commit to user 13
dari cahaya langsung mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna dan dikocok kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5
hari. Setelah waktu tersebut, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk dalam cairan telah
tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak yang
diperoleh Voight, 1995. Etanol 70 adalah campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan kadar etanol 70 vv. Etanol tidak
menyebabkan pembengkakan pada membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang
mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Etanol 70 sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal
Voight, 1995.
2. Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen merupakan derivat dari para amino fenol
. Penggunaan para
setamol adalah sebagai analgesik dan antipiretik.
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Di dalam plasma sekitar 25 parasetamol terikat oleh protein plasma. Obat ini mengalami metabolisme oleh enzim
mikrosom hepar. Sebagian besar parasetamol yakni 80 dikonjugasi oleh asam glukoronat dan asam sulfat Bagian Farmakologi FKUI, 1995.
Sisanya
commit to user 14
dioksidasi oleh sistem sitokrom P450 MFO hepar menjadi metabolit reaktif N-asetil-p-benzoquinoneimine NAPQI Gibson and skett, 1991;
Dollery, 1991; Vandenberghe, 1996.
Para
setamol tersedia dalam sediaan tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg5 ml. Dosis parasetamol untuk
dewasa 300 mg-1 gram per kali, dengan maksimum 4 gram per hari.
Akibat do
sis toksik yang paling serius dari parasetamol adalah nekrosis hepar yang terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram 200-250
mgKg berat badan parasetamol. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrolobularis. Keracunan akut ini dapat diobati dengan pemberian
senyawa sulfhidril yang meningkatkan pengisian glutation hepar Bagian Farmakologi FKUI, 1995.
3. Hepar
a. Anatomi, fisiologi dan histologi hepar
Organ tubuh terbesar adalah hepar, beratnya sekitar 1500 gram pada orang dewasa dan menempati hampir seluruh bagian kanan atas
rongga abdomen, mulai dari sela interkostal kelima sampai pada tulang iga Underwood, 2004. Hepar merupakan organ plastis lunak yang
tercetak oleh struktur sekitarnya. Hepar memiliki dua lobus utama; kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior
sementara lobus kiri dibagi menjadi segmen media dan lateral. Hepar memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui
commit to user 15
vena porta
dan dari aorta melalui
arteri hepatica
Price and Wilson, 1994.
Hepar memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah: 1
Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak 2
Memproduksi protein plasma, yaitu albumin dan globulin, dan empedu.
3 Fungsi pembekuan darah yaitu dengan memproduksi protrombin dan
fibrinogen; dan mengabsorbsi vitamin K dengan garam empedu. 4
Proses eritropoeiesis. 5
Detoksifikasi kuman, mineral dan hormon Husada, 1996. Hepar menerima semua bahan yang diserap dari usus kecuali
lemak. Selain bahan yang dicerna, darah portal juga membawa berbagai bahan toksik ke dalam hepar yang kemudian didetoksikasi atau
diekskresikan oleh hepar. Hepar diselubungi oleh simpai jaringan ikat fibrosa yang membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam
hepar di daerah porta hepatik dan membagi-bagi hepar ke dalam lobus dan lobulus Juncqueira and Carneiro, 1995.
Struktur histologi hepar meliputi parenkim hepar, lobulus hepar dan sinosoid hepar. Parenkim hepar tersusun dalam rangkaian lempeng-
lempeng bercabang dan beranastomosis membentuk labirin dan di antaranya terdapat sinusoid. Lempeng ini bermula secara radial dari tepi
lobulus ke vena sentralis sebagai pusat. Sel hepar berbentuk poligonal, berukuran sekitar 20-35 µm. Inti sel berbentuk bulat atau lonjong dengan
commit to user 16
permukaan teratur dengan satu atau lebih anak inti dan granula kromatin tersebar tampak jelas Leeson
et al., 1998.
Lobulus hepar berbentuk prisma poligonal berdiameter 1-2 mm. Pada penampang melintang
tampak sebagai heksagonal dengan pusatnya vena sentralis dan sudut- sudut luar lobuli terdapat kanalis porta. Berdasarkan histologi kedekatan
sel-sel parenkim dengan pembuluh darah vena distribusi maka lobulus hepar dibagi menjadi tiga zona yaitu:
1 Zona 1
Sel-sel pada zona 1 menempati daerah yang paling dekat dengan pembuluh darah sehingga sel-sel ini yang pertama dipengaruhi oleh
perubahan darah yang masuk. 2
Zona 2 Sel-sel pada zona 2 memberikan respons kedua terhadap darah yang
masuk setelah sel-sel pada zona 1. 3
Zona 3 Sel-sel pada zona 3 atau yang disebut juga zona pasif memberikan
respons terakhir terhadap perubahan darah yang masuk Juncqueira and Carneiro, 1995.
commit to user 17
Gambar 2. Lobulus Hepar Suselo, 2009
Gambar 3. Struktur Hepar Suselo, 2009
Sinusoid hepar merupakan pembuluh yang melebar secara tidak teratur, dibentuk oleh sel-sel endotel bertingkap yang membentuk lapisan tidak
utuh. Sel hepar hepatosit dan sel endotel di atasnya dipisahkan oleh celah subendotel yakni celah disse yang mengandung mikrovilli dari
commit to user 18
hepatosit. Selain sel endotel juga terdapat sel kupffer yang merupakan sel fagositik Juncqueira and Carneiro, 1995.
b. Kerusakan hepar
Hepar merupakan organ tubuh yang paling sering mengalami kerusakan, tetapi diimbangi dengan kenyataan bahwa organ ini memiliki
cadangan fungsional yang
sangat besar
. Pada binatang percobaan telah dibuktikan bahwa 10 parenkim hepar saja sudah cukup untuk
mempertahankan fungsi hepar normal. Hal ini menyebabkan kerusakan hati haruslah luas sekali untuk menimbulkan gejala klinik insufisiensi
hepatik. Kelainan fokal seperti metastasis, nekrosis fokal atau abses kecil mungkin tidak menimbulkan gejala klinik, sedangkan kelainan luas
seperti intoksikasi dengan fosfor atau parasetamol, infeksi virus atau penyakit gizi kadang-kadang menyebabkan gangguan fungsi hepar yang
memburuk Underwood, 2004. Kelainan patologik pada sel hepar yang paling sering ditemukan
antara lain: 1
Degenerasi Degenerasi adalah perubahan morfologik akibat jejas yang non fatal
dan perubahan tersebut masih dapat pulih reversibel, tetapi apabila berlangsung
lama dan
derajatnya berlebih
akhirnya dapat
menyebabkan kematian sel nekrosis. Degenerasi terjadi akibat jejas sel dan kemudian baru timbul perubahan metabolisme. Pada
pemeriksaan, luas degenerasi lebih penting daripada jenis degenerasi.
commit to user 19
Jenis degenerasi antara lain: degenerasi lemak, degenerasi hidrofilik, degenerasi “feathery”, degenerasi hialin dan penimbunan glikogen
Zimmerman, 1978. 2
Nekrosis Nekrosis adalah kematian sel hepar. Nekrosis dapat bersifat fokal
sentral, pertengahan, perifer atau masif. Biasanya nekrosis bersifat akut Lu, 1995. Ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen atau sel
hepar nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak tampaknya sel disertai reaksi radang. Kolaps atau bendungan rangka hepar dengan eritrosit
adalah tingkat lanjut dari degenerasi dan sifatnya tidak reversibel. Tampak atau tidaknya sisa sel hepar tergantung pada lama dan jenis
nekrosis Hodgson and Levi, 2000. Ada beberapa enzim serum yang digunakan sebagai indikator
pada kerusakan sel hepar. Enzim transaminase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino
antara suatu asam alpha amino dengan asam alpha keto. Serum transaminase merupakan indikator yang peka terhadap kerusakan sel
hepar. Dua transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit hepar adalah Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase SGOT dan
Serum Glutamat Piruvat Transaminase SGPT. Peningkatan aktivitas transaminase dalam serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya akan
transaminase mengalami nekrosis atau hancur. Kenaikan enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin yang
commit to user 20
menyebabkan hepatitis dan penyakit hepar yang disebabkan oleh alkohol Husada, 1996. Di antara kedua enzim tersebut, pemeriksaan SGPT
merupakan indikator yang spesifik terhadap tes fungsi hepar sebab enzim SGPT sumber utamanya di hepar sedangkan enzim SGOT juga banyak
terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak Price and Wilson, 1994. Selain itu pemeriksaan SGPT merupakan tes
fungsi hepar yang lebih sensitif untuk hepatitis yang disebabkan oleh senyawa toksin Widmann, 1995.
c. Kerusakan hepar karena parasetamol
Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol merupakan derivat para- amino fenol yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik. Di dalam
hepar, sebagian besar parasetamol yaitu 80 terkonjugasi dengan asam glukoronat dan asam sulfat dan sebagian kecil dioksidasi oleh sistem
sitokrom P450 MFO hepar menjadi metabolit reaktif N-asetil-p- benzoquinoneimine NAPQI Gibson and skett, 1991; Dollery, 1991;
Vandenberghe, 1996. Pada pemberian parasetamol dosis toksik, NAPQI dipercaya
sebagai senyawa yang menimbulkan kerusakan pada hepar dimana mekanisme toksisitasnya melalui interaksi kovalen. Dalam keadaan
normal NAPQI akan didetoksikasi secara cepat oleh enzim glutation hepar. Glutation
mengandung gugus sulfhidril yang akan mengikat secara kovalen radikal bebas NAPQI menghasilkan konjugat sistein yang
kemudian dapat diekskresikan melalui urine. Pada pemberian
commit to user 21
parasetamol dosis toksik, jumlah dan kecepatan pembentukan NAPQI melebihi kapasitas glutation hepar sehingga NAPQI akan berikatan
dengan makromolekul protein sel hepar yang akhirnya menyebabkan kematian sel hepar Gillete, 1981; Tirmenstein and Nelson, 1990.
Oksidasi parasetamol oleh sitokrom P450 di hepar juga melibatkan pembentukan senyawa oksigen reaktif. Teraktivasinya
oksigen dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas oksigen, yang disebut anion superoksida O
2 -
. Secara in vitro senyawa radikal ini akan membentuk kompleks dengan senyawa organik. Anion superoksida di
dalam tubuh melalui reaksi Fenton dan Haber Weiss akan menghasilkan ion hidroksil OH
-
yang sangat reaktif. Ion hidroksil ini kemudian akan mengadakan reaksi dengan peroksida lipid yang banyak terdapat pada
dinding sel sehingga terjadi kerusakan pada dinding sel dan berujung pada nekrosis sel. Berkaitan dengan hepar, ion hidroksil ini juga dapat
berikatan dengan gugus SH sistein hepar yang menyebabkan fungsi protein terganggu. Banyak faktor yang menyebabkan senyawa tersebut
membentuk kompleks, antara lain adanya sifat permukaan membran, muatan listrik, sifat pengikatan makromolekul, dan bagian enzim,
substrat, maupun katalisator. Senyawa kompleks ini dapat terjadi pada berbagai sel yang kemudian akan menyebabkan gangguan fungsi pada sel
tersebut Belleville-Nabet, 1996.
4. Mekanisme Hepatoprotektor Akar Pasak Bumi terhadap Kerusakan