Diagnosa Keperawatan METODE PENELITIAN

6 gangguan pendengaran, warna telinga sawo matang, tidak ada lesi tidak terjadi nyeri tekan. Pemeriksaan Leher : Simetris bentuk leher, warna leher sawo matang, dan warna merata, tidak ada peradangan di vena jugularis, tidak terdapat jaringan parut, tidak terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan Kulit : Warna kulit sawo matang, warna kulit sawo matang, kulit teraa hangat, tidak terdapat jaringan parut, turgor kulit baik. Pemeriksaan Dada dan Paru Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, warna kulit merata. Palpasi : Ekpansi paru sama traktil femitus sama, tidak ada nyeri tekan. Perkusi : Resonan di semua lapang paru. Auskultasi : Vesikuler. Pemeriksaan Abdomen inspeksi : Bentuk abdomen simetris, warna kulit merata. Auskultasi terdengar bunyi peristaltik usus 10 xmenit. Perkusi : Tympani. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan Genital : Terpasang selang genital, bersih. Pemeriksaan Ektermitas : Kaki kanan tidak dapat digerakan terdapat balutan dipaha 25 cm dari pangkal paha sampai atas lutut, terdapat pembengkakan di pergelangan kaki dan untuk kaki kanan kekuatan otot level 3, mampu mengangkat ditekan lemah tidak jatuh, tidak terdapat pembengkakan.

1.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis yang digunakan oleh perawat professional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respons klien terhadap penyakit atau kondisi klien aktual atau potensial sebagai akibat dari penyakit yang diderita Debora, 2011. Setelah ditegakkan diagnosa keperawatan maka disusun suatu perencanaan tindakan keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan adalah tulisan yang dibuat dan digunakan sebagai panduan saat melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul Debora, 2011. Data Objektif : Nyeri di paha kanan, terdapat peradangan dipergelangan kaki yang sakit, pasien terlihat gelisah. Pasienselalumeminta dimandikan keluarga, jika tidak ada keluarga tidak mau mandi. Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada paha sebelah kanan. Provoking P : Luka Post Operasi Fraktur Femur, Quality Q : Seperti ditarik, Regional R : Nyeri pada paha sebelah kanan, Time T : Nyeri hilang timbul, klien mengatakan jari kaki sebelah kanan jika digerakan terasa sakit. Keadaan Umum : Pasien tampak baju kusut kotor, pasien tidak mau mandi, tidak mau beraktifitas, mengganti pakaian harus menunggu keluarga. Jika tidak dibantu keluarga atau perawat, pasien tidak mau melakukan kegiatan. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dapat ditegakkan diagnosa keperawatan defisite perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik, kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler pembatasan gerak, resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh Nanda, 2015. Diagnosa prioritas adalah defisit perawatan diri dengan masalah keperawatan perawatan diri tidak terpenuhi, pasien tidak mau mandi, tidak mau beraktifitas, tidak mau mengganti pakaian jika bukan keluarganya yang menggantikan pakaian pasien tidak ganti pakaian, harus menunggu keluarga. Pasien tidak mau melakukan kegiatan apapun, dari ketergantungan tersebut maka menegakkan dignosa yang difokuskan dalam pembahasannya tentang meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri. Penulis menegakan diagnosa ini menjadi diagnosa prioritas keperawatan dibanding diagnosa yang lain, karena masalah keperawatan utama dikeluhkan keluarga dalam ketergantungan pasien dan kebersihan pasien. Nyeri dirasakan pasien tidak terlalu sering dan rasa nyeri tidak terlalu berat dengan skala 5, pada 7 saat dikaji sudah melewati tindakan pembedahan dan sudah melewati dua hari fase penyembuhan, pasien. dengan intensitas nyeri pasien dapat terkontrol. Diagnosa kedua adalah Nyeri berhubungan dengan cidera fisik. Adapaun tujuan dari diagnosa tersebut menurut wilkinson 2015. adalah nyeri berkuranng dengan kriteria hasil secara verbal, klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri menurun, klien tenang, ekpresi wajah rileks. Diagnosa yng ketiga adalah Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, pembatasan gerak. Adapun tujuan dari diagnosa tersebut menurut Wilkinson 2004. Klien mampu melakukan mobilitas fisik seoptimal mungkin, dengan kriteria hasil : Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, kekuatan otot meningkat. Diagnosa yang ke empat adalah Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh. Adapun tujuan dari diagnosa tersebut menurut Wilkinson, 2004. Infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda peradangan tumor, dolor, kalor, rubor dan fungsiolesa. Tanda – Tanda Vital dalam batas normal, dengan acuan sebagai berikut : Tekanan Darah : 110 - 12070 - 80mmHg, Nadi : 60 - 100xmenit, RespiratoryRate : 16 - 22xmenit dan S : 36 - 37,5ºC.

1.3. Intervensi Keperawatan