Analisis Faktor Fundamental Keuangan terhadap Resiko Sistematik pada Perusahaan LQ45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP RISIKO SISTEMATIK PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
OLEH
Nora Imelti Marbun 120522117
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental Keuangan terhadap Resiko Sistematik pada Perusahaan LQ45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013” adalah benar hasil tulis karya sediri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakulatas Ekenomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara dituliskan sumbernya secara sejelas sesuai norma dan kaidah etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari di temukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 18 Januari 2015
Nora Imelti Marbun 120522117
(3)
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP RISIKO SISTEMATIK PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), dan Price Earning Ratio
(PER) secara parsial maupun simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), dan Price Earning Ratio (PER) secara parsial dan simultan terhadap resiko sistematik pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hipotesis dalam penelitian ini ialah CR, Leverage, ROE, dan PER berpengaruh terhadap risiko sistematik baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
Data data penelitian ini adalah dat sekunder yaitu data laporan keuangan dan data harga saham histori. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji autokorelasi, uji multi kolinearitas dan heterokesdatisitas, Uji Goodness off Fit terdiri dari koefisien determinasi, uji t, uji f dan persamaan garis regresi. Populasi 83 dan sampel yang digunakan sebanyak 16 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ada 3 variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematik, yaitu variabel CR,
Leverage, dan ROE. Variabel PER berpengaruh signifikan terhadap terhadap risiko sistematik. Pengujian secara simultan menunjukkan variabel CR, Leverage, dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik.
(4)
ABSTRACT
ANALYSIS OF FINANCIAL FUNDAMENTAL FACTOR TO WARDS SYSTEMATIC RISK AT LQ45 COMPANIES
WHICH LISTED IN BEI IN 2009-2013
The problem of risearch is how CR, ROE, and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneouly. The problem of the research is to analyze how CR, ROE, and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneously. Hypothesis of this research is CR, Roe and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneously.
Data of this research are financial report and historical stock’s price. The analyzed method are descriptive statistic, classical assumption test consist of normality test, autocorrelation test, multicollinearity test, and heteroskedasitas, goodness off fit test consist of determination coeffisient, T test, F test, and Linier regretion equation. Using a sample consisted of 16 companies listed in BEI.
The result showed that partially have 3 variable CR, Laverage, and ROE do not influence systematic risk significantly. But, PER influence significantly to systematic risk. Simultaneous testing indicates that the variable CR, ROE, Leverage, and PER influence systematic risk.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat dan karunia-Nya lah penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Fundamental Keuangan Terhadap Risiko Sistematik pada Perusahaan Lq45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, doa, kerjasama semua pihak yang telah turun membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universits Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 3. Bapak Drs Firman Syarin, S.E., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
(6)
4. Ibu Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak selaku dosen pembanding dan Bapak Drs Firman Syarin, S.E., M.Si., selaku dosen penguji yang telah membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda Ronald Marbun dan Ibunda Erri Siahaan serta Abang Erekson Marbun S.ked dan saudara kembar saya Nolan Efendi Marbun S.Kom dan sahabat saya Sovia Noviza Ginting S.A. yang telah memberikan kasih sayang, didikan perhatian, doa, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sarah yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah berikutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi si pembaca.
Medan, Januari 2015 Penulis
Nora Imelti Marbun 120522117
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABLE ... V DAFTAR GAMBAR ... Viii DAFTAR LAMPIRAN ... iX BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 7
2.1.1 Teori Portofolio ... 7
2.1.2 Pasar Modal Indonesia ... 11
2.1.3 Faktor Fundamental ... 12
2.1.4 Risiko Saham ... 13
2.1.5 Risiko Sistematis ... 14
2.1.6 Current Ratio (CR) ... 16
2.1.7 Lerage ... 16
2.1.8 Return on Equity (ROE) ... 16
2.1.9 PriceEarning Ratio (PER) ... 17
2.2 Penelitian Terdahulu ... 17
2.3 Hipotesis ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian ... 26
3.2Metode PenelitianDesain Penelitian ... 26
3.2.1 Desain peneliti ... 26
3.2.2 Defenisi Operasionalisasi Variabel ... 27
3.2.3 Populasi dan sampel ... 28
3.2.4 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.2.5 Metode Analisis ... 32
3.2.5.1 Risiko Sistematis (Beta Saham) ... 32
3.2.5.2 Statistik Dekriptif ... 33
(8)
3.2.5.4 Uji Goodness of Fit ... 37
3.2.5.5 Persamaan Garis Regresi ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 41
4.2 Analisis Data ... 42
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 42
4.2.2 Pengujian Normalitas ... 42
4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 44
4.2.3.1 Uji Heteroskedastisitas ... 44
4.2.3.2 Uji Multikolinearitas ... 45
4.2.3.3. Uji Autokorelasi ... 46
4.2.4 Goodness of Fit ... 47
4.2.4.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 47
4.2.4.2 Uji F ... 48
4.2.4.3 Uji t ... 49
4.2.5 Regresi Linier Berganda ... 51
4.3 Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54
5.3 Saran ... 554
(9)
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Operasi Variabel Penelitian ... 28
Tabel 3.2 .Populasi Perusahaan LQ45 2009 – 2013 ... 29
Tabel 3.3. Sampel Perusahaan LQ45 2009 – 2013 ... 31
Tabel 3.4. Durbin Watson (D-W) ... 35
Tabel 4.1. Data Sampel Perusahaan LQ45 2009-2013 ... 41
Tabel 4.2. Analisis Deskriptif ... 42
Tabel 4.3. Uji Multikolinearitas ... 46
Tabel 4.4. Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 4.5. Output Koefisien Determinasi ... 48
Tabel 4.6. Uji F ... 49
Tabel 4.7. Uji T ... 50
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27
Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 43
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Data Populasi ... 56
Data Sampel ... 58
Analisis Deskriptif. ... 59
Uji Asumsi Klasik ... 59
Goodness of Fit ... 61
Persamaan Regresi Linier ... 62
(12)
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP RISIKO SISTEMATIK PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), dan Price Earning Ratio
(PER) secara parsial maupun simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), dan Price Earning Ratio (PER) secara parsial dan simultan terhadap resiko sistematik pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hipotesis dalam penelitian ini ialah CR, Leverage, ROE, dan PER berpengaruh terhadap risiko sistematik baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
Data data penelitian ini adalah dat sekunder yaitu data laporan keuangan dan data harga saham histori. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji autokorelasi, uji multi kolinearitas dan heterokesdatisitas, Uji Goodness off Fit terdiri dari koefisien determinasi, uji t, uji f dan persamaan garis regresi. Populasi 83 dan sampel yang digunakan sebanyak 16 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ada 3 variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematik, yaitu variabel CR,
Leverage, dan ROE. Variabel PER berpengaruh signifikan terhadap terhadap risiko sistematik. Pengujian secara simultan menunjukkan variabel CR, Leverage, dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik.
(13)
ABSTRACT
ANALYSIS OF FINANCIAL FUNDAMENTAL FACTOR TO WARDS SYSTEMATIC RISK AT LQ45 COMPANIES
WHICH LISTED IN BEI IN 2009-2013
The problem of risearch is how CR, ROE, and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneouly. The problem of the research is to analyze how CR, ROE, and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneously. Hypothesis of this research is CR, Roe and PER influence systematic risk at LQ45 companies which listed in BEI in 2009-2013 partially and simultaneously.
Data of this research are financial report and historical stock’s price. The analyzed method are descriptive statistic, classical assumption test consist of normality test, autocorrelation test, multicollinearity test, and heteroskedasitas, goodness off fit test consist of determination coeffisient, T test, F test, and Linier regretion equation. Using a sample consisted of 16 companies listed in BEI.
The result showed that partially have 3 variable CR, Laverage, and ROE do not influence systematic risk significantly. But, PER influence significantly to systematic risk. Simultaneous testing indicates that the variable CR, ROE, Leverage, and PER influence systematic risk.
(14)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan menerbitkan surat – surat berharga dan kemudian menjualnya ke pihak yang menyediakan dana (investor). Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Berinvestasi di pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh return, tetapi investor juga harus berani menanggung risiko dari investasi yang ditanamkannya.
Meskipun di Indonesia, yang pengetahuan dan penerimaan Pasar Modal belum sebaik di negara-negara maju, namun harus diakui bahwa jika dirunut waktu selama ini, pasar modal telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal itu ditunjukkan semakin banyak jumlah sekuritas yang di perdagangkan dengan kapitalisasi pasar cukup besar, peran pasar modal dalam pembangunan industri-industri di berbagai sektor. Hal yang sama juga terjadi dalam perkajian ilmu di bidang keuangan dan Pasar Modal, bahwa disiplin di bidang ini telah menjadi bagian yang dikembangkan dalam perkuliahan serta dalam penelitian mahasiswa. Fakta seperti itu menunjukkan bahwa semakin meningkat animo masyarakat terhadap keberadaan dan peran Pasar Modal di tengah ekonomi bangsa (Hadi, 2013)
(15)
Pada aspek lain, Pasar Modal juga merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara (Eduardus, 2001). Pasar Modal memberikan fasilitas untuk mempertemukan antara pihak-pihak suplus dana (suplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka investasi (Ang, 1995). Disitu, memiliki peran penting, mengingat pertumbuhan investasi berarti terjadi pergerakan ekonomi secara sircle, mulai dari sektor keuangan sampai pada sektor rill. Itu semua merupakan satu putaran ekonomi negara (Hadi, 2013)
Dalam perputaran roda perekonomian, sumber-sumber pembiayaan merupakan tulang punggung pengembangan usaha (bisnis). Untuk itu, dibutuhkan solusi sumber daya yang memiliki risiko rendah serta tawaran pilihan-pilihan instrumen yang memiliki jangka panjang, sehingga oleh perusahaan pengguna dana dapat leluasa memanfaatkan dana tersebut dalam rangka investigasi.
Dari sisi ivestor, pasar modal memberikan alternatif investasi bagi para suplus fund. Investasi yang selamaini dipahami oleh masyarakat sebatas ditanamkan di pasar uang (perbankan atau ke sektor rill) kini telah terkembangkan dalam banyak pilihan, yaitu instrumen keungan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi (Darmawi, 2006). Pasar Modal memberikan ruang dan peluang untuk meraih keuntunga yang lebih besar.
Sebelum melakukan investasi di pasar modal, investor akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang bersifat fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi. Informasi
(16)
yang dapat dijadikan landasan bagi investor dalam menentukan investasi antara lain harga saham, kinerja perusahaan dan lingkungan ekonomi makro seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan pada pasar modal yang efisien.
Dengan asumsi para pemodal rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian (basic valuation) yang utama bagi seorang fundamentalis. Nilai saham dapat mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saham, tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berupa Leverage, Price Earning Ratio (PER), Return on equity (ROE)(Zubaidi, 2006), serta Current Ratio (CR) (Ahim, 2003).
Ketidakpastian merupakan unsur inti dari investasi, sehingga investor harus mempertimbangkan ketidakpastian ini sebagai risiko investasi dari sekuritas berupa risiko sistematis dan risiko tidak sistematik hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusaan mengalami unsystematic risk
maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti diversifikasi portofolio. Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik dapat terjadi dikarenakan faktor ekonomi makro, industri, dan karakteristik perusahaan. Salah satu ukuran dari risiko sistematik dalam investasi pasar modal adalah Beta.
(17)
Jika investor ingin mengetahui resiko suatu saham dalam portofolio yang diverifikasi secara baik, maka investor harus mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan – perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan – perubahan pasar biasa disebut sebagai Beta. Pergerakan Beta saham ditentukan dari pergerakan harga saham harian perusahaan.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Anto (2012), Analisis faktor fundamental keuangan terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan yaitu : Curent Ratio, Leverenge, Return on Equity, Price Erning Ratio dan Beta Saham. Hasil penelitian I.H Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2013) dengan judul penelitian Pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematis terhadap harga saham di pasar modal syariah (Studi Empiris Jakarta Islamic Index di BEI 2009-2012). Variabel yang digunakan DAR, ROA, NPM, EPS, PER, BETA dan harga saham perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index tahun 2009-2013. Hasil penelitiannya adalah seluruh faktor fundamental dalam penelitian ini DAR, ROA, NPM, EPS dan PER dan risiko sistematis (Beta) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dimana EPS memiliki kontribusi yang besar terhadap perubahan harga saham.
Dari uraian di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap risiko sistematik masih sangat bervariatif. Penelitian untuk
(18)
mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi risiko sistematik merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari risiko selalu melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam saham biasa. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul :
“ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP
RISIKO SISTEMATIK PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009 – 2013 ”
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 ?
2. Apakah Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 ?
1.3.Tujuan dan manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
(19)
1. Menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) secara parsial terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
2. Menganalisisi pengaruh Current Ratio (CR), Leverage, Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) secara simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh CR, Leverage, ROE dan PER terhadap risiko sistematis. Penelitian ini juga sebagai sarana penulis untuk menambah keterampilan penelitian di bidang keuangan.
2. Bagi investor untuk dijadikan pertimbangan dalam penentuan penanaman investasi pada perusahaan LQ45 yang go publik di BEI 3. Bagi Akademisi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu dan diharapkan memberikan informasi tambahan tentang masalah CR, Leverage, ROE dan PER terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 yang go publik di BEI.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Portofolio
Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio seperti expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur
return dan risiko dalam suatu investasi, di mana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio. Selanjutnya, Model portofolio Markowitz dikembangkan oleh William Sharpe dengan menciptakan model indeks tunggal. Model ini mengaitkan perhitungan return asset dengan return indeks pasar. Secara mathematis, Model Indeks Tunggal dirumuskan sebagai berikut (Gumanti, 2011) :
Ri= αi+ βi I + ei
Dimana Ri adalah tingkat pengembalian pada aset i, I adalah persentase perubahan dalam indeks yang umum pada semua saham dan ei adalah perubahan-perubahan dalam tingkat pengambilan aset i terkait dengan kejadian khusus perusahaan. Dalam CAPM, beta berkait dengan portofolio pasar, dan oleh karenanya I adalah portofolio pasar. Seperti halnya beta dalam CAPM, βi di atas mengukur
(21)
sensitivitas return aset ke-i terhadap perubahan dalam indeks I. Formalnya beta SIM di hitung rumus berikut :
��=
Cov(Ri, I) σ12
Misalnya, jikaℬ� = 2 dan I adalah produk domestik bruto (PDB), rumus di atas menjelaskan kepaa kita bahwa jika PDB naik sebesar 1%,�� secara rata-rata juga akan naik sebesar 2%. Dalam hal ini �� adalah intersep yang mengukur return
terantisipasi jika I = 0. Intersep dihitung dengan rumus berikut : �� =�� − �� ��̅
Dimana �� adalah rata-rata tingkat pengembalian pada aset i dan �̅ adalah rata-rata persentase perubahan dalam indeks.
Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadian- kejadian mikro yang hanya berkaitan dengan perusahaan bersangkutan. Contohnya adalah ekspansi operasional perusahaan atau rencana pengurangan kerja. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar menyangkut kejadian – kejadian makro yang memengaruhi seluruh perusahaan. Kenaikan suku bunga, peningkatan inflasi, merupakan contoh kejadian makro yang dapat memengaruhi seluruh perusahaan yang ada di pasar. Salah satu konsep penting dalam model indeks tunggal adalah terminologi Beta (risiko sistematik).
Arbitrage pricing theory (APT) merupakan teori yang dikembangkan atau menindak lanjuti dari pemikiran teori CAMP. Adapun pengertian dari APT adalah (Fahmi, 2013) :
(22)
a. APT adalah teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976, dimana Ross menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dimana pada CAMP harga hanya dipengaruhi oleh satu faktor yaitu portofolio pasar (Rm).
b. APT sebagai model alternatif untuk menjawab permasalahan suatu hubungan antara pendapatan dengan risiko saham (�).
c. CAMP dan APT dipakai sebagai model untuk memprediksi tingkat pendapatan suatu saham.
d. A theory or risk return relationship derived from no-arbritage consideration in large capitalmarkets
e. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda
Sebelum kita masuk secara lebih dalam tentang APT ini, maka perlu kita pahami pengertian dari Arbitrage itu sendiri. Arbitrase (Arbitrage) adalah proses memperoleh laba tanpa resiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga aset atau sekuritas fisik yang sama. dengan kata lain investasi pada konsep
arbitrage adalah membeli suatu sekuritas atau surat berharga (commercial paper) pada harga rendah dan menjual kembali ketika harga telah mengalami kenaikan. Model APT dirumuskan sebagai berikut (Fahmi, 2013) :
�� = �� +βiRm+ ei
(23)
Ri = return saham i �� = alpa saham i βi= beta saham i
Rm = return pasar ei = random eror
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam APT, resiko didefinisikan sebagai sensitivitas saham terhadap variabel makro- makro ekonomi (bi) dan besar return yang dipengaruhi oleh sensitivitas tersebut. Ukuran sensitivitas dalam APT (bi) akan mempunyai intrepretasi yang sama dengaan nilai sensitivitas dalam CAPM (Beta), karena beta dan bi merupakan ukuran sensitivitas return sekuritas dalam suatu premi resiko. Salah satu kritik terhadap model APT adalah sulitnya menemukan faktor – faktor risiko yang relevan, karena faktor – faktor tersebut merupakan data exdante. Untuk mengimplementasi APT kita perlu menemukan faktor – faktor resiko yang relevan bagi tingkat return sekuritas, yang dalam kenyataannya belum ada kesepakatan mengenai faktor – faktor risiko apa yang relevan dan berapa jumlahnya. Beberapa penelitian yang mengidentifikasi variabel – variabel ekonomi makro yang mempengaruhi return sekuritas yaitu :
1. Default risk 2. Tingkat bunga 3. Inflasi atau deflasi
(24)
5. Risiko pasar residual
Dengan demikian, APT mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhaap faktor – faktor risiko sistematis yang berbeda pula. Masing – masing investor mempunyai prilaku terhadap resiko yang berbeda, sehingga investor mampu menyusun portofolio tergantung dari preferensinya terhadap resiko. Dengan mengetahui harga pasar dari faktor – faktor resiko yang dianggap relevan dan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan faktor tersebut
2.1.2. Pasar Modal Indonesia
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai sarana dan wadah untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli (Hadi, 2013). Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana. Stuktur pasar modal Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa kebijakan pasar modal ditetapkan oleh menteri keuangan. Sedangkan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari – hari dilaksanakan oleh BAPEPAM.
Bursa Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar di Indonesia yang juga dikenal dengan nama asingnya sebagai Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ berupa saham preferen, saham biasa, hak (rights), dan obligasi konvertibel (convertibel bonds). Bursa efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ juga diperdagangkan di BES.
(25)
BEJ dan BES bergabung menjadi BEI pada bulan November 2007. BEI memperdagangkan seluruh produk investasi yang dimiliki BEJ dan BES seperti saham, Kontrak Opsi Saham (KOS), Exchange Traded Funds (ETF), Obligasi maupun Kontrak Futures baik Nikkei-225 Futures atau LQ45 Futures. Setelah diadakan pengabungan diharapkan nilai kapitalisasi pasar BEI terus berkembang.
2.1.3. Faktor Fundamental
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Salah satu keunggulan analisis fundamental adalah analisis ini menghindari banyak hal yang terkait dengan masalah yang melekat pada model atau penilaian berbasis tingkat diskonto aliran kas (the discounted cash flow valuation method). Penman (1991) meringkas diskusi sekitar topik ini, sementara diskusi terkait dengan bukti empiris diungkap dalam Penman dan Sougiannis. (Gumanti, 2011;308)
Dengan analisis tersebut, para analis mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi nilai dari faktor – faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai pasar, Current ratio
(CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Debt Asset Ratio (DAR), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham. Pada penelitian ini, faktor fundamental yang digunakan dalam menganalisis yakni CR, Leverage, ROE danPER.
(26)
2.1.4. Risiko Saham
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan. Investor selalu menghadapi dua masalah di dalam berinvestasi yaitu return dan risiko. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return
dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan.
Risiko di artikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya, asetnya menjadi tidak bernilai sama sekali). (Gumanti, 2011;50)
Investor akan selalu mencari portofolio optimum yang menawarkan
expected return maximal pada tingkat risiko yang minimum. Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara merupakan beberapa sumber resiko yang dapat memengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Menurut Fahmi (2013) risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Risiko sistematik (Systematic Risk) adalah risiko yang tidak bisa diverifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan menngkatnya angka
(27)
pengangguran serta moral hazard.Sistematic risk di sebut juga dengan
market risk atau risiko umum.
2. Risiko tidak sistematik (Unsystematic Risk) adalah hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusaan mengalami unsystematic risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti diversifikasi portofolio. Strategi lain yang bisa diterapkan adalah pada saat harga sekuritas perusahaan jatuh adalah dengan menerapkan berbagai strategi investasi. Unsystematic risk di sebut juga dengan resiko spesifik atau risiko yang dapat didiversifikasikan.
2.1.5. Risiko Sistematik
Beta (β) suatu sekuritas mampu menunjukan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Investor harus mampu menghitung resiko sistematik dari suatu investasi untuk menentukan investasi yang terbaik. Untuk menghitung besarnya resiko, metode yang digunakan adalah menghitung varians dan standar deviasi yang mengukur penyimpangan nilai yang terjadi dengan nilai
return yang diharapkan. Menurut Brealey dan Myers (1999) Beta digunakan untuk mengukur sensitifitas dari individual saham terhadap resiko pasar. Kontribusi dari suatu saham terhadap resiko dari suatu portofolio tergantung dari bagaimana saham tersebut dipengaruhi oleh pergerakan pasar
Beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan saham dengan pasar. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return - return sekuritas dan return pasar). Beta akutansi dapat dihitung mengunakan data akuntansi (laba – laba perusahaan dan laba indeks pasar) dan Beta fundamental dapat dihutung mengunakan data fundamental (menggunakan variabel – variabel fundamental).
(28)
Faktor-faktor yang diidentifikasikan memengaruhi nilai Beta adalah (Suad Husnan, 2003) :
1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh conjunctur perekonomian. Ketika kondisi perekonomian membaik, semua perusahaan akan merasakan dampak positif. Pada saat resesi, semua perusahaan akan terkena dampak negatif dan yang membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang membaik pada saat perekonomian membaik, tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh.
2. Operating Leverage. Faktor ini menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, yaitu biaya yang tidak ikut berubah ketika perusahaan merubah tingkat aktivitasnya. Semakin besar proporsi biaya tetap, akan semakin besar operating leverage-nya. Perusahaan yang memiliki operating leverage tinggi akan cenderung memiliki nilai Beta yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, akan semakin besar financial leverage-nya. Semakin besar proporsi hutang, maka pemilik modal akan menanggung resiko yang semakin besar.
Beta dihitung menggunakan rumus (Hartono,2010:383):
�= ���������
�������������
Di mana :
���������= ∑ ��� − ��̇� ∑ [������ − �������]
� �=� �
�=�
�
�������������= ∑(������ − �������)�
� − � Keterangan :
Ri = Return Individual Saham
Rm = Market Return LQ45 atau return pasar LQ45
Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X%, yang akan berpengaruh terhadap return sekuritas sebesar X%. Jika β > 1 berarti saham
(29)
cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan pasar. Jika β < 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran resiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta di masa akan datang.
1.1.6. Current Ratio (CR)
Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor. CR dapat dihitung
mengunakan rumus (Syamsuddin, 2009) :
��=������������
�����������
1.1.7. Leverage
Leverage merupakan rasio yang mengambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Untuk keamanan bagi pihak luar, rasio Leverage yang baik adalah apabila total aktiva lebih besar dari pada total utang. Rasio Leverage dihitung mengunakan rumus Syafri, 2009; 307):
��������= ����������
�����������
1.1.8. Return on Equity (ROE)
(30)
bersih yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikannya. Semakin besar rasio ROE mengambarkan semakin baik keadaan perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. Rasio ROE dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2009;):
���= ����������������������
�����������
1.1.9. Price Earning Ratio (PER)
Rasio PER menunjukkan perbandingan harga saham di pasar yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan cukup tinggi. Rasio
PER dapat dihitung mengunakan rumus (Syafri, 2009; 311):
���=���������������
����������
2.2. Penelitian Terdahulu
1. Anto (2012), melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor fundamental keuangan terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010”, Variabel yang digunakan yaitu : Curent Ratio, Leverenge, Return on Equity, Price Erning Ratio dan Beta Saham. Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang
(31)
mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.
2. Rackmawati (2010) dengan judul penelitian “Analisis faktor fundamental terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia Periode 2006-208”, variabel yang digunakan Sales growth, debt to equity rasio, ROA dan Beta saham. Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio, dan ROA, merupakan faktor yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008.
3. Soeroso (2013) dengan judul penelitan “Analisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia 2008-2012”. Variabel yang digunakan CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment dan saham beta. Hasil penelitian adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2008-2012.
4. Grahani (2013) dengan judul penelitian “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 diBursa Efek Indonesia Januari 2008 – Januari 2013)”, variael yang digunakn CR, DTA, LDER, TATO,ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, ROE dan Beta saham. Hasil penelitian adalah CR, DTA,
(32)
LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008-januari2013.
5. Hatta dan Dwiyanto (2012) dengan judul penelitian “The company fundamental factors and systematic risk in increasing stock price”,
variabel yang digunakan EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA, Beta dan Stock price. Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect. Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects, improvement in these variables will decrease stock prise
(33)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Peneliti Variabel
X
Variabel Y Hasil Peneliti
Ines Ham Anto (2012)
Analisis faktor fundamental keuangan
terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010 Curent Ratio, Levereng e, Return on Equity, dan Price Erning Ratio.
Beta Saham Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu
Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012
Siska Rackmawati (2010)
Analisis faktor fundamental
terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-208”, Sales growth, debt to equity rasio,dan ROA
Beta Saham Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio,
dan ROA, merupakan faktor
yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008 Anditya Soeroso (2013) Analisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2008-2012 CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investme nt
Beta Hasil penelitian
adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan
Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2008-2012.
(34)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti Judul Peneliti V- X V - Y Hasil Peneliti
Hedwig Ajeng Grahani (2013) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGA RUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM(Stud i Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 diBursa Efek Indonesia Januari 2008 – Januari 2013) CR, DTA, LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE Beta Saham
Hasil penelitian adalah CR, DTA, LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008-januari2013. Atika Jauharia Hatta dan Bamban g Sugeng Dwiyant o (2012) The company fundamental factors and systematic risk in increasing stock price EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA dan Beta Stock price
Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect.
Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects,
improvement in these variables will decrease stock prise.
(35)
2.3 Hipotesis
1. Hubungan CR terhadap risiko sistematis
Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor.
2. Hubungan Leverange terhadap risiko sistematis
Dalam penggunaan leverage mempunyai pengaruh yang baik dan buruk. Apabila leverage tinggi, maka akan meningkatkan laba atau keuntungan bersih yang diharapkan perusahaan, namun akan memperbesar tingkat risiko perusahaan tersebut. Perusahaan yang menggunakan dana dengan biaya tetap dikatakan menghasilkan leverage yang mengguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif, apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana lebih besar daripada biaya tetap dari penggunaan dana tersebut. Dan apabila perusahaan dalam menggunakan biaya tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri), yaitu bentuknya memperbesar EPSnya, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut menjalankan “trading on the equity”. Menurut Riyanto (1995) trading on the equity adalah penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap di mana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada biaya tetap tersebut. Sebaliknya apabila perusahaan yang menggunakan dana dengan biaya tetapdikatakan
(36)
menghasilkan leverage yang merugikan (unfavorable financialleverage) atau efek yang negatif, apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak biaya tetap yang harus dibayar (Riyanto, 1995: 375).
3. Hubungan ROE terhadap risiko sitematis
ROE adalah suatu ukuran tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham bank. Yang berjumlah kira-kira keuntungan bersih yang diterima pemegang saham dari menginvestasikan modalnya di bank (mendapatkan dananya pada risiko dengan harapan memperoleh keuntungan yang sesuai).
Seorang investor selalu mengharapkan profit dalam investasinya, maka dariitu rasio pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga menjadi hal yang diperhatikan investor. Salah satu rasio profitabilitas yang terdapat dalam laporan keuangan adalah ReturnOn Equity. Nilai Return On Equity yang positif menunjukkan baiknya kinerja manajemen dalam mengelola modal yang ada untuk menghasilkan laba. Menurut Chrisna dalam Hutami (2012:2) kenaikan ROE biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi ROE berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.
4. Hubungan PER terhadap resiko sistematis
Price Earning ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan antara harga saham dengan laba per lembar saham (earning per share). Rasio ini sering
(37)
dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Perusahaan yang berkembang dengan cepat bahkan maju biasanya mempunyai PER yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan perkembangan yang lambat mempunyai PER yang rendah. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena mereka mengharapkan akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih besar dimasa yang akan datang.
Per yang tinggi membuat harga saham dinilai tinggi, sebab rasio ini mengambarkan besarnya keuntungan saham. Dengan tingginya PER berarti tinggi pula earning perusahaan tersebut hal ini akan membuat harga saham meninggkat dan hal ini akan menyebabkan banyak investor yang berminat untuk memilikinya. Jadi dapat di ambil kesimpulan apabila PER suatu perusahaan tinggi maka harga saham di pasar modal akan semakin tinggi, demikian pula dengan beta sahamnya. Hal tersebut dikarenakan beta merupakan parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan atas pengembalian suatu saham bila terjadi perubahan pada pengambilan pasar (yang diukur dengan indeks pasar).
Dari uraian mengenai Penelitian Terdahulu dan Tinjauan Pustaka, berikut dijelaskan hubungan antara variabel CR, Leverage, ROE, PER terhadap risiko sistematik :
H1 : CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013. H2 : leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematik
(38)
H3 : ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013.
H4: PER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia 2009 – 2013.
H5 : CR, Leverage, ROE dan PER berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Return On Equity
(ROE)
Current Ratio
(CR)
Price Earning Ratio
(PER)
Leverage
Risiko Sistematis LQ 45
(39)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor fundamental sebagai variabel (X). Penelitian ini terdiri dari empat sub variabel, meliputi : Current Ratio (X1), Leverage (X2), Return On Equity (X3) dan Price
Earning Ratio (X4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko sistematik (Y). Perusahaan LQ45 yang tercatat dalam BEI dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini.
3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh faktor – faktor fundamental terhadap risiko sistematik. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena dari variabel – variabel yang diteliti.Sedangkan penelitian verifikatif dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.
(40)
Berdasarkan rumusan masalah mengenai hubungan faktor fundamental dan risiko sistematik maka desain penelitian digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
3.2.2. Definisi Operasionalisisasi Variabel
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel.3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Populasi dan Sampel Rumusan Masalah
Kajian Pustaka :
Faktor Fundamental dan Beta ( β)
Laporan Hasil penelitian Analisis Data
(41)
VARI ABEL (1) SUB VARIABE L (2) KONSEP (3) INDIKATOR (4) SKALA (5) Fundam- ental (X) CR (X1)
Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Lukman
Syamsuddin, 2009).
��=������������
�����������
Rasio
Leverage (X2)
Leverage merupakan rasio yang mengambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset (Sofyan Syafri,
2009). �������� = ���������� ����������� Rasio ROE (X3)
ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh perusahaan atas modal yang
diinvestasikan. ( Lukman Syamsuddin, 2009). ��� = ���������� ������������ ����������� Rasio PER (X4)
Rasio ini menunjukkan perbandingan harga saham
di pasar yang ditawarkan dibandingkan dcngan pendapatan yang diterima
(Sofyan Syafri, 2009).
��� = ����� ���������� ���������� Rasio Risiko sistemati s (Y) Beta Saham
koefisien beta adalah ukuran sensitivita atau kepekaan individu saham terhadap pergerakan saham Tambunan
(2007:242). � = ��������� ������ ������� Rasio
(42)
3.2.3. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 sebanyak 45 perusahaan. Sampel penelitian yakni perusahaan LQ45 yang tercatat di BEI pada periode tahun 2009 – 2013. Teknik pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria – kriteria atau pertimbangan yang ditetapkan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Kriteria – kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan sampel adalah :
1. Perusahaan tersebut harus memiliki yang disarankan harus masuk ke LQ45. Syarat-syarat perusahaan yang termasuk LQ45:
a. Berada di TOP 95% dari total rata_rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.
b. Berada di TOP 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
c. Merupakan perwakilan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.
d. Merupakan urutan tertinggi dari urutan kapitalisasi. 2. Perusahaan tersebut harus berada dalam golongan LQ45.
3. Perusahaan LQ45 yang selalu menyertakan variabel yang diteliti baik variabel independen (CR, Leverage, ROE, PER) maupun variabel dependen (risiko sistematik) dalam laporan keuangannya secara berturut-turut pada periode tahun 2009 – 2013.
(43)
Tabel 3.2
Populasi Perusahaan LQ45 2009-2013
No Kode Nama Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ADRO Adaro Energy Tbk.
3 ADHI Adhi Karya Tbk
4 AKRA AKR Corporindo Tbk
5 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
6 ASII Astra International Tbk
7 ASRI Alam Sutra Realty Tbk
8 BBKP Bank Bukopin Tbk
9 BHIT Bhakti Investama Tbk
10 BMTR Global Mediacon Tbk
11 BRPT Barito Pasific Tbk
12 BUMI Bumi ResourcesTbk
13 BBCA Bank Central Asia Tbk
14 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
15 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk
16 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
17 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
18 BISI Bisi International Tbk
19 BRSL Sentul City Tbk
20 BJBR Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk
21 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
22 BMRI Bank Mandiri (Perseri) Tbk
23 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
24 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
25 BNII Bank Intenational Indonesia Tbk
26 BYAN Bayan Resources Tbk
27 BRAU Berau Coal Energy Tbk
28 BRPT Barito Pasifik Tbk
29 BTEL Bakrie Telecome Tbk
30 BIMU Bumi Resources Tbk
31 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
32 CTRA Ciputra Development Tbk
33 CMNP Citra Marga Nusanbala Persada Tbk
34 CTRS Ciputra Surya Tbk
35 DEWA Darma Henwa Tbk
36 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
37 ELSA Elnusa Tbk
38 ELTY Bakrieland Development Tbk
(44)
Tabel 3.2
Populasi Perusahaan LQ45 2009-2013 (Lanjutan)
No Kode Nama Emiten
40 EXCL XL Axiata Tbk
41 FREN Mobile-8 Telecom Tbk
42 GGRM Gudang Garam Tbk
43 HRUM Harun Energy Tbk
44 ICBP Karakatau Steel (Perseroan) Tbk
45 INCO Vale Indonesia Tbk
46 INDF Indofoof Sukses Makmur Tbk
47 INDY Indika Enrgy Tbk
48 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
49 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
50 ISAT Indosat Tbk
51 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
52 JSMR Jasa Marga Tbk
53 KLBE Kabel Farma Tbk
54 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
55 LPKR Lippo Karawaci Tbk
56 LSIP London Sumatera Plantation Tbk
57 MEDC Medco Energi International Tbk
58 MIRA Mitra Rajasa Tbk
59 MLPL Multi Polar Tbk
60 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
61 PNLF Kalbe Farma Tbk
62 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
63 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
64 PWON Pakuwon Jati Tbk
65 SGRO Sampoerna Agro Tbk
66 SMCB Holcim Indonesia Tbk
67 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
68 TINS Timah Tbk
69 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
70 TRAM Trada Mratime Tbk
71 TRUB Trubal Alam Manunggal Engeenering Tbk
72 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
73 TOTL Total Bangun Persada Tbk
74 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
75 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
76 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk
77 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
78 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
(45)
Tabel 3.2
Populasi Perusahaan LQ45 2009-2013 (Lanjutan)
No Kode Nama Emiten
80 UNSE Bakrie Sumatra Platation Tbk
81 UNSP Bakrie Sumatra Platation Tbk
82 UNTR United Tractors Tbk
83 UNVR Unilever Indonesia Tbk
Tabel 3.3
Sampel Perusahaan LQ45 2009-2013
No Kode Nama Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ASII Astra International Tbk
3 BBCA Bank Central Asia Tbk
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6 BDMN Bank Danamon Tbk
7 BMRI Bank Mandiri (Perseri) Tbk
8 INCO Vale Indonesia Tbk
9 INDF Indofoof Sukses Makmur Tbk
10 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
11 LPKR Lippo Karawaci Tbk
12 LSIP London Sumatera Plantation Tbk
13 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
14 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
15 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
16 UNTR United Tractors Tbk
3.2.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
(46)
langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).
3.2.5. Metode Analisis
3.2.5.1. Risiko Sistematik (Beta Saham)
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Beta saham. Variabel yang berkaitan dengan Beta saham adalah :
1. Return Individual Saham
Return individual saham dihitung dengan rumus (Hartono, 2010; 340) : ��= ��− ��−1
��−1 Keterangan :
Pt = Harga saham untuk waktu t
Pt-1 = Harga saham untuk waktu sebelum t
2. Market Return (Rm)
Market Return dihitung menggunakan rumus (Hartono, 2010; 340) : ����45 = ������45�−������45�−1
������45�−1
Keterangan :
IHSGt = Indeks harga saham gabungan LQ45 akhir Periode t IHSG t-1 = Indeks harga saham gabungan LQ45 periode sebelumnya
3. Beta (β)
Beta dihitung menggunakan rumus (Hartono, 2010):
�= ���������
(47)
Di mana :
���������= ∑ ��� − ��̇� ∑ [������ − �������]
� �=� �
�=�
�
�������������= ∑(������ − �������)�
� − � Keterangan :
Ri = Return individual saham
Rm = Market Return LQ45 atau return pasar LQ45
3.2.5.2. Statistik Deskriptif
Pada penelitian ini statistik deskriptif diperlukan untuk mengetahui gambaran dari data yang akan digunakan. Analisa statistik deskriptif yang digunakan terdiri atas:
1. Mean (nilai rata-rata) yakni nilai rata-rata dari data yang diamati. 2. Maximum (nilai tertinggi) yakni mengetahui nilai tertinggi dari data . 3. Minimum (nilai terendah) yakni mengetahui nilai terendah dari data. 4. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui variabilitas dari penyimpangan terhadap nilai rata – rata.
3.2.5.3. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan dengan
(48)
garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2009: 107). Uji normalitas dilakukan pada variabel dependen dan independen. Data akan sahih apabila bebas dari bias dan berdistribusi normal.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada variabel – variabel penelitian. Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat di antara data pertama dengan kedua dengan ketiga dan seterusnya. Jika ya, telah terjadi autokorelasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan menjadi menyesatkan (spurious atau nonsense regresion) (Husein 2011). Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu dan berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data urut waktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi pada observasi yang berbeda karena berasal dari individu atau kelompok berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
(49)
Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji ini hanya digunakan untuk korelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (Konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lain di antara variabel bebas. Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum diperlihatkan pada tabel 3.2 :
Tabel 3.4
Durbin-Watson (D-W)
Sumber : Jalan Pintas Menguasai SPSS 10.0, Wahid 2002
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen (Husein, 2011) Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Model regresi yang mengandung multikolinearitas berakibat pada kesalahan standar estimasi yang akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar.
Dw Kesimpulan
Kurang dari 1,602 (<dl) Ada autokorelasi 1,602 – 1,764 (dl – du) Tanpa kesimpulan 1,764 – 2.236 (du – 4-du) Tidak ada autokorelasi 2,236 – 2.398 (4-du – 4-dl) Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,398 (>4-dl) Ada autokorelasi
(50)
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dapat dideteksi dengan cara melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10 (Ghozali, 2009).
4) Uji Heterokesdatisitas
Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas (Husein, 2011).
Mendeteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SPRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
(51)
yang telah diprediksi (ZPRED)) dan sumbu Y adalah residual atau SRESID (Ў – Y) yang telah distudentized (Ghozali, 2009).
3.2.5.4. Uji Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik dapat diukur dengan metode berikut :
1) Koefisien Determinasi
Kd (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai Kd adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan Kd adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R2 pasti akan meningkat walaupun belum tentu variabel yang ditambahkan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2 karena nilai
adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
2) Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2009). Untuk mengetahui
(52)
nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan yaitu df = (n-k-1), dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel.
• Adapun hipotesisnya yaitu : H0 = b1, b2, b3, b4 = 0
Yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 = b1, b2, b3, b4≠ 0
Yang artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel dependen terhadap variabel independen.
• Kriteria uji :
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (Xi) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima.
Jika t hitung < t tabel (α, n - k), maka H0 diterima dan H1 ditolak maka dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (X) berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis ditolak.
Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau
significance. Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus : �ℎ����� = ����������������
(��)
(53)
Pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik sebagai berikut :
a). Jika signifikansi > 0,05 maka H
0 diterima. b). Jika signifikansi < 0,05 maka H
0 ditolak.
Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak), artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan (H1 ditolak dan H0 diterima), artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis ditolak.
3) Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model goodness of fit. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel.
(54)
Jika f hitung > f tabel maka H0 ditolak Jika f hitung < f tabel maka H0 diterima. • Adapun hipotesisnya adalah
H0 = b1, b2, b3, b4 = 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 = b1, b2, b3, b4 ≠ 0
Artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengambilan keputusan uji hipotesis secara simultan didasarkan pada nilai probabilitas hasil pengolahan data SPSS sebagai berikut:
a). Jika signifikansi > 0,05 maka H
0 diterima. b). Jika signifikansi < 0,05 maka H
0 ditolak.
Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak), artinya secara simultan variabel bebas (X1 s/d X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima.
Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan (H1 ditolak dan H0 diterima), artinya secara simultan variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis ditolak.
(55)
3.2.5.5. Persamaan Garis Regresi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara CR, leverage, ROE, PER. Seberapa besar variabel independen memengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut :
Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan : Y = risiko sistematik
a = konstanta
b = koefisien garis regresi X1 = CR
X2 = Leverage
X3 = ROE X4 = PER
(56)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan berupa data sekunder perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham LQ45 merupakan saham likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham – saham LQ45 merupakan saham yang aktif diperdagangkan di BEI. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang selalu menyediakan data laporan keuangan berupa CR,Leverage, ROE dan PER selama periode 2009-2013. Data yang terkait dengan penelitian ini diperoleh dari PIPM berupa harga saham bulanan, IHSG LQ45 dan rasio fundamental perusahaan. Berikut data perusahaan – perusahaan sampel disajikan dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1
Data Sampel Perusahaan 2009 - 2013
No Kode Nama Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ASII Astra International Tbk
3 BBCA Bank Central Asia Tbk
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6 BDMN Bank Danamon Tbk
7 BMRI Bank Mandiri (Perseri) Tbk
8 INCO Vale Indonesia Tbk
9 INDF Indofoof Sukses Makmur Tbk
10 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
11 LPKR Lippo Karawaci Tbk
12 LSIP London Sumatera Plantation Tbk
13 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
14 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
15 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
(57)
4.2.Analisis Data
4.2.1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran nilai variabel - variabel yang menjadi sampel.Adapun hasil perhitungan statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 80 .00 49.86 4.5534 9.33935
DER 80 .14 53.36 7.0006 12.16302
ROE 80 .03 30.76 2.2617 4.71759
PER 80 .00 45.56 2.5442 6.11015
BETA 80 .01 8.76 1.9584 1.74110
Valid N (listwise) 80
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel terlihat variabel CR yang menjadi sampel berkisar antara 0,0% sampai dengan 49,86% dengan rata-rata sebesar 4,5534%. VariabelLeverage berkisar antara 0,14% sampai dengan 53,36% dengan rata-rata sebesar 7,0006%. Variabel ROE berkisar antara 0,03% sampai dengan 30,76%, dengan rata-rata sebesar 2,2617%. Variabel PER yang menjadi sampel berkisar antara 0,00% sampai dengan 45,56% dengan rata-rata sebesar 2,5442%.Sedangkan variabel Beta (resiko sistematik) berkisar antara 0,01% sampai dengan 8,76% dengan rata-rata sebesar 1,9584%.
4.2.2. Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau
(58)
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal (Ghozali, 2009:107).
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Dalam grafik normalitas plot terlihat data mengumpul di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan variabel memiliki data yang terdistribusi normal. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini layak menggunakan parametrik, seperti : uji t dalam pembahasannya.
(59)
4.2.3. Pengujian Asumsi Klasik 4.2.3.1. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksinya adalah dengan cara melihat grafik plot antara nilai, prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu X adalah Ў (Y yang telah diprediksi)dan sumbu Y adalah residual (Ў – Y) yang telah distudentized.
Dasar analisis dari uji heteroskedastis melalui grafik plot adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009: 37):
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(60)
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Dalam gambar 4.2(scatter plot) terlihat tidak ada pola yang jelas, serta titik – titikmenyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas/independen (Ghozali, 2009). Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Regresi bebas dari gangguan multikolinieritas apabila nilai
(61)
VIF<10. Berdasarkan pengujian uji asumsi multikolinieritas dengan SPSS, didapatkan output sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.856 .259 7.176 .000
CR -.014 .021 -.079 -.696 .488 .904 1.106
DER -.007 .015 -.054 -.498 .620 .994 1.006
ROE -.033 .039 -.093 -.854 .396 .994 1.006
PER .093 .032 .336 2.942 .004 .902 1.109
a. Dependent Variable: BETA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil yang diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki angka VIF < 10, antara lain untuk VIF pada variabel CR(X1) sebesar 1,106; VIF variabel
Leverage(X2) sebesar 1.006; VIF untuk variabel ROE(X3) sebesar 1,006; dan VIF untuk variabel PER(X4) sebesar 1,109. Melihat hasil VIF pada semua variabel penelitian yaitu < 10, maka data-data penelitian digolongkan tidak terdapat gangguan multikolinearitas dalam model regresinya.
4.2.3.3. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada kolerasi antar kesalahan penggangu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Penyimpangan
(62)
autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test) (Santoso, 2002).
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .344a .118 .071 1.63842 2.045
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
Dari tabel hasil perhitungan di atas dapat dilihat nilai DW sebesar 2,045. Dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi karena nilai Durbin Watson berada antara 2,045< DW > 2.236. Dengan demikian asumsi nonautokorelasi terpenuhi.
4.2.4. Goodness of Fit
4.2.4.1. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika dalam proses mendapatkan nilai R2 yang tinggi adalah baik, tetapi jika nilai R2 rendah tidak berarti model regresi jelek (Ghozali, 2009).Nilai R2 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 :
(63)
Tabel 4.5
Output Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .344a .118 .071 1.63842 2.045
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,071. Hal ini berarti varians CR (X1), Leverage (X2), ROE (X3), PER (X4) dapat menjelaskan risiko sistematik (Y) sebesar -7,1%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 100% - 7,1% = 92,9% dijelaskan oleh faktor – faktorlain selain variabel yang diteliti di atas.
4.2.4.2. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Berikut hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS disajikan dalam tabel 4.6:
(64)
Tabel 4.6 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 27.060 4 6.765 2.520 .048a
Residual 201.331 75 2.684
Total 228.391 79
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel uji F dapat dilihat, nilai signifikansi sebesar 0,048dan nilai F hitung sebesar 0,118. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (0,048>0,05) menunjukkan tidak adanya pengaruh CR, Leverage, ROE dan PER terhadap risiko sistematik.Dasar pengambilan keputusan yang lain adalah nilai F hitung harus lebih besar dari F tabel untuk menentukan adanya pengaruh secara simultan. Dari perhitungan, dapat dilihat nilai F hitung (2,520) lebih besar dari nilaiF tabel(2,493). Maka dapat disimpulkan variabel CR, Leverage, ROE dan PER berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik
4.2.4.3. Uji t
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas : CR(X1), Leverage (X2), ROE (X3) dan PER (X4) terhadap risiko sistematik (Y). Berikut hasil uji t disajikan dalam tabel 4.7 :
(1)
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.856 .259 7.176 .000
CR -.014 .021 -.079 -.696 .488 .904 1.106
DER -.007 .015 -.054 -.498 .620 .994 1.006
ROE -.033 .039 -.093 -.854 .396 .994 1.006
PER .093 .032 .336 2.942 .004 .902 1.109
a. Dependent Variable: BETA
(2)
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .344a .118 .071 1.63842 2.045
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
Tabel 4.5
Output Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .344a .118 .071 1.63842 2.045
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
Sumber : Data sekunder yang diolah
Tabel 4.6 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 27.060 4 6.765 2.520 .048a
Residual 201.331 75 2.684
Total 228.391 79
a. Predictors: (Constant), PER, ROE, DER, CR b. Dependent Variable: BETA
(3)
Sumber : Data sekunder yang diolah Tabel 4.7 Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.856 .259 7.176 .000
CR -.014 .021 -.079 -.696 .488 .904 1.106
DER -.007 .015 -.054 -.498 .620 .994 1.006
ROE -.033 .039 -.093 -.854 .396 .994 1.006
PER .093 .032 .336 2.942 .004 .902 1.109
a. Dependent Variable: BETA
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.8 Persamaan Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.856 .259 7.176 .000
CR -.014 .021 -.079 -.696 .488 .904 1.106
DER -.007 .015 -.054 -.498 .620 .994 1.006
ROE -.033 .039 -.093 -.854 .396 .994 1.006
PER .093 .032 .336 2.942 .004 .902 1.109
a. Dependent Variable: BETA
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahim, Abdurahim, 2003, Pengaruh Current ratio, Asset size, dan Earnings Variability terhadap Beta pasar, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol 4 Nomor 2.
(5)
Ang, Robert. 1997. Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft Indonesia.
Darmawi, Herman, 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-lembaga Finansial. Jakarta : Sinar Grafika offset
Eduardus, Tandelilin 2001, “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” BPFE, Yogyakarta, Edisi ke 9.
Fahmi, Irham, 2013, “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan soal jawaban”, ALVABETA, cv, Bandung
Ghozali, Imam (2009). Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gumanti, Tatang Ary, 2011, “Manajemen investasi Konsep, teori dan aplikasi” Mitra Wacana Media, Jakarta.
Hadi, Nor, SE., M.Si, Akt, 2013, “Pasar Modal”, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Safri, 2011, “Analisis Kritis Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi 11.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nur , Indriantoro dan Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 2, Yogyakarta : BPFE.
Pasaribu, Amudi, 1975, “Pengantar Statistika”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Santoso, Singgih , 2002. SPSS versi 10.0 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Syamsuddin, Lukman 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Sari, Novita. Juli 2013. Analisis Pengaruh Faktor Fundamentar terhadap Return Pasar.
Anastasia, Njo. Maret 2013. Analisis Faktor Fundamental dan risiko sistematis terhadap
Harga saham Properti di
BEJ
Novitasari, Ryan. 2013. Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Saham
(6)
Oskar. Agustus 2012. Analisis Faktor Fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2007-2010.
Pasaribu, Agusni. Mei 2010. Pengaruh Faktor fundamental danrisiko Sistematis Harga Saham pada Perusahaan Menufaktur yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia.
Pasaribu, Rowland. Oktober 2013. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Resiko Sistematis Saham.
Dela, Nicky. Agustus 2012. The Company Factor and Sistematic Risk in Increasing Stock
Price.