1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang
tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis –jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah. Pesatnya perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia saat ini,
terutama di lembaga keuangan, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI
dan Pemerintahan Indonesia. Bank Muamalat merupakan bank yang pertama kali menerapkan sistem syariah yaitu dengan menggunakan sistem bagi hasil,
jual beli dan sewa. Bank syariah juga dikenal lebih tahan dalam menghadapi krisis finansial terbukti pada masa krisis 1997-1998. Hal ini merupakan bukti
“sehatnya” sistem yang dikembangkan ekonomi islam serta dapat membantu ketahanan nasional.
2
Dikeluarkannya fatwa bunga bank haram dari MUI pada Tahun 2003 mengakibatkan banyak bank menjalankan prisip syariah. Pesatnya perbankan
syariah dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan pada sisi pembiayaan, pendanaan maupun jumlah kantor yang ada di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sehingga ini merupakan peluang yang cukup besar. Berikut merupakan jumlah Bank
Umum Syariah BUS, Unit Usaha Syariah UUS dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS dari tahun ke tahun:
Tabel 1.1 Jumlah BUS, UUS dan BPRS dari Tahun 2008-2014
Indikator 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
BUS 5
6 11
11 11
11 12
UUS 27
25 23
24 24
23 22
BPRS 131
138 150
155 158
163 163
Jumlah 163
169 184
190 193
197 197
Sumber :
statistik perbankan syariah 2014
Tabel diatas menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan BI tahun 2014 Desember 2014. Secara kuantitas, perbankan syariah
terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 2008 terdapat 163 bank yang terdiri dari lima Bank Umum Syariah, 27 unit usaha
syariah dan 131 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2014 berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia jumlah bank syariah telah mencapai 34 unit yang terdiri atas 12 Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank
3
Perkreditan Rakyat Syariah BPRS telah mencapai 163 unit jumlah keseluruhan menjadi 197 bank pada periode yang sama.
Menurut agusriantianto 2002 Adapun alasan-alasan mengapa bank konvensional membuka cabang syariah dan atau konversi total ke sistem
syari ah adalah: “Pertama, Sistem bagi hasil terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi goncangan krisis moneter; Kedua, Secara sosiologis mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim; Ketiga, Secara teologis, implementasi
sistem syari’ah merupakan realisasi komitmen seorang mukmin kepada ajaran Islam; Keempat, Secara bisnis pragmatis lebih menguntungkan, karena
penduduk Indonesia mayoritas muslim. Tujuan dari perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, seperti melakukan fungsi untuk mendukung sektor riil melalui pembiayaan sesuai prinsip syariah dan transaksi riil fungsi
intermediasi, dalam rangka pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakkan sektor riil mendapat
perhatian tinggi dari perbankan syariah. Sejalan dengan kinerja perekonomian Indonesia yang kian membaik,
perbankan syariah mampu mempertahankan kinerja yang positif disertai dengan terus meningkatnya fungsi intermediasi. Yaitu mengerahkan dana
yang berasal dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah
satu kegiatan yang menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah.
4
Adapun bentuk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan dari prinsip- prinsip syariah yaitu: berdasarkan prinsip jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati murabahah, pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayarannya
dilakukan di muka salam, pembelian barang yang dilakukan dengan kontrak penjualan yang disepakati
istishna’, pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan ijarah, kerjasama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal 100 sedangkan pihak lain menjadi pengelola mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal musharakah, jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua kafalah, pengalihan
hutang hawalah, dan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih dan diminta kembali qardh Antonio: 1999.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, perbankan syariah juga mengalami peningkatan yang tajam dalam hal pembiayaan dari tahun ke
tahun. Kualitas pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja yang membaik ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan. Perbankan syariah
menawarkan berbagai produk pembiayaan yang sangat menarik. Ada 8 macam pembiayaan pada perbankan syariah, yaitu akad wadiah, akad mudharabah,
akad musyarakah, akad murabahah, akad salam, akad istishna, akad ijarah, dan akad qardh. Berikut merupakan komposisi dana pembiayaan syariah yang
dikeluarkan oleh BI:
5
Tabel 1.2 Komposisi Pembiayaan Yang Diberi Kepada BUS dan UUS 2008-2013 Dalam Miliar Rupiah
Akad 2008
2009 2010
2011 2012
2013 Akad Mudharabah
6.206 6.597
8.631 10.229
12.023 13.625
Akad Musyarakah 7.411
10.412 14.624
18.960 27.667
39.874 Akad Murabahah
22.486 26.321
37.508 56.365
88.004 110.565
Akad Salam Akad Istishna
369 423
347 326
376 582
Akad Ijarah 765
1.305 2.341
3.839 7.345
10.481 Akad Qardh
959 1.829
4.731 12.937
12.090 8.995
Lainnya Sumber : statistik perbankan syariah 2014
Dari tabel diatas akad murabahah memegang peranan penting dengan mendapatkan porsi pembiayaan yang paling banyak dari pada akad yang lain.
Menandakan bahwasannya akad murabahah paling banyak diminati dalam bank umum syariah BUS maupun unit usaha syariah UUS, Dibuktikan
dengan nilai pembiayaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini juga disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah karena pembiayaan
murabahah merupakan investasi berjangka pendek, pembiayaan murabahah juga menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari berbagai bisnis
yang dijalankan dengan sistem Profit and Lost Sharing PLS dan yang terakhir pembiayaan murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah
untuk mencampuri manajemen bisnis. Menurut Choudury dalam Asmi Nur Siwi 2007:28 dominannya
pembiayaan murabahah terjadi karena pembiayaan ini cenderung memiliki resiko yang lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder pemegang
6
saham. Dengan kata lain murabahah dipandang lebih mudah karena jelas pembagian besar pengembalian pembiayaannya selain itu murabahah dinilai
tidak memerlukan analisa yang rumit dan lebih menguntungkan. Murabahah merupakan suatu pembiayaan yang menempatkan nasabah
sebagai pembeli pihak yang membutuhkan atau mempunyai kepentingan dan bank sebagai penjual penyedia atau pengadaan barang dimana bank
menambahkan keuntungan diatas harga asli barang sesuai dengan kesepakatan bersama. dalam operasional akad murabahah ini murni menggunakan rukun
dan syarat jual beli, seperti harus ada penjual, pembeli, objek barang yang diperjual belikan, ijab qabul serta ada akad yang menyertai perjanjian dalam
jual beli ini. Fungsi pokok perbankan sebagai lembaga yang mempunyai fungsi
intermediasi keuangandana, dan manfaat yang besar bagi masyarakat. Indikator utama untuk mengukur perkembanganpertumbuhan pangsa pasar
perbankan syariah adalah pembiayaan, sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan ke
masyarkat oleh sebuah lembaga keuangan perbankan syariah.
Menurut Rose dan Kolari 1995 dalam Prastanto 2013:7 ada dua faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan lembaga keuangan yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal yaitu perubahan teknologi pengiriman jasa, kompetisi dari lembaga keuangan lainnya, hukum dan peraturan mengenai
lembaga keuangan, dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi system ekonomi dan keuangan. Sedangkan faktor internal antara lain efisiensi
7
penggunaan sumber daya, pengendalian biaya, kebijakan manajemen perpajakan, posisi likuiditas, dan posisi risiko.
Dalam sistem keuangan Islam, hasil dari investasi dan pembiayaan yang disalurkan ke sektor rill yang menentukan besar kecilnya pembagian keuntungan
di sektor moneter. Jika investasi dan produksi di sektor rill berjalan lancar maka return di sektor moneter akan meningkat. Dengan kata lain kondisi sektor
moneter merupakan cerminan dari kondisi pada sektor rill.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah menurut Prastanto 2013, pada penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi
pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di indonesia ada beberapa faktor internal bank seperti Financing to Deposit Ratio FDR, Non
Performing Loan NPF, Debt to Equity Ratio DER, Quick Ratio QR dan Return on Equity ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara parsial
FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah, sedangkan NPF dan DER berpengaruh negatif terhadap pembiayaan
murabahah. Maula 2009 dalam penelitiannya menemukan bahwa NPF berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Pratin dan Akhyar 2005 dalam penelitian mereka menemukan bahwa variabel NPL
mempunyai hubungan positif tidak signifikan. terhadap pembiayaan syariah. Lifstin dan Rohmawati 2014 dalam penelitiannya CAR berpengaruh positif
terhadap pembiayaan murabahah. Endang 2011 dalam penelitiannya Inflasi berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.
8
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait masalah tersebut. Oleh sebab itu, peneliti memilih judul
“ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING NPF, FINANCING TO DEPOSIT RATIO FDR, INFLASI, CAPITAL
ADEQUACY RATIO CAR TERHADAP TERHADAP PROPORSI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE 2012-2014 ”
B. Perumusan Masalah