Keanekaragaman Tumbuhan Pangan Dan Obat Suku Anak Dalam Di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT
SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT
DUA BELAS JAMBI

RAMAYANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua
Belas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Ramayana
NIM E34090008

2

ABSTRAK
RAMAYANA. Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Anak Dalam
di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi. Dibimbing oleh ERVIZAL AM
ZUHUD dan ISKANDAR Z. SIREGAR.
Saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional
oleh masyarakat Suku Anak Dalam belum banyak didokumentasikan. Oleh karena
itu untuk mendokumentasikannya diperlukan kajian etnobotani melalui
identifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat serta kearifan
tradisional masyarakat Suku Anak Dalam. Penelitian ini dilaksanakan di Taman
Nasioanal Bukit Dua Belas dan Tiga Desa yaitu Air panas, Paku aji dan Bukit

suban. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi lapang, analisis
vegetasi, pembuatan herbarium, dan kajian pustaka. Tumbuhan yang
teridentifikasi 158 spesies terdiri dari 87 spesies tumbuhan pangan dan 77 spesies
tumbuhan obat. Sebanyak 6 spesies merupakan pangan fungsional yakni
tumbuhan yang berfungsi sebagai pangan dan obat. Suku Anak Dalam secara
tidak langsung telang melakukan konservasi keanekaragaman tumbuhan,
tercermin saat pengambilan tumbuhan dari alam.. Suku Anak Dalam mengalami
perubahan budaya pemanfaatan tumbuhan obat dan pangan, lebih memilih obat
yang instan dalam pengolahannya, seperti obat-obatan kimia.
Kata Kunci: etnobotani, kearifan tradisional, suku Anak Dalam, pangan, obat

ABSTRACT
RAMAYANA. Diversity Food and Medicinal Plants Suku Anak Dalam in Bukit
Dua Belas National Park in Jambi. Guided by ERVIZAL AM ZUHUD and
ISKANDAR Z. SIREGAR.
Nowadays, the inherited culture on the uses of medicinal plants by local
inhabitants, Suku Anak Dalam, has not been well documented. Therefore,
ethnobotanical research needs to be conducted by identifying the species diversity
of edible and medicinal plants, and also the traditional knowledge that are used by
Suku Anak Dalam. Research was conducted in Bukit Dua Belas National Park

and three villages, namely Air Panas, Paku Aji, and Bukit Suban. Data were
collected using the following methods, interview, field observation, vegetation
analysis, herbarium collection and literature review. A total of 158 spesies were
recorded, 87 species of them categorized as edible plants and 77 categorized as
medicinal plants. six species of the recorded uses were categorized as functional
food. Suku Anak Dalam has indirectly conservated plant diversity, it is reflected
when they are taking herbs from nature. Suku Anak Dalam cultural changes
utilization of medicinal plants and food, they prefer to instant drug in its
processing, such as chemical drugs.
Keywords: ethnobotany, traditional
plants, medicinal plants

knowledge,

suku

Anak

Dalam, edible


1

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT
SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT
DUA BELAS JAMBI

RAMAYANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


2

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah
Etnobotani, dengan judul Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat Suku
Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi
Terimaksih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M.Zuhud dan
Prof. Dr.Ir. Iskandar Z. Siregar selaku pembimbing, banyak memberikan
masukan dan kesabaran menghadapi penulis, terimakasih kepada kedua orang tua
dan keluarga yang senantiasa mendoakan, penulis ucapkan terimakasih banyak
kepada Arya Arismaya dan Aminah yang telah membantu dalam pengambilan
data, Chyntia dan Diva yang telah membantu dalam pembuatan herbarium, serta
terimakasih kepada teman-teman Anggrek Hitam, 46 Manja dan teman-teman
Fakultas Kehutanan yang tidak dapat saya sebutkan semuanya yang telah
mensupport saya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015


Ramayana

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian


2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian


7

Karakteristik Responden

9

Analisis Vegetasi

13

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran


26

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

28

2

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7
8

Perhitungan INP pada semua tingkat pertumbuhan
Indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan
Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan di sekitar pohon jelutung
Hasil tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan
Keanekaragaman spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung
Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan
Beberapa suku anak dalam dan penyakit yang pernah diderita
Tumbuhan pangan penghasil karbohidrat

13
14
17
18
20
22
23
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Peta lokasi resort Air Hitam
Ilustrasi metode contoh plot analisis vegetasi
(a) Ambung (b) Gelang Sebalik Sumpah
Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Struktur umur responden (%) (n = 30 responden)
Tingkat pendidikan responden (%)
Sekolah SAD yang berada : a) di dalam TNBD dan b) diluar TNBD
Pekerjaan responden
Agama responden
Keanekaragaman tingkat famili hasil anveg
Keanekaragaman tingkat famili hasil wawancara
Famili tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi
Famili tumbuhan pangan hasil wawancara
Sambal dan daun penyedap sambal.
Famili tumbuhan obat hasil wawancara
Famili tumbuhan obat analisis vegetasi
Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan
Tumbuhan obat berdasarkan cara pemakaian
a) Sayuran yang biasa di beli SAD, b) SAD membeli ikan sebagai
asupan protein.

3
4
8
9
10
11
11
12
13
15
15
16
16
18
19
19
22
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Data Responden
Spesies tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi
Tumbuhan pangan hasil wawancara
Tumbuhan obat hasil analisis vegetasi
Tumbuhan obat hasil wawancara
Indeks nilai penting,keanekaragaman dan kemerataan tingkat tiang
pohon
Indeks nilai penting, keanekaragaman dan kemerataan tingkat semai
pancang

28
29
31
34
36
39
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu suku yang dilindungi oleh
Negara Indonesia melalui UU nomor 6 tahun 2014. Secara khusus Taman
Nasional Bukit Dua Belas(TNBDB) dideklarasikan oleh Presiden RI tanggal 26
Januari 2001 untuk melindungi dan melestarikan ruang hidup, kehidupan, lokasi
budaya SAD serta tumbuhan obat dan pangan yang dimanfaatkan oleh SAD
(TNBDB 2013). SAD memanfaatkan tumbuhan sebagai pangan dan obat, bahkan
ada beberapa tumbuhan yang menjadi sumber mata pencaharian, seperti Jelutung
(Dyera costulata) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dimanfaatkan
getahnya sebagai bahan permen karet dan batangnya sebagai alat buru (Setyowati
2003). Selain jelutung SAD juga memanfaatkan jernang, rotan, sawit, karet dll.
Penyebutan terhadap SAD terbagi menjadi tiga yaitu Suku Kubu, Suku
Anak Dalam dan Orang Rimba. Sebutan-sebutan tersebut mengandung makna
yang berbeda yaitu: 1) Kubu, Merupakan sebutan yang paling popular digunakan
terutama oleh orang melayu dan masyarakat international. Kubu dalam bahasa
melayu memiliki makna buruk seperti primitif, bodoh, pegawai kolonial dan
etnografer pada awal abad ini. 2) SAD, sebutan ini digunakan oleh pemerintah
melalui departemen sosial. Anak dalam memiliki makna orang terbelakang yang
tinggal di pedalaman, karena itu dalam perspektif pemerintah mereka harus
dimodernisasi dengan mengeluarkan mereka dari hutan dan di mukimkan melalui
program pemberdayaan. 3) Orang Rimba, Orang Rimba adalah sebutan yang
digunakan oleh etnis ini untuk menyebut dirinya. Makna sebutan ini adalah
menunjukkan jati diri mereka sebagai etnis yang mengembangkan kebudayaannya
yang tidak bisa lepas dari hutan. Sebutan ini adalah yang paling proposional dan
obyektif karena didasarkan kepada konsep Orang Rimba itu sendiri dalam
menyebut dirinya.
Tumbuhan obat dan pangan serta tumbuhan jelutung yang dimanfaatkan
oleh Suku Anak Dalam sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini
pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional belum banyak
di dokumentasikan. Rusaknya alam berdampak pada hilangnya sumberdaya alam
dan pengetahuan tradisional yang begitu cepat sebelum dikaji serta rusak dan
berubahnya lingkungan akibat pengaruh budaya modern dan pembangunan yang
terus dilakukan. Tingginya harga karet dan sawit mengakibatkan SAD lebih
memilih berkebun karet dibandingkan menyadap jelutung, hal ini karena jelutung
tidak pernah dibudidaya oleh SAD sehingga pengumpulan data harus terus
dilakukan untuk memperbaharui informasi yang ada, Perlu tindakan konservasi
untuk menjaga kelestarian alam TNBDB khususnya tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh SAD dengan melakukan kajian etnobotani. Pengetahuan etnobotani dapat
digunakan sebagai solusi memecahkan masalah seperti meningkatkan produksi
pangan dalam rangka meningkatkan pertanian yang berkelanjutan, pengembangan
obat baru, dan menemukan strategi konservasi lingkungan yang sejalan dengan
pembangunan ekonomi baru dan pelestarian budaya (Minnis 2000).
Penelitian etnobotani pangan dan obat SAD ini dilakukan di sekitar tempat
tumbuh pohon jelutung di TNBDB, sehingga penelitian ini sangat berguna untuk

2
agroforesty jelutung buatan dengan mempertahankan kondisi di alam, dimana
terdapat tumbuhan obat dan pangan yang dapat tumbuh di sekitar pohon jelutung.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi keanekaragaman spesies
tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh SAD, yang tumbuh di sekitar
pohon jelutung serta mendeskripsikan secara botani masing-masing jenis
tumbuhan dan pemanfaatannya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, Taman
Nasional Bukit Dua Belas, pihak terkait dalam pengelolaan dan pengembangan
pohon jelutung, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya hayati yang
dimanfaatkan oleh SAD yang berada di Taman Nasional Bukit Dua Belas untuk
kesejahteraan SAD, khususnya masukan bagi pengembangan jelutung di TNBDB
bersama keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat sehingga terbentuk hutan
alami.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas secara geografis terletak antara
10231’37”-10248’27” BT dan 144’35”-203’15” LS. Secara administratif letak
TNBDB sebelah utara kecamatan Marosebo Ulu kabupaten Batanghari, sebelah
Timur kecamatan Batin XXIV kabupaten Batanghari, selatan kabupaten
Sarolangun dan Barat kecamatan Tebo ilir kabupaten Tebo.
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Dua Belas di resort Air
Hitam desa Air Panas, Paku Aji dan Bukit Suban kecamatan Pematang Kabau
kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada
bulan Juni-Juli 2014. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu kompas, golok, pita meter, pita ukur, gunting,
alat semprot, kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu alcohol
70%, tali raffia, kertas Koran, plastic specimen, dan tally sheet.

3

3

Gambar 1 Peta lokasi resort Air Hitam

4
Prosedur Penelitian
Kajian pustaka
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar
mengenai kondisi umum TNBDB dan SAD, data mengenai potensi tumbuhan
berguna yang berada di lokasi penelitian berdasarkan penelitian sebelumnya.
Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan obat
dan pangan yang tumbuh disekitar pohon jelutung yang dimanfaatkan oleh SAD,
secara sensus dengan ukuran plot 60 m x 60 m sebanyak 4 plot, 1 plot dibagi
menjadi 9 sub plot dengan ukuran 20m x 20m.
Metode yang dilakukan adalah pengumpulan data tumbuhan obat dan
pangan serta manfaat dan cara pengolahan dengan membawa 5 responden
kelapangan, dihitung jumlah semai, pancang, tiang, pohon dan identifikasi nama
lokal dan ilmiah yang terdapat dalam plot. Adapun gambaran plot pengamatan di
lapangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Ilustrasi metode contoh plot analisis vegetasi
Wawancara
Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan pertanyaan yang telah
disiapkan oleh peneliti. Responden adalah masyarakat SAD yang terdapat di
sekitar kawasan TNBDB. Wawancara dilakukan terhadap responden terpilih
sebanyak 30 orang (Sevilla 1993).
Responden dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling dan
snowball. Metode purposive sampling merupakan salah satu teknik dalam
penentuan sampel (responden) yang didasarkan atas pertimbangan/kriteria tertentu
dari sumber yang dianggap atau diketahui memanfaatkan tumbuhan pangan dan
obat.
Penentuan responden dimulai dari tokoh masyarakat seperti Tumenggung
atau tabib yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tumbuhan (key
informant) (Abu & Rabia 2005). Dari keterangan responden tersebut dikumpulkan
calon responden lain sesuai kriteria sebagai persyaratan responden (Nasution
2003). Mereka yang memenuhi salah satu kriteria di atas yang kemudian dipilih
sebagai responden. Menurut Sugiyono (2006) teknik penentuan sampel
(responden) dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.

5
Data wawancara dari setiap spesies tumbuhan yang digunakan adalah
biodata responden, spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang digunakan,
nama lokal, kegunaan, tipe habitat, status budidaya, habitus, bagian yang
digunakan, cara pengolahan serta cara meramunya. Data lainnya adalah bentuk
ramuan tumbuhan obat dan cara penggunaan.
Dokumentasi dan pembuatan herbarium
Dokumentasi spesimen tumbuhan pangan dan obat yang berada di dalam
plot dilakukan dengan pengambilan gambar atau foto menggunakan kamera.
Spesies-spesies yang tidak dapat teridentifikasi di lapangan dibuat menjadi
herbarium agar dapat dilakukan identifikasi. Data mengenai jenis tumbuhan obat
dan pangan terdiri dari nama lokal, nama ilmiah dan famili. Identifikasian spesies
dilakukan di Herbarium Bogoriensis, Bogor. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:
1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.
2. Contoh dipotong dengan panjang kurang lebih 40 cm.
3. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan
memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. Label berisi keterangan
tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama
pengumpul/kolektor.
4. Selanjutnya herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari bambu dan
disemprot dengan alkohol 70%.
5. Spesimen selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari dan disemprot kembali
dengan alkohol 70%.
6. Herbarium yang sudah kering dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan,
diidentifikasi untuk mendapat nama ilmiahnya di Herbarium Bogoriense
Bogor.

Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif
deskriptif dan tabulatif.
Komposisi dan dominansi spesies
Data hasil inventarisasi vegetasi dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
dominansi spesiesnya. Dominansi suatu spesies akan ditunjukkan oleh besaran
Indeks Nilai Penting (INP). Persamaan-persamaan yang digunakan untuk
menentukan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut :

6

Indeks nilai penting (INP)
Diperoleh dari penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR)
dan dominasi relatif (DR) atau ditulis dengan rumus :

Keanekaragaman spesies (Heterogeneity)
Untuk mengukur keragaman spesies di areal plot pengamatan digunakan
indeks keragaman Shannon-Wiener yang dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
ni = Nilai penting tiap jenis
N = Total nilai penting
Indeks kemerataan spesies
Indeks kemerataan spesies yang paling banyak digunakan dalam ekologi
adalah indeks kemerataan (Luwing dan Reynold 1988) sebagai berikut:
E=
Keterangan :
E = Indeks kemerataan spesies
S = Jumlah spesies
H’ = indeks keanekaragaman spesies
Berikut rumusan penghitungan persentase famili, status budidaya, bagian
yang di gunakan dan habitus tumbuhan pangan dan obat:
a. Persen famili

b. Persen bagian yang di gunakan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Topografi dan iklim
Taman Nasional Bukit Dua Belas memiliki topografi datar, bergelombang,
dan perbukitan dengan kisaran 50-438m dpl. Ada 12 bukit utama yaitu bukit
kuaran, bukit sungai punai/punai banyak, bukit berumbung, bukit lubuk semah,
bukit sungai keruh mati, bukit panggang, Bukit Enau, Bukit Terenggang, Bukit
Pal, Bukit Suban, Bukit Tiga Beradik, dan Bukit Bitempo.
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Bukit Dua
Belas termasuk dalam tipe A dengan curah hujan terendah 3 294 mm dan tertinggi
3.669 mm, suhu terendah 32°C dan tertinggi 40°C sedangkan kelembaban udara
terendah 80% dan tertinggi 94%.
Potensi flora dan fauna
Taman Nasional Bukit Dua Belas memiliki potensi flora fauna yang tinggi,
beberapa sepesies flora yaitu jenis yang menjadi mata pencaharian seperti jernang
(Daemonorops draco), jelutung (Dyera polyphylla), sebalik sumpah (Symplocos
sp.), rotan (Calamus manan) untuk jenis penghasil buah contohnya durian (Durio
zibethinus), tengguli (Gardenia augusta), tampui (Baccaurea bracteata). Jenis
anggrek juga banyak ditemukan, seperti jenis anggrek epifit Dendrobium
hercoglassum, Dendrobium crumenatus, Bulbophyllum flavescens dan anggrek
tanah seperti Phaius tankervillae.
Fauna yang terdapat TNBDB diantaranya kupu-kupu yang telah
teridentifikasi sebanyak 12 jenis diantaranya Trogonoptera brookiana, Papilio
nephelus, dan Chetoshia hypsea, untuk jenis mamalia antara lain Harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrae), Kucing hutan (Felis bengalensis), Beruang
madu (Helartctos malayanus). Rusa sambar (Cervus unicolor), Babi hutan ( Sus
spp), Tapir (Tapirus indicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak sumtera
(Hystrix brachyuran), Tupai tanah (Lariscus spp), Musang (Paradoxurus
hermaphroditus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca
nemestrina), Biawak (Varanus salvator), Siamang (Symphalangus syndactylus),
Ungko (Hylobates agilis).
Untuk jenis Aves diantaranya Balam (Streptopelia sp.), Murai batu
(pycnonotus sp), Ayam hutan (Gallus gallus), Kuau (Argusiaus argus), Enggang
gading (Rhynoplax vigil), elang (Ictinaetus malayensis), Gagak (Corvus corax),
rangkong (Buceros rhinoceros). Salah satu jenis amfibi yang dapat ditemukan
yaitu Labi-labi (Trionyx spp), merupakan salah satu sumber protein hewani bagi
SAD selain ikan dan babi hutan (TNBDB 2013).
Sosial budaya masyarakat SAD
SAD mayoritas memperoleh penghasilan dari hasil perkebunan karet dan
kelapa sawit, memanfaatkan sumberdaya hutan seperti getah balam, jernang,
rotan dll. Suku Anak Dalam memanfaatkan satwaliar dengan berburu binatang,
dan ada juga yang berdagang, mereka berburu binatang liar seperti babi hutan
untuk dikonsumsi atau diperdagangkan. Hasil kebun pangan seperti ubi kayu dan

8
ubi kelapa untuk dikonsumsi sendiri, barang yang dijual dari hasil kerajinan
tangan seperti gelang atau kalung dari biji sebalik sumpah dan ambung dari rotan,
ada pula SAD yang menjual sembako tapi masih sangat jarang. Dibawah adalah
contoh kerajinan SAD dapat dilihat pada Gambar 3.

(a)
(b)
Gambar 3 (a) Ambung (b) Gelang Sebalik Sumpah
Desa Bukit Suban, Paku Aji dan Air Panas merupakan desa transmigrasi
penduduk dari pulau Jawa pada tahun 1983 program pemerintah bapak Soeharto,
sekarang SAD ikut berbaur dengan penduduk transmigran bahkan ada yang
menikah dengan SAD. SAD kaya akan budaya seperti cara mereka berpakaian,
berkebun, dan tempat tinggal. Sekarang sudah terjadi perubahan budaya dalam
berpakaian, mereka berpakaian dan kepasar layaknya masyarakat umum, saat
diwawancarai SAD mengatakan bahwa mereka menghargai masyarakat luar.
SAD menganut kepercayaan animisme yang memyembah kepada bendabenda yang dianggap dewa, dewa turun dan bersemayam dalam bentuk pohon,
untuk mememanggil dewa ditugaskan kepada para wanita karena mereka
menganggap wanita suci yang bisa memanggil para dewa,ritual ini dilakukan
untuk menanyakan obat yang dapat menyembuhkan penyakit dan saat peristiwa
penting seperti pernikahan.sekarang SAD yang diluar kawasan sudah mulai
memeluk agama yang disahkan oleh pemerintah yaitu Islam dan Kristen, SAD
tumenggung grip walaupun sudah berbaur dengan masyarakat luar tetapi mereka
tetap teguh pada kepercayaan nenek moyang mereka, SAD sangat tertutup
sehingga orang luar tidak diperbolehkan melihat acara-acara adat yang dilakukan
oleh SAD, Menurut Sartini (2004) kearifan tradisional merupakan suatu gagasan
konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus
menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan
masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai
yang profan.
SAD yang telah memeluk agama Islam dan Kristen sudah tidak
diperbolehkan lagi mengikuti acara-acara adat seperti pernikahan, SAD sangat
tertutup sehingga orang luar tidak diperbolehkan melihat acara-acara adat yang
dilakukan oleh SAD, acara adat lainnya adalah melangun yaitu saat ada keluarga
yang meninggal, mereka meninggalkannya dan kembali lagi ke tempat semula
dalam beberapa bulan kemudian,dulu waktu yang digunakan 6-12 bulan tetapi
sekarang tidak sampai 1 bulan mereka sudah kembali lagi karena meningkatnya
populasi SAD sehingga wilayah jelajah mereka menjadi lebih sempit. Hal ini juga
dikarenakan mereka yang tidak bisa meninggalkan kebun mereka terlalu lama.

9
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh SAD diketahui dari nenek moyang
mereka secara turun-temurun, ramuan ini diturunkan kepada turunan
mereka,Tumbuhan yang diolah menjadi pangan dan obat menjadi salah satu ciri
kearifan budaya yang masih melekat pada mereka, mereka mengajarkan kepada
anak mereka dengan bukti bahwa anak-anak mereka tahu jenis pangan dan obat
serta manfaat dari obat tersebut, interaksi antara manusia dengan tumbuhan atau
dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu
budidaya tertentu (Martin 1998)
Pernikahan SAD dilakukan dengan cara dibuatkan panggung dan
dipanggung tersebut mempelai pria dan wanita dinikahkan, sebelumnya mereka
mengambil 100 jenis bunga yang diletakan ke kain dan dipegang oleh mempelai
wanita, kepala mereka di adukan lalu berjoget bersama di atas panggung tersebut,
lalu masyarakat meninggalkan mereka berdua.
Untuk sistem kepemilikan tumbuhan yang terdapat dihutan dikenal dengan
tukak tanggo,yaitu tanda yang diberikan pada pohon dengan cara dilukai oleh
benda tajam, 1 pohon dapat dimiliki lebih dari 1 orang untuk jenis tertentu seperti
pohon sialang penghasil madu yang dapat dibagi-bagi karena sarang madu tidak
hanya ada pada 1 dahan.

Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Hasil wawancara terhadap 30 responden di Desa Air Panas dan Paku Aji
menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 27 orang (90%)
dan jumlah responden perempuan sebanyak 3 orang (10%). Data responden lebih
lengkap tertera pada lampiran 1. Jumlah responden laki-laki lebih dominan karena
laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam mencari, menyediakan serta
meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang dipercaya dapat mengobati berbagai
macam penyakit. Terdapat 1 orang sebagai responden kunci (key informan) yang
mengetahui banyak informasi tentang pemanfaatan tumbuhan. Persentase dapat
dilihat dari Gambar 4.

Gambar 4 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Pembagian tugas dan kewajiban dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.
seperti laki-laki berburu satwa kedalam hutan, mencari getah jernang,
mengumpulkan rotan. Tugas perempuan menyiapkan masakan dan mengurus
kebun singkong yang berada di pekarangan rumah dari mulai menanam hingga
proses pengambilan hasil. Perempuan identik dengan pekerjaan yang lebih ringan

10
dibandingkan laki-laki tetapi ada kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di
Desa Air Panas dan Paku Aji untuk membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan
kebutuhan atau meningkatkan pendapatan keluarganya. Kegiatan yang dilakukan
bersama dengan suaminya seperti mengambil hasil perkebunan, mencari getah
jernang dan mencari rotan.
Struktur umur
Responden dibagi kedalam 3 kelompok umur, yaitu remaja, dewasa dan
lansia. Pengelompokkan kelas umur dibedakan ke dalam enam kategori yaitu
berdasarkan Hurlock (1980), kelas umur bayi (0–2 tahun), balita (3–5 tahun),
anak– anak (6–12 tahun), remaja (13–18 tahun), dewasa (19–59 tahun) dan lansia
(≥60 tahun).
Pengetahuan mereka tentang tumbuhan yang dapat dimanfaatkan tidak
dibatasi oleh usia, karena pengetahuan yang diturunkan dilakukan sejak masih dini
oleh orangtua mereka, terbukti ada remaja yang sudah mengetahui tentang
tumbuhan obat dan pangan. Struktur umur responden tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5 Struktur umur responden (%) (n = 30 responden)
Pendidikan
Suku Anak Dalam mengetahui menghitung dan membaca dari masyarakat
luar bersamaan dengan mereka mengenal uang. Mengenal pendidikan saat mereka
mengenal dunia luar sehingga untuk para tetua SAD tidak ada yang menempuh
dunia pendidikan. Mereka mengetahui tumbuhan obat dan pangan yang berasal
dari nenek moyang. Mereka akan menurunkan ilmu ke anaknya tetapi tidak semua
anak diberikan pengetahuan ini oleh orangtuanya, ada pertimbangan yang
dilakukan contoh anak yang dipilih adalah anak dengan prilaku yang baik.
Orang tua SAD sudah menyadari pentingnya pendidikan, mereka merasa
senang anak-anak mereka belajar membaca dan menghitung, karena mereka
berfikir jika anak-anak mereka dapat membaca dan menghitung mereka tidak
akan dibohongi oleh masyarakat luar, tetapi SAD hanya memperhatikan
pendidikan anak sebatas membaca dan mengihitung, mereka belum banyak
mengerti tentang mata pelajaran yang lain, sehingga tidak banyak yang menjalani
pendidikan dari pemerintah dan lembaga swasta lainnya yang peduli terhadap
pendidikan SAD, terbukti didirikan sekolah paud dan SD, tetapi tidak banyak dari
mereka yang menempuh bangku pendidikan, dari 30 responden yang mengenyam
pendidikan pada tingkat SMP sebanyak 1 (3.333%) responden, 7 (23.333)
responden yang duduk dibangku SD dan 22 (73.333%) responden yang tidak
sekolah (Gambar 6).

11

Gambar 6 Tingkat pendidikan responden (%)
Status sekolah paud yang berada didesa Paku Aji sebenarnya masih jauh
jika dibandingkan dengan sekolah lainnya, waktu yang diberikan oleh gurunya
sangat sedikit hanya 2 jam sehari dan 2 kali pertemuan dalam seminggu, untuk
sekolah SD yang awalnya hanya untuk anak-anak SAD sekarang menerima siswa
dari masyarakat luar. SAD yang berada didalam kawasan Taman Nasional belajar
bersama pihak LSM WARSI yang berada di Bukit Kedundung, jarak tempuh
bukit kedundung dengan rumah mereka adalah 3-4 jam perjalanan, sehingga saat
proses belajar mereka menginap selama seminggu sampai 2 minggu disini.
Kondisi sekolah SAD yang ada di dalam TNBDB dan di luar dapat dilihat pada
Gambar 7.

(a)
(b)
Gambar 7 Sekolah SAD yang berada : a) di dalam TNBD dan b) diluar TNBD
Mata pencaharian
Mata pencaharian utama SAD yang berada diluar kawasan adalah
berkebun, mereka berkebun karet dan sawit serta hasil hutan TNBDB. Hasil dari
kebun yang menjadi sumber penghasilan untuk membeli beras dan ubi sebagai
bahan pokok mereka, untuk SAD yang berada didalam kawasan sangat
bergantung pada sumber daya alam yang ada di TNBDB, SAD menjual getah
jernang, rotan dan hasil hutan lainnya yang memiliki nilai tinggi, hasil hutan
TNBDB tidak untuk SAD yang masih didalam TN tetapi SAD yang sudah tinggal
diluar TNBDB masih dapat memanen hasil hutan. Harga pasar dan permintaan
pasar sangat mempengaruhi SAD dalam bekerja, saat ini harga jernang memiliki
nilai tinggi, 1kg jernang di beri harga oleh pengepul dengan harga Rp 3. 000.000,
mereka bekerja sesuai permintaan pasar, saat ada pengepul yang menginnginkan
rotan, getah balam atau jernang SAD akan mencarikan rotan sesuai banyaknya
pesanan. Persentase pekerjaan SAD dapat dilihat pada Gambar 8.

12

Gambar 8 Pekerjaan responden
Rahman 2013 menjelaskan SAD memperoleh energi, bahan dan informasi
dari lingkungan lokal yang berupa hutan dan sungai, SAD sangat pandai
menganyam rotan, ini adalah tugas para wanita menganyam rotan menjadi
ambung dan dicat menggunakan getah jernang, ambung adalah alat yang
digunakan oleh masyarakat asli jambi untuk mengangkut barang, hal ini sangat
menarik perhatian karena ambung yang biasa dipasar hanya berwarna rotan alami,
sedangkan ini berwarna merah alami dari getah jernang, harga yang ditawarkan
juga sangat fantastis karena harga getah jernang sangat mahal, harga ambung
yang dijual dipasaran kisaran 20-40ribu sedangkan ambung yang dijual oleh SAD
dengan harga 250 ribu.
SAD yang telah memeluk agama Islam mencoba beternak ayam, tetapi ini
tidak dijadikan sebagai mata pencaharian, mereka beternak ayam untuk
dikonsumsi oleh keluarga, karena mereka telah memeluk agama Islam sehingga
ayam merupakan hewan yang halal mereka konsumsi.
SAD berkebun tetapi tidak semua keluarga memiliki kebun karet dan
sawit, masalah yang dihadapi oleh Taman Nasional Bukit 12 adalah lahan Taman
Nasional yang dibuka untuk dijadikan kebun karet dan dijual oleh SAD kepada
orang luar, tetapi hal ini dicurigai oleh TNBDB karena kebun karet SAD disadap
oleh masyarakat luar, saat ditanya mereka mengaku hanya menyadap saja tetapi
kepemilikan tetap punya SAD.
Agama
Suku Anak Dalam yang berada di dalam kawasan TNBDB adalah
beragama animisme dengan menyembah dewa-dewa yang bersemayam di pohonpohon besar, ritual sembahyang yang dilakukan hanya saat mereka butuh/ ada
acara tertentu mereka memanggil dewa,seperti menanyakan obat dari penyakit
yang sedang diderita, acara pernikahan, berdoa ketika mulai berkebun dan
mengambil hasil kebun. tugas wanita memanggil dewa dan dimasukkan kedalam
tubuh laki-laki, ini awal informasi tentang tumbuhan obat dan pangan yang
mereka manfaatkan selama ini. Dari data responsi sebagian dari mereka sudah
memeluk agama islam dan kristen walaupun tidak semua SAD yang berada diluar
kawasan sudah memeluk agama yang di sahkan oleh Negara Indonesia, mereka
masih menganut kepercayaan nenek moyang mereka, terbukti dari 30 responden
21 orang (70%) masih menganut kepercayaan animisme seperti yang terlihat pada
Gambar 9.

13

Gambar 9 Agama responden
Analisis Vegetasi
Dominansi spesies
Dominansi spesies tumbuhan merupakan spesies dengan jumlah terbanyak
dan menguasai area tersebut. indeks nilai penting (INP) adalah salah satu
parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang
bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian (Sundarapandian
dan Swamy 2000). INP yang memiliki nilai % tinggi dapat mempengaruhi
kestabilan ekosistem. Suatu spesies tumbuhan dapat dikatakan berperan atau
berpengaruh dalam suatu komunitas jika memiliki INP untuk tingkat semai dan
tumbuhan bawah ≥ 10% (Sutisna 1981 diacu dalam Rosalia 2008). Hasil
perhitungan INP pada TNBDB dengan tingkat % ≥ 10% (Tabel 1).

No

1
2
1
2

Tabel 1 Perhitungan INP pada semua tingkat pertumbuhan
Nama ilmiah
KR (%) FR
DR (%) INP
(%)
(%)
Tiang
Sterculia sp.
6.5
5.6
7.4
19.5
Pouteria malaccensis
10.4
8.4
1.6
20.5
Pohon
Dyera costulata
5.2
5.6
9.1
19.9
Dyera polyphylla
3.9
4.2
16.7
24.8
Semai

1
2

1
2

Anisophyllea disticha
Combretum
tetralophum
Pancang
Calamus manan
Gonocaryum gracile

5.6
6.6

5.9
6.9

11.6
13.5

6.6
8.5

5.9
7.9

12.5
16.4

Spesies yang mendominasi di TNBDB pada tingkat semai pancang adalah
Gonocaryum gracile dengan INP sebesar 16.411%, untuk tingkat tiang dan pohon
didominasi oleh spesies Dyera polyphylla dengan INP sebesar 24.834% .

14
Anisophyllea
disticha, Calamus
manan,
dan Combretum
tetralophum merupakan tiga spesies lain yang memiliki INP lebih dari 10% pada
tingkat pertumbuhan semai pancang, ketiga spesies tersebut tidak memiliki
perbedaan INP yang besar, yaitu kurang dari 2%. Adapun masing masing INP
pada ketiga spesies tersebut adalah 11.601%, 12.544%, dan 13.534%. Dari kelima
spesies yang tercatat pada tingkat pertumbuhan semai pancang, hanya Sterculia
sp. yang juga tercatat dalam tingkat pertumbuhan tiang pohon. Masing-masing
INP Sterculia sp di tiap tingkat pertumbuhan sebesar 10.611% dan 19.555%.
Cyathocalyx havilandii merupakan spesies dengan INP terkecil (14.933%)
dibandingkan dengan empat spesies lainnya. INP spesies pada tingkat
pertumbuhan tiang pohon berkisar antara 14.933% hingga 24.834% . INP pada
spesies Dyera costulata,Sterculia sp., dan Pouteria malaccensis tidak berbeda
jauh, yaitu kurang dari 1%. Adapun masing-masing spesies memiliki INP
berturut-turut sebagai berikut, 19.903%, 19.555% , 20.488%. Data INP yang
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.
Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan
Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H) merupakan indeks yang
paling banyak digunakan dalam ekologi komunitas (Ludwing dan Reynold 1988).
Menurut Fachrul 2008 menyatakan bahwa derajat keanekaragaman (H’) dalam
suatu komunitas 3 maka keanekaragamannya tinggi.
Keanekaragaman tingkat semai dan pancang tergolong tinggi, untuk tingkat tiang
dan pohon tergolong tinggi, dan dapat dipastikan komunitas spesies tergolong
stabil. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas serta untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stsabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen– komponennya. Keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya. (Soegianto 1994 dalam Indriyanto
2006). Nilai kemerataan di TNBDB yang mendekati satu menunjukan bahwa
suatu komunitas tumbuhan semakin merata sedangkan jika nilai mendekati nol
maka semakin tidak rata (Krebs 1972). Hasil perhitungan indeks kemerataan dan
keanekaragaman tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Indeks kemerataan dan keanekaragaman tumbuhan
H’

E’

Semai pancang

4.602

1.124

Tiang pohon

3.302

0.944

Tingkat Pertumbuhan

Keanekaragaman tingkat famili
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis vegetasi, diperoleh 158 spesies
yang terdiri dari 52 famili, 87 spesies tumbuhan pangan dan 77 spesies tumbuhan
obat serta 6 spesies tumbuhan berguna yang dapat dimanfaatkan sebagai
tumbuhan pangan dan tumbuhan obat. Tumbuhan yang ditemukan berdasarkan
tumbuhan liar yang ditemukan di areal TNBDB, disajikan melalui
keanekaragaman tingkat famili hasil analisis vegetasi dan wawancara Gambar 10
dan 11.

15

Gambar 10 Keanekaragaman tingkat famili hasil anveg

Gambar 11 Keanekaragaman tingkat famili hasil wawancara
Jenis yang paling banyak ditemukan dari famili Euphorbiaceae yaitu
Baccaurea macrophylla, Baccaurea reticulate, Aleuriteus mollucana,
Pimeleodendron griffithianum merupakan tanaman penghasil buah.
Famili Euphorbiaceae merupakan famili yang mendominasi di TNBDB
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 6 spesies. Jenis yang termasuk kedalam
famili Euphorbiaceae yaitu Aleuriteus mollucana, Endospermum diadenum,
Pimeleodendrong riffithianum, Baccaurea macrophylla, Baccaurea reticulate ,
Macaranga trichocarpa, terdiri dari 4 jenis tumbuhan obat dan 2 tumbuhan
pangan.
Famili tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat SAD adalah
Sapindaceae dan Euphorbiaceae, jenis tumbuhan yang masuk kedalam famili
Sapindaceae adalah Nephelielium cf. Unicatum, N. cuspidatum, N. eriopetalum, N.
lappaceum, N. maingayi, N. ramboutan-ake, Nephelium sp.3, Pometia pinnata,
Xerospermum laevigatum. Keanaekaragaman spesies tumbuhan dapat dipengaruhi
oleh ketinggian tempat. Semakin tinggi tempat, maka semakin rendah
keanekaragaman spesies tumbuhan pada lokasi tersebut (Primack et al.1998).

16
Pemanfaatan tumbuhan pangan
Tumbuhan penghasil pangan merupakan salah satu tumbuhan yang sangat
penting bagi kebutuhan masyarakat. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan oleh masyarakat suku Anak Dalam di TNBDB ada 87 jenis
tumbuhan pangan.
Family terbanyak yang dimanfaatkan oleh SAD sebagai tumbuhan pangan
adalah Euphorbiaceae sebanyak 5 spesies. 5 jenis tumbuhan yang termasuk
kedalam family Euphorbiaceae adalah penghasil buah. Dibawah ini adalah famili
yang mendominasi (Gambar 12). Data tumbuhan pangan lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Jumlah Spesies
Gambar 12 Famili tumbuhan pangan hasil analisis vegetasi
Tumbuhan pangan hasil wawancara memiliki jenis lebih banyak
dibandingkan analisis vegetasi, karena tidak semua yang diketahui oleh
masyarakat SAD ada didalam petak contoh, family terbanyak tumbuhan pangan
hasil wawancara adalah Sapindaceae dab Euphorbiaceae dengan jumlah spesies
berurutan 8 dan 9 spesies seperti disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Famili tumbuhan pangan hasil wawancara

17
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh SAD selain sebagai bahan
pangan juga dimanfaatkan sebagai obat seperti jenis Akar kukobu (Uncaria sp),
duku lansat (Lansium domesticum Correa), kelumpang (Sterculia rubiginosa),
rotan manau (Calamus manan), tampui kuning (Baccaurea reticlate), tampui nasi
(Baccaurea bracteata). Tumbuhan pangan hasil wawancara memiliki jenis lebih
banyak dibandingkan analisis vegetasi, karena tidak semua yang diketahui oleh
masyarakat SAD ada didalam petak contoh.
Jenis tumbuhan pangan yang tumbuh disekitar pohon jelutung diketahui 34
jenis dari hasil analisis vegetasi seperti pada Tabel 3, dengan informasi lebih
lengkap pada Lampiran 2.
Tabel 3 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan di sekitar pohon jelutung
No
Nama lokal
Nama ilmiah
Habitus Bagian yang
digunakan
1
Antui
Cyathocalyx havilandii
pohon
buah
2
Akar kukobu Nothocissus spicifera
liana
air
3
Rotan manau Calamus manan
palem
umbut
4
Antui bebulu Horsfieldia subglobosa
pohon
buah
5
Bunto
Ochanostachys amentacea pohon
buah
6
Siu/kuduk
Nephelium ramboutan
pohon
buah
kuya
7
Durian haji
Durio zibethinus
pohon
buah
8
Durian hantu Durio grandiflorus
pohon
buah
9
Gesing
Lithocarpus conocarpus
pohon
buah
10
Jengkolut
Xerospermum
pohon
buah
Xanthophyllum
11
Kabau
Archidendron bubalinum
pohon
buah
12
Kayu idang
Pimeleodendron
pohon
buah
griffithianum
24
Petaling
Strombosia ceylanica
pohon
buah
25
Salak
Salacca zallaca
palem
buah
26
Sawo
Manilkara zapota
pohon
buah
27
Sebokol
Fordia johorensis
pohon
buah
28
Tampui
Baccaurea reticulate
pohon
buah
kuning
29
Tampui nasi
Baccaurea macrophylla
pohon
buah
30
Tengguli
Porterandia anisophylla
pohon
buah
buah
31
Tengkerawok Baccaurea dullcis
pohon
buah
32
Medang
Actinodaphne glomerata
pohon
buah
kuning
33
Megelipoyon Pouteria malaccensis
pohon
buah
34
Selapia
Combretum tetralophum
pohon
daun
Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh SAD sebagai
tumbuhan pangan adalah buah, diikuti oleh umbi, buah yang dimanfaatkan oleh
SAD berbuah dalam setahun sekali, saat musim buah tiba SAD hanya

18
mengkonsumsi buah selama 4-5 hari tanpa ada tambahan sumber protein hewani
atau karbohidrat. Semua buahbuahan langsung dikunsumsi tanpa proses
pemasakan terlebih dahulu,seperti yang dijelaskan pula oleh Verheij & Coronel
1997 Buah-buahan pada umumnya dikonsumsi mentah karena jika direbus
ataupun diolah dengan cara lain maka kandungan vitaminnya akan hilang. Bagian
yang dominan digunakan pada tumbuhan pangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan
(anveg)
Daun
Buah
Air
Batang

Jumlah
1
31
1
1

Bagian yang digunakan
(wawancara)
Batang
Buah
Daun
Umbi

Jumlah
2
69
1
6

Tumbuhan penghasil buah hidup secara liar di Hutan, mereka tidak
membudidayakan dengan alasan bahwa populasi di dalam hutan masih tinggi,
tetapi ada beberapa jenis tumbuhan buah yang dibudidayakan seperti rambutan,
duren, tebu, dan mangga. Salah satu contoh bahan pangan yaitu daun penyedap
sambal Elettariopsis sp. Dicampur kedalam sambal sebagai bumbu pewangi
sambal, untuk rasa tidak jauh berbeda dengan sambal biasanya, tetapi wanginya
yang sangat khas, daun penyedap sambal dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Sambal dan daun penyedap sambal.
Pemanfaatan tumbuhan obat
Tumbuhan obat merupakan obat alami yang berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. SAD memanfaatkan tumbuhan obat yang
tumbuh secara alami di TNBDB. Diketahui Sebanyak 77 spesies tumbuhan obat
yang dimanfaatkan oleh SAD. Dari 77 spesies tumbuhan obat yang diketahui,
family terbanyak menurut hasil analisis vegetasi adalah Myrtaceae dan Arecaceae.
Hasil wawancara didominasi oleh zingiberaceae yaitu 5 spesies dapat dilihat
berturut-turut pada Gambar 15 dan 16. Data tumbuhan obat lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

19

Gambar 15 Famili tumbuhan obat hasil wawancara

Gambar 16 Famili tumbuhan obat analisis vegetasi
Bagian yang banyak digunakan daun, akar dan kulit batang, SAD
mengetahui tumbuhan obat serta bagian yang digunakan dari dewa kepercayaan
mereka, setiap ada penyakit mereka meminta petunjuk dewa agar diberitahu
tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit.
Penyakit diare sangat sering diderita oleh SAD, diketahui cara hidup
mereka yang masih jauh dari kebersihan, air sungai yang menjadi tempat mandi,
mencuci bahkan memasak dan diminum setiap hari merupakan air sungai yang
sudah berubah warna. Setiap suku bangsa memiliki kearifan tersendiri dalam
pengobatan tardisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan yang
berkhasiat obat. Hal ini dapat dilihat dari berbedanya ramuan obat tradisional
yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama (Aliadi & Roemantyo
1994). Tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 5.

20
Tabel 5 Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan
berdasarkan
hasil
Jumlah
Jumlah
berdasarkan wawancara
analisis vegetasi
Daun
12
Daun
29
Akar
5
Akar
13
Air
3
Air batang
5
Buah
3
Buah
4
Batang
2
Biji
2
Getah
2
Pangkal daun
1
7 Kulit batang
6
Kulit batang
4
herba
12
rimpang
1

Jenis tumbuhan obat hasil analisis vegetasi yang berdekatan dengan jelutung
ada 25 jenis tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung
No Nama lokal Nama ilmiah
Habitus
Manfaat
Bagian
yang
digunakan
1
Pengendur
Tinospora crispa liana
keseleo dan
daun,
urat
patah tulang
akar
2
Merpuyon
Rhodamnia
pohon
berak darah
air batang
cinerea
3
Rotan
Daemonorops
palem
demam, batuk,
air btang
rubra
sesak nafas
4
Akar
Luvunga
pohon
melancarkan
akar
selusuh
sarmentosa
proses
melahirkan
5
Kardelo
Barringtonia
pohon
badan gatal,
akar
macrostachya
demam
6
Tebu
Costus specious.
herba
badan gatal,
batang
pungguk
demam
dan daun
7
Jeruk nipis
Citrus
pohon
batuk
buah
aurantifolia
8
Pinang
Areca catechu
palem
sakit gigi
buah
hutan
9
Lelendinga Curculigo
palem
penambah nafsu buah,
n/goam
latifolia Dryand
makan
akar
besar
10
Bakung
Crinumasiaticum herba
demam
daun
silat
11
Bekung
Hanguana
herba
demam
daun
malayana

21

No

12

13
14

15

16
17
18
19

20

21
22
23
24
25

Tabel 6 Spesies tumbuhan obat di sekitar pohon jelutung (lanjutan)
Nama lokal
Nama ilmiah
Habitus
Manfaat
Bagian
yang
digunakan
Kedundung
Spondias dulcis
pohon
mual-mual, daun
tunjuk
muntah,
melancarkan
proses
melahirkan.
Kleketas
sp3
liana
sakit perut
daun
Selat demo
Syzygium
pohon
obat batu
daun
gracilipes
untuk anakanak
Sentubung
Gonocaryum
pohon
untuk bayi
daun
gracile
yang baru
dilahirkan
Siluk
Gironniera hirta
pohon
batuk
daun
Bambang
Arenga pinnata
palem
sakit perut
daun
kuyang
Sisil bening
sp5
pohon
mencret
daun,
akar
Jelutung
Dyera polyphylla pohon
bisul, luka,
getah
bukit
gigitan
serangga
Berisil
Pometia pinnata
pohon
demam,
kulit
mengecilkan
perut
Kayu samak
Syzygium
pohon
mencret
kulit
pyrifolium
Selekuntunon Saprosma
pohon
batuk, pilek kaun
arboreum
Tumtomu
Goniothalamus
pohon
sakit gigi
kulit
macrophyllus
batang
Akar kukobu Nothocissus
liana
mencret
air
spicifera
Rotan manau Calamus manan
palem
demam,
batang
batuk, sesak muda
nafas

Bagian yang banyak digunakan daun, akar dan kulit batang, SAD
mengetahui tumbuhan obat serta bagian yang digunakan dari dewa kepercayaan
mereka, setiap ada penyakit mereka meminta petunjuk dewa agar diberitahu
tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit.
Penyakit diare sangat sering diderita oleh SAD, diketahui cara hidup
mereka yang masih jauh dari kebersihan, air sungai yang menjadi tempat mandi,
mencuci bahkan memasak dan diminum setiap hari merupakan air sungai yang
sudah berubah warna. Setiap suku bangsa memiliki kearifan tersendiri dalam
pengobatan tardisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan yang

22
berkhasiat obat. Hal ini dapat dilihat dari berbedanya ramuan obat tradisional
yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama (Aliadi & Roemantyo
1994). Tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 7
Tabel 7 Hasil tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan
Bagian yang digunakan
berdasarkan
hasil
Jumlah
Jumlah
berdasarkan wawancara
analisis vegetasi
Daun
12
Daun
29
Akar
5
Akar
13
Air
3
Air batang
5
Buah
3
Buah
4
Batang
2
Biji
2
Getah
2
Pangkal daun
1
7 Kulit batang
6
Kulit batang
4
herba
12
rimpang
1
Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan
Berdasarkan cara pengolahan, SAD sudah mengetahui sejak pertama kali
pemakaian, direbus, dicacah, di remas/ditumbuk, diparut, dibakar, dikerok atau
digunakan secara langsung. Cara terbanyak yang dilakukan adalah direbus
dibanding yang lainnya. Seperti disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Tumbuhan obat berdasarkan cara pengolahan
Pengolahan tumbuhan obat tidak terlalu sulit dilakukan, bahkan tergolong
cara yang mudah, begitu pula cara pemakaiannya, cara penggunaan terbanyak
adalah meminum hasil rebusan tumbuhan dengan dosis 1 gelas , cara pemakaian
terbanyak kedua adalah dengan menempelkan hasil remasan atau parutan ke
bagian yang sakit. Tumbuhan obat berdasarkan cara pemakaiaan dapat dilihat
pada Gambar 18.

23

Gambar 18 Tumbuhan obat berdasarkan cara pemakaian
Untuk saat ini SAD jarang menggunakan tumbuhan sebagai obat penyakit
dikarenakan sudah ada penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas setempat dan
program pemerintah tentang pengobatan gratis bagi SAD sehingga tumbuhan ini
sudah jarang sekali digunakan. Menurut data Puskesmas desa Paku Aji diketahui
penyakit yang sering dikeluhkan adalah penyakit bagian perut, batuk dan demam,
pada tahun 2013 diadakan penyuluhan gratis untuk suku anak dalam, beberapa
nama dan penyakit yang diderita oleh suku anak dalam dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Beberapa Suku Anak Dalam dan penyakit yang pernah diderita
No
Nama
Usia
Penyakit
1
Sumpingan
50 tahun
Demam, mual
2
Beruntung
4 tahun
Demam, batuk, pilek
3
Barib
56 tahun
Pusing
4
Siti khodijah
65 tahun
Mencret
5
Azizam
1 tahun
Penyakit kulit
6
Tamuku
21 tahun
Stamina, kebugaran
Makanan penghasil karbohidrat
Tumbuhan penghasil pangan utama SAD adalah jenis umbi sebagai
penghasil karbohidrat, seperti ubi kayu (Manihot esculenta), ubi rambat (Ipomoea
batatas), ubi kelapo (Dioscorea filiformis), banar licin (Dioscorea pyrifolia), dan
gadung (Dioscorea hispida). Tumbuhan tersebut tumbuh secara liar di dalam
TNBDB kecuali ubi kayu, ubi rambat dan ubi kelapa yang mereka budidayakan di
kebun atau dipekarangan rumah.
Konsumsi terhadap bahan pangan utama sudah menurun saat ini, karena
SAD lebih memilih beras sebagai penghasil karbohidrat, SAD mendapatkan beras
dari membeli dipasar tradisonal, karena beras lebih praktis dan murah menurut
SAD. Jika dibandingkan kandungan beras lebih tidak sehat dibandingkan ubi kayu.
Karena ubi kayu selain mengandung karbohidrat juga sebagai penghasil energi
juga bermanfaat untuk kesehatan, dapat menyehatkan jantung, mengendalikan

24
darah dan menambah darah. Selain itu, ubi kayu juga dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit seperti rheumatik, sakit kepala, demam, diare, cacingan,
beri-beri, luka bernanah dan dapat menambah stamina (Rukmana, 1997: 78).
Dibawah ini adalah data tumbuhan pangan penghasil karbohidrat yang
dimanfaatkan SAD (Tabel 9).
Tabel 9 Tumbuhan pangan penghasil karbohidrat
No Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bagian
Cara
digunakan pengolahan
1 Banar
Dioscorea
semak
umbi
direbus
licin
pyrifolia
2
Ubi kayu
Manihot
perdu
umbi
direbus
esculenta
3
Ubi kelapo Dioscorea
liana
umbi
direbus
filiformis
4
Ubi rambat Ipomoea
liana
umbi
direbus
batatas
5
Gadung
Dioscorea
semak
umbi
diris tipishispida
tipis,rendam
di air
mengalir 24hari,direbus/
digoreng
6
Pisang
Musa
herba
buah
langsung
kraya
acuminate
dimakan
7
Tayoz
Mangifera
pohon
buah
langsung
dimakan

Tempat
tumbuh
liar
kebun/pe
karangan
kebun/pe
karangan
kebun/pe
karangan
liar

liar
liar

Makanan penghasil protein
Untuk pangan penghasil protein SAD memanfaatkan ikan, serta binatang
liar yang tidak diternak, contoh babi, kijang, labi-labi, dll. SAD tidak memakan
sayuran dan hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing, anjing karena haram bagi
mereka memakan hewan yang diternakkan kecuali yang sudah memeluk agama
Islam. SAD awalnya tidak mengenal sayuran untuk dimakan, mereka hanya
memakan hewan pedaging dan umbi-umbian sebagai nutrisi karbohidrat mereka,
padahal yang kita ketahui bahwa sayuran seperti kacang-kacangan dapat menjadi
asupan protein. Kacang-kacangan merup