Kerawanan Konsumen dan Perilaku Pembelian Produk Makanan Kemasan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor

i

KERAWANAN KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN
PRODUK MAKANAN KEMASAN DI WILAYAH
PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR

FULAN SRI UTAMI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerawanan

Konsumen dan Perilaku Pembelian Produk Makanan Kemasan di Wilayah
Perkotaan dan Perdesaan Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Fulan Sri Utami
NIM I24090030

ii

ABSTRAK
FULAN SRI UTAMI. Kerawanan Konsumen dan Perilaku Pembelian
Produk Makanan Kemasan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor.
Dibimbing oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK dan IRNI RAHMAYANI
JOHAN.

Berdasarkan temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan pada tahun
2011, ditemukan 420 item (132 259 kemasan) makanan tidak memenuhi
syarat (Sindo 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kerawanan konsumen terhadap perilaku pembelian. Disain yang digunakan
dalam penelitian adalah cross sectional study. Contoh penelitian ini adalah
sebanyak 80 rumah tangga lengkap yang mengonsumsi makanan kemasan
yang dipilih secara random sampling di wilayah perdesaan dan perkotaan
Bogor. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada perilaku
pembelian dan kerawanan konsumen ibu rumah tangga antara wilayah
perkotaan dan wilayah perdesaan Bogor. Selain itu, terdapat hubungan nyata
negatif antara lokasi geografis, lama pendidikan istri, dan pengeluaran
makanan kemasan dengan kerawanan konsumen. Faktor yang memengaruhi
kerawanan konsumen adalah lokasi geografi. Usia, pengeluaran makanan
kemasan, pengeluaran keluarga, dan kerawanan konsumen berpengaruh
terhadap perilaku pembelian.
Kata kunci: kerawanan konsumen, makanan kemasan, perilaku pembelian

ABSTRACT
FULAN SRI UTAMI. Consumer Vulnerability and Purchase Behavior of
Food Packaging Products In Urban And Rural Area of Bogor. Supervised by

MEGAWATI SIMANJUNTAK and IRNI RAHMAYANI JOHAN.
Based on the findings of the Food and Drug Supervisory Agency
(BPOM) in 2011, was found 420 items (132 259 packs) foods are not
requirement (Sindo 2012). The purpose of this study was to analyze the
effect of consumer vulnerability on food packaging purchasing behavior in
Bogors’ urban and rural area. This study used cross sectional study. The
samples of this study was 80 households’ who consumed food packaging
product that come from complete family and choosen by using simple
random sampling. The result showed significant differences of households’
purchasing behavior on food packaging product and consumer vulnerability.
Moreover, there was negative significant correlation between geographical
location, mothers’ education, and expenditure of food packaging product
with consumer vulnerability. Factor that affect the vulnerability of consumer
is geographical location. Age, expenditure of food packaging product,
family expenditure, and consumer vulnerability was influenced purchasing
behavior.
Keywords: consumer vulnerability, food packaging product, purchase
behaviors’

RINGKASAN

FULAN SRI UTAMI. Kerawanan Konsumen dan Perilaku Pembelian Produk
Makanan Kemasan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor. Dibimbing oleh
MEGAWATI SIMANJUNTAK dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.
Saat ini, sekitar 70 persen produk kemasan digunakan oleh industri
makanan dan minuman. Selain itu, pada tahun 2012 industri kemasan di Indonesia
tumbuh sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan
pertumbuhan industri makanan dan minuman kemasan (Tempo 2012). seluruh
produk makanan yang dikemas yang masuk ke wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan.
Namun, sebelum Idul Fitri tahun 2011 ditemukan 420 item (132 259 kemasan)
makanan tidak memenuhi syarat. Semakin banyak kasus peredaran makanan
kemasan ilegal dan penipuan produk makanan kemasan yang merugikan
konsumen diduga akan meningkatkan kerawanan konsumen. Konsumen yang
memiliki kemampuan yang terbatas dalam memproses informasi lebih rawan
terhadap penipuan. Perbedaan pengetahuan antara rumah tangga di wilayah
perkotaan dan perdesaan juga diduga akan menimbulkan perbedaan perilaku
pembelian produk makanan kemasan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan kerawanan konsumen dengan perilaku pembelian
produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi

karakteristik keluarga pengguna produk makanan kemasan di wilayah perkotaan
dan perdesaan; (2) Menganalisis kerawanan konsumen keluarga di wilayah
perkotaan dan perdesaan; (3) Menganalisis perilaku pembelian produk makanan
kemasan pada keluarga di wilayah perkotaan dan perdesaan; (4) Menganalisis
hubungan karakteristik responden, karakteristik keluarga, kerawanan konsumen,
dan perilaku pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan
perdesaan, serta (5) Menganalisis pengaruh karakteristik responden, karakteristik
keluarga, kerawanan konsumen, dan perilaku pembelian produk makanan
kemasan di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Disain dalam penelitian ini dilakukan dalam sekali waktu penelitian.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kota dan Kabupaten Bogor.
pemilihan kecamatan, desa, kelurahan, RW, dan RT dilakukan secara acak yang
menghasilkan Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan sebagai perwakilan
daerah perkotaan dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang sebagai
perwakilan daerah perdesaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
2013 hingga Juni 2013. Kegiatan penelitian mencakup survei awal, uji coba
instrumen, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, hingga penyusunan
hasil penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga lengkap yang
pernah
membeli makanan kemasan selama tiga bulan terakhir. Teknik

pengambilan contoh menggunakan probability sampling berupa random
sampling. Contoh penelitian meliputi rumah tangga di perkotaan dan perdesaan
Bogor dengan responden masing-masing 40 ibu rumah tangga dari 40 rumah
tangga lengkap. Dengan demikian, total contoh dari kedua wilayah adalah 80
keluarga.

Rumah tangga di wilayah perkotaan dan perdesaan sebagian besar
mengonsumsi produk susu dan olahannya, makanan ringan, dan mie instan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada pengeluaran
perkapita makanan kemasan antara rumah tangga di wilayah perkotaan dan
perdesaan. Rata-rata alokasi pengeluaran makanan kemasan perkapita rumah
tangga di perkotaan lebih tinggi daripada rata-rata alokasi pengeluaran makanan
kemasan perkapita rumah tangga di perdesaan.
Kerawanan rumah tangga di perkotaan berbeda nyata dengan kerawanan
rumah tangga di perdesaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata
kerawanan ibu rumah tangga di perkotaan lebih rendah dibandingkan ibu rumah
tangga di perdesaan. Lama pendidikan ibu rumah tangga berhubungan nyata dan
negatif dengan kerawanan konsumen. Hasil ini berarti semakin tinggi pendidikan
ibu rumah tangga maka kerawanan konsumen semakin rendah. lokasi geografi
berhubungan nyata dan negatif terhadap kerawanan konsumen. Rumah tangga di

wilayah perdesaan mempunyai kerawanan konsumen yang lebih tinggi daripada
rumah tangga di wilayah perkotaan. Artinya, rumah tangga di perdesaan lebih
rawan daripada rumah tangga di perkotaan.
Pengeluaran perkapita makanan kemasan berhubungan negatif dan nyata
dengan kerawanan konsumen. Hasil ini berarti bahwa semakin rendah
pengeluaran perkapita makanan kemasan maka semakin tinggi kerawanan
konsumen. Pengeluaran makanan kemasan semakin rendah dapat diartikan rumah
tangga jarang melakukan pembelian sehingga kurang mendapatkan informasi saat
proses pembelian. Kekurangan informasi tentang produk makanan kemasan inilah
yang dapat berhubungan dengan kerawanan konsumen.
Perilaku pembelian antara rumah tangga di wilayah perkotaan dan
perdesaan Bogor menunjukkan perbedaan yang nyata pada total pengeluaran
makanan kemasan perkapita. Pengeluaran makanan kemasan rumah tangga di
wilayah perkotaan lebih besar daripada pengeluaran rumah tangga di wilayah
perdesaan. Kerawanan konsumen rumah tangga di perkotaan dan perdesaan
menunjukkan perbedaan nyata. Kerawanan konsumen rumah tangga di perkotaan
lebih rendah daripada di perdesaan. Ibu rumah tangga yang menempuh
pendidikan lebih lama memiliki pengeluaran perkapita makanan kemasan lebih
tinggi. Lama pendidikan ibu, lokasi tempat tinggal, dan pengeluaran perkapita
makanan kemasan berhubungan negatif dan nyata dengan kerawanan konsumen.

Semakin lama pendidikan yang ditempuh ibu rumah tangga maka semakin rendah
kerawanan konsumen. Lokasi rumah tangga di perkotaan memiliki kerawanan
konsumen yang lebih rendah daripada di wilayah perdesaan. Semakin rendah
pengeluaran perkapita makanan kemasan maka semakin tinggi kerawanan
konsumen.
Penelitian ini menunjukkan kerawanan konsumen yang terjadi di
masyarakat. Sejauh ini pengetahuan konsumen mengenai hak-hak konsumen,
interaksi pasar, dan perlindungan konsumen masih rendah. Oleh karena itu,
penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk membuat beberapa
kebijakan seperti (1) mengawasi peredaran produk makanan kemasan secara rutin,
(2) memberi informasi kepada konsumen terkait hak-haknya sebagai konsumen,
dan (3) memberi informasi kepada konsumen tentang perlindungan konsumen
dan mengenalkan badan penyelesaian sengketa konsumen dan yayasan
perlindungan konsumen melalui penyuluhan maupun iklan layanan masyarakat.

Kata kunci: kerawanan konsumen, makanan kemasan, perilaku pembelian

iii

KERAWANAN KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELIAN

PRODUK MAKANAN KEMASAN DI WILAYAH
PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR

FULAN SRI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

v


Judul Skripsi: Kerawanan Konsumen dan Perilaku Pembelian Produk
Makanan Kemasan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
Bogor
Nama
: Fulan Sri Utami
NIM
: I24090030

Disetujui oleh

Megawati Simanjuntak, SP, MSi
Pembimbing I

Irni Rahmayani Johan, SP, MM
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Hartoyo, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT
atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kerawanan Konsumen dan Perilaku
Pembelian Produk Makanan Kemasan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
Bogor”. Terimakasih dan rasa hormat penulis ucapkan kepada:
1. Megawati Simanjuntak, SP, MSi selaku pembimbing skripsi I dan Irni
Rahmayani Johan, SP, MM selaku pembimbing skripsi II, yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku pembimbing akademik, yang telah
mendampingi penulis sejak awal masuk kuliah hingga sekarang.
3. Ir MD Djamaludin, MSc selaku dosen pemandu seminar, Ir
Retnaningsih, MSi selaku dosen penguji I, Dr Ir Herien Puspitawati,
MSc, MSc selaku dosen penguji II dan seluruh dosen Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen.
4. Bapak Sumarno Raharjo, Ibu Kasi, Adikku tersayang Saras Nur
Aisyiyah yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak
pernah putus, Om Warsito, kakak dan adik sepupu, serta keluarga besar
lainnya yang telah membantu dan memberikan dukungan yang luar
biasa.
5. Teman seperjuangan Ani Ruwani dan Dewi Intan Permatahati atas
waktu, kebersamaan, dan motivasinya serta kepada seluruh pihak yang
telah membantu selama penelitian. Lastri, Ayulia, Novy, Dinni, Amel,
Indri, Ahmad Rivano, Erna, Putri, Annisa dan seluruh teman-teman
IKK angkatan 46 yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan
kebersamaan selama empat tahun terakhir.
6. Kepada semua pihak yang belum disebutkan, yang telah memberikan
kontribusi dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis ucapkan terima
kasih.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang
paling dalam. Semoga penelitian ini memberikan manfaat.

Bogor, September 2013
Fulan Sri Utami

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

KERANGKA PEMIKIRAN

5

METODE PENELITIAN

6

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

6

Teknik Penarikan Contoh

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

8

Pengolahan dan Analisis Data

10

Definisi Operasional

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Hasil

13

Pembahasan

29

SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

33

RIWAYAT HIDUP

36

viii

DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala data dan kategori
2 Rataan dan uji beda karakteristik keluarga
3 Sebaran ibu rumah tangga dan uji beda berdasarkan dimensi
pengetahuan konsumen tentang sumber informasi mengatasi
permasalahan konsumen (%)
4 Analisis deskriptif dan uji beda kerawanan konsumen berdasarkan
dimensi pengetahuan sumber informasi cara mengatasi
permasalahan konsumen
5 Sebaran ibu rumah tangga dan uji beda berdasarkan dimensi
pengetahuan tentang hak-hak konsumen (%)
6 Analisis deskriptif dan uji beda kerawanan konsumen berdasarkan
dimensi pengetahuan tentang hak-hak konsumen
7 Sebaran ibu rumah tangga dan uji beda berdasarkan dimensi
keterbukaan praktik perdagangan (%)
8 Analisis deskriptif dan uji beda kerawanan konsumen berdasarkan
dimensi keterbukaan praktik perdagangan
9 Analisis deskriptif dan uji beda kerawanan konsumen
10 Sebaran karakteristik responden dan karakteristik keluarga
berdasarkan kerawanan konsumen
11 Sebaran jenis produk makanan kemasan yang dibeli setiap bulan
berdasarkan lokasi geografi
12 Sebaran frekuensi pembelian produk makanan kemasan per bulan
(%)
13 Sebaran tempat pembelian makanan kemasan berdasarkan lokasi
geografi (%)
14 Sebaran waktu pembelian produk makanan kemasan berdasarkan
lokasi geografi (%)
15 Sebaran pelaku pembelian produk makanan kemasan berdasarkan
lokasi geografi (%)
16 Sebaran kebiasaan menyimpan produk makanan kemasan
berdasarkan lokasi geografi (%)
17 Sebaran pertimbangan merek produk makanan kemasan
berdasarkan lokasi geografi (%)
18 Sebaran ketertarikan produk makanan kemasan daripada makanan
non-kemasan berdasarkan lokasi geografi (%)
19 Sebaran perencanaan pembelian produk makanan kemasan
berdasarkan lokasi geografi (%)
20 Sebaran pengeluaran total (Rp/kap/bulan) dan data deskriptif
pembelian makanan kemasan berdasarkan lokasi geografis
21 Jumlah pengeluaran (Rp/kap/bulan) per jenis makanan kemasan
berdasarkan lokasi geografi
22 Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik
responden, pengeluaran makanan kemasan, dan kerawanan
konsumen
23 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerawanan konsumen

9
14

14

15
16
16
17
17
18
18
19
20
20
21
22
22
23
23
24
24
25

26
27

ix

24 Faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi pembelian makanan
kemasan
25 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran makanan
kemasan

28
29

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran kerawanan konsumen dan perilaku
pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan
perdesaan Bogor
2 Teknik pengambilan contoh

1

6
8

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya
menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional (UU
No. 7 tahun 1996). Menurut Teori Hirarki Kebutuhan Manusia yang
dikemukakan oleh Maslow dalam Sumarwan (2002), kebutuhan untuk
memenuhi pangan termasuk ke dalam tingkatan paling dasar yaitu
kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi sebelum memenuhi tingkat
kebutuhan selanjutnya. Berdasarkan data survei Susenas (Sosial Ekonomi
Nasional 2012) diketahui bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita
untuk makanan selama tahun 2012 sebesar 51.08 persen, sedangkan untuk
pengeluaran bukan makanan sebesar 48.92 persen. Persentase ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar masih berjuang
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Berdasarkan letak geografis, wilayah
perkotaan dan perdesaan di Indonesia khususnya Bogor, memiliki
perbedaan dalam hal konsumsi rumah tangga per kapita. Data Susenas 2010
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi per kapita di kabupaten Bogor
adalah Rp319 237 per bulan sedangkan di Kota Bogor adalah Rp328 775
per bulan (BPS 2011). Dari data tersebut, dapat disimpulkan ada perbedaan
pengeluaran untuk konsumsi makanan di wilayah perdesaan dan perkotaan.
Perkembangan zaman yang semakin maju, menuntut segala sesuatu
untuk menjadi praktis. Hal ini mendorong produsen makanan untuk
menciptakan produk makanan dalam kemasan yang praktis dan ekonomis.
Produk makanan kemasan merupakan produk makanan yang dikemas atau
dibungkus dalam suatu kemasan tertutup. Saat ini, sekitar 70 persen produk
kemasan digunakan oleh industri makanan dan minuman. Dari jumlah itu,
53 persen di antaranya adalah kemasan plastik, baik kemasan fleksibel
maupun kaku (Tempo 2012). Selain itu, pada tahun 2012 industri kemasan
di Indonesia tumbuh sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini
seiring dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman kemasan
(Tempo 2012). Beberapa contoh produk makanan kemasan diantaranya
adalah mie instan, produk susu dan olahannya, makanan ringan, makanan
bayi ataupun makanan kaleng. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang
pangan pasal 30 dijelaskan bahwa seluruh produk makanan yang dikemas
yang masuk ke wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan. Adapun label
yang dimaksud adalah keterangan mengenai nama produk, daftar bahan
yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau memasukkan pangan, keterangan tentang halal, serta
tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa.
Produk makanan kemasan yang beredar tidak hanya berasal dari
dalam negeri melainkan juga berasal dari luar negeri. Berdasarkan data
Kementerian Perdagangan, jumlah impor olahan pangan pada triwulan I
tahun 2011-2012 mengalami peningkatan sebesar 1.28 persen. Makanan
tersebut sebagian besar diimpor dari negara-negara seperti China, Malaysia,

2

Singapura, dan wilayah ASEAN lainnya, namun tidak sedikit produk
makanan ilegal yang beredar di pasaran. Produk makanan ilegal tersebut
tidak memiliki izin impor, tidak menggunakan label berbahasa Indonesia,
tidak memenuhi ketentuan standar, dan tidak memiliki nomor pendaftaran.
Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), sebelum Idul Fitri tahun 2011, ditemukan 420 item (132 259
kemasan) makanan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan nilai ekonomi,
temuan makanan tidak memenuhi syarat itu diperkirakan mencapai Rp3 306
476 000 dengan rincian yaitu makanan dalam keadaan rusak (3%), dengan
kadaluarsa (31%), makanan tanpa ijin edar (44%) dan makanan tidak
memenuhi ketentuan label (22%) (Sindo 2012).
Kerawanan konsumen adalah kemungkinan konsumen menjadi mudah
dirugikan atau kemampuan konsumen dirugikan dengan cepat (Mascarenhas
2007). Kerawanan konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen
(usia, status pernikahan, pendidikan), pengetahuan, dan paradigma sosial
(Lee & Soberon-Ferrer 1997). Konsumen yang memiliki kemampuan
kognitif yang terbatas dalam memproses informasi lebih rawan terhadap
penipuan. Walsh et al. (2010) menyatakan bahwa ketika konsumen berpikir
bahwa semua atau banyak produk serupa dalam satu kategori dapat
mengakibatkan salah pembelian, penyalahgunaan produk, kesalahpahaman
produk atau misattribution berbagai atribut produk yang menghasilkan
maksimalisasi non-utilitas dan kerawanan konsumen.
Menurut Sumarwan (2002), keluarga adalah lingkungan yang paling
dekat dengan konsumen, sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi
dengan anggota lainnya sehingga setiap anggota keluarga akan saling
memengaruhi dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk dan
jasa. Sementara itu, Engel et al (1995) menyatakan konsumsi makanan
dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan
peran sebagai gate keeper yang bertanggungjawab dalam pemilihan dan
persiapan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Ibu berperan aktif
memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian produk
dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan,
khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan makanan.
Kehadiran produk makanan kemasan sangat membantu ibu rumah tangga
dalam memenuhi kebutuhan keluarga karena bersifat praktis dan ekonomis.
Meskipun kehadiran produk makanan kemasan membantu ibu rumah
tangga, namun tidak jarang pula menimbulkan masalah akibat kurangnya
pengetahuan tentang atribut produk atau kurangnya keterangan label pada
produk makanan kemasan.
Sumarwan (2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan,
serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut sebelum
membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan, dan mengevaluasi
produk dan jasa. Pemahaman mengenai perilaku pembelian adalah
keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak,
kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara pembayaran.
Perilaku pembelian antara rumah tangga di wilayah perkotaan dan
perdesaan terdapat perbedaan. Craig dan Douglas (2011) mengatakan bahwa

3

tipe rumah tangga di perdesaan memiliki pendapatan per kapita yang rendah
sehingga menyebabkan pengeluaran untuk membeli makanan kemasan
rendah. Rumah tangga di perdesaan mencukupi kebutuhan pangan dengan
makanan hasil pertanian yang dikelola.
Semakin banyak kasus peredaran makanan kemasan ilegal dan
penipuan produk makanan kemasan yang merugikan konsumen diduga akan
meningkatkan kerawanan konsumen. Perbedaan pengetahuan antara rumah
tangga di wilayah perkotaan dan perdesaan juga diduga akan menimbulkan
perbedaan perilaku pembelian produk makanan kemasan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kerawanan konsumen
terhadap perilaku pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan
dan perdesaan.
Perumusan Masalah
Berbagai macam produk makanan kemasan yang beredar di pasar,
membuat konsumen dalam hal ini ibu rumah tangga mempunyai berbagai
alternatif pilihan. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan, produk makanan kemasan yang sudah terdaftar dan beredar di
Indonesia sebanyak 59 837 produk (BPOM 2012). Hal ini memberikan
gambaran bahwa produk makanan kemasan di Indonesia telah banyak
beredar sehingga memberikan kemudahan ibu rumah tangga dalam
melakukan pemilihan dan pembelian produk tersebut. Produk makanan
kemasan memudahkan ibu rumah tangga sebagai orang yang bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan makanan keluarga. Hal ini dikarenakan
kepraktisan dan kemudahan dalam mencari dan mendapatkan produk
makanan kemasan.
Pemilihan produk-produk makanan kemasan tidak terjadi begitu saja,
melainkan melalui suatu proses yang dipengaruhi berbagai faktor. Riza
(2000) dalam penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa dua faktor utama
yang memengaruhi ibu rumah tangga dalam membeli makanan kemasan
yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi umur,
lama pendidikan, dan pengeluaran rumah tangga rata-rata per bulan.
Sedangkan faktor lingkungan meliputi kelas sosial, kelompok acuan,
budaya, dan sumber informasi. Namun dalam penelitian ini faktor
lingkungan tersebut tidak diteliti.
Ibu rumah tangga harus cermat dalam memilih produk makanan
kemasan yang aman dan baik bagi kesehatan. Ketelitian dalam membaca
label produk makanan kemasan diperlukan untuk mendapatkan informasi
yang jelas dan benar. Hal ini akan memudahkan ibu rumah tangga dalam
mengambil keputusan pembelian. Pemerintah sudah mengatur ketentuan
pencantuman label pangan dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999
tentang label dan iklan pangan untuk melindungi konsumen. meskipun
sudah ada peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur
pencantuman label kemasan pangan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa
banyak informasi yang tertera pada label makanan kemasan belum tentu
sesuai dengan kandungan dalam makanan tersebut. Seringkali ditemukan
label makanan kemasan yang kurang informatif dan tidak sesuai dengan

4

aturan yang berlaku, dan hanya sedikit konsumen yang peduli (Susanto
2008).
Ketidakjelasan informasi tentang label makanan kemasan dapat
memengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang
memiliki keterbatasan pengetahuan dapat lebih rawan mengalami penipuan.
Kerawanan konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen (usia, status
pernikahan, pendidikan), pengetahuan, dan paradigma sosial (Lee &
Soberon-Ferrer 1997).
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kerawanan konsumen terhadap perilaku pembelian di wilayah perkotaan dan
perdesaan.
Tujuan Khusus
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik responden dan karakteristik keluarga
pengguna produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan perdesaan.
2. Menganalisis kerawanan konsumen keluarga di wilayah perkotaan dan
perdesaan.
3. Menganalisis perilaku pembelian produk makanan kemasan pada
keluarga di wilayah perkotaan dan perdesaan.
4. Menganalisis hubungan karakteristik responden, karakteristik keluarga,
kerawanan konsumen, dan perilaku pembelian produk makanan kemasan
di wilayah perkotaan dan perdesaan.
5. Menganalisis pengaruh karakteristik responden, karakteristik keluarga,
kerawanan konsumen, dan perilaku pembelian produk makanan kemasan
di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti agar dapat
menambah dan mengaplikasikan wawasan pengetahuan mengenai perilaku
pembelian dan kerawanan konsumen, serta bagi pengembangan dan aplikasi
ilmu yang telah diperoleh selama berada di bangku kuliah. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi referensi, bahan rujukan, tambahan
informasi, dan masukan di bidang ilmu konsumen. Bagi konsumen,
penelitian ini diharapkan dapat membantu konsumen khususnya ibu rumah
tangga dalam menambah informasi dan memberi pertimbangan kepada
konsumen tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membeli produk
makanan kemasan. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan perlindungan
konsumen. Hal ini berkaitan dengan peraturan mengenai pemberian
keterangan secara lengkap pada label produk pangan kemasan dan

5

pengenalan badan penyelesaian sengketa konsumen serta yayasan
perlindungan konsumen.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Ketersediaan
berbagai jenis dan bahan makanan saat ini sudah sangat banyak beredar
dipasar. Sekarang ini, banyak produsen yang membuat produk makanan
yang dikemas dalam suatu kemasan. Produk makanan kemasan yang
beredar di pasar Indonesia sudah sangat beragam dan tidak hanya berasal
dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Banyak konsumen yang telah
menggunakan produk makanan kemasan untuk mencukupi kebutuhan
pangan.
Keberagaman produk makanan kemasan yang beredar saat ini,
memudahkan konsumen dalam memilih alternatif pilihan. Setiap produk
makanan kemasan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Berdasarkan data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (2012), masih
banyak produsen-produsen yang melakukan kecurangan. Pada tahun 2011,
BPOM telah memproses 140 kasus dengan 52 kasus pro-justicia dan 88
kasus non-projusticia. Pada 2012, jumlah kasus yang ditangani meningkat
menjadi 145 dengan penyelesaian pro-justicia 49 kasus dan non-projusticia
sebanyak 96 kasus. Kecurangan ini terutama pada pemberian label pada
produk makanan kemasan. Selain itu, produk makanan kemasan banyak
yang belum memiliki izin edar. Oleh karena itu, ibu rumah tangga harus
mencari informasi terkait produk makanan kemasan yang akan dibeli.
Pengetahuan ibu rumah tangga tentang kelengkapan atribut produk
makanan kemasan harus diperhatikan agar dapat memilih produk yang aman
dikonsumsi oleh keluarga. Keterbatasan pengetahuan dapat membuat ibu
rumah tangga lebih rawan terhadap penipuan. Menurut Baker, Gentry, dan
Rittenberg (2005), kerawananan konsumen merupakan ketidakseimbangan
dalam interaksi pemasaran seperti praktik tidak adil yang dilakukan oleh
pedagang atau produsen. Keterbukaan proses perdagangan antara penjual
dan pembeli merupakan salah satu penentu terciptanya keseimbangan
interaksi pasar.
Pada penelitian sebelumnya, kerawanan konsumen dipengaruhi oleh
karakteristik konsumen (usia, status pernikahan, pendidikan), pengetahuan,
dan paradigma sosial (Lee & Soberon-Ferrer 1997). Perbedaan kerawanan
konsumen dapat dijelaskan berdasarkan dua paradigma yaitu defisiensi
pengetahuan dan interaksi sosial. Penipuan sangat rawan terjadi pada orang
yang lebih tua karena mengalami penurunan kognitif dan isolasi sosial
(Langerderfer & Shrimp 2001). American Association of retired Persons
(1993) dalam Lee dan Soberon-Ferrer (1997) menyatakan bahwa kerawanan
konsumen dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu pengetahuan konsumen
tentang sumber informasi mengenai cara penyelesaian permasalahan
konsumen, pengetahuan tentang hak-hak konsumen, keterbukaan praktik
perdagangan, dan pengetahuan tentang perdagangan yang menyesatkan.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku
pembelian. Perbedaan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh konsumen di

6

perkotaan dan perdesaan yang menyebabkan perbedaan pengetahuan yang
dimiliki. Kerawanan konsumen diduga memiliki hubungan dengan perilaku
pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Gambar 1 menyajikan kerangka pemikiran kerawanan konsumen dan
perilaku pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan
perdesaan Bogor.
Karakteristik
responden
 Pendidikan
 Usia

Karakteristik keluarga
 Besar keluarga
 Usia suami
 Pendidikan suami
 Pendapatan total
keluarga
 Pengeluaran total
keluarga

Karakteristik
lingkungan
 Tempat
tinggal
(0=Perdesaan;
1=Perkotaan)
 Sumber
informasi
 Kelompok
sosial

Kerawanan Konsumen
(Consumer
Vulnerability)

Perilaku Pembelian
Produk Makanan
Kemasan
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran tentang kerawanan konsumen dan perilaku
pembelian produk makanan kemasan di wilayah perkotaan dan
perdesaan Bogor

METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan
judul “Model Pemberdayaan Konsumen Sebagai Upaya Mengubah Perilaku
Konsumen dalam Mengkonsumsi Makanan Kemasan”. Disain penelitian

7

yang digunakan adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang
dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara
purposive yaitu di Kota dan Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor dipilih
mewakili lokasi geografis perdesaan dengan pertimbangan merupakan
kabupaten terbanyak penduduknya di Provinsi Jawa Barat, sedangkan Kota
Bogor dipilih karena mewakili lokasi geografis perkotaan dengan
pertimbangan yang sama dengan Kabupaten Bogor, namun lebih kosmopolit
dibandingkan Kabupaten Bogor. Pertimbangan lain pemilihan lokasi adalah
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu penelitian. Selanjutnya, pemilihan
kecamatan, desa, kelurahan, RW, dan RT dilakukan secara acak yang
menghasilkan Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan sebagai
perwakilan daerah perkotaan dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan
Cibungbulang sebagai perwakilan daerah perdesaan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Juni 2013. Kegiatan
penelitian mencakup survei awal, uji coba instrumen, pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, hingga penyusunan hasil penelitian.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga lengkap yang pernah
membeli makanan kemasan selama tiga bulan terakhir. Teknik penarikan
contoh menggunakan probability sampling berupa random sampling.
Contoh penelitian meliputi rumah tangga di perkotaan dan perdesaan Bogor
dengan responden masing-masing 40 ibu rumah tangga dari 40 rumah
tangga lengkap. Dengan demikian, total contoh dari kedua wilayah adalah
80 keluarga. Pada Kelurahan Empang yang dipilih menjadi contoh adalah
keluarga yang tinggal di RT 4 RW 19 sebagai perwakilan wilayah perkotaan
dengan jumlah populasi 55 rumah tangga. Selanjutnya, Desa Ciaruteun Ilir
RT 1 RW 4 dipilih sebagai perwakilan wilayah perdesaan dengan jumlah
populasi yaitu 60 rumah tangga. Unit analisis dalam penelitian ini adalah
keluarga, dengan responden ibu rumah tangga. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah rumah tangga dengan pertimbangan keluarga yang
merupakan sumber pribadi sebagai organisasi pembelian konsumen yang
paling penting dalam masyarakat dan berpengaruh dalam keputusan
pembelian (Setiadi 2003). Menurut Sumarwan (2002), keluarga adalah
lingkungan yang paling dekat dengan konsumen, yang sebagian besar
konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota lainnya sehingga setiap
anggota keluarga akan saling memengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan pembelian produk dan jasa. Penelitian dilakukan dengan
mewawancarai ibu rumah tangga, karena seorang ibu dianggap sebagai
pengambil keputusan utama dalam pemilihan dan persiapan kebutuhan
pangan sehari-hari keluarga. Gambar 2 menunjukkan teknik pengambilan
contoh pada penelitian.

8

Provinsi Jawa Barat

Kota Bogor

Kabupaten Bogor

Kecamatan Bogor
Selatan

Kecamatan
Cibungbulang

Purposive

Random

Kelurahan Empang

Desa Ciaruteun Ilir

Random

RW 19

RW 4

Random

RT 1

Random

RT 4

n=40

n=40

Random

Gambar 2 Teknik pengambilan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden dan menggunakan alat bantu kuesioner. Sementara itu, data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan seperti keadaan
umum wilayah penelitian, laporan dan dokumentasi serta data yang relevan
dengan penelitian ini.
Kuesioner berisi tentang karakteristik responden dan karakteristik
keluarga yang terdiri dari usia, pendidikan, besar keluarga, pendapatan, dan
pengeluaran. Selain itu kuesioner juga berisi tentang perilaku pembelian
produk makanan kemasan. Sementara itu, kerawanan konsumen diukur
dengan memodifikasi instrumen The Vulnerability Index (VI) yang diacu
dari penelitian yang dilakukan oleh American Association of Retired
Persons (AARP). Instrumen ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu pengetahuan
konsumen tentang sumber informasi bagaimana mengatasi permasalahan
konsumen, pengetahuan tentang hak-hak konsumen, dan keterbukaan
praktik perdagangan. Instrumen kerawanan konsumen ini terdiri dari 12
pertanyaan dengan skala 1=Ya dan 0=Tidak.
Variabel penelitian, skala data, dan kategori dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini.

9

Tabel 1 Variabel penelitian, skala data, dan kategori
Variabel
Karakteristik keluarga
 Usia istri/suami

Skala data
Rasio

 Lama pendidikan

Rasio

 Besar keluarga

Rasio

 Lokasi geografi

Nominal

 Pendapatan keluarga

Rasio

 Pengeluaran pangan

Rasio

Kerawanan konsumen

Ordinal

Perilaku pembelian
 Jenis produk makanan kemasan
yang dibeli

Nominal

 Frekuensi pembelian

Rasio

 Tempat pembelian

Nominal

 Waktu pembelian

Nominal

 Pelaku pembelian

Nominal

 Kebiasaan menyimpan produk
makanan kemasan

Nominal

 Pertimbangan merek produk
makanan kemasan

Nominal

 Ketertarikan terhadap produk
makanan kemasan daripada
non-kemasan yang sejenis

Nominal

Kategori
Berdasarkan sebaran data
1. ≤40 tahun
2. >40 tahun
1. ≤ 9 tahun
2. > 9 tahun
(Berdasarkan Wajib Belajar 9
tahun)
Berdasarkan sebaran data
1. ≤ 4 orang
2. >4 orang
0. Perdesaan
1. Perkotaan
Jumlah pendapatan keluarga
(Rp/kap/bulan)
Jumlah pengeluaran pangan
(Rp/kap/bulan)
Berdasarkan sebaran data
1. Tidak rawan (≤50%)
2. Rawan (>50%)
1=Susu dan olahannya
2=Makanan ringan
3=Makanan kaleng
4=Makanan bayi
5=Mie instan
0= Tidak pernah membeli
1=1-25 kali
2=26-50 kali
0=Tidak pernah membeli
1=Supermarket
2=Minimarket
3=Pasar
4=Warung
0=Tidak pernah membeli
1=Tidak tentu
2=Setiap hari
3=Akhir minggu
4=Akhir bulan
5=Awal bulan
0=Tidak pernah membeli
1=Ibu
2=Suami
3=Anak
0=Tidak pernah membeli
1=Ya
2=Tidak
3=Kadang-kadang
0=Tidak pernah membeli
1=Ya
2=Tidak
3=Kadang-kadang
0=Tidak pernah membeli
1=Ya
2=Tidak
3=Kadang-kadang

10

Lanjutan Tabel 1
Variabel
 Perencanaan pembelian produk
makanan kemasan

Skala data
Nominal

 Pengeluaran makanan kemasan
(Rp/kap/bulan)

Rasio

 Pengeluaran per jenis makanan
kemasan (Rp/kap/bulan)

Rasio

Kategori
0=Tidak pernah membeli
1=Ya
2=Tidak
3=Kadang-kadang
Berdasarkan sebaran data
1. Rp25 000-196 668
2. Rp196 669-368 334
3. Rp368 335-540 000
Berdasarkan sebaran data
1. ≤Rp15 000
2. Rp15 001-30 000
3. Rp30 001-60 000
4. >60 000

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
kerawanan konsumen, sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku
pembelian. Pengukuran variabel pada pertanyaan-pertanyaan di kuesioner
berdasarkan dengan kategori-kategori yang telah ditentukan. Reliabilitas
pertanyaan-pertanyaan diuji dengan menggunakan uji cronbach-alpha.
Pengambilan data penelitian dengan melakukan wawancara langsung
kepada responden.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian
ini telah diuji reliabilitas dan validitasnya. Pengujian instrumen dilakukan di
Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bantar Jati, Bogor. Jumlah responden
untuk menguji instrumen adalah sebanyak 30 orang. Hasil uji reliabilitas
instrumen kerawanan konsumen menunjukkan nilai cronbachs’ alpha
sebesar 0.567.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara
statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft
Excel 2007 dan SPSS for Windows. Analisis data yang digunakan meliputi
uji beda Independent Samples T-Test, uji korelasi Pearson, uji regresi linier
berganda, dan uji regresi logistik. Uji beda Independent Samples T-Test
digunakan untuk melihat perbedaan variabel penelitian antara perkotaan dan
perdesaan. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk menganalisis hubungan
antar variabel pada penelitian ini. Uji regresi logistik digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kerawanan konsumen.
Sementara itu, uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian.
Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik responden, karakteristik keluarga, dan perilaku pembelian
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan tabulasi silang.
Karakteristik keluarga meliputi usia, besar keluarga, lama pendidikan,
pendapatan, dan pengeluaran. Statistik deskriptif adalah bidang statistik

11

yang berhubungan dengan metode pengelompokan, peringkasan, dan
penyajian data dalam cara yang lebih informatif (Santoso & Ashari
2005). Statistik deskriptif yang digunakan meliputi nilai rata-rata,
standar deviasi, maksimum, dan minimum.
2. Kerawanan konsumen diukur dengan memodifikasi instrumen
Vulnerability Index berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American
Association of Retired Persons (AARP). Hasil penjumlahan skor variabel
kerawanan konsumen kemudian dilakukan transformasi skor komposit
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sistem skoring variabel dikategorikan dengan menggunakan teknik
skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas.

3. Uji hubungan menggunakan korelasi Pearson untuk menganalisis
hubungan antara karakteristik responden, karakteristik keluarga,
kerawanan konsumen, dan perilaku pembelian.
4. Uji pengaruh menggunakan uji regresi logistik dan uji regresi linier
berganda. Faktor-faktor yang memengaruhi kerawanan konsumen
dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Sementara itu, uji regresi
linier berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku pembelian.
Definisi Operasional
Responden adalah ibu rumah tangga yang berasal dari keluarga lengkap
yang mengonsumsi makanan kemasan selama tiga bulan terakhir.
Contoh adalah keluarga lengkap yang terdiri dari suami, istri, dan anak
dimana keluarga tersebut mengonsumsi makanan kemasan selama tiga
bulan terakhir.
Keluarga lengkap adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan
anak.
Usia responden adalah lama hidup ibu rumah tangga yang dihitung dalam
tahun.
Usia suami adalah lama hidup suami yang dihitung dalam tahun.
Lama pendidikan istri adalah lama pendidikan yang telah ditempuh oleh
istri.
Lama pendidikan suami adalah lama pendidikan yang telah ditempuh oleh
suami.
Lokasi geografis adalah lokasi dimana rumah tangga bertempat tinggal
yang mencakup wilayah perkotaan dan perdesaan.

12

Pendapatan keluarga adalah jumlah total penghasilan seluruh anggota
keluarga per kapita per bulan.
Pengeluaran keluarga adalah pengeluaran total keluarga untuk makanan
dan bukan makanan per kapita per bulan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung.
Kerawanan konsumen adalah keterbatasan pengetahuan konsumen tentang
sumber informasi cara penyelesaian permasalahan konsumen, hak-hak
konsumen, dan keterbukaan praktik perdagangan sehingga konsumen
mudah dirugikan.
Makanan kemasan adalah makanan dan minuman hasil produksi
perusahaan yang tergolong industri berskala besar dan tidak termasuk
industri berskala kecil dan industri rumah tangga yang mencantumkan
nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi, keterangan halal, dan tanggal, bulan,
dan tahun kadaluwarsa.
Perilaku pembelian makanan kemasan adalah bagaimana contoh
membeli makanan kemasan per bulannya yang terdiri dari jenis
produk yang dibeli, frekuensi pembelian, tempat pembelian, waktu
pembelian, pelaku pembelian, pertimbangan merek, kebiasaan
menyimpan makanan, ketertarikan terhadap makanan kemasan,
perencanaan pembelian, dan pengeluaran makanan kemasan per kapita
per bulan.
Frekuensi pembelian adalah seberapa sering contoh membeli produk
makanan kemasan.
Waktu pembelian adalah kapan contoh membeli produk makanan
kemasan.
Tempat pembelian adalah lokasi dimana rumah tangga biasa membeli
produk makanan kemasan.
Waktu pembelian adalah kapan rumah tangga melakukan pembelian
produk makanan kemasan.
Pelaku pembelian adalah siapa yang berperan dalam melakukan pembelian
produk makanan kemasan.
Kebiasaan menyimpan makanan kemasan adalah kebiasaan rumah
tangga membeli makanan kemasan dalam jumlah yang banyak untuk
persediaan.
Ketertarikan makanan kemasan adalah apakah rumah tangga tertarik
terhadap makanan kemsan daripada makanan non-kemasan yang
sejenis.
Pertimbangan merek adalah apakah rumah tangga mempertimbangkan
alternatif merek pada produk makanan kemasan.
Perencanaan pembelian adalah apakah rumah tangga melakukan
perencanaan dalam melakukan pembelian produk makanan kemasan.
Pengeluaran per kapita makanan kemasan adalah jumlah uang yang
dihabiskan untuk membeli makanan kemasan per kapita per bulan.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Gambaran Umum Produk Makanan Kemasan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan, makanan dan minuman kemasan adalah makanan dan
minuman hasil produksi perusahaan yang tergolong industri berskala besar
dan tidak termasuk industri berskala kecil dan industri rumah tangga.
Contoh produk makanan kemasan yang sering dikonsumsi oleh keluarga
antara lain produk susu, makanan ringan, minuman kaleng, makanan kaleng,
makanan bayi, dan produk mie instan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pada
pasal 30 ayat 1 dijelaskan bahwa tujuan pemberian label pada produk
pangan kemasan adalah agar masyarakat yang membeli dan atau
mengkonsumsi makanan memperoleh informasi yang benar dan jelas
tentang setiap produk makanan yang dikemas, baik menyangkut asal,
keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain yang diperlukan
sebelum memutuskan membeli dan atau mengonsumsi makanan tersebut.
Pada makanan dan minuman kemasan, label kemasan yang harus dipenuhi
antara lain nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama
dan alamat pihak yang memproduksi, keterangan halal, dan tanggal, bulan,
dan tahun kadaluwarsa.
Karakteristik Responden dan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rumah tangga di
perkotaan dan di perdesaan memiliki besar keluarga pada kategori kecil
yaitu kurang dari atau sama dengan empat orang (BKKBN 1996). Rata-rata
usia suami dan istri di wilayah perkotaan maupun perdesaan tergolong pada
kategori dewasa awal yaitu antara usia 18 sampai 40 tahun. Rata-rata
pendidikan suami dan istri di wilayah perkotaan hingga tingkat SMP.
Pendidikan suami dan istri di wilayah perdesaan rata-rata hingga tingkat SD.
Rata-rata pendapatan total keluarga per kapita per bulan di wilayah
perkotaan dan perdesaan masing-masing adalah Rp388 930.95 dan Rp356
488.09. Sementara itu, rata-rata pengeluaran total keluarga per kapita per
bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan masing-masing adalah Rp298
903.57 dan Rp255 515.71. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata pada pendidikan suami dan istri antara wilayah
perkotaan dan perdesaan (Tabel 2).

14

Tabel 2 Rata-rata dan uji beda karakteristik responden dan keluarga
Karakteristik rumah tangga

Perkotaan (n=40)

4.05±1.22
 Besar keluarga (orang)
39.38±11.77
 Usia suami (tahun)
33.68±10.89
 Usia istri (tahun)
9.33±2.83
 Lama pendidikan suami
(tahun)
9.08±2.72
 Lama pendidikan istri
(tahun)
388 930.95±3.78E5
 Pendapatan total
keluarga(Rp/kap/bulan)
298 903.57±1.50E5
 Pengeluaran total
keluarga(Rp/kap/bulan)
Ket: **nyata pada p-value