama Penelitian (0-5 minggu)... 22

9. Rataan Suhu Harian selama Penelitian (0C)... 23

10.Pengaruh Perlakuan terhadap Kinerja Ayam Broiler selama Penelitian... 27

11.Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Daging & Fraksi Lemak Darah Ayam Broiler Umur 5 Minggu... 32


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mekanisme Hidrolisa Selulosa ... 6

2. Konsumsi Protein Kasar ... 24

3. Konsumi Serat Kasar ... 24

4. Konsumsi Lemak Kasar ... 25

5. Konsumsi Gross Energi ... 26

6. Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan Akhir ... 28

7. Konversi Pakan ... 31

8. Persentase Karkas Umur 5 Minggu ... 30

9. Persentase Lemak Abdomen Ayam Umur 5 Minggu ... 31

10. Kolesterol Daging Ayam Broiler Umur 5 Minggu ... 33

11. Grafik Konsumsi Serat Kasar ... 35

12. Grafik Komposisi Crude Palm Oil dalam Pakan ... 35


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. ANOVA Konsumsi As fed ... 46

2. ANOVA Konsumsi Bahan Kering (BK)...46

3. ANOVA Konsumsi Protein Kasar (PK)... 46

4. ANOVA Konsumsi Lemak Kasar (LK)... 46

5. ANOVA Konsumsi Sera Kasar (SK)... 47

6. ANOVA Konsumsi BETN... 47

7. ANOVA Konsumsi Energi Bruto... 47

8. ANOVA Bobot Badan Akhir... 47

9. ANOVA Pertambahan Bobot Badan... 48

10. ANOVA Konsversi Pakan... 48

11. ANOVA Persentase Karkas... 48

12. ANOVA Persentase Lemak Abdomen... 48

13. ANOVA Kolesterol Daging... 49

14. ANOVA Kolesterol Serum Darah... 49

15. ANOVA Trigliserida Serum Darah... 49

16. ANOVA HDL Serum Darah... 49

17. ANOVA LDL Serum Darah... 50

18. Uji Orthogonal Kontras Konsumsi Protein Kasar (PK)... 50

19. Uji Orthogonal Kontras Konsumsi Lemak Kasar (LK)... 51

20. Uji Orthogonal Kontras Konsumsi Serat Kasar (SK)...51

21. Uji Orthogonal Kontras Konsumsi Energi Bruto (EB)... 52

22. Uji Orthogonal Kontras Bobot Badan Akhir... 52

23. Uji Orthogonal Kontras Pertambahan Bobot Badan... 53

24. Uji Orthogonal Kontras Konversi Pakan... 53

25. Gambar Selama Penelitian... 54


(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini trend pengadaan pangan sehat sangat diminati karena semakin banyak masyarakat yang menyadari arti penting kesehatan. Sumber protein hewani adalah salah satu pangan yang masih rentan terhadap berbagai cemaran dan memiliki

brand image sumber kolesterol. Konsumsi akan sumber protein hewani yang terbatas karena ketakutan akan kandungan kolesterol didalamnya yang dikhawatirkan dapat menyebabkan defisiensi protein hewani. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kebutuhan dan permintaan produk hewani khususnya daging ayam dengan keunggulan seperti rendah kolesterol. Produk daging ayam sehat rendah kolesterol dapat memenuhi kebutuhan sebagai sumber protein hewani dengan kandungan kolesterol yang rendah.

Bagi sebagian masyarakat, terutama yang beresiko tinggi atau mengidap penyakit seperti jantung koroner dan stroke, konsumsi sumber protein hewani menjadi terbatas karena ketakutan akan kadar kolesterol tinggi yang terkandung di dalamnya. Kolesterol adalah komponen lemak yang berperan sebagai prekursor asam empedu yang disintesis dalam hati. Jika kadar lemak atau kolesterol yang terdapat pada tubuh ternak berlebih, kelebihan ini akan disimpan dalam jaringan adiposa dalam tubuh ternak sehingga akan terbawa dalam produk daging ternak. Kolesterol yang tinggi pada manusia sering menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan tersebut berupa arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) akibat deposisi kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida yang dapat berlanjut menjadi penyakit jantung koroner dan stroke sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian.

Dedak gandum kasar (wheat bran) adalah salah satu produk sampingan yang dihasilkan dari pengelolaan tepung berbahan dasar gandum. Dengan berkembangnya perusahaan pengelolaan gandum (pembuatan tepung terigu) maka ketersediaan bahan ini akan selalu ada. Pengelolaan pakan dengan tujuan merekayasa produk pakan agar dapat menghasilkan produk yang diinginkan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya adalah proses fermentasi. Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan enzim dari mikroba sehingga terjadi perubahan kimia dan menghasilkan produk tertentu.


(14)

2 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari bahan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terutama bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penggunaan mikroba seperti Lactobacillus (L) acidophilus, L. casei, Bifidobacterium bifidum, Torulopsis, dan Aspergilus oryzae

sebagai inokulan dalam fermentasi pakan ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum kolesterol ayam (Mohan et al., l996), serta dapat meningkatkan kualitas karkas (Owing et al., l990). Tanaka et al. (l992) menyatakan bahwa penggunaan bahan pakan produk fermentasi ternyata dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3- methylglutaryl Co-A reduktase yang berfungsi untuk mensintesis kolesterol dalam hati. Penggunaan produk fermentasi dalam pakan ternyata dapat menurunkan jumlah lemak tubuh ayam broiler (Ketaren

et al., 1999).

Penggunaan dedak gandum kasar difermentasi pada industri peternakan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan paradigma produk peternakan sebagai sumber kolesterol untuk pengkonsumsinya khususnya masyarakat yang berumur >30 tahun. Dengan merekayasa dedak gandum kasar menjadi pakan alternatif sehat akan menghasilkan produk pangan hewani yang sehat pula yaitu daging ayam rendah kolesterol.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dedak gandum kasar yang difermentasi dengan Aspergillus niger terhadap persentase kolesterol yang dihasilkan dan performa ayam broiler.


(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Dedak Gandum Kasar (Wheat Bran)

Dedak gandum kasar(Wheat Bran, WB) merupakan salah satu hasil ikutan pabrik penggilingan gandum yang memiliki kadar protein tinggi terutama bagian kulit lembaga biji gandum. Perkembangan industri dedak gandum di Indonesia sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari produksi tepung terigu yang terus meningkat. Menurut Aptindo (2012), konsumsi tepung terigu nasional naik 5,61% dari 1,15 juta ton pada tahun 2011 menjadi 1,22 juta ton pada tahun 2012. PT. Bogasari

Flour Mills menghasilkan tepung terigu sebesar 10.500 metrik ton per hari dari pabrik yang berada di Jakarta dan 5.500 metrik ton dari pabrik yang berada di Surabaya sehingga akan menghasilkan produk samping masing–masing sebesar 2.625 dan 1.375 metrik ton (Bogasari, 1999). Dengan demikian dedak gandum memiliki ketersediaan yang lebih kontinu dalam jumlah yang besar.

Scott et al. (1982) menyatakan bahwa dedak gandum kasar adalah bagian luar yang kasar dari biji gandum yang terpisah karena pembersihan dan pemecahan gandum dalam proses penggilingan dan memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan dengn pollard (Bogasari, 1999). Menurut Hartadi et al. (1990), dedak gandum mengandung 16,1 % protein, 4,5% lemak, 6,6% serat kasar, 4,2% abu dan 14,1 % BETN. Perbedaan kandungan serat kasar, protein kasar dan energi metabolis dari dedak gandum kasar dan pollard dicantumkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Dedak Gandum Kasar dan Pollard

Komponen Dedak Gandum Kasar *) Pollard **)

Protein kasar (%) 14,13 14,7

Serat Kasar (%) 15,16 6,43

Energi metabolisme (kkal/kg) 1747-1985 2252

Sumber : *) Wardani (2002); **) Bachmid (2001)

Penggunaan dedak gandum kasar dalam pakan anak ayam terutama untuk melengkapi vitamin B komplek (Heuser, 1995). Menurut Lorenz dan Kulp (1991), protein dedak gandum kasar lebih tinggi daripada protein terigu. Selain itu, dedak gandum kasar mengandung vitamin yang lebih banyak dibandingkan dengan tepung terigu (Tabel 2).


(16)

4 Tabel 2. Kandungan Asam Amino dan Protein Dedak Gandum (Wheat Bran) dan

Tepung Terigu Dedak Gandum Kasar Zat nutrisi

Tepung terigu Dedak gandum kasar Asam amino

Lisin 2,2 4,5

Histidin 2,6 2,8

Argini 3,5 6,

Asam aspartic 4,2 7,3

Treonin 3,0 3,5

Serin 4,8 4,6

Glisin 3,5 5,5

Alanin 2,9 4,9

Sistin 1,6 -

Valin 4,2 5,1

Metionin 1,5 1,4

Isoleusin 3,9 3,8

Leusin 7,2 6,7

Tirosin 2,3 2,1

Fenilalanin 4,7 4,0

Protein 12,2 17,7

Sumber : Lorenz dan Kulp (1991)

Fermentasi Media Padat

Fermentasi media padat adalah proses–proses yang menghasilkan komponen kimia komplek sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba (Muchtadi et al., 1992). Menurut jenis medianya fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi dengan media padat dan fermentasi dengan media cair. Fermentasi dengan media padat merupakan fermentasi yang substratnya tidak larut dalam air, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba (Harjo

et al., 1989), sedangkan fermentasi media cair merupakan proses fermentasi dengan menggunakan media cair yang substratnya terlarut dalam cairan dan mikrobanya berada dibawah pernukaan cairan (Muchtadi et al., 1992).


(17)

5 Menurut Harjo et al. (1989), beberapa keuntungan fermentasi media padat bila dibandingkan dengan media cair, adalah penggunaan substrat alami yang sifatnya tunggal, persiapan inokulum sederhana, dapat menghasilkan produk dengan kepekatan yang lebih tinggi, kontrol terhadap kontaminasi lebih rendah, kondisi inkubasi hampir menyerupai kondisi alami hingga tidak memerlukan kontrol suhu dan pH yang teliti dan aerasi dapat berlangsung lebih optimum. Secara umum, media fermentasi harus menyediakan semua zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesis produk–produk metabolis (Rachman, 1989). Presscott dan Dunn (1982) menyatakan bahwa bahan–bahan seperti onggok, dedak padi dan dedak gandum dapat digunakan sebagai medium fermentasi, meskipun kadang–kadang masih memerlukan penambahan sumber nitrogen dan unsur-unsur mineral.

Aspergillus niger

Salah satu mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum fermentasi adalah kapang. Kapang adalah organisme heterotrofik yang membutuhkan senyawa organik untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Pelczar dan Chan, 1986).

Aspergillus (A.) niger merupakan salah satu kapang yang mempunyai klasifikasi berikut : genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas Fungi imperfecti.

Aspergillus niger merupakan kapang yang tersebar luas di alam dan tumbuh baik pada substrat dengan kandungan gula dan garam yang tinggi, oleh karena itu dapat tumbuh pada media dengan kadar air rendah (Fardiaz, 1992). Kapang ini bersifat aerobik sehingga memerlukan oksigen. Temperatur dan kelembaban (RH) untuk pertumbuhan A. niger yang optimal adalah 35–37 0C dan 70–80 %, pada pH optimal 6 (Frazier dan Weshoff, 1981). A. niger menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler, diantaranya : amilase, glukoamilase, selulase, hemiselulase, katalase, pektinase, dan protease (Gandjar, 1977). Enzim yang dapat menghidrolisis ikatan β(1-4) pada selulosa adalah selulase. Enzim selulase merupakan sistem enzim yang terdiri atas endo-1,4-ß-glukanase, ekso-1,4-ß-glukanase dan ß-D-glukanase untuk memotong rantai dalam selulosa menghasilkan molekul selulosa yang lebih pendek.


(18)

6 Mekanisme hidrolisis selulosa oleh enzim selulase dapat dilihat dalam gambar berikut :

Raharjo et al. (2000) melaporkan bahwa fermentasi menggunakan A. niger

terhadap pollard mampu meningkatkan kandungan protein sampai kurang lebih 100 % dan menurunkan kandungan serat NDF pollard gandum sebanyak 25 %. Taram (1995) meneliti onggok yang difermentasi dengan A. niger selama enam hari mampu meningkatkan protein murni 25,75%, kehilangan bahan kering (BK) 37,72% dan serat kasar (SK) 16,8%. Pakan daun ubi kayu yang difermentasi dengan A. niger mampu meningkatkan protein awal sebesar 0,3–9,4 %. Walaupun fermentasi A. niger mampu meningkatkan kadar protein, kadar karbohidrat pakan menurun karena digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya (Mathot

et al., 1992).

Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging merupakan ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan sekitar 1,5– 1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber daging (Kartasudjana, 2005). Menurut Amrullah (2004), dalam waktu 6–7 minggu ayam broiler akan tumbuh 40–50 x lipat bobot awalnya. Untuk mencapai bobot badan tersebut diperlukan nutrisi dan suhu lingkungan yang kondusif. Suhu lingkungan yang dibutuhkan oleh ayam broiler adalah 280C. Suhu ini dinamakan suhu kritis yaitu jika suhu lingkungan lebih ataupun kurang maka dapat meningkatkan jumlah ayam yang sakit (Amrullah, 2004).


(19)

7 Keunggulan ayam broiler didukung oleh sifat fisik genetik karena ayam memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, sehingga produksi yang optimal hanya akan didapat jika ayam memperoleh pakan yang berkualitas baik dalam jumlah kebutuhan nutrisi yang mencukupi. Persilangan, perkembangan teknologi pakan dan manajemen perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap pemberian formulasi pakan yang diberikan (Wahju, 2004).

Tabel 3. Persyaratan Standar Mutu Ayam Broiler Starter dan Finisher

Komponen Starter Finisher

(0-2 minggu) (2-5minggu)

PK (%) 22 20

EM (kkal/kg) 3050 3150

Ca (%) 0,5 0,89

P (%) 0,45 0,38

Histidin (%) 0,4 0,28

Arginin (%) 1,40 1,1

Methionin (%) 0,50 0,38

Methionin + sistin (%) 0,95 0,75

Lysin (%) 1,30 1

Sumber : Lesson dan Summer ( 2005)

Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah hewannya sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan tempat pemeliharaan (Parrakasi, 1999).

National Research Council atau NRC (1994) menyatakan bahwa konsumsi pakan setiap ekor ternak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh bobot tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas pakan. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 disajikan pada Tabel 4.

Suhu sangat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan. Konsumsi pakan akan mengalami penurunan jika suhu naik. Sebagai contoh, konsumsi ayam umur lima minggu dengan suhu 340C sebanyak 130 g/ekor, sedangkan pada suhu 240C ayam


(20)

8 mengkonsumsi pakan sebanyak 170 g/ekor. Menurut Leeson (2000), ayam mengurangi konsumsi pakan pada suhu 340C dikarenakan ayam mengalami stress panas sehingga mengurangi konsumsinya untuk menurunkan suhu tubuh.

Tabel 4. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 Minggu Konsumsi

Pakan Kumulatif

(g/ekor)

Bobot Badan (g/ekor)

Pertambahan Bobot Badan

(g/ekor)

FCR

1 150 175 19,10 0,86

2 512 486 44,40 1,05

3 1167 932 63,70 1,25

4 2105 1467 76,40 1,43

5 3283 2049 83,10 1,60

Sumber : PT Charoen Pokphand (2006)

Karkas

Karkas ayam adalah bagian tubuh ayam setelah dipotong tanpa bulu, darah, kaki, kepala, leher dan organ dalam. Cahyono (2004) melaporkan bahwa persentase karkas ayam broiler yaitu antara 65–75% dari bobot hidupnya. Persentase berat karkas sering digunakan sebagai nilai konversi produk daging ternak yang dihasilkan. Secara umum, bobot karkas akan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot tubuh ayam tersebut (Rose, 1997). Menurut Dwiyanto et al. (1979), beberapa faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas ayam broiler adalah jumlah dan kualitas ransum selain bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur dan aktivitas. Menurut Lubis (1992), persentase karkas tidak dipengaruhi oleh bobot hidup, yaitu dengan dihasilkan rendahnya berat hidup tidak selalu menghasilkan persentase berat karkas yang semakin rendah.

Lemak Abdomen

Lemak merupakan bahan yang tidak dapat larut air. Lemak segolongan senyawa hidrofobik yang sangat penting untuk pneyimpanan bahan pembakar, untuk membentuk struktur membran, pembawa vitamin-vitamin yang larut lemak, sebagai hormon dan sebagai penemban oligosakarida (Champe et al., 2005).


(21)

9 Lemak abdomen merupakan lemak yang berada di sekeliling gizard dan menempel antara otot abdominal dengan usus. Deposit lemak dalam jaringan-jaringan merupakan kelebihan energi pada ayam. Salah satu bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak adalah bagian sekitar perut atau abdomen. North dan Bell (2002) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen ayam berkisar antara 2,64-3,3% dari bobot hidup. Palo et al. (1995) menyatakan bahwa secara kuantitatif semakin pendek umur pemeliharaan, maka jumlah lemak abdomen karkas semakin menurun, tetapi tidak memberikan efek yang nyata terhadap persentase bobot lemak abdomen.

Kelebihan lemak dapat disebabkan oleh kandungan energi dalam pakan yang berlebihan sehingga terjadi deposit lemak dalam tubuh ayam broiler (Furuse

et al., 1991). Deaton et al. (1981) lebih lanjut menyatakan bahwa peningkatan persentase lemak abdominal dipengaruhi oleh umur dan level energi pakan, dimana dengan meningkatnya umur dan level energi pakan maka semakin tinggi kandungan lemak abdominal.

Leenstra (1989) menyatakan bahwa deposit lemak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genetik dan keberadaan nutrisi. Pengaruh komposisi pakan terhadap komposisi karkas telah banyak diteliti dan terlihat signifikan pengaruhnya. Namun sebaliknya komposisi pakan tidak dapat diprediksi langsung melalui pakan yang diberikan. Kondisi ini disebabkan oleh keberadaan faktor-faktor dalam pakan yang sangat banyak dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk sama-sama mempengaruhi komposisi karkas.

Kolesterol

Kolesterol (C27H45OH) merupakan kelompok sterol yang khas terdapat pada

hewan (Anggorodi, 1994) dan banyak ditemukan pada minyak, empedu, susu dan kuning telur dan sebagian besar disintesis oleh hati dengan bahan baku yang diperoleh dari karbohidrat, protein, atau lemak. Jumlah yang disintesis bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Champe et al., 2005).

Kolesterol disintesis seperti umumnya asam lemak, yaitu dari asetil–KoA yang mengandung dua karbon dan terkondensasi melalui beberapa jalur yang berbeda. Menurut Gurr et al. (2001), keseimbangan kolesterol dalam sel


(22)

10 dipengaruhi oleh (a) up take lipoprotein langsung melalui reseptor, (b) up take

kolesterol bebas dari lipoprotein melalui transfer lemak, (c) sintesis kolesterol dan (d) metabolisme kolesterol (seperti dalam pembentukan asam empedu).

Menurut Mayes et al. (1996), Biosisntesis kolesterol terbagi atas lima tahap yaitu : (1) Sintesis mevalonat yaitu terbentuknya senyawa enam karbon dari Asetil-KoA akibat reaksi kondensasi dan reduksi yang berlangsung dalam mitokondria, (2) Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat melalui pelepasan CO2 pada reaksi

fosforilasi oleh ATP, (3) Pembentukan senyawa antar skualen melalui kondensasi 6 unit isoprenoid, (4) Pembentukan lanosterol dari siklisasi skualen dalam retikulum endoplasma dan (5) Kolesterol terbentuk dari lanosterol dalam beberapa tahapan di membran retikulum endoplasma.

Anggorodi (1994) menyatakan bahwa kolesterol di tubuh ayam sebesar 60– 90 mg/100 g dengan kandungan asam lemak jenuh 2,33 g/100 g dan asam lemak tak jenuh sebesar 4,51 g/100 g. Jumlah kolesterol dalam tubuh yang penting secara biologis dalam menjaga membran dan sistem syaraf sekitar 170 mg/100 g (McDonald et al., 2002). Hendrawati (1999) menyatakan bahwa kolesterol dalam daging ayam broiler yang baik berkisar antara 80–91 mg/100 g.

Manusia membutuhkan rata-rata 1,1 g kolesterol setiap hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lainnya. Sekitar 25–40 % dari jumlah tersebut berasal dari makanan dan selebihnya disintesis dalam tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 2002). Serat kasar akan mengikat asam empedu saluran pencernaan yang kemudian dikeluarkan bersama dengan feses, kondisi ini akan mengurangi lemak yang diserap oleh tubuh dan meningkatkan sintesis asam empedu yang dari kolesterol.

Fraksi Lemak Darah

Lemak dalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Kolesterol dan trigliserida berikatan dengan protein khusus bernama apoprotein menjadi kompleks lipid protein (lipoprotein). Ikatan tersebut yang menyebabkan lemak dapat larut, menyatu dan mengalir di peredaran darah. Lipoprotein terbagi menjadi lima fraksi sesuai berat jenis yang dibedakan dengan cara ultrasentrifugasi, lipoprotein plasma tersebut terdiri dari chilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density


(23)

11

lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Susunan tersebut dibuat berdasarkan meningkatnya densitas, konsentrasi protein dan fosfolipid, dan menurunnya konsentrasi trigliserida (Muchtadi, 1993; Dalimartha, 2002).

Definisi VLDL adalah lipoprotein yang memiliki densitas yang sangat rendah dan terdiri dari trigliserida. Pada sirkulasi darah, VLDL dapat mengikat kolesterol yang ada pada lipoprotein. Apabila trigliserida berkurang, maka VLDL akan bertambah berat dan berubah menjadi LDL. Semua kolesterol dan trigliserida yang berasal dari sisa kilomikron dan disintesis oleh hati, apabila melebihi kebutuhan hati maka akan diangkut dari hati ke dalam darah dalam bentuk VLDL. Selanjutnya VLDL yang berada dalam sirkulasi darah akan dihidrolisis oleh enzim lipoproteinlipase yang terdapat di sel-sel endothelium dinding pembuluh darah, kemudian trigliserida digunakan oleh endothelium sebagai bahan bakar, sisa yang kaya kolesterol disebut Intermediate Density Lipoprotein (IDL). Kemudian IDL ini separuhnya masuk kembali ke dalam hati dan separuhnya lagi diubah menjadi LDL yang selanjutnya bertugas mengangkut kolesterol dan membagikannya keseluruh sel-sel tubuh untuk membentuk dinding sel yang baru (Lehninger, 1990).

Definisi LDL merupakan kolesterol yang bersirkulasi di dalam tubuh dan kemudian dibawa ke sel-sel otot, sel lemak dan sel-sel lain. Selanjutnya LDL akan dikeluarkan dari sirkulasi oleh kerja dari reseptor LDL. Pembentukan LDL dan reseptor LDL ini sangat penting dalam pembentukan kolesterol darah karena 50– 75% reseptor LDL terdapat dalam sel hati. Pada tubuh, kolesterol LDL akan dirusak oleh sel perusak (scavenger pathway) sehingga tidak dapat kembali ke dalam aliran darah. Perusakan LDL ini akan menyebabkan terjadinya plak bila dibiarkan selama bertahun-tahun. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium. Apabila kejadian ini dibiarkan begitu saja, hal ini akan mengakibatkan atherosclerosis (Almatsier, 2004).

Definisi HDL merupakan lipoprotein yang memiliki densitas tinggi, diproduksi oleh hati dan usus halus, dan dapat berikatan dengan kolesterol dan fosfolipida yang ada dalam peredaran darah. Hasil ikatan itu kemudian ditransfer ke lipoprotein lain untuk diangkutkembali ke hati, kemudian diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Nilai HDL dan LDL memiliki implikasi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dapat dikaitkan dengan resiko


(24)

12 tinggi terhadap serangan jantung, sedangkan nilai HDL tinggi dikaitkan dengan resiko rendah terhadap serangan jantung (Marks et al., 2000). Hal ini menunjukkan bahwa kolesterol tidak sepenuhnya merupakan racun dalam tubuh, karena kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan terjadinya atherosclerosis yang akhirnya menyebabkan penyakit jantung koroner.

Penelitian Penurunan Kadar Kolesterol melalui Fermentasi

Pemanfaatan produk fermentasi dengan mikroorganisme dapat bersifat dwifungsi, yaitu sebagai inokulan fermentasi dan sekaligus sebagai sumber probiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Lactobacillus (L.)

acidophilus, L. casei, Bifidobacterium bifidum, Torulopsis, dan Aspergilus oryzae

sebagai inokulan dalam fermentasi pakan ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan kolesterol dalam serum ayam (Mohan et al., l996), serta dapat meningkatkan kualitas karkas (Owing et al., l990).

Tanaka et al. (l992), adalah penggunaan bahan pakan produk fermentasi ternyata dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A reduktase

yang berfungsi untuk mensintesis kolesterol dalam hati. Penggunaan produk fermentasi dalam pakan ternyata dapat menurunkan jumlah lemak tubuh ayam broiler (Ketaren et al., 1999). Penelitian mengenai penggunaan ragi dalam pakan, ternyata mampu meningkatkan nilai guna pakan serat dan menurunkan perlemakan tubuh unggas. Candraasih dan Bidura (2001) melaporkan bahwa penggunaan 0,50 % ragi pada pakan yang mengandung cangkang coklat 15 % ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan itik.


(25)

13 MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi, Blok kandang C dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, IPB. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan September 2011 sampai bulan Februari 2012.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Masing-masing perlakuan diberikan kepada ayam broiler strain CP 707 berumur 2 minggu dengan bobot awal 333,67±21,45 g. Banyaknya ayam yang diberi perlakuan adalah 8 ekor x 6 perlakuan x 4 ulangan = 192 ekor.

Dedak Gandum Kasar

Dedak gandum kasar yang digunakan berasal dari PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flours Mills, Jakarta. Sebelum digunakan dedak gandum diolah terlebih dahulu dengan cara fermentasi menggunakan kapang A. niger yang didapat dari IPB Culture Collection, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Ransum

Ransum penelitian menggunakan jenis ransum basal. Ransum ini terdiri dari 2 jenis ransum yaitu ransum periode starter (0-14 hari) dengan kandungan energi 3050 kkal/kg dengan protein 22% dan ransum periode finisher (14-35 hari) dengan kandungan energi 3150 kkal/kg dengan protein 20% (Lesson dan Summer, 2005). Ransum ini menggunakan bahan baku : jagung, dedak gandum, MBM, bungkil kedelai, corn gluten meal (CGM), crude palm oil (CPO), mineral dan premix. Susunan bahan baku ransum penelitian dan kandungan zat nutrisi ransum penelitian berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.


(26)

14 Tabel 5. Susunan dan Kandungan Pakan selama Penelitian (0-35 hari)

Nama Bahan

Starter (0-14

hari) (%)

Finisher (14 - 35 hari)

R0(%) R1(%) R2 (%) R3 (%) R4 (%) R5 (%)

Jagung kuning 60,3 63,4 48,5 51 48,3 44,5 40,7

Bungkil kedelai 26,5 22,6 19,3 19 15,7 14,2 11,9

Corn Gluten Meal 3 3 3,4 3 3,0 3 3,1

Meat Bone Meal 6,5 6 6 4 4,5 4 4,2

Crude Palm Oil 1,7 3 5,8 5,5 6,0 6,7 7,4

Dicalsium Phosphate 0 1 1,2 1,2 1,2 1,3 1,4

Calcium carbonate 1 0,3 0,2 0,6 0,5 0,5 0,5

Premiks 1 0,5 0,35 0,3 0,4 0,4 0,3

DL-Methionine 0 0,2 0,25 0,4 0,4 0,4 0,5

Wheat Bran 0 0 15 0 0 0 0

Wheat Bran

Fermentasi 0 0 0 15 20,0 25 30

Total 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (2012). R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF.

Tabel 6. Komposisi Zat Nutrien Pakan selama Penelitian (0-35 hari)

Kandungan Nutrien Starter R0 R1 R2 R3 R4 R5

Bahan kering (%) 86,94 86,89 86,80 86,70 85,95 85,48 86,15

Abu (%BK) 8,97 9,32 9,38 9,04 7,99 8,49 9,34

BO (%BK) 91,03 90,68 90,62 90,96 92,01 91,51 90,66

PK (%BK) 25,28 22,32 22,22 22,84 22,22 22,70 23,11

SK (%BK) 6,49 3,84 4,39 6,81 7,23 8,38 10,38

LK (%BK) 3,91 6,93 8,20 4,89 4,89 5,55 7,01

BETN (%BK) 55,35 57,59 55,81 56,42 57,67 54,89 50,16

Ca (%BK) 1,79 2,24 2,13 1,74 1,19 1,23 1,29

P (%BK) 0,92 0,90 1,09 1,51 1,35 1,29 1,36

GE (kkal/kg) 4576,7 4552,9 4648,6 4725,5 4886,6 4845,6 4855,5

Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (2012). R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF. BK = Bahan kering, BO = Bahan orgaik, PK = Protein kasar, SK = Serat kasar, LK = Lemak kasar, Ca = Calsium, P = phospor, GE = Energi bruto.


(27)

15 Kandang dan Perlengkapan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan WBF antara lain timbangan, kapas, alumunium foil, panci, kompor, kantung plastik, lemari inkubasi, oven 600C, dan autoclave; sedangkan bahan yang digunakan saat fermentasi yaitu dedak gandum, starter A. niger, aquades, dan alkohol 70%. Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter beralaskan sekam padi. Setiap petak kandang dilengkapi dengan satu tempat pakan dan satu tempat air minum serta lampu pijar 60 watt sebagai penerang sekaligus pemanas. Peralatan lain yang digunakan diantaranya timbangan untuk menimbang ayam dan ransum, thermometer, dan hygrometer untuk mengukur suhu kandang dan kelembaban kandang.

Metode

Prosedur

1. Persiapan Bahan Baku

Dedak gandum ditimbang kemudian ditambahkan aquades hingga kadar air bahan mencapai 60%, lalu disterilisasi. Bahan dibiarkan hingga dingin, kemudian dicampurkan dengan starter A. niger sebanyak 0,4% dari bahan. Bahan yang sudah dicampur dengan kapang dimasukkan ke dalam kantung plastik, lalu dilubangi agar terjadi keadaan aerob dan diinkubasi selama 6 hari dengan suhu kamar. Selanjutnya dikering dengan oven 600C dan digiling halus untuk dicampurkan dengan bahan baku lainnya.

2. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan selama 5 minggu. Dua minggu pertama dilakukan masa preliminary dan 3 minggu perlakuan. Pemberian pakan dan air minum dilakukan ad libitum. Penimbangan bahan dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Konsumsi pakan dihitung setiap minggu dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan setiap hari selama lima minggu. Pertambahan bobot ayam awal kedatangan untuk mendapatkan berat badan awal, penimbangan bobot badan akhir minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-4 dan dilanjutkan penimbangan pada akhir minggu kelima. Konversi pakan dapat dihitung dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan penambahan bobot badan yang dihasilkan selama tiga minggu.


(28)

16 3. Pengukuran Karkas

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu dan organ dalam. Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot sesaat sebelum ayam dipotong dikali 100%.

4. Pengukuran Lemak Abdomen

Lemak abdomen didapat dari 24 sampel ayam yang telah dipuasakan 12 jam sebelumnya. Lemak diambil dari sekeliling gizard dan lapisan yang menempel antara otot abdominal dan usus. Setelah itu bobot lemak kemudian ditimbang.

5. Analisa Kadar Kolesterol Daging

Pengambilan sampel dilakukan pada daging dari bagian dada dan sayap. Kadar kolesterol diperoleh menggunakan metode Liebermen Burchart.

6. Analisa Kolesterol, LDL, dan HDL Serum Darah

Metode yang digunakan adalah CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin) dengan menggunakan KIT dari Diasys (Diagnostic System). Untuk mengetahui LDL dilakukan perhitungan sebagai berikut:

LDL : Total Kolesterol – Trigliserida/5 – HDL 7. Analisis Trigliserida Serum

Trigliserida serum ditentukan dengan metode GPO-PAP (Glyserol Phosphate Oxidase Phenol Phenozone). Prinsip metode ini adalah pengukuran trigliserida setelah mengalami pemecahan secara enzimatik oleh lipoproteinlipase.

Rancangan Percobaan dan Peubah Penelitian Perlakuan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian Wheat Bran (WB) dan Wheat Bran yang difermentasi dengan kapang A. niger (WBF). Perlakuan dibagi menjadi 6 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, perlakuan penelitian adalah :

R0 : Pakan tanpa WB & WBF

R1 : Pakan yang mengandung 15% WB R2 : Pakan yang mengandung 15% WBF R3 : Pakan yang mengandung 20% WBF R4 : Pakan yang mengandung 25% WBF R5 : Pakan yang mengandung 30% WBF


(29)

17 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Model matematik yang digunakan adalah :

Xij= μ + τi+ εij Keterangan :

Xij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Eror (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan uji orthogonal kontras untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Konsumsi Ransum (g/ekor), dihitung dari jumlah ransum yang diberikan dikurangi jumlah sisa ransum selama lima minggu.

2. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor), diperoleh dari selisih hasil penimbangan ayam pada umur lima minggu dengan bobot badan awal

3. Konversi Pakan, dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi selama lima minggu dibagi dengan pertambahan bobot badan.

4. Bobot Badan Akhir (g/ekor), diperoleh dari hasil penimbangan ayam pada umur 5 minggu.

5. Persentase Karkas, diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot sesaat sebelum ayam dipotong dikali 100%.

6. Persentase Lemak Abdomen, diperoleh dengan cara membagi bobot lemak abdomen dengan bobot potong dikali 100%.

7. Kolesterol daging, diperoleh menggunakan metode Liebermen Burchart

8. Trigliserida serum darah (mg/dl), diperoleh dengan menggunakan metode GPO-PAP (Glyserol Phosphate Oxidase Phenol Phenozone).


(30)

18 9. Kolesterol, HDL, dan LDL serum darah (mg/dl), diperoleh dengan menggunakan metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin).


(31)

19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Zat Nutrisi Dedak Gandum (Wheat Bran) setelah Fermentasi Berdasarkan hasil analisis proksimat yang disajikan pada Tabel 7, kandungan

wheat bran yang difermentasi (WBF) mengalami beberapa perubahan zat nutrisi. Tabel 7. Kandungan Zat Nutrisi Dedak Gandum (WB) dan Dedak Gandum yang

Difermentasi (WBF)

Zat Nutrisi

Kandungan Nutrisi

WB WBF

BK (%) 88,77 95,43

Abu (%BK) 5,92 8,23

Bahan organik (%BK) 94,80 92,77

Protein kasar (%BK) 17,04 20,81

Lemak kasar (%BK) 1,04 0,995

Serat kasar (%BK) 16,83 20,98

BETN (%BK) 59,16 48,99

Energi bruto (Kkal/Kg) 4528,577 4923,582

Fraksi Serat Van Soest

ADF (%BK) 16,20 23,61

NDF ((%BK) 47,22 57,45

Selulosa (%BK) 8,76 16,55

Hemiselulosa (%BK) 52,78 33,83

Lignin (%BK) 6,65 6,39

Keterangan: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, (2012).

BK = Bahan Kering, ADF = Acid Detergent Fiber , NDF = Neutral Detergent Fiber.

Kapang A. niger yang digunakan untuk memfermentasi WB efektif meningkatkan kadar BK sebesar 7,54%, abu sebesar 55,57%, PK sebesar 22,12%, SK sebesar 24,65% dan energi bruto sebesar 8,72%, akan tetapi menurunkan kandungan BETN sebesar 17,20% (Tabel 7). Menurut Suparjo (2002), perubahan ini diduga karena perubahan jumlah biomassa kapang dalam substrat yang menyebabkan perubahan BK; perombakan dan dekomposisi substrat oleh kapang melibatkan reaksi kimia dengan merubah bahan organik menjadi energi, gas CO2 dan H2O. Proses


(32)

20 fermentasi dapat merombak bahan kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dan dapat meningkatkan nilai gizi bahan asal (Soeharsono, 2001).

Terjadi peningkatan kandungan abu dari 5,92% pada WB menjadi 8,23% pada WBF yang dikarenakan oleh peningkatan BK (Tabel 7). Peningkatan kadar abu ini menyebabkan penurunan kadar bahan organik (BO) yaitu sebesar 2,14%. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Taram (1995) bahwa kadar abu onggok yang difermentasi setelah 6 hari meningkat dari 2,25% menjadi 4,24%.

Kandungan PK mengalami perubahan sebesar 55,57% yaitu 17,04% pada WB menjadi 20,81% pada WBF. Halid (1991) juga menyatakan bahwa peningkatan protein disebabkan oleh penyusutan BK selama fermentasi berlangsung, tetapi penyusutan tersebut tidak dapat diperlihatkan pada data BK di dalam tabel 7. Selain itu dilaporkan juga oleh Lubis (1996), kandungan PK hasil fermentasi dengan A. niger selama 6 hari dapat meningkatkan kadar PK dari 2,78% hingga 13,80%.

Kandungan SK WBF mengalami peningkatan dari 16,83% pada WB menjadi 20,98% pada WBF. Frazier dan Westhoff (1981) menyatakan bahwa A. niger mampu menghasilkan enzim selulase. Kapang A. niger sangat mudah berkembangbiak pada substrat WB karena kandungan zat gizinya yang mencukupi. Meningkatnya kandungan SK pada WBF diduga karena terjadinya represi katabolit dimana A. niger

menggunakan kandung karbohidrat yang mudah dimetabolisme untuk pertumbuhannya sehingga produki enzim selulase pemecah serat terhambat. Taram (1995) melaporkan bahwa kandungan SK onggok dari A. niger mengalami peningkatan sebesar 3,15% pada fermentasi empat hari. Menurut Fardiaz (1988), represi katabolit dapat terjadi jika substrat mengandung komponen-komponen yang lebih larut dan mudah dimetabolis.

Pada WBF terjadi penurunan kandungan BETN sebesar 20,32% karena adanya peningkatan kandungan SK dan peningkatan energi bruto yang dikarenakan terjadi perombakan karbohidrat. Kapang A. niger menggunakan karbohidrat untuk pertumbuhannya. Hal ini diindikasikan dari terbentuknya air (H2O) yang merupakan

hasil akhir dari metabolisme karbohidrat, tetapi kadar air yang terbentuk tidak dapat diperlihatkan pada kadar BK WBF di dalam Tabel 7. Selain itu kandungan vitamin B kompleks yang meningkat. Sibbalb (1980) mengemukakan bahwa bahan makanan


(33)

21 yang mempunyai kandungan vitamin B akan mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi.

Untuk perubahan fraksi serat Van Soest yaitu ADF, NDF, sellulosa, hemisellulosa dan lignin disajikan pada Table 7. Fraksi serat Van Soest dari WBF untuk ADF, NDF dan sellulosa berubah lebih tinggi, sedangkan hemisellulosa dan lignin berubah lebih rendah akibat fermentasi A. niger. Perubahan fraksi serat Van Soest ini disebabkan oleh penggunaan karbohidrat mudah difermentasi (BETN) oleh

A. niger, tetapi A. niger tidak menggunakan semua fraksi serat Van Soest WB untuk pertumbuhannya.

Konsumsi Bahan Segar, Bahan Kering dan Zat Makanan selama Penelitian Konsumsi pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagian besar untuk kebutuhan energi. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan yaitu kandungan energi, kecepatan pertumbuhan dan bentuk pakan. Konsumsi pakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan rataan berat yang dikonsumsi per ekor pada fase

grower-finisher. Rataan konsumsi as fed, BK dan zat makanan selama penelitian per ekor disajikan pada Tabel 8.

Hasil ANOVA memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap konsumsi as fed, BK dan BETN. Namun, terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pada konsumsi PK, SK, LK dan GE fase finisher (14-35 hari).

Konsumsi as fed merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ayam selama penelitian. Rataan konsumsi as fed berkisar antara 1291,70-1573,20 g/ekor (Tabel 8). Charoen Phokpand (2006) menyatakan bahwa konsumsi as fed pakan pada fase

finisher sebanyak 2771 g/ekor. Dengan demikian konsumsi as fed pada penelitian ini lebih rendah daripada standar. Hal ini dapat disebabkan oleh suhu rata-rata harian selama penelitian dapat mencapai 29,970C (Tabel 9) sehingga diduga terjadi stress panas pada ayam broiler. Menurut North dan Bell (2000), suhu optimal untuk pemeliharaan broiler agar dapat berproduksi dengan baik adalah 21–22° C. Dengan suhu kandang yang tinggi akan mengakibatkan ayam mengurangi konsumsi pakan untuk mengurangi panas dari dalam tubuhnya yang dapat menyebabkan stress panas. Untuk mengatasi stress panas ini ayam akan melakukan panting dan banyak minum sehingga berdampak terhadap pengurangan konsumsi pakan (Amrullah, 2004). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bentuk pakan, kandungan energi pakan, kesehatan


(34)

22 pakan, suhu lingkungan, zat-zat nutrien, kecepatan pertumbuhan dan stress (Lesson dan Summers, 2005).

Tabel 8. Rataan Konsumsi As fed, Bahan Kering, dan Zat Makanan selama Penelitian per ekor selama Penelitian

Konsumsi /ekor

Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4 R5

Perlakuan (14 - 35 hari)

As fed (g) 1291,70 ± 161,77 1573,20 ± 119,51 1356,89 ± 101,16 1388,35 ± 187,54 1564,38 ± 187,99 1475,28 ± 51,42

BK (g) 1122,35

± 140,56 1365,54 ± 103,74 1176,42 ± 87,71 1193,28 ± 161,19 1347,71 ± 161,95 1270,95 ± 44,29

PK (g) 255,46a

± 31,37 303,47b ± 23,05 268,66a ± 20,02 265,17a ± 35,82 311,46b ± 37,43 293,73b ± 10,24

LK (g) 77,76b

± 9,74 112,01d ± 8,51 57,53a ± 4,28 58,31a ± 7,87 94,49c ± 11,35 89,11c ± 3,10

SK (g) 43,14a

± 5,40 59,94b ± 4,55 80,07c ± 5,97 86,21c ± 11,64 139,86d ± 18,42 131,89d ± 4,60

BETN (g) 621,21

± 77,79 762,06 ± 57,88 663,79 ± 49,48 688,20 ± 92,96 675,97 ± 81,23 637,47 ± 22,21 GE(kkal/ekor) 5110,00a

± 639,97 6347,90b ± 482,21 5559,20a ± 414,46 5831,10a ± 787,69 6530,40b ± 784,76 6171,10b ± 215,80 Total (0-35 hari)

As fed (g) 1746,72 ± 161 77

2028,22 ± 119,51 1811,91 ± 101,16 1843,37 ± 187,54 2019,40 ± 187,99 1930,3 ± 51,42

BK (g) 1565,41

± 140,56 1823,32± 103,74 1630,18 ± 87,71 1660,78 ± 161,19

1821,56 ± 161,95

1743,83 ± 44,29

PK (g) 350,47

± 31,37 403,48 ± 23,05 368,67 ± 20,02 327,23 ± 35,82

411,47 ± 37,43

393,74 ± 10,24

LK (g) 68,81a

± 5,40 85,61b ± 4,55 105,72c ± 5,96 113,93c ± 10,12 165,52d ± 16,8

157,56d ± 4,59

SK (g) 93,22b

± 9,73 127,47d ± 8,50 72,99a ± 4,28 82,05a ± 14,10 109,94c ± 11,35

104,56c ± 3,10

BETN (g) 840,16

± 77,79 981,02 ± 57,88 882,75 ± 49,48 774,66 ±32,34 894,93 ± 81,23

856,43 ± 22,21 GE(kkal/ekor) 6920,45

± 639,96

8158,37 ± 482,21

7369,68 ± 414,45

6359,60 ± 305,68

8340,00 ± 784,76

7981,00 ±215,07

Keterangan : R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung

15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsumsi BK. Rataan konsumsi BK berkisar 1122,35 – 1365,54 g/ekor (Tabel 8). Konsumsi pakan pada perlakuan R1, R2, R3, R4 dan R5 menunjukkan konsumsi BK yang tidak berbeda dengan R0.


(35)

23 Tabel 9. Rataan Suhu Harian selama Penelitian (0C)

Minggu

Waktu

Rataan Harian*

Pagi Siang Sore

Pukul 07.00 Pukul 13.00 Pukul 16.30

1 26,07 30,64 27,85 28,19

2 25,43 29,6 26,71 27,24

3 25,33 30,31 26,12 27,25

4 25,66 30,03 27,98 27,89

5 26,93 29,28 27,3 27,83

Ratan 25,88 29,97 27,19 27,68

Keterangan: *Perhitungan berdasarkan rumus (t07.00 + t13.00 + t16.30)/5 dimana t = suhu (Handoko, 1993)

Hal ini diduga karena produk WBF mengandung vitamin B.Murugesan et al. (2005) menyatakan bahwa produk fermentasi lebih palatabel bila dibandingkan produk asalnya karena mempunyai flavour yang lebih disukai dan menghasilkan vitamin B seperti B1, B2 dan B12. Vitamin B1 dapat berfungsi sebagai perangsang

nafsu makan (Kamalzadeh et al., 2009). Selain itu juga disebabkan oleh kandungan BK pakan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 85,48 – 86,89% sehingga menghasilkan konsumsi BK yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Konsumsi PK dipengaruhi oleh perlakuan (P<0,05) yang selama penelitian berkisar antara 255,46-311,46 g. Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan bahwa R1, R4 dan R5 lebih tinggi dibandingkan dengan R0, R2 dan R3 pada konsumsi PK (P<0,05). Rataan Konsumsi PK yang tertinggi yaitu pada perlakuan R4 dapat dilihat pada Gambar 2.

Hal ini diduga karena jumlah konsumsi BK dan kandungan PK pada pakan R1, R4 dan R5 merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Menurut Okmal (1993), kadar protein pakan yang tinggi disertai dengan konsumsi BK yang tinggi akan menghasilkan konsumsi PK yang tinggi pula. Jadi tingginya konsumsi pada perlakuan R4 (pakan mengandung 25% WBF) disebabkan oleh dua faktor yaitu kandungan kadar protein yang terkandung dalam pakan R4 dan jumlah konsumsi BK ayam terhadap pakan R4. Menurut Cahyono (2004), fungsi protein pada ternak ayam digunakan untuk pembentukan dan pertumbuhan jaringan tubuh, seperti urat-urat, daging, kulit, bulu, jeroan dan lain-lain.


(36)

24 Gambar 2. Konsumsi Protein Kasar Selama 3 Minggu Perlakuan dengan Penambahan WB dan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

Perlakuan juga mempengaruhi konsumsi SK (P<0,05). Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan konsumsi SK terendah pada R0 (P<0,05), kemudian konsumsi SK meningkat pada R1 dan semakin meningkat pada R2 dan R3 (P<0,05), dan konsumsi SK yang tertinggi pada perlakuan R4 dan R5 (P<0,05). Peningkatan terjadi karena meningkatnya kadar SK seiring meningkatnya kadar WBF dalam ransum. Konsumsi SK selama penelitian berkisar antara 43,14-139,86 g dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Konsumsi Serat Kasar Selama 3 Minggu Perlakuan dengan Penambahan WB dan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

255,46a

303,47b

268,66a 265,17a

311,46b 293,73b 0 50 100 150 200 250 300 350

R0 R1 R2 R3 R4 R5

K onsum si PK ( g ) Perlakuan pakan 43,14a 59,94b

80,07c 86,21c

139,86d 131,89d 0 20 40 60 80 100 120 140 160

R0 R1 R2 R3 R4 R5

K onsum si SK ( g ) Pakan perlakuan


(37)

25 Konsumsi SK yang tinggi menyebabkan laju pergerakan zat makanan didalam saluran pencernaan lebih cepat, sehingga lambung cepat kosong dan mendorong ternak untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak (McDonald et al., 2002). Hal ini terlihat pada konsumsi as fed perlakuan R4 dan R5 lebih tinggi dibandingkan dengan R0.

Konsumsi LK selama penelitian berkisar 57,53–112,01 g. Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi LK (P<0,05). Konsumsi LK terendah yaitu pada R2 dan R3, kemudian konsumsi meningkat pada R0, R4 dan R5 serta R1 yang memiliki konsumsi LK tertinggi diperlihatkan pada Gambar 4.

Tingginya konsumsi pada perlakuan R1 (pakan mengandung 15% WB) disebabkan oleh dua faktor yaitu kandungan kadar LK dalam pakan R1 dan jumlah konsumsi BK ayam terhadap pakan R1. Rendahnya konsumsi LK pada R2, R3, R4 dan R5 dibandingkan R1 karena rendahnya kandungan LK dalam pakan. Rendahnya kandungan LK dalam pakan karena pada pakan R2, R3, R4 dan R5 adanya penambahan WBF yang menyebabkan berkurangnya sumber pakan lainnya dan meningkatkan komposisi CPO. Kandungan LK CPO rendah walaupun kandungan lemaknya 99% (Lesson dan Summer, 2005). Hal ini karena bentuk CPO yang cair sehingga menyebabkan kandungan LKnya rendah.

Gambar 4. Konsumsi Lemak Kasar Selama 3 Minggu Perlakuan dengan Penambahan WB dan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

77,76b

112,01d

57,53a 58,31a

94,49c

89,11c

0 20 40 60 80 100 120

R0 R1 R2 R3 R4 R5

Konsumsi

L

K (

g)


(38)

26 Konsumsi BETN tidak dipengaruhi oleh perlakuan dan selama penelitian berkisar antara 774,66-981,02 g/ekor. Konsumsi EB (GE) dipengaruhi oleh perlakuan Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan R0, R2 dan R3 berbeda nyata dengan R1, R4 dan R5 pada konsumsi EB (P<0,05) dan selama penelitian konsumsi EB berkisar antara 5110,00-6530,4 kkal/ekor yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Konsumsi Gross Energi Selama 3 Minggu Perlakuan dengan Penambahan WB dan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

Dari hasil pengamatan, perbedaan konsumsi PK, SK, LK dan EB karena kandungan PK, SK, LK dan EB yang terdapat di dalam pakan dan jumlah konsumsi baik as fed maupun BK. Menurut Kukuh (2010), jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh pada tingkat produksi.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kinerja Ayam Broiler

Tabel 10 menampilkan data pengaruh perlakuan penggunaan WB dan WBF terhadap kinerja ayam broiler. Perlakuan penggunaan WB dan WBF menggunakan

A. niger pada ayam broiler menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konversi pakan dan bobot badan akhir, sedangkan terhadap persentase karkas dan persentase lemak abdomen tidak berbeda nyata.

5110a

6347,9b

5559,2a 5831,1a

6530,4b

6171,1b

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

R0 R1 R2 R3 R4 R5

K

onsums

i

G

E

(

kal/

g)


(39)

27 Tabel 10. Pengaruh Perlakuan terhadap Kinerja Ayam Broiler selama Penelitian

Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan Akhir

Pertambahan bobot badan (PBB) dan bobot badan (BB) merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa penggantian R0 dan R1 dengan WBF pada fase finisher memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap BB akhir dan PBB selama perlakuan, hal ini ditunjukkan pada Tabel 10. Hasil BB akhir dan PBB selama penelitian berkisar antara 834,56-1227,18 g dan 510,53-893,22 g. Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan bahwa pemberian pakan R2 berbeda nyata dengan R0, R1 dan R3 serta R4 dan R5 terhadap BB akhir dan PBB (P<0,05). Hal ini dipengaruhi oleh kandungan zat makanan dalam pakan yang berbeda dan banyaknya pakan serta zat makanan yang dikonsumsi. Kandungan SK yang meningkat akan mempengaruhi konsumsi pakan dan laju pengosongan saluran pencernaan yang mempengaruhi penyerapan nutrisi zat makanan oleh tubuh ternak. Parakkasi (1999) menyatakan

Peubah Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4 R5

PBB umur 0-2 minggu (g/ekor) 295,57 ±29,96 284,73 ±31,26 290,28 ±12,27 281,78 ± 9,12 307,19 ± 22,22 280,35 ± 15,45 PBB umur 3-5

minggu (g/ekor) 603,65b ±44,10 653,68c ±42,95 893,22d ±10,55 600,03b ±11,17 532,40a ±14,62 510,53a ±20,11 Konversi (umur 3-5 minggu) 2,31d ±0,17 2,41b ±0,13 1,52e ±0,15 2,34c ±0,48 2,93a ±0,28 2,91a ±0,28 BB akhir umur 5

minggu (g/ekor) 942,9b ±89,08 982,09c ±69,20 1227,18d ±40,12 925,49b ±57,26 883,27a ±21,98 834,56a ±67,69 Persentase karkas

(%) umur 5 minggu 77,96 ±1,70 74,97 ±2,56 75,33 ±0,80 74,64 ± 0,96 75,69 ± 2,83

73,87 ± 1,73 Persentase lemak

abdomen (%) umur 5 minggu 1,39 ±0,21 1,26 ±0,11 1,27 ±0,26 1,53 ±0,14 1,34 ±0,19 1,36 ±0,10

Keterangan : R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung

15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF. BB = bobot badan dan PBB = pertambahan bobot badan. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)


(40)

28 bahwa kadar SK yang tinggi akan menurunkan daya cerna PK dan mengakibatkan energi kurang dapat dimanfaatkan.

Rataan PBB dan BB akhir tertinggi dicapai oleh perlakuan yang mengandung 15% WBF (R2) apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah konsumsi pakan (Tabel 8). Konsumsi pada perlakuan pakan yang mengandung 15% WBF (R2) lebih rendah dari semua perlakuan kecuali pada perlakuan kontrol baik konsumsi as fed maupun konsumsi BK (Tabel 8), namun menghasilkan PBB dan BB akhir yang lebih tinggi dari kontrol maupun perlakuan lainnya yang dapat dilihat pada Gambar 6. Hal ini diduga karena ransum R2 memiliki kandungan imbangan Ca:P yang cukup yaitu 2:1 jika dibandingkan ransum kontrol dan R1 yang seharusnya memiliki PBB dan BB akhir yang lebih tinggi. Untuk perlakuan R3, R4 dan R5 yang mengandung 20%, 25% dan 30% WBF mengalami penurunan PBB dan BB akhir yang diduga karena kandungan SK yang terdapat dalam masing-masing pakan perlakuan.

Gambar 6. Pertambahan Bobot Badan selama Perlakuan (minggu ke 2-5) dan Bobot Badan Akhir

Broiler Umur 5 Minggu dengan Penambahan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

Zat makanan seperti karbohidrat (pati dan gula), protein dan lemak di dalam tubuh akan dioksidasi menjadi energi. Data dari Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar

603,65b 653,68c

893,22d

600,03b

532,4a

510,53a 942,9b 982,09c

1227,18d

925,49b

883,27a

834,56a

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

R0 R1 R2 R3 R4 R5

g/

ekor

Pakan Perlakuan

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) Bobot Badan Akhir (g/ekor)


(41)

29 SK yang meningkat akan mempengaruhi konsumsi pakan dan laju pengosongan saluran pencernaan sehingga dapat mempengaruhi penyerapan nutrien oleh tubuh ternak. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kadar SK yang tinggi akan menurunkan daya cerna PK dan mengakibatkan energi kurang dapat dimanfaatkan.

Konversi Pakan

Konversi pakan dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi suatu usaha peternakan. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan ternak dalam merubah pakan yang dikonsumsi menjadi BB tertentu dalam waktu tertentu. Perlakuan mempengaruhi konversi pakan (P<0,05) dengan kisaran antara 1,52-2,93. Hasil uji orthogonal kontras terhadap konversi pakan menunjukkan bahwa perlakuan R2 secara nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan konversi perlakuan R0, R1, R3, R4 dan R5. Dengan demikian perlakuan R2 merupakan perlakuan yang paling baik.

Gambar 7. Konversi Pakan Minggu ke 2-5 dengan Penambahan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

Nilai konversi pakan berbanding terbalik dengan efisiensi pakan, bila nilai konversi pakan semakin rendah maka efisiensi pakan semakin tinggi dan sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu konsumsi dan PBB. Pertambahan bobot badan yang berbeda dengan konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan konversi yang berbeda, karena konversi pakan diperoleh dari perbandingan pakan yang dikonsumsi dengan PBB dalam waktu tertentu. Menurut Phokpand (2006),

2,31d 2,41b

1,52e

2,34c

2,93a 2,91a

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

R0 R1 R2 R3 R4 R5

K

on

ve

rsi P

ak

an


(42)

30 konversi pakan untuk strain CP 707 umur lima minggu yaitu sebesar 1,6. Pada percobaan ini, hanya R2 yang mempunyai konversi pakan yang terkecil dan masih dalam kisaran standar Phokpand (2006), dengan demikian R2 adalah ransum yang terbaik (Gambar 7).

Persentase Karkas

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu dan organ dalam. Persentase karkas penelitian berkisar antara 73,87-77,96%. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan perlakuan tidak mempengaruhi persentase karkas. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Ariana dan Bidura (2001), suplementasi ragi tape pada pakan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas. Cahyono (2004) melaporkan bahwa persentase karkas ayam broiler normal yaitu antara 65–75% dari bobot hidupnya.

Menurut Lubis (1992), persentase karkas tidak dipengaruhi oleh bobot hidup, rendahnya berat hidup tidak selalu menghasilkan persentase berat karkas yang semakin rendah. Seperti halnya pada perlakuan R0 (942,9 g) yang memiliki persentase karkas lebih tinggi daripada R2 walaupun bobot hidupnya lebih rendah daripada R2 (1227,18 g). Hal ini diperlihatkan pada Gambar 8. Selain itu, Murugesan

et al. (2005) menyatakan bahwa penanganan ternak pada saat proses pemotongan dapat mempengaruhi produksi karkas.

Gambar 8. Persentase Karkas Ayam Broiler umur 5 Minggu dengan Penambahan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

77,96

74,97 75,33 74,64

75,69

73,87

71 72 73 74 75 76 77 78 79

R0 R1 R2 R3 R4 R5

P

er

se

n

tase

K

ar

k

as

(%

)


(43)

31 Lemak Abdomen

Perlakuan tidak mempengaruhi persentase lemak abdomen dengan kisaran yang diperoleh sebesar 1,26-1,53%. North dan Bell (2002) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen ayam berkisar antara 2,64-3,3% dari bobot hidup. Deaton

et al. (1981) lebih lanjut menyatakan bahwa peningkatan persentase lemak abdominal dipengaruhi oleh umur dan level energi pakan, dimana dengan meningkatnya umur dan level energi pakan maka semakin tinggi kandungan lemak abdominal. Namun Palo et al. (1995) mengemukakan bahwa jumlah lemak abdomen karkas semakin menurun, tetapi tidak memberikan efek yang nyata terhadap persentase bobot lemak abdomen.

Gambar 9. Persentase Lemak Abdomen Ayam Broiler umur 5 Minggu dengan Penambahan WBF dalam Pakan Perlakuan. R0 = pakan kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF

Hasil persentase lemak abdomen penelitian yang lebih rendah daripada standar (2,64-3,3%), hal ini disebabkan oleh kandungan LK dan SK dalam pakan. Hasil persentase lemak abdomen penelitian disajikan pada Gambar 9. Leenstra (1989) menyatakan bahwa deposit lemak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genetik dan keberadaan nutrisi. Menurut James dan Groper (1990), serat memiliki sifat absortif sehingga akan mengikat misel lemak dan mengurangi absorpsi lemak.

Kolesterol Daging dan Fraksi Lemak Darah

Hasil rataan pengukuran kadar kolesterol daging dan fraksi lemak darah disajikan pada Tabel 11. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pemberian pakan

1,39

1,26 1,27

1,53

1,34 1,36

0 0,5 1 1,5 2

R0 R1 R2 R3 R4 R5

P

er

se

ntase

Le

m

ak

Abd

om

en

(

%

)


(44)

32 perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kolesterol daging, kolesterol darah, trigliserida, HDL dan LDL serum darah.

Kolesterol (C27H45OH) merupakan kelompok sterol yang khas terdapat pada

hewan (Anggorodi, 1994). Pengaruh yang tidak nyata diperoleh pada kolesterol daging. Pada penelitian ini didapat kandungan kolesterol daging berkisar 83,49-103,15 mg/100 g yang cenderung meningkat pada R2, R3 dan R5 dibandingkan R0 dan R1, kecuali pada R5 yang lebih rendah daripada R0, namun lebih tinggi daripada R1 (Gambar 10).

Hasil penelitian menunjukkan kandungan kolesterol daging R0 (pakan kontrol) tidak berbeda dengan kolesterol daging yang diberi perlakuan penambahan WB maupun WBF. Menurut Hendrawati (1999), kandungan kolesterol daging ayam broiler yang baik berkisar antara 80-91 mg/100 g. Kandungan kolesterol berasal dari dua sumber yaitu kolesterol endogenous yang diproduksi oleh tubuh dan eksogenous yang disintesis dari makanan (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).

Tabel 11. Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Daging dan Fraksi Lemak Darah Ayam Broiler Umur 5 Minggu

Peubah

Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4 R5

Standart Normal Kolesterol daging (mg/100g) 97,86 ±26,90 83,49 ±11,81 97,44 ±22,09 100,09 ±9,36 103,15 ±21,95 91,95 ±11,28

80 -911)

Fraksi Lemak Darah Kolesterol darah (mg/dL) 98,42 ±13,96 105,12 ±13,07 120,87 ±13,32 116,14 ±28,09 112,20 ±14,79 105,12 ±10,32

125 – 2002) Trigliserida darah (mg/dL) 32,94 ±4,29 24,70 ±7,31 23,53 ±1,92 24,12 ±11,90 26,4 ±7,77 22,35 ±8,69

≤ 1502) HDL darah (mg/dL) 42,47 ± 2,67 45,92 ±1,82 45,25 ±4,57 44,90 ±4,60 50,37 ±7,05 44,50 ±4,27

≥ 402) LDL darah (mg/dL) 49,36 ±6,73 54,25 ±13,03 70,91 ±12,08 66,42 ±21,61 56,53 ±16,85 56,15 ±8,31

≤ 1002) Keterangan : 1) = Hendrawati (1999), 2) National Cholesterol Education Research, R0 = pakan

kontrol, R1 = pakan mengandung 15%WB, R2 = pakan mengandung 15%WBF, R3 = pakan mengandung 20%WBF, R4 = pakan mengandung 25%WBF, dan R5 = pakan mengandung 30%WBF. Laboratorium Terpadu, INTP, FAPET, IPB (2012)


(1)

52 Lampiran 21. Uji Orthogonal Kontras Konsumsi Energi Bruto (GE)

SK db JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 5 6,04E+08 1,21E+08 2,87987* 2,772853

0,2,5 vs 1,3, 4 1 4,52E+08 4,52E+08 10,76974* 4,413873

3 vs 1,4 1 1,01E+08 1,01E+08 2,401126 4,413873

1 vs 4 1 7676858 7676858 0,182892 4,413873

0 vs 5,2 1 41486113 41486113 0,988356 4,413873

5 vs 2 1 2402495 2402495 0,057236 4,413873

Error 18 7,56E+08 41974880

Total 23 1,36E+09 59128645 1,408667

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) Tanda* = perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

Lampiran 22. Uji Orthogonal Kontras Bobot Badan Akhir

SK db JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 5 347705,2 69541,05 18,39774* 2,772853

0,3,4,5, vs 1,2 1 218581,9 218581,9 57,8279* 4,413873

1 vs 2 1 104595,9 104595,9 27,67184* 4,413873

0, 3 vs 4 ,5 1 19678,83 19678,83 5,20622 4,413873

0 vs 3 1 101,5313 101,5313 0,026861 4,413873

4 vs 5 1 4747,033 4747,033 1,255872 4,413873

Error 18 68037,64 3779,869

Total 23 415742,9 18075,78 4,782117

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) Tanda* = perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)


(2)

53 Lampiran 23. Uji Orthogonal Kontras Pertambahan Bobot Badan

SK db JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 5 380818,6 76163,72 36,54316* 2,772853

0,3,4,5 vs 1,2 1 239247,3 239247,3 114,7902* 4,413873

4,5 vs 0,3 1 25837,69 25837,69 12,39686* 4,413873

4 vs 5 1 957,0313 957,0313 0,459181 4,413873

0 vs 3 1 26,15195 26,15195 0,012548 4,413873

1 vs 2 1 114750,4 114750,4 55,05697* 4,413873

Error 18 37515,83 2084,213

Total 23 418334,4 18188,45 8,726774

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) Tanda* = perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

Lampiran 24. Uji Orthogonal Konversi Pakan

SK db JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 5 5,568721 1,113744 14,52809* 2,772853

0,2,3 vs 1,4,5 1 3,40722 3,40722 44,44502* 2,772853

2 vs 0, 3 1 1,365461 1,365461 17,81157* 2,772853

1 vs 4,5 1 0,712152 0,712152 9,289573* 2,772853

0 vs 3 1 0,083233 0,083233 1,085719 2,772853

5vs 4 1 0,000655 0,000655 0,008546 2,772853

Error 18 1,379906 0,076661

Total 23 6,948627 0,302114 3,940888

Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data

F0,05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) Tanda* = perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)


(3)

54 Lampiran 25. Gambar Selama Penelitian

Biakan Aspergillus niger Wheat Bran

Wheat Bran Fermentasi Pakan Perlakuan

Masa Preliminary (0-2Minggu) Masa Perlakuan (2-5minggu)


(4)

55 Sampel Darah Ayam Sampel Serum Darah Ayam

Lampiran 26. Tabel Kandungan Bahan Segar WBF

Perlakuan Total KA Total BK kehilangan BK

RAU1 48,1068142 51,8931858 41,3607

RAU2 47,601 52,399 42,3611

RAU3 41,074 58,926 41,074

RAU4 38,2487368 61,7512632 41,3363

RBU1 47,0542593 52,9457407 42,8186

RBU2 41,3668 58,6332 41,3668

RBU3 47,052 52,948 41,7572

RBU4 47,5127679 52,4872321 41,2143

RCU1 46,9747706 53,0252294 42,2025

RCU2 40,7428571 59,2571429 41,928

RCU3 44,9265138 55,0734862 39,9699

RCU4 46,4934862 53,5065138 41,6779

Keterangan : RA = Perlakuan dengan 0,2% stater aspergillus niger, RB = Perlakuan dengan 0,4% stater aspergillus niger (taraf yang digunakan dalam penelitian), RC = Perlakuan dengan 0,6% stater aspergillus niger, U = Ulangan, KA = Kadar Air, BK = Bahan Kering.


(5)

RINGKASAN

Ira Suci Ariestya. D24080232. 2012. Penggunaan Dedak Gandum Kasar (Wheat

Bran) yang Difermentasi Aspergillus niger sebagai Pakan untuk Menghasilkan

Daging Ayam Sehat Rendah Kolesterol. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc.

Pembimbing Anggota : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Daging ayam broiler merupakan salah satu pangan yang memiliki brand image sebagai sumber kolesterol sehingga dibutuhkan teknologi yang dapat memproduksi daging ayam broiler yang rendah kolesterol. Dedak gandum kasar (wheat bran) merupakan hasil samping dari industri pengolahan tepung terigu. Penggunaan produk fermentasi dalam pakan ternyata dapat menurunkan serum kolesterol darah. Peningkatan kualitas zat makanan pada dedak gandum kasar dan penurunan kolesterol dilakukan dengan metode fermentasi kapang Aspergillus niger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dedak gandum kasar (WB) yang difermentasi (WBF) terhadap persentase kolesterol yang dihasilkan dan performa ayam broiler.

Penelitian ini menggunakan dedak gandum kasar (WB) yang berasal dari PT. Indofood Sukses Makmur. Ternak yang digunakan sebanyak 192 ekor broiler berumur 14 hari dengan bobot badan rata-rata 333,67 ± 21,45 g. Pemeliharaan dilakukan sampai umur ternak mencapai 5 minggu. Perlakuan dibagi menjadi 6 perlakuan dengan 4 ulangan : R0 (pakan tanpa WB & WBF), R1 (pakan dengan 15% WB), R2 (pakan dengan 15% WBF), R3 (pakan dengan 20% WBF), R4 (pakan dengan 25% WBF) dan R5 (pakan dengan 30% WBF) dengan peubah yang diamati adalah konsumsi pakan (g), pertambahan bobot badan (g), bobot badan akhir (g), konversi pakan, persentase karkas (%), persentase lemak abdomen (%), kolesterol daging (mg/100gr), kolesterol darah (mg/dl), trigliserida darah (mg/dl), HDL darah (mg/dl) dan LDL darah (mg/dl). Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisi ragam (Anova) dan uji ortogonal kontras untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.

Dari penelitian ini dihasilkan respon negatif terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan (P<0,05) dengan menambahakan WBF melebihi 20% dalam komposisi pakan, namun tidak dihasilkan pengaruh yang nyata untuk konsumsi, persentase karkas, dan persentase lemak abdomen. Untuk kolesterol daging dan darah, trigliserida, HDL dan LDL serum darah tidak dihasilkan pengaruh yang nyata untuk semua perlakuan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian WBF dalam pakan ayam broiler sampai dengan taraf 15% memberikan performa dan konversi pakan yang paling baik diantara semua perlakuan. Namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase karkas, persentase lemak abdomen, kandungan koleterol daging, kolesterol darah, trigliserida, HDL dan LDL darah.


(6)

ABSTRACT

The Use of Wheat Bran Fermented by Aspergillus niger As a Feed to Produce

Healthy Broiler Meat in Low-Cholesterol

Ariestya, I. S., Y. Retnani, and A. S. Tjakradidjaja

Wheat bran (WB) is a byproduct of wheat flour mill that has potential as a broiler feed. Nutrient contents of WB are relatively low in available energy and protein, but high in fiber. Fermentation technology using Aspergillus niger is one processing method to increase the quality of WB. The objective of this study was to evaluate the effect of fermenting WB with Aspergillus niger (WBF) on broiler performance and cholesterol concentration. One hundred ninety two fourteen day old chicken (initial body weight 333.67 ± 21.45 g) were used and reared for three weeks. The treaments were R0 (diet without WB and WBF), R1 (diet containing 15% WB), R2 (diet containing 15% WBF), R3 (diet containing 20% WBF), R4 (diet containing 25% WBF), and R5 (diet containing 30%WBF). Experimental diets were formulated isoprotein (20%) and isoenergy (3150 kcal/kg). A completely randomize design with 6 treatments and 4 replications were assigned in this experiment. The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and contrast orthogonal to determine differences between treatments. There were significant (P<0.05) negative responses in body weight, and feed conversion with increasing of WBF more than 20% in diets, but feed consumption, carcass percentage and abdominal fats were almost the same for all treatments. There were no significant responses in meat cholesterol, cholesterol, triglyseride, HDL dan LDL of blood serum. It is concluded that WBF can be used as feed to produce healthy broiler meat with the best level was 15% in the diet.


Dokumen yang terkait

Effects of Copra Meal Fermented by Aspergillus niger and Trichoderma spp on Performance of Broiler

0 14 5

Evaluation of Fermented Rice Bran-Tofu Waste by Monascus purpureus in the Diet on Performance and Quality of Meat Broiler

0 7 6

Pengaruh Penggunaan Wheat Bran yang Difermentasi Aspergillus niger terhadap Nilai Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler

0 4 55

THE EFFECT OF FERMENTED FEED SUPPLEMENT ON MEAT pH AND TENDERNESS OF BROILER.

0 2 4

PENGGUNAAN KULIT KOPI HASIL FERMENTASI JAMUR ASPERGILLUS NIGER PADA PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) - The Use Of Fermented Coffees Pulp By Aspergillus Niger In Feed Upon Growth Rate In Juvenile Tilapia (Oreochromis

0 0 19

The Effect Of Coconut Waste With Tofu Waste Mixture Fermented By Aspergillus Niger On Broiler Performance.

0 0 8

Uji Organoleptik Daging Ayam yang Diberi Ransum yang Mengandung Lumpur Susu Terfermentasi oleh Aspergillus niger (Organoleptic Evaluation of Meat from Broiler Fed Diets Containing Graded Levels of Dairy Waste Water Solid Fermented by Aspergillus niger).

0 2 4

Acidity and Total Bacteria of Dairy Wastewater Solid and Cassava Waste Flour Mixture Fermented by Aspergillus niger as Broiler Feed.

0 0 7

Utilization Of Fermented Cassava Waste- Cassava Leaf Meal By Aspergillus Niger In The Ration On Final Body Weight, Carcass Percentage And Feed Conversion Of Broiler.

0 0 5

The Influence of Fermentation Time in the Physical and Chemical Composition of Fermented Soybean Husk by Using Aspergillus niger on the Quality of Raw Feed Materials

0 0 6