Dalam uji keberartian regresi, langkah-langkah yang dibutuhkan untuk pengujian hipotesis ini antara lain :
1 :
= = . . . =
= 0 Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel tak bebas. : Minimal satu parameter koefisien regresi
yang ≠ 0 Terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel tak bebas 2
Pilih taraf α yang diinginkan 3
Hitung statistik dengan menggunakan persamaan
4 Nilai
menggunakan daftar tabel F dengan taraf signifikansi α yaitu
= 5
Kriteria pengujian : jika ≥
, maka ditolak dan
diterima. Sebaliknya Jika , maka
diterima dan ditolak.
2.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang disimbolkan dengan bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai
dikatakan baik jika berada di atas 0,5 karena nilai berkisar antara 0
dan 1. Pada umumnya model regresi linier berganda dapat dikatakan layak dipakai untuk penelitian, karena sebagian besar variabel dependen dijelaskan oleh variabel
independen yang digunakan dalam model.
Koefisien determinasi dapat dihitung dari :
=
2 2
2 1
1
. ...
i i
i ki
k i
i i
i
Y Y
y x
b y
x b
y x
b
...2.11
Sehingga rumus umum koefisien determinasi yaitu :
= …2.12
Harga diperoleh sesuai dengan variansi yang dijelaskan oleh masing-masing
variabel yang tinggal dalam regresi. Hal ini mengakibatkan variabel yang dijelaskan penduga hanya disebabkan oleh variabel yang berpengaruh saja.
2.6 Uji Korelasi
Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional, keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
bentuk koefisien korelasi.
2.6.1 Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur keeratan suatu hubungan antarvariabel, koefisien korelasi biasanya disimbolkan
dengan r.
Koefisien korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
r
=
√
…2.13
Untuk menghitung koefisien korelasi antara variabel tak bebas Y dengan tiga variabel bebas
, ,
yaitu :
1. Koefisien korelasi antara Y dengan
=
√
…2.14 2.
Koefisien korelasi antara Y dengan
=
√
...2.15 3.
Koefisien korelasi antara Y dengan
=
√
…2.16
Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada suatu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama maupun
dengan arah yang berlawanan. Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis hubungan sebagai berikut:
1. Korelasi Positif
Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama
atau berbanding lurus. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel yang lain.
2. Korelasi Negatif
Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang
berlawanan atau berbanding terbalik. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan pada variabel
yang lain dan sebaliknya. 3.
Korelasi Nihil Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti
pada perubahan variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur acak.
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Keeratan Korelasi -
1 ≤ r ≤+1 Tingkat Keeratan
0,80 – 1,00
Korelasi sangat kuat atau sempurna 0,60
– 0,79 Korelasi kuat
0,40 – 0,59
Korelasi sedang 0,20
– 0,39 Korelasi rendah
0,00 – 0,19
Tidak ada korelasi atau korelasi lemah
Sumber : Sugiono 2001
2.7 Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui bagaimana keberartian setiap variabel bebas dalam regresi, perlu diadakan pengujian tersendiri mengenai koefisien-koefisien regresi.
Misalkan populasi memiliki model regresi linier berganda : =
+ +
+ . . . + yang berdasarkan sebuah sampel acak berukuran n ditaksir oleh regresi berbentuk
:
Y
= +
+ + . . . +
Akan dilakukan pengujian hipotesis dalam bentuk : :
= 0, i = 1, 2, . . ., k :
≠ 0, i = 1, 2, . . ., k
Untuk menguji hipotesis ini digunakan kekeliruan baku taksiran ,
jumlah kuadrat-kuadrat dengan
= ̅
dan koefisien korelasi ganda antara masing-masing variabel bebas X dengan variabel tak bebas Y dalam regresi
yaitu .
Dengan besaran-besaran ini dibentuk kekeliruan baku koefisien yakni :
s
i
b
=
1 x
2 2
ij 2
... 12
.
i k
y
R s
…2.17
dengan : =
…2.18 = ∑
̅ …2.19
= …2.20
Selanjutnya hitung statistik :
=
…2.21 Dengan kriteria pengujian : jika
, maka tolak dan jika
, maka terima
yang akan berdistribusi t dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dan
=
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut. Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil
inisiatif pembangunan daerah. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen
pembangunan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat
pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan lokasi lingkungan.
Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan vicious circle of poverty, yang dimaksud lingkaran kemiskinan adalah satu rangkaian
kekuatan yang saling mempengaruhi suatu keadaan di mana suatu negara akan
tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, ketertinggalan SDM
yang tercermin oleh rendahnya IPM, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya
produktifitas. Rendahnya
produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima yang tercermin oleh
rendahnya PDRB per kapita. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya
akumulasi modal sehingga proses penciptaan lapangan kerja rendah tercermin oleh tingginya jumlah pengangguran. Rendahnya akumulasi modal disebabkan
oleh keterbelakangan dan seterusnya Mudrajad, 1997. Sadono 1997 mengemukakan bahwa perkembangan jumlah penduduk
bisa menjadi faktor penghambat pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan banyak terdapat pengangguran. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu
dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai
masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa Suryawati, 2005.
PDRB merupakan salah satu indikator indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode Sasana, 2006. Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula
potensi sumber penerimaan daerah tersebut.
Kota Tanjung Balai merupakan salah satu kota di Sumatera Utara yang masih banyak terdapat penduduk miskin dan pada bidang ketenagakerjaan masih
tingginya angka pengangguran yang disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja,
serta rendahnya kompetensi tenaga kerja. Akibatnya, angkatan kerja yang begitu besar di Kota Tanjung Balai belum terserap secara optimal oleh sektor-sektor
formal. Perkembangan ekonomi Kota Tanjung Balai sebagai salah satu daerah
tingkat II tidak dapat dilepaskan dari kondisi ekonomi yang dialami oleh Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengambil judul tugas akhir yaitu
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Tanjung Balai.
1.2. Rumusan Masalah