Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat pada Masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan, Kabupaten Fakfak

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT
PADA MASYARAKAT SUKU MBAHAM MATA
DI KAMPUNG WERABUAN, KABUPATEN FAKFAK

MUTMAINAH WORETMA

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Tumbuhan Pangan dan Obat pada Masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung
Werabuan, Kabupaten Fakfak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Mutmainah Woretma
NIM E34080118

ABSTRAK
MUTMAINAH WORETMA. Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat pada
Masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan, Kabupaten Fakfak.
Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan ERVIZAL A.M. ZUHUD
Masyarakat Papua masih bergantung pada sumberdaya hutan, baik
tumbuhan maupun satwa dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Khususnya,
pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat yang sudah mereka lakukan secara turun
temurun hingga saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat serta mengidentifikasi kearifan lokal
masyarakat Suku Mbaham Mata dalam pemanfaatan sumberdaya tumbuhan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara semi
terstruktur dengan teknik snowball. Spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
teridentifikasi sebanyak 35 spesies dari 21 famili. Spesies tumbuhan obat

sebanyak 41 spesies dari 28 famili. Selain itu teridentifikasi sebanyak 25 spesies
dari 21 famili yang berfungsi sebagai tumbuhan pangan fungsional yakni
tumbuhan yang berfungsi ganda yaitu sebagai pangan dan juga sebagai tumbuhan
yang berkhasiat obat. Masyarakat Suku Mbaham Mata masih memanfaatkan
sumberdaya tumbuhan yang tersedia dan terdapat ritual-ritual dalam melakukan
kegiatan konservasi. Kearifan lokal masyarakat dalam konservasi tumbuhan dapat
dilihat dalam ritual pemasangan sasi, larangan ketika masuk hutan, nahahara.
Kata kunci : obat, kearifan, konservasi, pangan, tumbuhan

ABSTRACT
MUTMAINAH WORETMA. Food and Medicinal Plant Diversity, in Mbaham
Mata Tribe Society In Werabuan Village, Fakfak District. Supervised by AGUS
HIKMAT and ERVIZAL A.M. ZUHUD.
The society of Papua still depends on forest resources, plants and animals,
to fulfill their daily needs. Particularly, the utilization of food and medicinal plants
has been done hereditarily until now. The aim of this research is to identify the
diversity of food and medicinal plants, also to identify the local wisdom of
Mbaham Mata Tribe on the utilization of plant resources. Data collection was
done using semi-structured interview and snowball technique. Food plant species
which is identified as much as 35 species from 21 family, while medicinal plants

are 41 species from 28 family. Beside that, there are 25 species which is identified
from 21 family which are utilized as functional food plant. Functional food plant
is plants that has double function, as food and also medicine. The society of
Mbaham Mata Tribe is still utilizing available plant resources and there are some
rituals on doing conservation activities. The local wisdom of the society on plant
conservation can be seen on the sasi installation ritual, prohibition to enter the
forest, nahahara.
Keywords : conservation, food, local wisdom, medicine, plants

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT
PADA MASYARAKAT SUKU MBAHAM MATA DI
KAMPUNG WERABUAN, KABUPATEN FAKFAK

MUTMAINAH WORETMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat pada
Masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan,
Kabupaten Fakfak
: Mutmainah Woretma
: E34080118

Disetujui oleh


Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F
Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga karya ilmiah berupa skripsi ini dapat diselesaikan.
Penelitian dengan judul ”Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat pada
Masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan, Kabupaten
Fakfak” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing, yaitu Dr. Agus Hikmat M.Sc.F dan Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M.
Zuhud, MS atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini,
serta perhatian dan dukungannya kepada penulis selama penelitian dan proses
penulisan skripsi. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Budi, M.Sc
selaku dosen penguji dan Ibu Resti Meilani S.Hut, M. Si selaku ketua sidang pada
saat ujian komprehensif yang memberikan masukan bagi penulis. Terima kasih
kepada Ayah (Abdul Chalik Woretma), Mama (Elly Kusuma), Nirmalasari
Woretma, Amrul Jihad Woretma, Yogi Iriansyah Woretma, Istiqomah Woretma,
dan Aby Samsyu Zamani Woretma yang telah memberikan doa, motivasi serta
memberi semangat kepada penulis selama kuliah berlangsung hingga
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Balai Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati, Cagar Alam Pegunungan Fakfak, Bapak Alex yang telah membantu
dalam pemberian informasi mengenai lokasi penelitian. Terima kasih kepada
Bapak Rudolf, Kakak Samai Kabes, Bapak Abner Werwanas, Bapak Yahya
Tuturop yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian, dan
terima kasih kepada Bapak Karim dan Bapak Marhaban Weripih yang telah
mempermudah penulis dalam melakukan penelitian di Kampung Werabuan.

Terima kasih kepada Rafika Akhtariana, Davidia IPY, Arniana Anwar, Febbi
Nurdia, Siti Reyhani, Lintang Praba KPR, Anieke Stevani, Pitaloka, Ajeng MP,
Dina Oktavia, Septiani DA, Nurika dan semua teman-teman seperjuangan
Edelweis 45 yang telah menjadi teman yang baik dan berjuang bersama serta
berbagi suka duka selama kuliah. Terima kasih kepada keluarga besar Aqila
(Biantri Raynasari, Tira Siti NA, Nurul Fitri, Nurya Utami, Mayang Meivilia, Tri
Setiowati, Balgies) yang telah menemani dan memberikan semangat serta telah
menjadi keluarga yang baik dan sangat perhatian. Serta semua pihak yang selalu
memberikan perhatian, dukungan dan doa kepada penulis. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian
ini dapat bemanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Juni 2013
Mutmainah Woretma

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Jenis Data yang Dikumpulkan

3


Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Karakteristik Responden

6


Keanekaragaman Tumbuhan Pangan

7

Keanekaragaman Tumbuhan Obat

13

Keanekaragaman Tumbuhan Pangan Fungsional

20

Kearifan Lokal Masyarakat dalam Kegiatan Konservasi Hutan

24

Bentuk Interaksi Masyarakat dengan Cagar Alam

26

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis data dan informasi penelitian yang dikumpulkan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat umur di Kampung
Werabuan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung
Werabuan
Keanekaragaman tumbuhan pangan berdasarkan komposisi habitus
Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat
Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan komposisi habitus
Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat
Keanekaragaman tumbuhan pangan fungsional berdasarkan
komposisi habitus
Jumlah spesies tumbuhan pangan fungsional berdasarkan tipe habitat

3
6
7
9
10
16
17
21
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Lokasi Kampung Werabuan, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua
Barat
Pemanfaatan tumbuhan pangan berdasarkan komposisi famili
Pemanfaatan tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan
Kebun dan pekarangan masyarakat
Status budidaya tumbuhan pangan
Pengolahan sayur tagas-tagas
Pengolahan papeda
Jenis penyakit yang pernah diderita oleh Masyarakat di Kampung
Werabuan
Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili
Sameh (Ruellia tuberosa)
Sarang semut (Myrmecodia pendens)
Putri bakurung (Passiflora foetida)
Status budidaya tumbuhan obat
Jenis penyakit dan jumlah spesies tumbuhan obat
Persentasi bagian tumbuhan obat yang digunakan
Daun gatal (Laportea decumana)
Jumlah tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan pangan fungsional yang digunakan
Buah merah (Pandanus conoideus)
Pinang, sirih, dan kapur

2
8
10
11
11
12
12
13
14
15
15
16
17
18
19
20
20
22
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Karakteristik responden di Kampung Werabuan
Potensi spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kampung Werabuan
Potensi spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kampung Werabuan
Potensi spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kampung Werabuan
Jenis penyakit dan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kampung Werabuan
Data tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi famili
Data tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi habitus
Data tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi habitat
Data tumbuhan pangan berdasarkan klasifikasi famili
Data tumbuhan pangan berdasarkan klasifikasi habitus
Data tumbuhan pangan berdasarkan klasifikasi habitat
Data tumbuhan pangan fungsional berdasarkan klasifikasi habitus
Data tumbuhan pangan fungsional berdasarkan klasifikasi habitat

32
33
35
38
40
42
44
45
47
48
49
50
51

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah Papua dikenal dengan kekayaan sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, khususnya di Kabupaten Fakfak. Kabupaten Fakfak memiliki
berbagai macam potensi alam dan budaya. Potensi alam berupa hutan masih
sangat banyak dan masih alami, khususnya di Kampung Werabuan, Distrik
Fakfak Barat.
Kampung Werabuan berbatasan langsung dengan hutan khususnya Cagar
Alam Pegunungan Fakfak. Masyarakat yang berdomisili di Kampung Werabuan
yaitu masyarakat Suku Mbaham Mata. Sebagian besar masyarakat bergantung
langsung dengan sumberdaya hutan, baik tumbuhan maupun satwa dalam
pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Khususnya, pemanfaatan tumbuhan pangan
dan obat yang sudah mereka lakukan secara turun temurun hingga saat ini.
Menurut Soendjoto (2007), sumberdaya alam yang ada saat ini merupakan modal
potensial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perlu dikelola dengan
baik agar bermanfaat secara optimal.
Pengetahuan tradisional mengenai tumbuhan pangan dan obat yang telah
ada turun-temurun tersebut secara tidak langsung telah memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap perkembangan pengetahuan, khususnya di bidang
pengobatan tradisional. Selain itu, pengetahuan tradisional juga telah banyak
merangsang muncul dan berkembangnya usaha (jamu) dan penelitian-penelitian
mengenai pemanfaatan tumbuhan.
Sejalan dengan kegiatan pembangunan daerah di Kabupaten Fakfak,
dibutuhkan sejumlah lahan untuk pembangunan. Salah satunya yaitu dengan
mengkonversi hutan menjadi kawasan perkebunan dan melakukan pembukaan
akses jalan menuju kawasan. Hal inilah yang saat ini dapat mengancam
konservasi hutan dan akan berdampak pada berkurangnya sumberdaya hutan yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan.
Data dan informasi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Suku Mbaham
Mata di Kampung Werabuan belum terdokumentasi. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat oleh masyarakat di
Kampung Werabuan yang berada di sekitar kawasan hutan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Mbaham Mata.
2. Mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat Suku Mbaham Mata dalam
pemanfaatan sumberdaya tumbuhan.

2

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai masukan kepada pihak pengelola Cagar
Alam Pegunungan Fakfak dan pemerintah daerah Kabupaten Fakfak dalam
rangka pelestarian pemanfaatan sumberdaya alam hayati khususnya pemanfaatan
tumbuhan pangan dan obat berbasis pengetahuan lokal masyarakat.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini diakukan di Distrik Fakfak Barat, Kampung Werabuan,
Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat (Gambar 1). Penelitian dilakukan selama
dua bulan yaitu dari bulan Juli – Agustus 2012.

Gambar 1 Lokasi Kampung Werabuan, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat

3

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera
untuk dokumentasi, kalkulator, golok/parang, daftar pertanyaan (kuisioner), papan
jalan, tally sheet, dan komputer beserta perlengkapannya dalam pengolahan data,
alkohol 70%, kertas koran, kertas label nama, tali plastik, sampel tumbuhan dan
plastik.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi
penelitian, karakteristik responden, tumbuhan pangan dan obat, kearifan lokal
masyarakat, dan interaksi masyarakat dengan kawasan. Jenis data dan informasi
yang dikumpulkan diuraikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1 Jenis data dan informasi penelitian yang dikumpulkan
No
1

2

3

4

5

Data

Informasi yang
dibutuhkan

Kondisi
Letak dan luas, jumlah
umum lokasi penduduk, pendidikan,
penelitian
kondisi sosial budaya
masyarakat
Karakteristik Jenis kelamin, usia,
responden
pendidikan, dan
pekerjaan
Tumbuhan
Nama daerah, nama
pangan dan
ilmiah, bagian yang
obat
digunakan, habitus
tumbuhan, habitat
tumbuhan, jenis liar/
budidaya, pengolahan,
dan pemakaian
Kearifan
nilai, norma, etika,
lokal
kepercayaan, adatmasyarakat
istiadat, hukum adat, dan
aturan-aturan khusus
Interaksi
Bentuk bentuk interaksi
masyarakat
langsung dan tidak
dengan
langsung
kawasan

Sumber data
Kantor Dinas
Pariwisata, dan
Distrik Fakfak
Barat
Masyarakat
Kampung
Werabuan
Masyarakat
Kampung
Werabuan

Metode
pengumpulan
data
Studi pustaka

Wawancara
dan studi
pustaka
Wawancara.
Observasi
lapang dan
studi pustaka

Masyarakat
Kampung
Werabuan

Wawancara

Masyarakat
Kampung
Werabuan

Wawancara

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi
pustaka, wawancara, observasi lapang, pembuatan herbarium dan dokumentasi.

4

Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk pengumpulan data awal, kemudian dikaji
sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data dan informasi
tersebut dikumpulkan dari penelitian terdahulu, buku, dokumen, dan sumber
lainnya. Pengambilan data dan informasi diperoleh dari kantor Dinas Kehutanan
Fakfak, perpustakaan daerah Kabupaten Fakfak, perpustakaan IPB, dan tempat
lain yang menunjang penelitian.
Wawancara
Wawancara ditujukan kepada masyarakat Suku Mbaham Mata di kampung
Werabuan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik semi terstruktur.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies tumbuhan
pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Mbaham Mata di
Kampung Werabuan serta proses perlakuan (pasca panen, pengolahan dan
pemakaian) tumbuhan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Penetapan responden dilakukan dengan menggunakan teknik snowball.
Observasi lapang
Observasi lapang bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies tumbuhan
pangan dan obat yang diperoleh dari hasil wawancara. Verifikasi dilakukan
dengan mencari tumbuhan pangan dan obat yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan masyarakat secara disengaja sebagai sampel dan membuat dokumentasi.
Pembuatan herbarium
Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagianbagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, kuncup yang utuh, bunga dan
buahnya). Pembuatan herbarium dilakukan untuk memudahkan proses identifikasi
spesies tumbuhan yang belum diketahui jenisnya. Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah (Rona 2011):
a. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, kalau ada bunga dan buahnya diambil.
b. Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting dengan panjang
kurang lebih 40 cm.
c. Kemudian contoh herbarium dimasukan kedalam kertas koran dengan
memberikan label gantung yang berukuran (3 x 5) cm². Label gantung berisi
keterangan tentang nomor spesies, tanggal pengambilan, nama lokal, lokasi
pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.
d. Contoh herbarium yang telah diberi label kemudian dirapikan dan dimasukan
ke dalam lipatan kertas koran untuk kemudian lipatan kertas koran tersebut
dimasukan ke dalam plastik.
e. Selanjutnya beberapa herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari bambu
dan disemprot dengan alkohol 70% untuk selanjutnya dibawa dan dikeringkan
dengan menggunakan oven.
f. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.
Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menampilkan dan mengabadikan bentuk
visual melalui objek gambar atau foto.

5

Analisis Data
Analisis data tumbuhan obat dan pangan
Data potensi tumbuhan pangan dan obat keluarga disusun dan
dikelompokkan berdasarkan : (1) Spesies, (2) famili, (3) kegunaan, (4) bagian
yang digunakan, (5) kelompok penyakit (tumbuhan obat), (7) tipe habitat, dan (8)
status budidaya/liar.
Persentase habitus
Habitus dari tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi pohon, perdu liana,
semak dan herba. Habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo
(1988) adalah sebagai berikut :
a. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang
jelas dan bercabang jauh dari permukaan.
b. Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang
dekat dengan permukaan.
c. Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair.
d. Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalar/memanjat pada
tumbuhan lain.
e. Tumbuhan memanjat adalah herba yang memanjat pada tumbuhan lain atau
benda lain.
f. Semak adalah tanaman yang batangnya berukuran sama dan sederajat
Persentase habitus merupakan telaah tentang besarnya suatu habitus tertentu
yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Untuk menghitungnya
digunakan rumus (Hidayat 2009):
Persentase habitus tertentu =

∑ habitus tertentu
∑ seluruh habitus

X 100%

Persentase bagian yang dimanfaatkankan
Pemanfaatan bagian tumbuhan baik itu daun, batang, kulit, buah, bunga, dan
akar juga dihitung persentasenya. Persentase bagian yang digunakan meliputi
bagian tubuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan paling atas/daun
sampai ke bagian bawah/akar. Untuk menghitungnya digunakan rumus (Hidayat
2009):
Persentase bagian
yang dimanfaatkan

=

∑ bagian tertentu yang dimanfaatkan
∑ seluruh bagian yang dimanfaatkan

X 100%

Persentase tumbuhan budidaya/liar
Tumbuhan pangan dan obat hasil wawancara dan observasi lapang
dikelompokkan berdasarkan status keberadaannya yang tergolong dalam tumbuhan
yang sudah dibudidayakan atau masih tumbuh liar, kemudian dihitung persentasinya
menggunkan rumus (Rona 2011):
Persentase tumbuhan
yang dibudidaya/liar

=

∑ spesies tumbuhan budidaya/liar
∑ total spesies yang ditemukan

X 100%

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kampung Werabuan terletak di Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak,
Provinsi Papua Barat. Luas wilayah Kampung Werabuan ± 210 Km2. Kampung
Werabuan merupakan salah satu kampung yang berbatasan langsung dengan
kawasan Cagar Alam Pegunungan Fakfak. Kawasan Hutan Pegunungan Fakfak
secara definitif telah disahkan sebagai Hutan Suaka Alam dengan fungsi status
kawasan Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor :
820/kpts/UM/II/1982. Luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Fakfak sebesar
191.000 Ha. Secara geografis Kawasan Cagar Alam pegunungan Fakfak terletak
di anatara 132˚02’ sampai 132˚34’ Bujur Timur dan 2˚43’ sampai 3˚04’ Lintang
Selatan.
Suku masyarakat Kampung Werabuan adalah suku Mbaham Mata. Suku
Mbaham Mata pada umumnya berdomisili di dataran rendah atau di pesisir pantai.
Bahasa daerah yang digunakan yaitu Bahasa Iha. Masyarakat yang berdomisili di
Kampung Werabuan terdapat 74 Kepala Keluarga, atau berdasarkan data
komposisi jumlah masyarakat pada data tersebut diketahui bahwa perempuan
memiliki persentase yang lebih besar yaitu 53% (146 orang) sedangkan persentase
laki-laki yaitu 47% (128 orang). Sebanyak 67 orang masyarakat Kampung
Werabuan hanya menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah dasar dan 63
orang tidak pernah bersekolah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTP dan
SLTA masih rendah yaitu berjumlah 31 orang di tingkat SLTP dan 15 orang di
tingkat SLTA. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan di
Kampung Werabuan (Data monografi Kampung Werabuan tahun 2012).

Karakteristik Responden
Wawancara dilakukan terhadap 25 responden dari Suku Mbaham Mata
terkait pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Jumlah responden laki-laki lebih
banyak yaitu 65% atau berjumlah 17 orang, sedangkan untuk perempuan
sebanyak 35% atau berjumlah 9 orang. Karakteristik umur responden didominasi
oleh masyarakat yang berusia diantara kategori umur 31-40 tahun sebanyak 40%
dan yang terendah yaitu pada kategori umur 41-50 tahun sebanyak 12% (Tabel 2).
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur di Kampung
Werabuan
No

Kelompok umur

Jumlah

Presentase (%)

1
2
3
4

20-30
31-40
41-50
51-60

7
10
3
5

28
40
12
20

7

Berdasarkan tingkat pendidikan (Tabel 3) rata-rata dari responden adalah
lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 88%. Hal ini disebabkan karena akses dari
tempat tinggal ke sekolah jauh serta adanya masalah ekonomi sehingga responden
tidak melanjutkan pendidikannya.
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kampung
Werabuan
No

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Presentase (%)

1

SD

22

88

2

SMP

3

12

Kampung Werabuan sangat dekat dengan pantai dan hutan sehingga hampir
seluruh masyarakat Kampung Werabuan memiliki pekerjaan utama sebagai petani
dan nelayan. Masyarakat yang telah selesai berkebun biasanya melaut, atau
terkadang apabila air laut surut masyarakat biasanya melakukan kegiatan yang
dinamakan “bameti” dan “menjaring”. Kegiatan “bameti yaitu masyarakat yang
mencari kerang atau siput di pinggiran laut yang surut atau bahkan mencari ikan
yang selalu tersangkut di bebatuan, sedangkan kegiatan “menjaring” yaitu
masyarakat yang membuang jaring ikan di muara air laut yang dangkal disaat air
surut. Selain pekerjaan sebagai petani dan nelayan, ada juga beberapa responden
yang bekerja sebagai sebagai pemotong kayu. Masyarakat ini bekerja menebang
pohon dan membuat kayu tersebut menjadi papan.

Keanekaragaman Tumbuhan Pangan
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk,
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman (KEMENTAN 2012).
Pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu
sebagai buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan tersebut kebanyakan berasal dari kebun
masyarakat itu sendiri, karena semua masyarakat yang tinggal di Kampung
Werabuan memiliki kebun sehingga tumbuhan pangan untuk kebutuhan makan
sehari-hari mereka dapat terpenuhi dari hasil kebun mereka tersebut. Bahkan
apabila hasil kebun mereka berlebih maka mereka menjual hasil kebun tersebut di
pasar. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu ketahanan pangan yang dimana
kondisi pangan masyarakat Kampung Werabuan dapat terpenuhi dari tersedianya
pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat tersebut.
Tumbuhan pangan yang banyak dimanfaatkan dan sering dijumpai di kebun
masyarakat Kampung Werabuan adalah tumbuhan pangan pada kelompok buahbuahan, sayur-sayuran, dan umbi-umbian. Tumbuhan dari kelompok buah-buahan
antara lain pepaya, pisang, nangka, sirsak, rambutan, jambu biji dan sebagainya.

8

Tumbuhan dari kelompok sayur-sayuran antara lain gedi, bayam dan lain
sebagainya. Tumbuhan pangan dari kelompok umbi-umbian antara lain
kasbi/singkong, keladi/talas, ubi, dan jagung.
Makanan pokok masyarakat Kampung Werabuan adalah beras. Namun
melihat kondisi tanah yang tidak memungkinkan untuk menanam padi,
masyarakat hanya dapat menanam tanaman dari kelompok umbi-umbian. Untuk
memenuhi kebutuhan beras, masyarakat harus membelinya di pasar. Berdasarkan
hal tersebut, dengan sendirinya masyarakat Kampung Werabuan telah melakukan
diversivikasi pangan yaitu dengan mengonsumsi sumber karbohidrat dari hasil
kebun mereka, selain beras.
Potensi spesies dan komposisi famili tumbuhan pangan
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan
teridentifikasi sebayak 35 spesies tumbuhan, yang terdiri dari 21 famili (Lampiran
2). Famili tersebut diantaranya yaitu Poaceae (4 spesies), Solanaceae (3 spesies),
Sapindaceae (2 spesies), dan Zingiberaceae (1 spesies) (Gambar 2).
Poaceae
Solanaceae

Famili

Cucurbitaceae
Sapindaceae
Rutaceae
Piperaceae
Zingiberaceae
Oxalidaceae
0

1

2

3

4

5

Jumlah spesies

Gambar 2 Pemanfaatan tumbuhan pangan berdasarkan komposisi famili
Beberapa spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan
sebagai penghasil pangan seperti bambu (Bambussa sp), gedi (Abelmoschus
manihot), gnemo (Gnetum gnemon) yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan
penghasil sayur-sayuran, keladi/talas (Colocasia esculenta), sagu (Metroxylon
sagu), ubi (Dioscorea alata) (Dioscoreaceae) sebagai tumbuhan yang
mengandung karbohidrat, serta tebu (Saccharum officinarum) sebagai mineral,
kentang (Solanum tuberosum), terong (Solanum melongena), pengahasil sayursayuran, dan tomat (Lycopersicon lycopersicum) sebagai rempah masakan.
Komposisi habitus
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan
dapat dikelompokkan berdasarkan kompisisi habitusnya (Tabel 4).

9

Tabel 4 Keanekaragaman tumbuhan pangan berdasarkan komposisi habitus
No

Habitus

Jumlah

Presentase (%)

1

Herba

19

54

2

Pohon

9

26

3

Perdu

4

11

4

Semak

3

9

Berdasarkan habitusnya tumbuhan pangan dikelompokkan menjadi 4
kelompok habitus yang terdiri dari herba, perdu, pohon, dan semak. Kelompok
habitus yang paling banyak ditemukan adalah pada kelompok herba 54%,
selanjutnya diikuti oleh pohon 26%, semak 9%, dan perdu 11%. Habitus herba
paling banyak ditemukan karena tingkat kenaekaragaman spesis dengan habitus
herba ini paling tinggi.
Kelompok habitus herba paling banyak ditemukan karena tumbuhan herba
ini banyak dibudidaya oleh masyarakat Kampung Werabuan. Beberapa contoh
herba pangan penghasil sayur-sayuran antara lain bayam (Amaranthus hybridus),
kacang panjang (Vigna cylindrica), buncis (Phaseolus vulgaris), pare (Parkia
speciosa), dan sebagainya. Herba penghasil karbohidrat yaitu ubi (Dioscorea
alata) dan talas (Colocasia esculenta). Serta herba yang dimanfaatkan sebagai
rempah-rempah antara lain jahe (Zingiber officinale)dan bawang putih (Allium
sativum).
Herba sangat mudah ditanam dan dapat tumbuh di tempat yang tidak terlalu
luas seperti di kebun atau di pekarangan rumah yang sempit, serta dapat
dimanfaatkan lebih cepat. Sedangkan untuk pohon memiliki nilai presentase 23%
karena pohon membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pertumbuhannya
sehingga tidak bisa dipanen dalam waktu yang cepat. Beberapa contoh tumbuhan
dengan habitus pohon yaitu belimbing (Averrhoa carambola), jambu air
(Syzygium aqueum) dan lain sebagainya. Untuk habitus perdu dan semak memiliki
tingkat keanekaragaman yang masih kurang dibandingkan dengan habitus herba,
hanya memiliki nilai persentase 11% perdu dan 9% semak. Beberapa contoh
tumbuhan dengan habitus perdu antara lain gedi (Abelmoschus manihot) dan jeruk
nipis (Citrus aurantifolio), sedangkan beberapa contoh dengan habitus semak
adalah terong (Solanum melongena), tomat (Lycopersicon lycopersicum) dan cabe
jawa (Piper retrofractum).
Bagian tumbuhan yang digunakan
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat
dikelompokkan berdasarkan bagian yang digunakan. Bagian tumbuhan yang
digunakan terdiri dari rebung, rimpang, biji, batang, umbi, daun, dan buah.
Pemanfaatan bagian tumbuhan pangan oleh masyarakat menunjukkan bahwa
bagian buah paling banyak digunakan sebagai pangan sebesar 51%, selanjutnya
daun 26%, umbi 10% (Gambar 3).

10

Rebung
2%

Rimpang
3%

Biji
3%

Batang
5%
Umbi
10%

Buah
51%

Daun
26%

Gambar 3 Pemanfaatan tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan
Buah memiliki persentase paling banyak karena buah merupakan bagian
yang paling banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan
penghasil buah-buahan, selain itu buah juga bisa langsung dimakan tanpa perlu
diolah terlebih dahulu. Contohnya seperti jambu air (Syzygium aqueum), ketimun
(Cucumis sativus), mangga (Mangifera indica)dan lain sebagainya (lampiran 2).
Daun digunakan sebagai tumbuhan penghasil sayur-sayuran seperti bayam
(Amaranthus hybridus), gedi (Abelmoschus manihot) dan lain sebagainya.
Tipe habitat dan status budidaya tumbuhan pangan
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pangan didapatkan dari berbagai
habitat tumbuhan yaitu kebun, pekarangan, hutan, dan yang berada di sepanjang
jalan (Tabel 5).
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa habitat tumbuhan pangan yang paling
banyak ditemukan di kebun, selanjutnya yaitu di pekarangan rumah masyarakat.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan paling
banyak berasal dari hasil budidaya mereka sendiri. Masyarakat memanfaatkan
lahan pada kebunnya dan pekarangan rumahnya.
Satu spesies tumbuhan pangan dapat ditemukan di berbagai habitat,
beberapa contoh tumbuhan yang ditemukan di kebun dan pekarangan yaitu gedi
(Abelmoschus manihot), kasbi/singkong (Manihot utilissima), keladi atau talas
(Colocasia esculenta). Selain itu tumbuhan pangan yang dapat ditemukan di
habitat kebun dan hutan antara lain, gnemo (Gnetum gnemon) dan rambutan
(Nephelium lappaceum). Data tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat dapat
dilihat pada lampiran 5.
Tabel 5 Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat
No
1
2
3
4

Habitat
Hutan
Kebun
Pekarangan
Sekitar Jalan

Jumlah (spesies)
4
25
11
1

Hampir di seluruh rumah masyarakat Kampung Werabuan memiliki
pekarangan yang luas ± 10 m2 sehingga memungkinkan masyarakat ini menanam
tumbuhan pangan di pekarangannya (Gambar 4b) selain di kebun (Gambar 4a).

11

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Kebun masyarakat ; (b) Pekarangan masyarakat
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat memenuhi kebutuhan makan
sehari-harinya dengan cara membudidayakan tumbuhan pangan di kebun dan di
pekarangan rumahnya. Hal ini pun terlihat dari besarnya persentase yaitu 77%
masyarakat Kampung Werabuan membudidayakan tumbuhan pangannya sendiri
(Gambar 5).
Liar
6%

Beli
17%

Budidaya
77%

Gambar 5 Status budidaya tumbuhan pangan
Sedangkan untuk habitat hutan hanya teridentifikasi 4 spesies. Tumbuhan
tersebut antara lain bambu (Bambussa sp.), matoa (Pometia pinnata), rambutan
(Nephelium lappaceum) dan lain sebagainya (Lampiran 2). Habitat di pinggir
jalan hanya ditemukan sagu (Metroxylon sagu) yang sangat mendominasi di
Kampung Werabuan.
Cara pengolahan tumbuhan pangan
Masyarakat Kampung Werabuan memanfaatkan tumbuhan pangan sebagai
penghasil karbohidrat, buah-buahan, sayuran, dan penghasil minuman. Dalam
memanfaatkan tumbuhan pangan ini terdapat beberapa cara pengolahan dalam
pemanfaataannya. Sayuran yang sering dimanfaatkan merupakan salah satu
sayuran khas masyarakat Papua adalah sayur “tagas-tagas”(Gambar 6).

12

Gambar 6 Pengolahan sayur tagas-tagas
Sayur “tagas-tagas” ini terdiri dari berbagai macam sayuran yang dicampur
jadi satu. Tumbuhan yang dicampur tersebut antara lain daun pepaya, bunga
pepaya, kangkung, daun singkong, dan daun ubi. Berbagai macam tumbuhan
pangan ini diiris tipis-tipis lalu dicampur jadi satu dan selanjutnya ditumis.
Keunikan dari sayuran khas masyarakat Papua ini adalah dari berbagai macam
campuran tumbuhan pangan yang digunakan.
Selain sayur tagas-tagas, terdapat juga suatu makanan yang disebut sebagai
“Papeda” yang merupakan makanan yang mengandung karbohidrat. Papeda
merupakan olahan dari tepung sagu. Tepung sagu ini berasal dari sagu
(Metroxylon sagu) yang telah siap dipanen. Cara pengolahan ”Papeda” sangat
mudah (Gambar 7a). Tepung sagu ditambah air dan dicampur dengan perasan air
jeruk, selanjutnya diaduk dengan air yang sudah mendidih lalu diaduk sampai
sagu sudah matang. Sagu yang sudah matang dapat diketahui apabila sagu
tersebut sudah berwarna bening.

a

b

c

d

Gambar 7 (a) Pembuatan papeda ; (b) Papeda yang dicampur dengan kuah ikan
kuning; (c) Makan bersama ; (d) Masyarakat yang sedang makan
papeda

13

Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan
tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia (Aliadi dan Roemantyo
1994). Pemanfaatan keanekarangan tumbuhan obat oleh masyarakat Kampung
Werabuan sudah dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu sakit
malaria, sehingga masyarakat sering memanfaatkan tumbuhan obat dalam
penyembuhan penyakit malaria tersebut.
Masyarakat Kampung Werabuan memanfaatkan tumbuhan obat hanya
untuk keperluan pribadi dan tidak menjualnya. Masyarakat hanya memanfaatkan
tumbuhan obat yang segar, sehingga masyarakat akan langsung mengambil
tumbuhan secara langsung apabila mereka merasa sakit.

Jumlah responden

Kondisi kesehatan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diketahui bahwa terdapat
beberapa penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat Kampung Werabuan
tersaji pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan bahwa penyakit yang pernah diderita
oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu batuk, flu, kaki bengkak, maag,
malaria, pegal-pegal, rematik, dan sakit pinggang.
30
20
10
0

Penyakit yang pernah diderita

Gambar 8 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat di Kampung
Werabuan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa semua responden yang diwawancarai
pernah menderita sakit malaria. Berdasarkan Dinkes Fakfak (2009) diacu dalam
Suprapto (2010) di Provinsi papua Barat, khususnya Kabupaten Fakfak, penyakit
malaria menempati urutan kedua dari 10 besar jenis penyakit setelah ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut). Pada tahun 2008 jumlah kunjungan penderita
malaria klinis yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di
Kabupaten Fakfak sebanyak 11.842 orang atau angka kesakitan malaria klinis
sebesar 183,9 per seribu penduduk. Kecamatan Fakfak merupakan salah satu
wilayah di Kabupaten fakfak yang mempunyai masalah malaria tertinggi.
Menurut Suprapto (2010), penyakit malaria terjadi karena adanya interaksi dari
tiga faktor yaitu adanya agen penyebab penyakit dengan inangnya, adanya
nyamuk Anopheles sebagai vektor dan faktor lingkungan yang saling mendukung.

14

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa apabila masyarakat terserang
penyakit, masyarakat tidak langsung di bawa ke Rumah Sakit tetapi dilakukan
penanganan awal dengan memanfaatkan tumbuhan obat untuk meredakan
sakitnya. Hal ini disebabkan karena faktor jarak yang sangat jauh dari Kampung
Werabuan dengan Rumah Sakit Daerah. Untuk mencapai Rumah Sakit di
butuhkan waktu ± 2 jam. Selain itu juga terdapat faktor transportasi yang sulit,
angkutan umum sulit untuk masuk ke Kampung Werabuan, hanya ada beberapa
angkutan umum yang bolak balik Kampung Werabuan – Kota. Di Kampung
Werabuan terdapat sebuah Polindes (Poliklinik desa) tetapi terkadang dokter yang
bertugas tidak selalu berada di tempat.
Tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung
Werabuan untuk mencegah dan mengobati sakit malaria diantaranya yaitu alangalang (Imperata cylindrica), gurina buaya (Goniothalamus caloneurus), kayu susu
(Alstonia scholaris), dan sambiloto (Andrographis paniculata).
Selain mengobati malaria, Alang-alang (Imperata cylindrica) yang
mengandung manitol, glukosa, sakrosa, asam malik, asam sitrikfernenol,
anemonin dapat dimanfaatkan untuk mengobati diuretik, disentri, hipertensi, dan
epistaxis (Juliana et al. 1999). Kayu susu (Alstonia scholaris) yang mengandung
beberapa macam alkaloid seperti : ekitamin, ditamin, ekitenin, yang berkhasiat
sebagai obat demam, serta alstonia dan kristalin. Getah mengandung senyawasenyawa damar, daun mengandung pikrinin. Kayu susu dapat dimanfaatkan untuk
obat demam, sakit perut, batuk, pelancar haid, penambah nafsu makan, kencing
manis, pereda kejang, dan disentri (Rudjiman et al. 2003a). Tumbuhan obat
sambiloto (Andrographis paniculata), dapat dimanfaatkan untuk mengobati
gigitan ular, sakit perut, tifus, disentri, bronkitis, dispepsia, hipertensi, rematik,
amenorea, hati, penyakit kuning (Sjamsuhidajat et al. 1999).
Potensi spesies dan komposisi famili tumbuhan obat
Berdasarkan hasil observasi lapang diketahui bahwa potensi tumbuhan obat
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan adalah sebanyak 41
spesies dari 28 famili. Beberapa famili yang memiliki jumlah spesies paling
banyak adalah famili Acanthaceae (4 spesies). Selanjutnya yaitu famili Fabaceae
(3 spesies) dan Rubiaceae (3 spesies) (Gambar 9), lebih lengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Acanthaceae

Famili

Rubiaceae
Fabaceae
Malvaceae
Verbenaceae
Urticaceae
Solanaceae
0

1

2

3

4

5

Jumlah spesies

Gambar 9 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili

15

Salah satu contoh spesies tumbuhan obat dari famili Acanthaceae yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu sameh (Ruellia
tuberosa)
(Gambar 10). Tumbuhan ini dimanfaatkan masyarakat untuk
menyembuhkan penyakit asam urat. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah
seluruh bagian tumbuhan tersebut dari akar hingga daun. Cara pengolahannya
yaitu direbus, lalu airnya diminum. Selain itu, menurut (Rudjiman et al. 2003b),
tumbuhan Ruellia tuberosa mengandung zat-zat kalium, saponin, flavonoid dan
polifenol, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit kencing batu,
peluruh air seni, pegal linu dan sakit batu ginjal.

Gambar 10 Sameh (Ruellia tuberosa)
Spesies dari famili Rubiaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat salah
satunya yaitu sarang semut (Myrmecodia pendens) (Gambar 11). Sarang semut
dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati penyakit luka dalam dan berbagai
macam penyakit dalam lainnya. Bagian yang digunakan yaitu seluruh bagian dari
sarang semut. Cara pengolahannya yaitu direbus lalu airnya diminum.

Gambar 11 Sarang semut (Myrmecodia pendens)
Sarang semut (Myrmecodia pendens) (Gambar 11) merupakan tumbuhan
epifit yang menempel di pohon-pohon besar yang batang bagian bawahnya
mengelembung berisi rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut.
Tumbuhan sarang semut terdiri dari 26 spesies yang terdapat di Papua. Spesies
yang dapat digunakan untuk membuat ramuan obat adalah dari spesies

16

Myrmecodia pendens. Sarang semut (Myrmecodia pendens) mengandung
senyawa kimia golongan flavonoid dan tanin yang dapat mengobati mengobati
pembengkakan dan sakit kepala (Subroto dan Saputro 2008).
Kelompok habitus, habitat dan status budidaya
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kampung Werabuan dapat
dikelompokkan berdasarkan komposisi habitusnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan komposisi habitus
No
1
2
3
4

Habitus
Herba
Liana
Perdu
Pohon

Jumlah
13
4
5
19

Presentase (%)
32
10
12
46

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa habitus tumbuhan obat yang
dimanfaatkan paling banyak adalah habitus pohon dengan nilai persentase 46%,
selanjutnya herba dengan nilai persentase 32%. Habitus pohon paling banyak
karena dalam pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat memiliki nilai
kenaekaragaman tumbuhan yang tinggi yaitu 19 spesies.
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan
berdasarkan habitus pohon antara lain yaitu ketapang (Terminalia cattapa).
Masyarakat menggunakan kulit batang ketapang untuk mengobati sakit asma.
Kulit batang di rebus, airnya diminum. Menurut Valkenburg dan Waluyo (1992),
Tumbuhan Terminalia cattapa dapat megobati rematik, disentri, sariawan dan
diuretik.
Selain itu, salah satu tumbuhan obat yang berasal dari habitus liana yaitu
putri bakurung (Passiflora foetida) (Gambar 12). Tumbuhan putri bakurung
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menurunkan kadar kolesterol. Cara
pengolahannya yaitu diambil seluruh bagian tumbuhan, direbus dan airnya
diminum. Menurut Rudjiman et al. (2003c), Tumbuhan Passiflora foetida
mengandung zat-zat seperti asam hidosianat dan alkaloid, yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat koreng, borok pada kaki, pembengkakak kelenjar,
batuk dan bengkak-bengkak.

A

B

Gambar 12 Putri bakurung (Passiflora foetida) : A. Buah ; B. Daun

17

Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan
ini sebagian besar berada di hutan sebanyak 28 spesies dan sekitar jalan 19 spesies
(Tabel 7), data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan Tabel 7
tersebut menunjukkan bahwa spesies tumbuhan obat tertentu dapat ditemukan di
beberapa tipe habitat sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya.
Tabel 7 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat
No
1
2
3
4

Tipe habitat

Jumlah spesies
28
11
11
19

Hutan
Kebun
Pekarangan
Sekitar Jalan

Berdasarkan status budidaya, tumbuhan obat yang dimanfaatkan di
Kampung Werabuan sebagian besar masih bersatus liar dengan nilai persentase
93% sedangkan tumbuhan yang sudah dibudidayakan hanya memiliki nilai
persentase sebesar 5% (Gambar 13). Tumbuhan obat yang sudah dibudidaya
hanyalah tumbuhan yang bisa ditanam di kebun atau pekarangan masyarakat
setempat saja seperti mengkudu (Morinda citrifolia) dan sambiloto (Andrographis
paniculata). Sambiloto merupakan tumbuhan yang telah dibudiya oleh
masyarakat Kampung Werabuan. Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan
yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat dalam penyembuhan sakit malaria,
sehingga hampir semua masyarakat Kampung Werabuan telah membudidayakan
tanaman ini. Tumbuhan sambiloto yang terdapat di Kampung Werabuan rata-rata
ditanam pada pekarangan rumah.

Beli
2%

Budidaya
5%

Liar
93%

Gambar 13 Status budidaya tumbuhan obat
Manfaat tumbuhan obat
Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa tumbuhan obat yang
dimanfaatkan dapat bermanfaat untuk menyembuhkan 39 macam penyakit atau
pengobatan. Beberapa jenis penyakit atau pengobatan tersebut antara lain habis
melahirkan, malaria, tambah darah dan lain sebagainya (Gambar 14, Lampiran 3).

18

Habis melahirkan
Tambah darah

Jenis penyakit/Manfaat

Hernia
Batuk
Malaria
Nafsu makan
Luka dalam
Luka baru
Kencing manis
Asma
Usus buntu
TBC
HIV
0

2

4

6

8

10

Jumlah spesies tumbuhan

Gambar 14 Jenis penyakit dan jumlah spesies tumbuhan obat
Terdapat beberapa tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat Kampung Werabuan untuk menyembuhkan penyakit. Diantaranya
yaitu sakit habis melahirkan, tambah darah, malaria, diare, batuk, luka dalam, luka
baru dan lain sebagainya. Jenis penyakit yang paling banyak spesies tumbuhan
obatnya adalah sakit habis melahirkan yang dimana terdapat 18 spesies tumbuhan
obat untuk mengobati sakit habis melahirkan (Lampiran 5). Jumlah spesies
tumbuhan obat ini cukup banyak karena meramu berbagai macam daun untuk
mengobati sakit tersebut. Beberapa tumbuhan obat yang diramu diantaranya yaitu
daun pari (Hibiscus tiliaceus), gurina buaya (Goniothalamus caloneurus), dan
naka-naka (Desmodium diffusum).
Selain itu, terdapat beberapa spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan
sebagai obat untuk sakit malaria. Berhubung karena seringnya masyarakat
Kampung Werabuan terkena sakit malaria maka masyarakat Kampung Werabuan
sering mengkonsumsi tumbuhan-tumbuhan obat ini. Tumbuhan tersebut antara
lain alang-alang (Imperata cylindrica), gurina buaya (Goniothalamus caloneurus),
kayu susu (Alstonia scholaris), sambiloto (Andrographis paniculata)dan lain
sebagainya. Secara lengkapnya untuk pengelompokkan manfaat tumbuhan obat
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Bagian tumbuhan obat yang digunakan
Bagian tumbuhan obat yang digunakan terdiri dari beberapa bagian yaitu
batang, buah, daun, getah, herba, kulit, ranting, rimpang, dan umbi. Berdasarkan
hasil observasi, diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan
adalah daun dengan nilai persentase 51%, selanjutnya herba 19% (Gambar 15),
data lengkapnya data dilihat pada Lampiran 3.

19

Ranting
2%

Umbi
2%
Batang
8%

Kulit
10%

Buah
4%

Herba
19%

Daun,
51%
Getah
4%

Gambar 15 Persentasi bagian tumbuhan obat yang digunakan
Bagian daun paling banyak digunakan karena memiliki keanekaragaman
yang tinggi. Selain itu dalam pemanfaatannya daun lebih mudah diambil dan lebih
mudah diolah, serta daun mudah dimanfaatkan dalam jumlah yang banyak. Selain
daun, herba adalah persentase tertinggi setelah daun, bagian herba yang digunakan
yaitu dari akar hingga daunnya pun digunakan.
Cara pengolahan tumbuhan obat
Pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu obat
yang diminum. Cara pengolahannya yaitu dapat direbus, disedu dengan air panas,
ditumbuk dan diperas airnya, selain itu ada juga tumbuhan yang ditampung airnya
dari batang yang dipotong. Serta penggunaan luar atau ditempel pada bagian yang
sakit atau luka.
Salah satu spesies tumbuhan yang dimanfaatkan daunnya yaitu sambiloto
(Andrographis paniculata). Sambilloto dalam pengolahannya hanya dicelupkan
kedalam air panas hingga airnya berubah warna. Berdasarkan kepercayaan
masyarakat daun sambiloto yang diambil hanya boleh dalam berjumlah ganjil
misalnya 5 atau 7 dan seterusnya.
Selain sambiloto, terdapat juga salah satu daun yang dalam penggunaannya
hanya digosokan ke badan yang sakit, yaitu daun gatal (Laportea decumana)
(Gambar 16). Daun gatal ini sering digunakan oleh masyarakat Kampung
Werabuan untuk menghilangkan pegal-pegal. Daun tersebut tidak diolah, daun
yang dipetik langsung digosokkan ke bagian badan yang pegal, dan menurut
masyarakat Kampung Werabuan badan yang sakit atau pegal-pegal keesokan
harinya telah sembuh. Efek samping menggunakannya yaitu akan menimbulkan
badan terasa sangat gatal dan bengkak-bengkak. Tetapi masyarakat Kampung
Werabuan sudah biasa menggunakannya sehingga mereka telah terbiasa dan tidak
merasakan gatalnya. Selain untuk mengobati pegal-pegal, menurut Valkenburg
(2002), tumbuhan Laportea decumana dapat mengobati demam, nyeri tubuh,
kelelahan, sakit perut, dan sakit kepala.

20

A

B

Gambar 16 Daun gatal (Laportea decumana) ; A. Bagian atas; B.Bagian bawah
Tumbuhan obat yang digunakan juga ada yang diramu. Tumbuhan obat
yang diramu ini dicampur dari berbagai macam tumbuhan, seperti tumbuhan obat
untuk mengobati habis melahirkan, tumbuhan yang digunakan sangat beragam
seperti daun biana (Stachytarpheta indica), daun pari (Hibiscus tiliaceus), gurina
buaya (Goniothalamus caloneurus), daun waru (Hibiscus tiliaceus), naka-naka
(Desmodium diffusum) dan lain sebagainya. Tumbuhan obat ini dicampur dan
direbus, air rebusanya diminum.
Masyarakat Kampung Werabuan hanya memanfaatkan tumbuhan obat yang
segar dan tidak dikeringkan menjadi simplisia, sehingga masyarakat tidak
memiliki simpanan tumbuhan obat di rumah. Masyarakat akan mencari langsung
tumbuhan obat di kebun, pekarangan atau di hutan apabila masyarakat merasa
sakit atau memerlukan tumbuhan obat, sehingga tumbuhan yang digunakan selalu
dalam keadaan segar. Masyarakat tidak harus meminum tumbuhan obat dalam
waktu yang terjadwalkan, masyarakat hanya akan meminum apabila sudah mulai
merasakan gejala-gejala sakit, dan apabila sudah merasa sakitnya berkurang maka
konsumsi tumbuhan obat pun dihentikan.

Keanekaragaman Tumbuhan Pangan Fungsional
Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih
komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis
tertentu diluar fungsi dasarnya, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi
kesehatan (BPOM 2011). Selain itu, The International Food Information Council
(IFIC) mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang memberikan
manfaat kesehatan di luar zat-zat gizi dasar (IFIC Foundation 1998 diacu dalam
Muchtadi 2001). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden teridentifikasi
tumbuhan pangan fungsional yang berfungsi sebagai pangan dan berkhasiat obat
sebanyak 25 spesies (Gambar 17) yang terdiri dari 21 famili (Lampiran 4).
T. Fungsional

T. Obat

41

25

37

T. Pangan

Gambar 17 Jumlah tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan

21

Famili yang memiliki jumlah spesies paling banyak yaitu Pandanaceae
(spesies 2) dan Zingiberaceae (spesies 2). Spesies dari famili Pandanaceae adalah
buah merah (Pandanus conoideus) dan pandan wangi (Pandanus amaryllifolius).
Spesies dari famili Zingiberaceae adalah lengkuas (Alpinia galangal) dan kunyit
(Curcuma domestica). Selain itu tumbuhan pangan fungsional yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Werabuan yaitu pala (Myristica
fragrans) dari famili Myristicaceae, tumbuhan pala ini hampir tersebar diberbagai
macam habitat.
Spesies-spesies tumbuhan pangan fungsional ini merupakan tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan dan juga dimanfaatkan sebagai tumbuhan
yang berkhasiat obat. Dari 25 spesies tumbuhan pangan fungsional ini 40%
tumbuhannya merupakan habitus pohon, 36%