Padanan frase nomina bahasa arab dalam bahasa indonesia

(1)

KАТА PENGANTAR

Hanya kepada-Mu Ya Allah kami bersyukur dan bersujud di hadapan zat-Mu Maha Agung, pencipta alam raya dengan segala isinya. Skripsi yang sangat sederhana ini pun tersusun berkat kebesaran dan kasih sayang-Mu. maka dengan demikian agar ringanlah beban yang selama ini kami rasa untuk menyongsong masa depan yang engkau janjikan.

Skripsi yang berjudul "Padanan Frase Nomina Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an ini penulis ajukan untuk melengkapi persyaratan gelar sarjana Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibimbing oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini ingin disampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Badri Yatim, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Fathurrahman Rauf, selaku Dosen Pembimbing 1 3. Bapak Oman Fathurrahman, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing 1Г

4. Bapak Drs. Abdullah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan Terjemah.

5. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, selaku Sekretaris Jurusan Terjemah.

6. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama', Perpustakaan Sastra UI, Perpustakaan Gandaria, Perpustakaan Soemantri


(2)

  ii

Brojonegoro, dan Perpustakaan UHAMKA selaku lembaga yang telah menyediakan berbagai referensi yang penulis butuhkan untuk penyusunan skripsi ini.

7. Hasan Supriyadi, Imas Rodiah, dan Hj. Khomsah, selaku orang tua yang penulis hormati dan cintai yang senantiasa mendo'akan serta memberikan dukungan baik moril maupun materil.

8. Endang Zulkarnain dan Teti Sona Nurhayati, selaku saudara yang selalu mendo'akan dan memotivasi penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis di Jurusan Terjemah, terutama Sumi, Amah, terimakasih atas bantuan dan semangatnya memberikan pemikiran dan ide terbaik untuk penulis.

10.Sahabat-sahabat penulis di tempat bekerja terutama Henri (teman dekat), kakak, Bambang, Eny Budiono, Adlin dan Emy terimakasih atas motivasinya. Penulis menyadari telah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan skripsi ini, mungkin disana-sini massih terdapat kekurangan kendati demikian penulis berharap tetap memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi adik-adik jurusan terjemah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Januari 2003


(3)

PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB

DALAM BAHASA INDONESIA

Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an

Oleh:

ECIN KURAESIN NIM. 1972413506

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1423 H / 2003 M


(4)

PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB

DALAM BAHASA INDONESIA

Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

ECIN KURAESIN NIM. 1972413506

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1423 H / 2003 M


(5)

PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB

DALAM BAHASA INDONESIA

Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

ECIN KURAESIN NIM. 1972413506

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Fathurahman Rauf Oman Fathurrahman, M.Hum

NIP. 150 103 889 NIP. 150 276 300

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1423 H / 2003 M


(6)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PADANAN FRASE NOMINA BAHASA ARAB DALAM BAHASA INDONESIA Studi Korpus Surat-surat Pendek Dalam Al-Qur’an, diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Februari 2003. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (S1) pada jurusan Tarjamah.

Jakarta, Januari 2010

SIDANG MUNAQASYAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Sudarnoto Abdul Hakim, MA Drs. Ikhwan Azizi

NIP. 150 247 010 NIP. 19570816 199403 1 001

Anggota

Drs. AM. Hidayatullah, MA Prof.Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA

NIP. 19500412 197703 1 001 NIP. 19631222 199403 2 002

Prof. Dr. H. Fathurahman Rauf Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 3

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Tujuan dan Manfaat ... 6

BAB II C. rase Dalam Bahasa Indonesia ... 22

... 22

E. Metodologi Penelitian... 6

F. Korpus Penelitian ... 7

G. Tinjauan Pustaka... 7

H. Sistematika Penyusunan ... 11

LANDASAN TEORI A. Wawasan Sintaksis ... 12

B. Frase Dalam Bahasa Arab ... 15

1. Pengerian ... 15

2. Pengertian Tarkīb Idāfī ... 17

3. Macam-Macam Idāfat... 17

4. Hukum mengenai Idāfat ... 21

F 1. Pengertian Frase 2. Macam-Macam Frase ... 23

D. Kata Majemuk ... 27

1. Pengertian ... 27

2. Macam-Macam Kata Majemuk ... 27

3. Ciri-ciri Kata Majemuk ... 28


(8)

  iv

BAB III

BAB IV

DAFTAR P

E. Dinamika Penerjemahan ... 29

1. Pergeseran Bentuk (transposisi) ... 30

2. Pergeseran Makna (modulasi) ... 31

3. Adaptasi ... 32

4. Pemadanan Berkonteks... 32

5. Pemadanan Bercatatan ... 32

ANALISIS A. Korpus ... 34

1. Analisis idāfat bermakna lām (idāfat lāmmiyah) ... 35

2. Analisis idāfat bermakna min (idāfat Bayāniyyah) ... 44

3. Analisis idāfat bermakna (idāfat Zarfiyyah) ... 47

4. Analisis idāfat bermakna kaf (idāfat Tasybīhiyyah) ... 49

B. Perpadanan... 51

1. Pola Frase Nominal ... 51

2. Fungsi Frase Nominal Bahasa Arab ... 53

3. Makna Frase Nominal ... 54

C. Pergeseran ... 57

1. Pergeseran Bentuk ... 57

2. Pergeseran Makna ... 59

PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tanpa bahasa seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan baik sekalipun itu merupakan bahasa isyarat. Oleh karena itu, peran bahasa sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Masyarakat pemakai suatu bahasa memakai suatu acuan tertentu dengan lambang yang berbeda-beda. Dalam bahasa Indonesia suatu benda yang berfungsi sebagai alat untuk menulis dinamakan pulpen, tetapi masyarakat pemakai bahasa Arab melambangkannya dengan kata al-qalam. Dengan demikian bahasa itu bersifat arbitrer atau manasuka, yang berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Agar dapat terjadi suatu komunikasi antara pemakai bahasa yang berbeda maka diperlukan kegiatan terjemahan.

Menerjemahkan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah dilakukan, sebab kegiatan tersebut tidak hanya membutuhkan suatu kemahiran berbahasa asing saja, melainkan juga dituntut suatu keahlian khusus yang melibatkan dua bahasa atau lebih. J. Levy mengungkapkan bahwa kegiatan penerjemahan adalah kegiatan yang menantang, yang tidak saja menuntut para penerjemahnya untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang bahasa


(10)

2

Mencari padanan yang tepat dan wajar dalam BSa tidaklah mudah mengingat bahwa di antara dua bahasa tidak hanya terdapat perbedaan semantis saja, melainkan juga perbedaan sintaksis. Itulah sebabnya seringkali seorang penerjemah menemui hambatan-hambatan dalam proses penerjemahannya. Di antara hambatan itu adalah yang ditimbulkan oleh bahasa itu sendiri. Sifat bahasa yang unik menyebabkan penerjemah dari suatu bahasa ke bahasa lain harus melibatkan ciri-ciri khas bahasa-bahasa yang bersangkutan. Itu dilakukan agar pesan yang terkandung di dalam BSu dapat disampaikan dengan baik ke dalam Bsa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengadakan penelitian terjemahan pada salah satu unsur bahasa Arab yaitu frase bahasa Arab (ﻰﻓﺎ ﻹاﺐﻴآﺮﺘ ا) . Adapun alasan mengapa penulis memilih bahasa Arab sebagai BSu, karena bahasa Arab dengan berbagai macam pola dan bentuknya banyak memenuhi buku-buku bahasa Arab yang dikonsumsi oleh orang Indonesia. Dan frase bahasa Arab adalah salah satunya yang menjadi permasalahan dalam menerjemahkan. Selain itu juga yang menarik bagi penulis adalah bagaimana padanan frase bahasa Arab yang tepat dalam Bsa (dalam hal ini bahasa Indonesia).

1

Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosioliungistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 11.


(11)

3

Menurut Gorys Keraf, frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada.2 Sedangkan frase bahasa Arab (ﻰﻓﺎ ﻹا ﺐﻴآﺮﺘ ا ) adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan partikel (lam, min, dan fi),

yang menyebabkan nominal (isim) yang kedua selalu dibaca jarr,3 Frase bahasa Arab (ﻰﻓﺎ ﻹا ﺐﻴآﺮﺘ ا) merupakan salah satu alat sintaksis yang pemakaiannya dalam kalimat kadang-kadang menimbulkan kesulitan bagi penerjemah untuk menentukan padanannya dalam Bsa yang pada penelitian ini adalah bahasa Indonesia.

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang di atas, penulis akan mencoba mengkaji frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini penulis menekankan pembahasan pada bentuk dan padanannya sebagai masalah utama.

Walaupun frase bahasa Arab pernah dikajі oleh Taufik Hidayat pada Fakultas Tarbiyah dalam skripsinya yang berjudul Ma’rifatu al-Furuq baina al-Tarkīb al-Washfiy wa al-Idāfy wa Dauruhā fi 'Amaliyyati Tarjamah, namun sejauh yang penulis ketahui belum ada kajian mengenai frase dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, setidaknya untuk mahasiswa Jurusan Tarjamah.

Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji :

1. Penerjemahan frase-frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia

2

Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Ende Flores: Nusa Indah, 1989), cet. ke-12, h. 138.

3Syaikh Mustafa al-Ghulayaini, Terjemah Jam`і аl- Durus al-'Arabiyyah, (Semarang: CV,


(12)

4

2. Padanan frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia

3. Frase yang menjadi padanan terbanyak dalam bahasa Indonesia 4. Pergeseran makna yang terjadi dalam padanan

5. Menganalisis frase yang terdapat dalam surat-surat pendek al-Qur'an.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan frase dalam bahasa Arab dan frase dalam bahasa Indonesia sangat luas yang akan dijelaskan pada bab II, maka penelitian ini dibatasi pada frase bahasa Arab yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu Frase Nominal.

Dalam bahasa Arab, frase ada yang memperkirakan partikel lam, min, fi,

idāfat lafziyyah, dan idafat manawiyyah.

Sedang dalam bahasa Indonesia, frase dibagi menjadi frase eksosentris dan frase endosentris. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase ini dibagi lagi menjadi frase preposisi, yaitu frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan frase posposisi yaitu frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang serta frase preposposisi yaitu frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di bagian belakang. Adapun frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase ini pun dibagi menjadi frase berinduk satu,

meliputi nominal, verbal, dan lain-lain. Dan frase berinduk banyak, meliputi frase koordinatif yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara dan frase apositif


(13)

5

yaitu frase yang unsur-unsurnya menunjukkan pada referen yang sama dalam unsur di luar bahasa.4

Maka pembatasan dalam penelitian ini adalah frase yang memperkirakan partikel (lam, min, dan fi) dan frase endosentris nominal yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Pembatasan frase-frase tersebut akan dibatasi pada ара yang terdapat dalam surat-surat pendek terakhir al- Qur'an yaitu : 1. Surat an-Nās

2. Surat al-Falāq 3. Surat al-Ikhlās 4. Surat al-Lahab 5. Surat an-Nasr 6. Surat al-Kafirūn 7. Surat al-Kautsar 8. Surat al-Mā-ūn 9. Surat al-Quraisy 10.Surat al-Fil 11.Surat al-Humazah 12.Surat ak-‘Asr 13.Surat al-Takaśur 14.Surat al-Qari’ah

4

Harimukti Kridalaksana, Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), Cet.ke-I, h. 81.


(14)

6

15.Surat al-‘Adiat 16.Surat al-Zalzalah 17.Surat al-Bayyinah 18.Surat al-Qadr 19.Surat al-‘Alaq 20.Surat at-Tin

Adapun alasan mengapa penulis meneliti 20 surat terakhir ini, karena memudahkan penulis untuk meneliti idāfat-idāfat yang dikelompokkan dalam idāfat lāmiyyah, idāfat bayāniyyah, dan idāfat zarfiyyah.

D. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis padanan frase-frase bahasa Arab dalam bahasa Indonesia.

Adapun manfaatnya adalah sebagai kontribusi bagi para penerjemah pemula dalam mencari padanan, khususnya yang berkenaan dengan frase, dan tentu saja untuk meningkatkan kualitas penerjemahan.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode studi kepustakaan. Dengan menggunakan metode tersebut penelitian ini akan medeskripsikan frase-frase bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Padanan frase tersebut akan diterapkan analisisnya pada surat-surat pendek al-Qur'an.


(15)

7

F. Korpus Penelitian

Korpus penelitian ini diambil dari 20 surat-surat pendek al-Qur'an. Untuk penerjemahan, penulis menggunakan versi Departemen Agama. Dasar pemilihan versi ini adalah karena sistem penerjemahannya bisa dianggap standar, dan lebih mudah dipertanggungjawabkan. Selain itu penerjemahan ini dikerjakan oleh sebuah tim khusus yang dikenal sebagai "Dewan Penerjemah" dibawah yayasan penyelenggara penerjemah atau penafsir al-Qur'an yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan surat keputusan Tahun 1986. Dewan penerjemah tersebut terdiri atas para ulama dan sarjana Islam yang mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing.

Data diperoleh dengan mencari frase yang terdapat dalam 20 surat terakhir dalam al-Qur'an. Frase-frase tersebut kemudian dikelompokkan dalam lembaran khusus berdasarkan pengelompokkan frase.

G.Tinjauan Pustaka

Hampir semua buku tata bahasa Arab klasik membicarakan idafat, seperti al- fiyah oleh Ibnu Aqil, Jami’ ad-Durusi al- ‘Arabiyyah oleh Syaikh Musthafa al- Ghulayaini, al-Miraji fi al-Lughah al-Arabiyyuh oleh Ali Rida, Ми ‘jam al-Mufassil fi an-Nahwi al- ‘Arabi oleh Fuwal Babati, Mulakhas Qawa’id’ Lughah al-abiyyah

oleh Fuad N`imah, dan an-Nahwu al-Wafi oleh Abas Hasan.

Pada dasarnya pembahasan mereka sama yaitu mengenai pengertian idāfat,


(16)

8

Idafat adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan partikel lām, min, fi, dan kaf, yang menyebabkan isim (nominal) yang kedua selamanya dibaca kasrah. Contoh :

ﺪﻴ ﺘ ا

بﺎﺘآ

اﺬه

l)

‘Inilah kitab milik murid’

Kata yang pertama disebut

فﺎ

(mudaf/kata yang dijelaskan) dan kata yang kedua disebut ﻪﻴإ فﺎ (mudaf ilaih/kata yang menjelaskan). Macam kata yang antara keduanya terdapat partikel yang diperkirakan.5

Mengenai pembagian idafat, ulama Nahwu hampir sama dalam pembahasannya yaitu ada idafat yang memperkirakan partikel (lam, min, dan fi),

idāfat manawiyyah (idafat haqiqiyyah dan idafat mahdah), idafat lafziyyah (idafat

majaziyyah) dan idafat ghair mahdah.

Idafat ada yang berdasarkan makna (ﻰﻨﻌ اﺚﻴﺣﻦ ) dan berdasarkan

perbuatan ( ﻌ اﺚﻴﺣ ﻦ ). Adapun idafat yang berdasarkan makna di antaranya (1)

idafat yang memberi penjelasan bila mana mudaf ilaih berupa isim та ‘rіfat, (2)

idāfat yang menentukan takhsis bila mana mudaf ilaih berupa isim nakirah dan (3) idafat yang tidak mema‘rifatkan dan menentukan takhsis apabila mudafnyaberupa


(17)

9

Menurut Antonio Dahdah, idafat yang memperkirakan partikel (lam, min,

dan fi) dikelompokkan ke dalam idafat ma’nawiyah, sehingga idafat dibedakan dari idafat ma 'nawiyah dan idafat lafziyyah7

Idafat (frase nominal) adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dan kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa yaitu satuan gramatik yang terdiri dari predikat baik disertai oleh subjek, pelaku dan keterangan atupun tidak.8

Frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada.9

Frase adalah suatu yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu S (subjek), P (predikat), O (objek), P (pelengkap). dan K (keterangan).10

6

Fuwal Babati, al-Mu'jam al-Mifassal an-Nahwi al-‘Arabi, (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1994), cet. ke-1, h

7

Antonio Dahdah, A Dictionary of Arabic Orammer in Charts and Tables, (Beirut: Librarie duLiban, 1981), h, 211

8 Henry Guntur-Tarigan, Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik, (Bandung : Angkasa, 1989),

cet. ke-l, h. 107

9Gorys Keraf, Loc.cit

10

Ramlan, Ilти Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta : CV. Karyono, 1987), cet. ke-5, h.152


(18)

10

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru dan tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.

Frase dalam bahasa Indonesia dibagi dua bagian, yaitu frase eksosentris direktif dan frase endosentris non direktif Frase endosentris dibagi dua yaitu frase endosentris berinduk satu (frase nominal, adjektival, pronomina, numeral ia, dan frase verbal) dan frase endosentris berinduk banyak (frase koordinatif dan frase apositif).11 Dikatakan frase endosentris apabila satuan konstruksi frase itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya, sedangkan frase eksosentris ialah satuan konstruksi frase yang tidak berperilaku sintaksis sama dengan salah satu anggota pembentuknya.12

Contoh :

(2) Dua orang mahasiswa sedang membaca buku di peipustakaan.13

Frase "dua orang mahasiswa" dalam klausa "dua orang mahasiswa sedang membaca buku di perpustakaan" mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya "mahasiswa".

- Dua orang sedang membaca buku baru di perpustakaan.

- Mahasiswa sedang membaca bukn baru di perpustakaan.

Маka frase dua orang mahasiswa dalam klausa di atas merupakan frase endosentris.

11

Harimurti Kridalaksana, Beberapa Frinsip Perpadiian Leksem dalam Bahisa bidonesia,

(Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. ke-1, h. 81

12

Jos Daniel Parera, Swtaksis, (Jakarta : PT. Gramedia, 1991), cet. ke-2, h. 33


(19)

11

Sedangkan frase "di perpustakaan" dalam klausa di atas tidak mempunyai distribusi yang dama dengan semua unsurnya.

- Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru.

- Dua orang mahasiswa sedang membaca buku barudi perpustakaan. Frase “di perpustakaan" merupakan frase eksoseutris.

H. Sistematika Penyusunan

1. Pendahuluan

Mengemukakan latar belalcang penelitian, permasalahan, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, korpus penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penyusunan.

2. KerangkaTeori

Mengemukakan wawasan sintaksis, satuan sintaksis, frase dalam bahasa Indonesia, frase dalam bahasa Arab serta dinamika penerjemahan.

3. Analisis

Pembahasan yang akan dianalisis berdasarkan data-data yang terdapat dalam sumber data yaitu 20 surat-surat pendek dalam al-Qur'an.


(20)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Wawasan Sintaksis

Sintaksis dalam persi bahaasa Arab yang mengalami penamaan sebagai ilmu nahwu yaitu ilmu tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harkat (baris) akhir dari suatu kalimat baik secara I’rab atau mabni (baris atau harkat yang dimaksud di sini adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata. Contoh alhamdu, maka yang dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir yaitu dalam dari kata du. Kata dalam bahasa Arab dibagi tiga bagian yaitu isim, fi’il dan huruf. Isim bila dipadankan dengan bahasa Indonesia meliputi kata benda, kata sifat, fi’il identik dengan kata kerja dalam bahasa Indonesia sedangkan huruf sama dengan kata tugas atau kata bantu dalam Bahasa Indonesia.

Sintaksis berasal dari kata Yunani "san" yang berarti 'dengan' dan "tattein" yang berarti 'menempatkan'. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.1 Bidang sintaksis adalah salah satu bidang linguistik yang menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompok-kelompok kata dalam satuan dasar sintaksis yaitu kalimat.

Bidang lingusitik ini mengenai pembagian sintaksis atas tiga tataran yaitu : tataran fungsi, tataran kategori dan tataran peran.2 Subjek, predikat, objek dan keterangan merupakan komponen-komponen tataran fungsi. Tataran kategori

1

J.W.M Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1998), h.39

2

Ibid. h. 70


(21)

13

adalah tataran kelas kata, yang antara lain mencakup verba, nomina, aaverbia, dan preposisi. Tataran peran merupakan tataran sintaksis yang melihat konstituen-konstituen kalimat dari segi makna atau semantic. Dalam tataran ini dikenal istilah seperti : agentif, aktit; dan objektif.3 Agentif adalah yang melakukan perbuatan. Aktif adalah konstituen yang menguntungkan makna perbuatan. Sedangkan obyektif adalah yang terkena perbuatan. Yang dimaksud fungsi itu sendiri adalah tempat kosong yang harus diisi oleh dua pengisi kategorial dan pengisi sintaksis. Pada tataran teratas dari tiga tataran sintaksis ini terdapat dua tataran lainnya, yaitu tataran kategori yang merupakan tataran peran yang merupakan pengisi kategorial, dan tataran peran yang merupakan pengisi sintaksis. Ketiganya saling melengkapi sehingga membentuk konstruksi kalimat.

Contoh :

(3) a. Kalimat dalam bahasa Indonesia

F S P 0 К

Ayah Membeli Jeruk Di Pasar

К N V N P N

P Ag Akt Obj LKF

b. Kalimat dalam bahasa Arab

F К 0 S P

ﻴ ا

ﻰﻓ

ﺔ ﺎ ﺮ ا ﺪ

ﺐﺘﻜ

К N.P N N V

P L Obj Akt Ag

3


(22)

14

Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa perbedaan kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab jelas sekali. Dalam hal struktur bahasa Indonesia, S mendahului P, sedangkan dalam bahasa Arab P lebih dahulu dari pada S. Walaupun demikian, dalam penerjemahan yang baik, Bsu tetap saja harus mengikuti Bsa-nya, dalam hal ini bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

- Satuan Sintaksis

Ramlan mengatakan sintaksis adalah bagian atau lambang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.4 Adapun satuan sintaksisnya sebagai berikut :

a. Wacana

Wacana adalah rentetan kalimat berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan proposisi yang lain serta membentuk kesatuan.5

b. Kalimat

Ramlan mengatakan banwa kalimat adalah kesatuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.6 Sedangkan menurut St. Takdir Alisjahbana, kalimat adalah satuan kumpulan kata terkecil yang mengandung pikiran lengkap.

3

Mansoer Pateda, Linguistik Suatu Pengantar. (Bandung: Angkasa Bandung, th). h. 135 4

Hasan Alwi., et.al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta: Dep. P & K. 2000), jilid ke-3. h. 92

6

Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV. Karyono, 1987), cet. ke- 5, h. 61.


(23)

15

c. Klausa

Klausa menurut J.S. Badudu adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Sedangkan Ramlan mendefinisikan klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat, baik disertai oleh subjek, objek, pelaku, dan keterangan atau pun tidak.7

d. Frase

Frase terdiri dari dua kata atau lebih. Lebib kecil dari klausa dan antara kata-kata tersebut terdapat hubungan. Sedangkan Parera mengatakan frase adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak mempunyai ciri konstruksi sebuah klausa.8

B. Frase dalam bahasa Arab 1. Pengertian

Frase dalam bahasa Arab adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang dapat menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada. Frase dalam bahasa Arab disebut juga

آﺮﺘ ا

/at-Tarkīb/, yaitu perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih karena adanya faidah, baik faidah itu sempuraa atau kurang sempurna.9 Contoh :

(1) Faidah Sempurna

/an-Najātu fissidqi/

قﺪ ا

ﻰﻓ

ةﺎ ﻨ ا

'Keselamatan itu terletak pada kejujuran'

7

Ibid., h. 62

8

Jos Daniel Parera, Sintaksis, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), cet. Ke-2, h

9

Musthafa al-Ghulayanini, Jami ‘ad-Durus al-Arabiyyah, (Beirut: Maktabah al-Asriyyah, 1980), h.24


(24)

16

(2) Faidah Kurang Sempurna

/nūrussyamsi/

ارﻮ

'Cahaya matahari'

Dalam hal ini, tarkīb terdiri dari ; tarkīb isnādi, tarkīb idāfi, dan tarkīb bayāni.

Tarkīb isnādi adalah kalimat yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih. Contoh:

(3) /al-hilmu zainun/

ﻦ ز

ا

'Kesantunan itu perhiasan'

Adapun tarkīb idāfi adalah kata yang tersusun dari mudāf dan mudāf ilaih, seperti:

(4) /Kitabuttilmīzu/

ﺬﻴ ﺘ ا

بﺎﺘآ

'Buku murid'

Sedangkan tarkīb bayāni adalah tiap dua kata, dimana kata yang kedua berfungsi sebagai penjelas atau menerangkan makna kalimat yang pertama tarkīb bayāni ini ada tiga macam :

a. Kalimat yang tersusun sebagai si fat.

(5) /fazat tilimzul mujtahid/

ﺪﻬﺘ ا

ﺬﻴ ﺘ ازﺎﻓ

'Murid yang bersungguh-sungguh itu beruntung'

b. Kata yang tersusun sebagai taukid, yaitu yang tersusun dari muakkad (yang dikuatkan) dan muakkid (yang menguatkan).

(6) /jā'al qaumu kulluhum/

ﻬ آ

مﻮ ا

ءﺎ


(25)

17

c. Kata yang tersusun dari badal (kata pengganti) dan mubdal minhu (yng digantikannya)

(7) /jā’al Khalīlu akhūka/

كﻮ أ

ءﺎ

‘Khalil saudara laki-lakimu telah datang’

Selain ketiga macam tarkīb di atas, masih ada lagi bentuk tarkīb yang lain seperti, tarkīb ‘atfī adalah kata yang tersusun dari ma’tuf (yang di ‘atafkan) dan

ma'tuf ‘alaih (yang di atafi) dengan diselingi oleh huruf ‘ataf di antara keduanya Contoh :

(8)/qama Zaidun wa ‘Amar/ ﺮ وﺪ زمﺎ

'Zaid dan ‘Amar telah berdiri'

Bentuk lainnya adalah tarkīb majzi adalah tiap-tiap dua kata yang tersusun dan dijadikan satu.

(9) /ba’labaka/

ﻚ ﻌ

'Ba ‘labak (suatu negeri)'

Selanjutnya yaitu tarkīb‘adādi adalah setiap dua bilangan yang di antara keduanya terdapat huruf 'ataf yang tersimpan, yaitu bilangan sebelas hingga sembilan belas.

(10) /tis'ata ‘asyara/

ﺔﻌ

'Sembilan belas'

(11) /jā'a ahada ‘asyararajulan/

رﺮ ﺪﺣ

أ

ءﺎ


(26)

18

2. Pengertian Tarkīb Idāfi (

ﻰﻓﺎ ﻹا

ﺐﻴآﺮﺘ ا

)

ا

ﺔﻓﺎ

/al-Idaāfat/ adalah suatu keterikatan antara dua kata yang mengakibatkan kalimat kedua selalu di baca jaar.10 Idāfat adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan huruf jarr, yang rnenyebabkan isim yang kedua selamanya di baca jarr.11 Tarkīb idafi adalah susunan yang tidak berfaidah kecuali dengan dua kata dasar yaitu mudaf dan mudāf ‘ilaih.12

(12) /labistu khātam fiddah//

ﺔ ﻓ

'Aku memakai cincin dari perak'

Isim yang pertama disebut mudāf dan isim yang kedua disebut mudāf ilaih.

Keduanya adalah dua macam yang antara keduanya terdapat huruf jarr yang diperkirakan. Adapun yang berlaku sebagai ‘amil jarr pada mudāf ilaih ialah

mudāf bukan huruf jarr yang diperkirakan antara keduanya. 3. Macam-macam idāfat

Idāfat terdiri dari empat macam, yaitu

a.

ﺔﻴ

/lāmiyyah/ artinya bagi, milik.

ﺔﻴ ﺎﻓ

:

ﺮ ﺪ

ﺎآﺎ

"

م ا

"

وا

ﻚ ا

ﺪﻴ و

أ

صﺎ ﺘ ﻹ

.

Idāfat lamiyyah adalah idāfat yang memperkirakan makna partikel lām

berfaidah memiliki atau kekhususan. (13) a. Idāfat lāmiyyah berfaidah milik

10

M. Wafi dan Bahaudin, Hasanah Andalus Menguak Karya Monumental al-Fiqh Ibnu Malik, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1991), cet. Ke-1, h. 225.

11

Musthafa al-Ghulayaini, loc.cit. 12

Sulaiman Fiad, An-Nahwu al-Asri Daliluhu masti Qawaidi al-Lugah al-Arabiyah, al Qahirah: Markaj al Ahram li Tarjamah wa Nasyr, 1995


(27)

19

/haza hisanu ' Ali/

نﺎ ﺣ

ا

ﺬه

ini kuda (milik) Ali

b. Idafat lamiyyah berfaidah pengkhususan /akhaztu bi lijamil farasi/

'Aku memegang kendali (untuk) kuda’

سﺮ ا

مﺎ

تﺬ

أ

b.

ﺔﻴ ﺎﻴ

/bayāniyyah/ artinya penjelasan.

ﺔﻴ ﺎﻴ او

:

ﺮ ﺪ

ﺎآﺎ

,

,

نأﺎﻬﻄ ﺎ و

فﺎ

ﺎ ﻴ

ﻪﻴ إ

فﺎ

ا

نﻮﻜ

,

ﺚﻴ

فﺎ

ا

نﻮﻜ

ﻪﻴ ا

ف

ا

ﺎ ﻌ

.

Idāfat bayāniyyah adalan idāfat yang memperkirakan makna partikel min

Definisinya yaitu bahwa keadaan mudāf ilaih merupakan jenis dari mudāf yang kemudian bisa dijelaskan bahwasanya keadaan mudāf adalah sebagian dari mudāf ilaih. Contoh :

(14) /haza babu khasyabin/

بﺎ

ا

ﺬه

'Pintu ini dari kayu’

c.

ﺔﻴﻓﺮ

/zarfiyyah/ artinya zaraf

ﺔﻴﻓﺮ او

:

ﺎآﺎ

ﺮ ﺪ

"

ﻰﻓ

"

فﺎ

ﺎﻓﺮ

ﻪﻴ إ

فﺎ

ا

نﻮﻜ

نأ

ﺎﻬﻄ ﺎ و

.

ﺪﻴ و

وأ

فﺎ

ا

نﺎ ز

ﺄآ

Idāfat zarfiyyah adalah yang memperkirakan makna partikel fī.

Definisinya adalah bahwa keadaan mudāf ilaih merupakan zaraf bagi mudāf. Idāfat ini berfaidah menjelaskan masa atau tempatnya mudāf. Contoh :


(28)

20

(15) /syahrul layli mudirrun/

ﻴ ا

ﺮﻬ

'Berjaga di malam hari menimbulkan penyakit'

d.

ﺔﻴﻬﻴ

/tasbihiyyah/'artinya penyerupaan.

ﺔﻴﻬﻴ ﺘ ا

:

ﺎﻬﻄ ﺎ و

ﻪﻴ ﺘ ا

فﺎآﺮ ﺪ

ﺎآﺎ

نا

ا

فﺎ

إ

ا

Idafat tasybihiyyah aaalah idafat yang mengira-ngirakan makna kaf tasybīh.

Definisinya ialah musyabhah lebih dimudāfkan kepada musyabhah bihi. Contoh :

(16)

دوﺪ ا

درو

مﺪ ا

ﺆ ﺆ

ﺮ ﺘ ا

/intasyara lu 'lu 'uddam'i ‘ala waradil khudūd/

'berlinanglah butiran air mata pada pipi yang merah merekah'

Selain idāfat yang memperkirakan partikel (lām, min, fī, dan kaf) idāfat terbagi lagi menjadi idāfat mahdah dan ghair mahdah.13 Idāfat mahdah adalah idāfat yang isim

pertamanya mengandung makna takhsīs apabila mudāf ilaihnya. bersifat nakirah.

Contoh :

(17) /hazā gulāmul mar'ati/

ة

أﺮ ا

م ﻏ

اﺬه

'Orang ini pelayan seorang wanita'

Dan memberi makna takrif apabiia mudaf ilaih bersifat ma ‘rifat. Contoh :

(18)/hazā, gulamu zaidin/

ﺪ ز

م ﻏ

اﺬه

'Orang itu pelayan Zaid’

idāfat gair mahdah apabila mudāf berupa wasf yang mirip dengan yaf 'alu fi’il mudāri yang dimaksud ialah setiap isim fi’il atau isim mafūl yang mengandung makna hal

'sekarang' atau istiqbal 'akan datang' atau berupa sifat musyabbahah yang bermakna hal 'sekarang1. Berikut conton-contonnya :

13

Bahauddin Abdullah Ibnu ‘Aqil, Syarah Ibnu ‘Aqil, (Bandung: Sinar Baru, 1992), cet.ke-1, h. 494


(29)

21

contoh mudāfberupa isim fi’il :

(19)

ﺪ ز

برﺎ

اﺬه

/hazā dāribu Zaidin al-An aw gadan/ 'Ini orang yang memukul Zaid " Contoh mudāf berupa isim таfūl :

(20)

بﻷا

بوﺮ

اﺬه

/haza madrūbul abi/

'Orang ini yang ayahnya di pukul’ Contoh mudāf berupa sifat musyabbahah :

(21)

ﻷا

ﻴ و

ﻴ ا

ﻴ و

ﻪ ﻮ ا

ﻦ ﺣ

اﺬه

/'haza Hasanul wajhi wa qalilul hayli wa azīmul amali/'

'lnilah yang baik mukanya, tidak banyak tipu daya, dan yang mulia cita-citanya'.

Idāfat mahdahdisebut juga idāfat ma’nawiyahdan idāfat hakīkiyah.14 4. Hukum mengenai idāfat

Hukum mengenai idafat antara lain :

a. Kata isim yang menjadi

فﺎ

/mudāf/' tidak boleh dimasuki

لا

/аl/di depannya dan tidak boleh ditanwin akhirnya.

b. Kata isim yang menjadi

ﻪﻴ

إ

فﺎ

/mudāf ilaih/ boleh menjadi kalimat yang dimasuki

لا

/аl/ di depannya dan boleh pula berupa kalimat yang ditanwin akhirnya. c. Kalimat isim yang menjadi

ﻪﻴ

إ

فﺎ

/mudaf ilaih/ harus dibaca khafad/jarr dan di

antara tanda jarr adalah kasrah artinya huruf terakhirnya dibaca kasrah/ tanwin kasrah.

14


(30)

22

d. mudāfkan kepada sinonimnya, jadi tidak boleh

diucapkan.

Suatu isim (kata benda) tidak boleh di

أ

Contoh :

(22) /laisu asadin/

'Singa'

kecuali apabila keduanya berupa isim ‘alam, maka hal demikian hukumnya boleh. Contoh :

(23) /Muhammad Khālid/

ﺪ ﺎ

uhammad Khalid' 'M

e. Diperbolehkan mengidafātkan lafazām kepada lafaz khās. Contoh :

(24) /yaumul Jumati/

ﺔﻌ ا

مﻮ

/

نﺎ

han'

С. Frase Dalam Bahasa Indonesia

iri dari dua kata atau lebih yang dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada15

16

'Hari Jum’at'

(25)/syahru Ramadāna

ر

ﺮﻬ

'Bulan Ramad

1. Pengertian Frase

Frase adalah suatu konstruksi yang terd membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu

Satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.

15

Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Ende-Flores: Nusalndah, 1989), h. 138.

16

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Tata Bahasa Tag memik, (Bandung: Angkasa, 1989), h. 107


(31)

23

Dalam buku Harimurti Kridalaksana, frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang bersifat non predikatif17 Frase dapat dibentu

i dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.

b. Fras

asar kalimat maupun tidak.

dan frase ase endosentris apabila mempunyai distribusi yang sama dengan

, kalimat "Dua orang mahasiswa", merupakan unsur k oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.18 Frase dibatasi sebagai suatu kelompok kata yang tidak mengandung subjek dan predikat yang berfungsi sebagai suatu bagian ajaran tunggal.

Dari definisi di atas, dapat diketahui ciri-ciri frase sebagai berikut:

a. Terdir

e tidak mempunyai ciri-ciri klausa

c. Frase tidak mengandung subjek dan predikat.

d. Frase dapat dibentuk, baik dalam pola d 2. Macam-macam Frase

Secara umum frase dapat dibedakan atas frase endosentris eksosentris. Dikatakan fr

unsurnya Dan frase eksosentris apabiia tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya Contoh :

(26) Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan. Berdasarkan contoh (29)

frase endosentris karena kata "dua orang" dan "mahasiswa" mempunyai yang sa

ma. Sedangkan "di perpustakaan" merupakan frase eksosentris karena "di" dan "perpustakaan" tidak mempunyai unsur yang sama.

17

Harimurti Kridalaksana, Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia,

(Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. ke-1, h. 81.

18


(32)

24

a. Frase Endosentris

Frase endosentris adalah frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah salu bagiannya Ada frase endosentris berinduk

asi dan frase endosentris berinduk banyak.19 1). F

emeri.20

asi ini terdiri atas : frase nominal, frase adjektival, frase

Frase n

ng terjadi dari nomina sebagai erluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan

n yang keseluruhannya djektival. Contoh :

satu atau frase modifik rase Modifikatif

Frase modifikatif adalah frase yang terdiri dari induk yang menjadi penanda kelasnya dan modifikator. Secara semantis, modifikator itu disebut p

Frase modifik

pronominal, frase numeralia, dan frase verbal.21

a. Frase Nominal

ominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.22 Frase nominal, frase modifikatif ya

induk dan unsur p

induk seperti, adjektiva, verba, numeralіa serta frase lain.

b. Frase Adjektival

Frase adjektival adalah frase yang induknya adjektiv dengan modifikaior berkategori atau gabungan beberapa kata berkelas ара pu

berperilaku sebagai a

(27) FA Æ l. A + F.Num "Celakatiga belas". 2.A + Adv "Cantik nian".

19

Harimurti Kridalaksana, loc.cit

20

Ibid, h. 85.

21

Harimurti Kridalaksana, loc.cit. 22


(33)

25

c. Frase rono P minal

rase pronominal adalah frase yang berupa gabungan pronomina sebagai induk engan numerik, adjektiva atau adverbia sebagai modifikator. Contoh :

F d

(28) F.pr Æ l. Pr + Adv "Saya lagi"

ang te adi da sebagai induk dan unsur perluasan lain s ator.23 Contoh

2. Pr + Num "Mereka berlima"

d. Frase Numeralіa

Frase numeralіa adalah frase y rj ri numeralіa

ebagai modifik :

(29) FN Num + bilangan pecahan

e. Frase Verbal

Frase verbal adalah frase yang terjadi dari verba sebagai induk dengan verba, erkelas kata lain yaitu adverbia atau frase preposisional sebagai

h : (30

rinduk Banyak

en yang sederajat alam fungsi dan kelas. Ada fras

n dengan kata atau kata b

modofikator. Conto

) FV 1. V + N + К "Memukul genderang perang". 2. V + F.Pro "Makan tanpa bayar ditarik ke atas". 2). Frase Endosentris Be

Frase endosentris berinduk banyak terjadi dari beberapa kompon

d e koordinatif dan frase apositif24

a. Frase Koordinatif

Frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara, kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungka

penghubung dan atau atau.25 Contoh :

23

Harirnurti Kridalaksana, op.cit., h. 92

24


(34)

26

(31) a. R

adalah frase endosentris berinduk banyak yang komponen-kompo kan pada referen yang sama dalam komponen di luar

sitif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama F

umah pekarangan b. Suami-istri

c. Dua tiga hari b. Frase Apositif

Frase apositif nennya menunjuk bahasa. Frase apo

rase apositif umumnya bersifat nominal.26

Dalam buku Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, frase endosentris terbagi pada dua yaitu frase endosentris yang atributif dan frase endosentris yang apositif.27 Frase endosentri yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung

dan atau atau. Contoh :

(32) a. Pembangunan Lima Tahun. b. Sekolah Inpres.

b. Frase Eksosentris

Frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu atau headed. Frase eksosen atas frase preposisi, frase posposisi dan frase

1. Frase Preposisi, adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan.29 Contoh :

tris ini terbagi

preposposisi.28

25

Ramlan, op.cit., h. 155.

26

Henry Tarigan, Penganjaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 106

27

Ramlan, Loc.cit.

28

Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 94

29


(35)

27

(33

ase posposisi tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu

Æ ‘I live in the country'

3. adalah frase yang p nya menduduki posisi di

komposistum adalah gabungan dari dua kata atau lebih yan

Kata majemuk adalah dua kata yang pengertiannya dianggap sedemikian pat dianggap senyawa dan menjadi satu ta majemuk merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi, seperti

) a. Di rumah b. Di atas

2. Frase Posposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang. Fr

bahasa yang mempunyai frase posposisi adalah bahasa Jepang. Contoh : (34) Inakani, sunde iru

Frase Preposposisi enghubung

bagian depan dan di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan frase preposposisi ini adalah bahasa Karo. Contoh :

(35) I juma nare Æ ‘Dari ladang’

D. Kata Majemuk (kompositum) 1. Pengertian

Kata majemuk atau

g membentuk suatu kesatuan arti.30

rapat hubungannya, sehingga da perkataan.31 Ka

matahari saputangan, dan lain-lain. 2. Macam-macam Kata Majemuk

Kata majemuk dibagi menjadi dua macam, yaitu kata majemuk yang bersifat eksosentris, dan kata majemuk yang bersifat endosentris.32

30

Gorys Keraf, op.cit., h. 124

sa Indonesia, ( Jakarta : Dian Raktyat. 1986), h 168

31

Sultan Takdir Alisyahbana, Tata Baha 32


(36)

28

Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya i, tua-muda, hancur-lebur, kaki-tangan, dan lain-lai

nsur inti dari gabung

merupakan inti. Misalnya : laki-bin

n. Dan kata majemuk yang bersifat endosentris adalah kebalikan dari kata majemuk eksosentris, yaitu majemuk yang mengandung satu u

an itu. Misalnya : sapu tangan, orang tua, matahari, dan lain-lain. Kata sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.

3. Ciri-ciri Kata Majemuk

Ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut33:

a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.

b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat

c. Biasanya terdiri kata-kata dasar.

d. Terutama kata-kata majemuk endosentris terbentuk menurut hukum DM. 4. Perb

pengertian yang sama, yaitu an. Bedanya isebut "komponen"nya34 Sedangkan frase

enis, yaitu (1) kata majemuk yang kompon

edaan Frase Dengan Kata Majemuk. Frase dan kata majemuk mempunyai

gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatu konstituen kata majemuk biasa d

merupakan konstruksi nonpredikatif.

Kata majemuk dibedakan menjadi dua j

ennya berurutan seperti yang terdapat pada frase (2) kata majemuk sintaksis. Adapun ciri utama kata majemuk adalah :

33

Ibid., h.126

34


(37)

29

a Mempunyai hukum DM, artinya yang diterangkan selalu mendahului ара yang menerangkan. Contoh :

(37)

majemuk sintaksis dan bukan Bumiputera

Pada contoh (37) mempunyai urutan MD bukan DM (putra bumi). Walanpun demikian, ujaran tersebut masuk ke dalam jenis kata

frase. b. Kalanya hanis ditulis dalam satu kata (tanpa spasi), seperti tatabahasa, warganegara, muaradua, dan sebagainya Atau di tulis menjadi dua kata, seperti раnjang tangan, keras kepala, daya juang, dan sebagainya. Atau pun di tulis dengan menggunakan garis penghubung, seperti laki-bini, gelap-gulita, dan sebagainya.35

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ujaran tersebut masuk ke dalam kata majemuk atau frase digunakan reduplikasi. Misalnya saja ujaran matahari tidak pernah direduplikasi menjadi mata-mata hari. Adapun frase selalu terdiri dari kata yang benar-benar menjadi morfem bebas. Sedang kata majemuk salah satu konstituennya dapat berupa morfem terikat, namun bukan sebagai afiks atau klitika

E. Dinamika Penerjemahan

Dalam konteks penerjemahan yang melibatkan dua bahasa terdapat lima prosedur penting, yaitu pergeseran bentuk (transposisi), pergeseran makna (modulasi), adaptasi (penyesuaian), pemadanan berkonteks, dan pemadanan bercatatan.

tetapi sebagai akar.36

37

35

Sutan Takdir Alisyahbana, op.cit., h. 69.

36

J.W.M. Verhaar, op.cit., h 100

37


(38)

30

1. Pergeseran Bentuk (transposisi)

eran bentuk wajib dan otomatis

leh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini,

sa Indonesia

أ

ﺐﺘآ

ﺔﻌ ر

atu struktur gramatikal dalam BSu Pergeseran bentuk (transposisi) adalah prosedur penerjemahan yang melibatkan bentuk gramatikal dari BSu ke Bsa. Ada empat macam pergeseran bentuk yaitu :

a. Perges

Pergeseran yang disebabkan o

penerjamah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya. Berikut adalah contoh beberapa nomina jamak dalam bahasa Arab menjadi tunggal dalam baha

(38) /arba ‘atu kutubin/ 'Empat buku'

(39) /samaniyatu aswābin/

باﻮ

أ

ﺔﻴ ﺎ

'Delapan baju'

Pergeseran yang dilakukan apabiia su

tidak ada dalam BSa Contoh berikut adalah penggunaan tau t empatik asa Arab menjadi penekanan (sungguh-sungguh)

(40) /ra sa/

kid (kalima ) dalam bah

dalam subjek.

kibtul farsal far

سﺮ ا

سﺮ ا

آر

b.

t struktur gramatikal, padanannya kaku atan tidak wajar 'Sungguh saya telah menaiki kuda'

Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan

Pergeseran ini kadang-kadang sekalipun dimungkinkan adanya terjemahan harfiah menuru


(39)

31

dalam Bsa. Berikut ini contoh frase nomina dalam

menjad donesia.

ﻮ ا

ﺰآﺮ

ﺎ ﺮآﺎ

c.

(termasuk piranti gramatikal yang mengandung fungsi tekstual, s

lah/, /-pun/ dalam Bsa dengan menggunakan struktur gramatikal. Misalnya kata majemuk campur tangan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab

bahasa Arab yang i verba (kata kerja) dalam bahasa In

(41)

ﺔﻴ ﻮﻜ ا

ﺔﻴ

ا

ﺔﻌ ﺎ ا

ثﻮ

ﻰﻓ

ﺔﻄ ﻷا

ﻴ ﻨﺘ

مﻮ

ث

/markazul buhūsi taqūmu bitansīqil ansyitati fī buhūsi jāmi`atil islamīyyatil hukūmiyyati Jakarta/

'Pusat penelitian bertugas mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan penelitian di lingkungan IAIN Jakarta'

Pergeseran yang dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal eperti

/-menjadi

/tadakhul/ dan bukan

ﺪﻴ ا

ط ﺘ ا

/ikhtilatul yad/.

2. Pergeseran Makna (mudulasi)

Mo dalam bahasa sumber,

teta da dua, yaitu

modulasi wajib dan modulasi bebas.

d. Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosakata (termasuk perangkat tekstual seperti /-lah/ dalam bahasa Indonesia) dengan menggunakan struktur gramatikal.

(42)

ﺔﻴ

ا

ﺔ ﺌ

أ

أ

ﺎ ا

ﻨ ﺎ ﻓو

/wifqan linnāsis sābiqi 'ajib 'anil as-ilatil ātiyati/

'Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan teks berikut ini'

(43) /haza Ahmadu akhūka/

كﻮ

أ

ﺪ ﺣ

أ

اﺬه

'Ahmad inilah saudaramu'

dulasi adalah mengungkapkan kembali amanat


(40)

32

a. abila suatu kata, frase atau struktur tidak ada ndonesia sehingga perlu dimunculkan. Contoh:

Frase Modulasi wajib dilakukan ap

padanannya dalam bahasa I (44) Kata

اﺪ

/amdan/ 'dengan sengaja'

b. Modulasi bebas adalah prosedur terjemahan yang dilakukan karena alasan non linguistik, misainya untuk memperjelas makna menimbulkan

) Арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan' 3. Adaptasi (p

Indonesia.

(46) /sahibul jalalah/

ا

ﺐﺣﺎ

'Raja yang terhormat' 4. Pemadanan Berkonteks

kesetalian dalam Bsa.

(45) /narullahi! muqadah/

ةﺪ ﻮ ا

ﷲا

رﺎ

'(yaitu enyesuaian)

Adaptasi adalah pengupayaan padanan kultural antara dua situasi tertentu. Misalnya salam resmi pembuka berita dalam bahasa Arab ke dalam bahasa

Pemadanan berkonteks atau contextual conditioning adalah penempatan suatu informasi dalam konteks, agar maknanya jelas bagi penerima informasi/berita.

Contohnya dalam bahasa Arab

ﺮﻴ ا

حﺎ

/sabāhul khair/ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 'selamat pagi'.


(41)

33

ercatatan. Contoh :

Pemadanan bercatatan dilakukan apabila semua prosedur penerjemahan tidak dapat diharapkan, maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan pemadanan b

(48) Ia senang makan gado-gado

Penerjemahan kata gado-gado pada contoh (48) jika kita carikan padanan maka sama sekali tidak ada dalam BSa. Contoh leksikalnya yang tepat,

lainnya seperti batik, bakso, midodareni dan lain-lain. Karena itu penerjemahannya dapat dilakukan dengan memberinya Catatan kaki maupun sebagai catatan akhir.


(42)

BAB III ANALISIS

А. Korpus

Korpus diambil dari surat-surat pendek (20 surat terakhir al-Qur'an) yang penulis gunakan sebagai sumber data Surat-surat pendek tersebut yaitu surat

an-Nās, al-Falaq, al-Ikhlās, al-Lahab, an-Nasr, al-Kāfirūn, al-Kau'sar, al-Māūn, al- Quraisy, al-fīl, al-Humazah, al-‘Asr, at-Taksur, al-Qari’ah, al-Miyat, al- Zalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-Alaq, dan at-Tīn.Dan dari ke-20 surat tersebut data yang berhasil penulis kumpulkan sebanyak 80 Idāfat.

Berdasarkan data-data yang ada, penulis mengelompokkan frase-frase bahasa Arab atas empat makna Idāfat, yaitu :

1. Idāfat yang bermakna lam (Idāfat lamiyyah), muncul sebanyak 46 Idāfat.

2. Idāfat yang bermakna min (Idāfat bayaniyyah), muncul sebanyak 19 Idāfat.

3. Idāfat yang bermakna fi (Idāfat zarjiyyah), muncul sebanyak 11 Idāfat.

4. Idāfat yang bermakna kaf (Idāfat tasybihiyyah), muncul sebanyak 4 Idāfat Berikut adalah daftar tabel yang dapat memperlihatkan pengklasifikasian tersebut secara jelas :


(43)

35

No. Surat Nama Surat Bentuk Idāfat

Idāfat

Lamiyah

Idāfat bayaniyah

Idāfat zarfiyyah

Idāfat tasybihiyyah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

an-Nās al-Falaq al-Ikhlās al-Lahab an-Nasr al-Kāfirūn al-Kau'sar al-Māūn al- Quraisy al-fīl

al-Humazah al-‘Asr at-Takāsur al-Qari’ah al- diyat al- Zalzalah al-Bayyinah al-Qadr al-Alaq at-Tīn

4 - - 5 3 2 2 2 1 3 3 - - 3 3 6 3 1 4 1 1 3 - - 1 - - - 1 - - - 2 - - - 6 2 - 3 - 2 - - - - - - - 1 - - - - 1 2 1 4 - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 2 - - - 1

JUMLAH 46 19 11 4

Dari pengklasifikasian tabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Idāfat bermakna lām (Idāfat lamiуah)

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan 46 Idāfat yang bermakna


(44)

36

(49)

(

1

:

114

/

سﺎﻨ ا

)

سﺎﻨ ا

بﺮ

ذﻮ

أ

/qul 'a'ūzu birabbin nās/

'Katakanlah : "Aku berlindung kepada Rabb manusia yang menciptakan dan memiliki manusia’

سﺎﻨ ا

)

سﺎﻨ ا

/

2 : 1 1 4

(

(50)

/mālikin nās/ 'Raja manusia'

Dan aku berlindung kepada Tuhan yang memihki manusia yang mengurus segala urusan mereka, yang menciptakan syariat dan hukum, yang memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia dan akhirat.1

سﺎﻨ ا

ﻪ ا

)

سﺎﻨ ا

/

114

:

3

(

(51)

/ilāhinnās/ 'Tuhan manusia'

Dan aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai segala hati manusia dengan kebesaran-Nya2

(52)

(

5

:

114

/

سﺎﻨ ا

)

سﺎﻨ اروﺪ

ﻰﻓ

سﻮ ﻮ

يﺬ ا

/al-lazi yuwaswisu fī sudurinnas/

‘Yang membagikan kejahatan ke dalam dada manusia’

Ke dalam dada manusia yaitu ke dalam kalbu manusia dikala mereka lalai mengingat Allah.3

1

Muhammad Hasbi as-Shidqi, Tafsir al-Qur'anul Majid, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1995), cet. Ke-2, h.1145

2

lb id.

3

Jalaluddin al-Mahalh dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain berikut Ashbabun Nuzu'l,


(45)

37

(53)

(

1

:

111

/

ﺐﻬ ا

)

ﺐ و

ﺐﻬ

أ

اﺪ

/tabbat yadā abī lanabiwatab/

‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’ Kedua tangan Abu Lahab di sini diungkapkan dengan memakai kata-kata kedua tangan sebagai ungkapan majaz, karena sesungguhnya kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya,4

(54)

(

2

:

111

/

ﺐﻬ

ا

)

ﺐ آ

ﺎ و

ﻪ ﺎ

ﻪﻨ

ﻰﻨﻏأﺎ

/mā agnā 'annu mā luhu wamā kasab/

‘Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya dan ара yang ia usahakan’

(55)

(

4

:

111

/

ﺐﻬ ا

)

ﺐﻄ ا

ﺔ ﺎ ﺣ

ﻪ أﺮ او

/wamra'atuhu hammā latalhatabb/

‘Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar’

Kayu bakar yaitu duri dan kayu sa' yang banyak durinya, kemudian kayu dan duri itu ia taruh di tengah jalan tempat Nabi SAW lewat. Sedangkan ayat ﺐﻄ ا ﺔ ﺎ ﺣ /hammā latal hatabb/ yaitu suka berjalan mengadu domba antara seorang terhadap lainnya.5

ﺎهﺪﻴ

ﻰﻓ

)

ﺐﻬ ا

/

111

:

5

(

(56)

/fī jīdihā hablum mim masad/

‘Yang lehernya ada tah untuk sabut’

4

ibid., h. 2799

5

Sahm Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kasir, (Kuala Lumpur: Victory Agencie, 1994), cet ke-1, h. 150


(46)

38

Istri Abu Lahab di dalam neraka kelak di azab sambil memikul bekas kayu арі sebagai suatu bukti bahwa di dunia ini dia menghasut dan memfitnah untuk menggagalkan usaha Nabi dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.6

(57)

(

2

:

110

/

ﺮ ﻨ ا

)

ﺎ اﻮﻓأ

ﷲا

ﻦ د

ﻰﻓ

نﻮ ﺪ

سﺎﻨ ا

أ

ر

و

/wara'aytannāsayadkhulūna fī dinīllāhi afwājā?

'Dan kamu hhat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong'

(58)

(

3

:

110

/

ﺮ ﻨ ا

)

ﺎ اﻮ

نﺎآ

ﻪ إ

ﺮ ﺘ او

ﻚ ر

/fasabbih bihamdi rabbika wastagfirhu innahu kāna tawwabā/

'Маkа bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampun kepadanya, sesungguhnya dia adalah maha penerima taubat'

(59)

(

6

:

109

/

نوﺮﻓ

ﺎﻜ

ا

)

ﻦ د

و

ﻜﻨ د

/lakum dīnukum waliyadīn/

'Untukmu agamamu untukku agamaku'

ﻚ ﺮ

ﺮ او

)

ﺮ ﻮﻜ ا

/

108

:

2

(

(60)

/fasalli lirabbika wanhar/

'Маkа dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah'

Маkа dirikanlah shalat karena Rabbmu yaitu shalal hari raya kurban dan berkurbanlah untuk manasik hajimu.7

نإ

ﻚﺌ ﺎ

ﺮﺘ ﻷا

ﻮه

)

ا

ﺮ ﻮﻜ

/

108

:

3

(

(61)

/innasyāni'akahuwal abtar/

6

Muhammad Hasbi as-Shiddqi, op.cit., h.1102

7


(47)

39

'Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus'

(62)

(

3

:

107

/

نﻮ ﺎ ا

)

ﻦﻴﻜ ا

مﺎﻌ

و

/walā yahuddu ‘alā ta ‘āmil miskīn/

'Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin'

(63)

(

5

:

107

/

نﻮ ﺎ ا

)

نﻮهﺎ

ه

ﻦ ﺬ ا

/allazīnahum ‘an salātihim sālun/

'Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya' Artinya mengakhirkan shalat dari waktunya8

(64)

(

3

:

106

/

ﺮ ا

)

ﻴ ا

اﺬه

بر

اوﺪ ﻌﻴ ﻓ

/falya 'budū rabba hāzal bayti/

'Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah)' Oleh karena kami telah memberikan kepada bangsa Quraisy, keamanan dalam perlawatan-perlawatan mereka di musim dingin dan di musim panas, maka hendaklah mereka meyembah Tuhan pemilik rumah ini.9

(65)

(

1

:

105

/

ﻴ ا

)

ﻴ ا

بﺎ

ﻚ ر

ﻌﻓ

ﻴآ

أ

/alam tara kayfa fa'ala rabbuka biashābil fīl/

'Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah’

Tentara bergajah yaitu orang-orang yang mempunyai gajah itu bernama Mahmud yang disertai oleh teman. Temannya yaitu Raja negeri Yaman yang bernama Abrahah berikut tentaranya.

8

Ibid.,h. 2789 9


(48)

40

(66)

(

2

:

105

/

ﻴ ا

)

هﺪﻴآ

أ

/alam yaj ‘al kaydahum fī tadlīl/

'Bukankah dia telah mewujudkan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kabah itu sia-sia)'

(67)

(

1

:

104

/

ةﺰ ﻬ ا

)

ةﺰ

ةﺰ ه

و

/waylul likulli humazahl lumazah/

'Katakanlah bagi setiap pengumpat dan pencela'

Yaitu orang yang suka mengumpat Nabi SAW dan orang-orang mukmin seperti Umayah ibnu Khalaf.10

(68)

(

6

:

104

/

ةﺰ ﻬ ا

)

ﺪ أ

ﻪ ﺎ

نأ

/yahsabu 'anna mā lahu akhladah/

‘Yaitu арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan’

ﷲا

رﺎ

ةﺪ ﻮ ا

)

ا

ﺔ رﺎ

/

101

:

6

(

(69)

/nārullāhil mūqadah/

'(yaitu) арі (yang disediakan) Allah yang dinyalakan'

(70)

(

6

:

101

/

ﺔ رﺎ

ا

)

ﻪﻨ زاﻮ

ﺎ ﺄﻓ

/fa 'ammāman saqulat mawazinuh/

'Dan adapun orang yang berat timbangannya'

Artinya amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya

(71)

(

8

:

101

/

ﺔ رﺎ

ا

)

ﻪﻨ زاﻮ

ﺎ أو

/wa ammaman khaffat mawazīnuh/

‘Dan adapun orang yang ringan timbangannya’

10


(49)

41

Artinya amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya

(72)

(

9

:

101

/

ﺔ رﺎ

ا

)

ﺔ وﺎه

ﻪ ﺄﻓ

/faummuhu hāwiyah/

‘Маkа tempat kembalinya neraka Hawiyah’

Tempat kembalinya, maksudnya tempat tinggalnya.11

(73)

(

6

:

100

/

تﺎ

دﺎﻌ ا

)

دﻮﻨﻜ

ﻪ ﺮ

نﺎ ﻹا

نإ

/innal insāna lirabbihi lakanūd/

‘Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya’

ﻪ إو

ﺮﻴ ا

ﺪ ﺪ

)

دﺎﻌ ا

تﺎ

/

100

:

8

(

(74)

/wa innahu lihubbil khairi lasyadīd/

'Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta' Cinta kebaikan maksudnya cinta atas harta benda.

(75)

(

11

:

100

/

تﺎ

دﺎﻌ ا

)

ﺮﻴ ﺬﺌ ﻮ

ﻬ ر

نإ

/inna rabbahum bihim yaumaizil lakhabīr/

'Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka (manusia)'

(76)

(

1

:

99

/

ﺔ ﺰ ﺰ ا

)

ﺎﻬ اﺰ ز

ضرﻷا

ﺰ زاذا

/izazulzilatil ardu zilzālahā/

'Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya'

11


(50)

42

Yaitu mengalami gempa disaat hari Kiamat tiba dengan goncangannya yang amal dahsyat sesuai dengan bentuknya yang besar.

(77)

(

2

:

99

/

ﺔ ﺰ ﺰ ا

)

ﺎﻬ ﺎ أ

ضرﻷا

ﺮ أو

/wa akhrajatil ardu asqālaha/

'Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang di kandungnya)'

نﺎ ﻹا

لﺎ و

ﺎﻬ

)

ﺔ ﺰ ﺰ ا

/

99

:

3

(

(78)

/wa qālal insānu mā 1ahā/

'Dan manusia bertanya mengapa bumi menjadi begini ?'

(79)

(

3

:

99

/

ةﺰ ﺰ ا

)

ﺎهرﺎ أ

ثﺪ

ﺬﺌ ﻮ

/yaumaizin tuhaddisu akhbārahā/

'Pada hari itu bumi menceritakan beritanya'

Yaitu menceritakan semua amal perbuatan yang telah dilakukan di atas permukaannya, amal baik dan amal buruk.

(80)

(

3

:

99

/

ةﺰ ﺰ ا

)

ﺎﻬ

ﻰﺣوأ

ﻚ ر

نﺄ

/bіanna rabbaka aw hā lahā/

‘Karena Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu padanya)’ (81)

(

3

:

99

/

ةﺰ ﺰ ا

)

ﻬ ﺎ أ

اوﺮﻴ

ﺎ ﺎﺘ أ

سﺎﻨ ا

رﺪ

ﺬﺌ ﻮ

/yaumaiziy yasdurunnāsu asytātal liyurau ‘amā lalum/

‘Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka’


(51)

43

(82)

ﷲا

ر

اﺪ أ

ﺎﻬﻴﻓ

ﻦ ﺪ ﺎ

رﺎﻬ ﻷا

ﺎﻬﺘ

يﺮ

نﺪ

تﺎﻨ

ﻬ ر

ﺪﻨ

هؤاﺰ

ﻚ ذ

ﻪﻨ

اﻮ رو

ﻬﻨ

ﻪ ر

)

ﺔﻨﻴ ا

/

98 : 8 (

/jazā'uhum indarabbihim jannātu ‘adnin tajrī min tahtihal anhār khālidīna fīha ‘abadā radiyallahu ‘anhum wa radū anhu ‘zāhka liman khasyiya rabbah/

‘Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya’

ﺰﻨ

ﺎﻬﻴﻓ

حوﺮ او

ﺔﻜ

ا

ل

ﻬ ر

نذﺈ

آ

ﺮ ا

)

رﺪ ا

/

97

:

4

(

(83)

/tanazzalul malāikatu warrūhu fihā bi’izni rabbihim min kidh 'amrin/ ‘Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan’

(84)

(

1

:

96

/

ﻌ ا

)

يﺬ ا

ﻚ ر

أﺮ ا

/iqra' bismi rabbikallazī khalaq/

‘Bacalah dengan (menyebut) namaTuhanmu yang menciptakan’

(85)

(

3

:

96

/

ﻌ ا

)

مﺮآﻷا

ﻚ رو

أﺮ ا

/iqra’ warabbukal akram/

‘Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah’

(86)

(

8

:

96

/

ﻌ ا

)

ﻌ ﺮ

ا

ﻚ ر

ﻰ إ

نإ

/inna ilā rabbikar ruj ‘ā/


(52)

44

(87)

(

17

:

96

/

ﻌ ا

)

ﻪ دﺎ

عﺪﻴ ﻓ

/falyad ‘unā diyah/

‘Маkа bіаr1ah dia memanggil golongannya’

‘Yakni teman-teman senadinya; nadi adalah sebuah majlis tempat mereka memusyawarahkan sesuatu perkara’

2. Anahsis Idāfat bermakna min (Idāfat bayāniyah)

(88)

(

4

:

114

/

سﺎﻨ ا

)

سﺎﻨ ا

ساﻮ ﻮ ا

/min syarril waswāsil khannās/

‘Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi’

Syetan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan, karena syetan suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia untuk ingat kepada Allah.

(89)

(

4

:

113

/

ا

)

ﺪ ﻌ ا

ﻰﻓ

تﺎ ﺎ ﻨ ا

ﻦ و

/wamin syarrin naffāsāti fil ‘uqad/

‘Dan dari kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul’

Yaitu tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan sihirnya pada buhul-buhul yang dibuat pada pintalan yang berbuhul-buhul itu ditiup dengan memakai mantra-mantra tanpa ludah.

ﻦ و

ﺎﺣ

اذإ

ﺪ ﺣ

)

ا

/

113

:

4

(

(90)

/wamin syarri hāsidin izā hasad/

‘Dan dari kejahatan ара yang telah diciptakan’

(91)

(

1

:

110

/

ﺮ ﻨ ا

)

او

ﷲا

ءﺎ اذ

إ


(53)

45

‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’

(92)

(

1

:

106

/

ﺮ ا

)

ف ﻹ

/līīlāfi quraisy/

'Karena kebiasaan orang-orang Quraisy'

(93)

(

5

:

102

/

ﺮ ﺎﻜﺘ ا

)

ﻦﻴ ﻴ ا

نﻮ ﻌ

آ

/kallā lauta ‘lamūna ilmal yaqīn/

‘Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin’

(94)

(

7

:

102

/

ﺮ ﺎﻜﺘ ا

)

ﻦﻴ ﻴ ا

ﻦﻴ

ﺎﻬ وﺮﺘ

/summa latarawunnahā ‘anal yaqīn/

‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan pengetahuan yang yakin'

اوﺮ آ

ﻦ ﺬ ا

ﻦﻜ

بﺎﺘﻜ ا

هأ

ﻦﻴﻜ ﻨ

ﻦﻴآ

ﺮ او

ﺔﻨﻴ ا

ﻬﻴ ﺄ

)

ا

ﺔﻨﻴ

/

98

:

1

(

(95)

/lam yakunil lazīna kafarū min ahlil kitābi wahnusyrikīna munfakkīna hattā ta’tiyahumul bayyinah/

‘Orang-orang kafir, ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.

ااﻮ ﻴ و

ءﺎ ﻨﺣ

ﻦ ﺪ ا

ﻦﻴ

ﷲا

اوﺪ ﻌﻴ

إ

اوﺮ أ

ﺎ و

ﻚ ذو

ةﺎآﺰ ا

اﻮ ﺆ و

ة

ﺔ ﻴ ا

ﻦ د

)

ﺔﻨﻴ ا

/

98

:

5

(

(96)

/wamā umirū illā liya ‘budūllaha mukhlīsina lahuddīna hunafā’a wa yuqīmūnas solāta wa yu’tūzzakāta wa zālika dīnul qayyimah/


(54)

46

‘Padahal mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjabatkan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itu agama yang lurus.’

Agama yang lurus yaitu agama kitab-kitab yang benar, yang belum diubah dan tidak pemah terjamah oleh tangan manusia.12

(97)

ه

ﻚﺌ وأ

ﺎﻬﻴﻓ

ﻦ ﺪ ﺎ

ﻨﻬ

رﺎ

ﻰﻓ

ﻦﻴآﺮ او

بﺎﺘﻜ ا

هأ

اوﺮ آ

ﻦ ﺬ ا

نإ

ﺔ ﺮ اﺮ

)

ﺔﻨﻴ ا

/

98

:

6

(

/innal Iazīna kafarū min ahlil kitābi walmusyrikīna fī nāri jahannama khālidīna flha ulaika hum syarrul bariyyah/

'Sesunggulmya orang-orang kafir yakni ahh kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya Mereka itu seburuk-buruknya makhluk'

Seburuk-buruknya makhluk yaitu mereka yang mendustakan Allah dan menghalangi manusia dari jalan Allah, mendustakan kitab Allah, tidak membenarkan Rasulullah, bahkan menyekutui dan menyiksanya.13

(98)

(

7

:

98

/

ﺔﻨﻴ ا

)

ﺔ ﺮ ا

ﺮﻴ

ه

ﻚﺌ وأ

تﺎ ﺎ ا

اﻮ و

اﻮﻨ ا

ﻦ ﺬ ا

نإ

/innal lazīna amanū wa ‘amilus sōlihāti ulāika hum khairul bariyyah/ ‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu sebaik-baiknya makhluk’

12Muhammad Hasbi as-Shidqi, op.cit., h, 4444 13 Ibid., h. 4445


(55)

47

ﺮ أ

آ

ﻬ ر

نذﺈ

ﺎﻬﻴﻓ

حوﺮ او

ﺔﻜ

ا

لﺰﻨ

)

رﺪ ا

/

97

:

4

(

(99)

/tanazzalul malāikatu warrūhu ilhā biizni rabbihim min kulh 'amrin/ ‘Di malam itu turun malaikat-malaikat dengan roh dengan izin Tuhannya dengan membawa satiap urusan’

رﻮ و

ﻦﻴﻨ

)

ﻦﻴﺘ ا

/

95

:

3

(

(100)

/watūri sinīna/

‘Dan dari bukit Sinai’

‘Yaitu nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa. Artі lafaz sinina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah.

(101)

(

4

:

95

/

ﻦﻴﺘ ا

)

ﻦ ﻮ

ﻦ ﺣأ

ﻰﻓ

نﺎ ﻹا

ﺎﻨ

/laqad khalaqnal insāna fi ahsani taqwīm/

‘Sesunggulmya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya’

ﻦ ﺬ ا إ

ء

اﻮﻨ ا

ﺮ أ

ﻬ ﻓ

تﺎ ﺎ ا

اﻮ و

ﺮﻴﻏ

نﻮﻨ

)

ﻦﻴﺘ ا

/

95

:

6

(

(102)

/illal lazīna 'amanū wa 'amilassōhhāti falahum 'ajrun gairu mamnūn/ 'Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, makabagi mereka pahalayang tiada putus-putus'

3. Analisis Idāfat bermakna fī (Idāfat zarfīyah)

(103)

(

1

:

113

/

ا

)

ا

بﺮ

ذﻮ أ

/qui ‘a`ūzu birabbil falaq/


(1)

/ilāhin nās/

‘Tuhan (untuk) manusia’

(143)

(

3

:

107

/

نﻮ ﺎ ا

)

ﻦﻴﻜ ا

مﺎﻌ

و

/wala yahuddu `alata `āmil miskīn/

‘Dan tidak menganjurkan memberi makan (bagi) orang miskin’ e. A dari В

ﺎﻬﻴﻓ

حوﺮ او

ﺔﻜ

ا

لﺰﻨ

ﻬ ر

نذﺈ

ﺮ أ

آ

)

رﺪ ا

/

97

:

4

(

(144)

/tanazzalul malāikalu warrūhu fihā bi’izni rabbihim min kulli amr/

‘Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan’

f. Pengkhususan 1). Nama Waktu

(145)

(

1

:

113

/

ا

)

ا

بﺮ

ذﻮ أ

/qul ‘a uzu birabbil falaq/

‘Katakanlah kepada Tuhan yang menguasai Subuh’

ﻬﻓ إ

ءﺎﺘ ا

ﺔ ﺣر

ﻴ او

)

ﺮ ا

/

106

:

2

(

(146)

/īlāfihim rihlatasy syitā’i wassail/

‘Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas’

(147)

(

1

:

97

/

رﺪ ا

)

رﺪ ا

ﺔ ﻴ

ﻰﻓ

ﺎﻨ ﺰ أ

ﺎ إ

/innā ‘anzalnāhu fi laylatil qadr/

‘Sesungguhnya Kami menurunkan (al-Qur'an) pada malam kemuliaan’ 2). NamaTempat


(2)

57

اوﺮ آ

ﻦ ﺬ ا

نإ

بﺎﺘﻜ ا

هأ

ﻰﻓ

ﻦﻴآﺮ او

ﻨﻬ

رﺎ

ه

ﻚﺌ وأ

ﺎﻬﻴﻓ

ﻦ ﺪ ﺎ

ﺔ ﺮ ا

)

ﺔﻨﻴ ا

/

98

:

6

(

(148)

/innallazīna kafarū min ahlil kitābi walmusrikīna fī nāli jahannama khalidīna fīhā ulāika hum syarrul bariyyah/

‘Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahlі kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya dan mereka itu sebaik-baiknya makhluk'

g. Seperti

(149)

(

7

:

99

/

ﺔ ﺰ ﺰ ا

)

ﺮ اﺮﻴ

ةرذ

لﺎ

ﻦ ﻓ

/famay ya`mal misqāla zarratin khairay yarah/

‘Barang siара yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya ia akan melihat baiasannya’

C. Pergeseran

Pergeseran yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi).

1. Pergeseran Bentuk

Pergeseran bentuk dalam penelitian ini yaitu bentuk gramatikal. Di dalam bahasa Indonesia, frase nominal yaitu nominal sebagai unsur pusat atau induk, sedangkan unsur perluasan lain sebagai modifikator seperti adverbіa, verbal, numeralіa, dan lain-lain. Sedangkan dalam bahasa Arab modifikator frase nominal ada yang terletak di depan frase nominal atau di belakang.


(3)

Berikut adalah contoh frase nominal yang didahului modifikator yang terletak di depan nominal,

a. FN Æ Numeralia + Nominal

ﺐﻬ

أ

اﺪ

ﺐ و

)

ﺐﻬ ا

/

111

:

1

(

/tabbat yadā ‘abī Lahabіw watabb/

‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’ b. FN Æ Adverbia + Nominal

هؤاﺰ

نﺪ

تﺎﻨ

ﻬ ر

ﺪﻨ

ﷲا

ر

اﺪ أ

ﺎﻬﻴﻓ

ﻦ ﺪ ﺎ

رﺎﻬ ﻷا

ﺎﻬﺘ

يﺮ

ﻚ ذ

ﻪﻨ اﻮ رو

ﻬﻨ

ﻪ ر

.

)

ﺔﻨﻴ ا

/

98

:

8

(

/jazā'uhum indarabbihim jannātu ‘adnin tajrī min tahtihal anhār khālidīna fīha ‘abadā radiyallahu ‘anhum wa radū anhu ‘zāhka liman khasyiya rabbah/

‘Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya’ c . FN Æ V+N

Frase nominal dibentuk dari verbal dan nominal

ءﺎ اذا

ﷲا

ﺘ او

)

ﺮ ﻨ ا

/

110

:

1

( /izā jā a nasrullāhi walfath/

‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’

ﺪ ﺣاذإ

ﺪ ﺎﺣ

ﻦ و

)

ا

/

113

:

5

(

(151) (150)


(4)

59

/wamin syarri hāsіdin izā hasad/

‘Dan dari kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul’

2. Pergeseran Makna (modulasi)

Pergeseran makna (modulasi) yang terjadi dalam penelitian ini adalah modulasi bebas, karena dilakukan pada pergeseran linguistik. Pergeseran ini hanya memperjelas waktu.

ﺐﻬ

أ

اﺪ

ﺐ و

)

ﺐﻬ ا

/

111

:

1

(

/tabbat yadā abī lanabiwatab/

‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa’ Terjemahan

ﺐﻬ

أ

اﺪ

maksudnya Abu Lahab, dan memakai kata

اﺪ

karena kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya.

ﻦ ﻓ

ةرذ

لﺎ

اﺮﻴ

)

ﺔ ﺰ ﺰ ا

/

99

:

7

(

/famay ya`mal misqāla zarratin khairay yarah/

‘Barang siара yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya ia akan melihat balasannya’

Maksudnya barang siapa yang mengerjakan perbuatan sekecil ара pun (betapa kecilnya) maka akan mendapat balasannya tidak ada perbedaan antara kafir dan miskin.


(5)

A. Kesimpulan

Tarkīb idāfi adalah hubungan antara dua macam isim dengan memperkirakan huruf jarr, yang menyebabkan isim yang kedua selamanya di baca jarr.

Tarkīb idāfi berpadanan dengan frase endosentris berinduk satu yaitu frase nominal. Frase nominal adalah frase modifikator yang terjadi dari nominal sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk.

Tarkīb idāfi yang berdasarkan maknanya terdiri dari: idāfat lāmmiyah, idāfat bayāniyyah, idāfat zarfiyyah dan idāfat tasybihiууah.

Idāfat lāmmiyah adalah idāfat yang memperkirakan huruf jarr (partikel) lām yang berfaidah memiliki atau pengkhususan, idāfat bayāniyyah adalali idāfat yang

memperkirakan makna huruf jarr min, keadaan mudāf ilaih merupakan jenis dari

mudāf.

Idāfat zarfiyyah adalah idāfat yang meperkirakan makna huruf jarr fī,

keadaan mudāf ilaih menipkan zaraf bagi mudāf. Idafat jenis ini berfaidah

menjelaskan makna atau tempatnya mudāf.

Idāfat tasybīhiyyah adalah idāfat yang memperkirakan kaf tasyffih. Dalam bahasa Indonesia, idāfat yang berdasarkan makna (idāfat lāmmiyah, idāfat


(6)

61

hāyaniyvah, idāfat zarfiyyah, dan idāfat tasybīhiyyah berpadanan dengan frase nominal yang bermakna pembatas, yaitu :

1. Menyalakan makna milik, seperti rumah (kepunyaan) mereka.

2. Menyatakan makna tujuan, seperti gedung (untuk) sekolah. 3. Menyatakan makna asal, seperti beras (dari) Cianjur.

Hubungan makna tersebut tidak mungkin diletakkan kata : yang, dan, atau, dan adalah. Di antara unsur frase yang terdiri dari Nominal diikuti Nominal.

B. Saran

Kegiatan penerjemahan tidaklah mudah, seorang penerjemah harus menguasai kedua bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran dan dia harus pandai mencari padanan.

Berkaitan dengan penerjemahan tarkīb idāfi (frase nominal) yang berdasarkan makna, penerjemah harus betul-betul mengetahui maknanya. Apakah frase itu bermakna kepunyaan, bagian/asal, untuk, seperti, dan lain-lain.

Dan yang penting pula, seorang penerjemah harus mengetahui materi yang akan diterjemahkan. Apabila materi yang akan diterjemahkan itu tentang kesehatan, maka penerjemah harus mengetahui ilmu kesehatan.