Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi. Wong T.Y, Mitchell
P, 2004 Kanski JJ, 2007 Khurana AK, 2007.
2.3.2. Epidemiologi
Sejak tahun 1990, sebanyak tujuh penelitian epidemiologis telah dilakukan ke atas sekelompok populasi penduduk yang menunjukkan
gejala retinopati hipertensi dan didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi
bervariasi antara 2 - 5. Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study yang
mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1. Ini mungkin disebabkan oleh sensitivitas alat yang sensivitas alat yang semakin baik
apabila dibandingkan dengan pemeriksaan oftalmoskopi di klinik-klinik NEJM, 2004. Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang
berkulit hitam berbanding orang kulit putih berdasarkan insiden kejadian hipertensi yang lebih banyak ditemukan pada orang berkulit hitam. Akan
tetapi, tidak ada predileksi rasial yang pernah dilaporkan berkaitan kelainan ini hanya saja pernah dilaporkan bahwa hipertensi lebih banyak
ditemukan pada orang Caucasian berbanding orang Amerika Utara.Wong TY, Mitchell P, 2004 Hughes BM, 2007 Lang GK, 2000
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Patofisiologi
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap
peningkatan tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut sementara pada
tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Wong TY, 2004 Hughes BM,
2007 Vaughan, 2000 Jackson TL, 2008 Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami
vasokonstriksi secara generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arterioles dari mekanisme autoregulasi yang seharusnya berperan
sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina secara generalisata.Wong TY, 2004
Hughes BM, 2007 Lang GK, 2000, dkk Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan
terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hyaline. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan
arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri vena yang dikenal sebagai arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada
refleks cahaya arteriolar terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal sebagai copper wiring. .Wong TY, 2004
Hughes BM, 2007 Lang GK, 2000, dkk Setelah itu akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan
menimbulkan kerusakan pada sawar darah retina, nekrosis otot polos dan
Universitas Sumatera Utara
sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan- perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai gambaran
mikroaneurisma, hemoragik, hard exudates dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. edema diskus optikus dapat
terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat. .Wong TY, 2004 Hughes
BM, 2007 Lang GK, 2000, dkk Akan tetapi perubahan-perubahan ini tidak bersifat spesifik
terhadap hipertensi saja, karena ia juga dapat terlihat pada penyakit kelainan pembuluh darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga
tidak selalu berurutan atau berangkai. Contohnya perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat langsung menimbulkan hard exudat
tanpa perlu mengalami perubahan-perubahan lain terlebih dulu. .Wong TY, 2004 Hughes BM, 2007 Lang GK, 2000, dkk
2.3.4. Klasifikasi