Wawasan Sintaksis KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

A. Wawasan Sintaksis

Sintaksis dalam persi bahaasa Arab yang mengalami penamaan sebagai ilmu nahwu yaitu ilmu tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harkat baris akhir dari suatu kalimat baik secara I’rab atau mabni baris atau harkat yang dimaksud di sini adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata. Contoh alhamdu, maka yang dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir yaitu dalam dari kata du. Kata dalam bahasa Arab dibagi tiga bagian yaitu isim, fi’il dan huruf. Isim bila dipadankan dengan bahasa Indonesia meliputi kata benda, kata sifat, fi’il identik dengan kata kerja dalam bahasa Indonesia sedangkan huruf sama dengan kata tugas atau kata bantu dalam Bahasa Indonesia. Sintaksis berasal dari kata Yunani san yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok-kelompok kata dan kelompok- kelompok kata menjadi kalimat. 1 Bidang sintaksis adalah salah satu bidang linguistik yang menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompok- kelompok kata dalam satuan dasar sintaksis yaitu kalimat. Bidang lingusitik ini mengenai pembagian sintaksis atas tiga tataran yaitu : tataran fungsi, tataran kategori dan tataran peran. 2 Subjek, predikat, objek dan keterangan merupakan komponen-komponen tataran fungsi. Tataran kategori 1 J.W.M Verhaar, Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1998, h.39 2 Ibid. h. 70 12 adalah tataran kelas kata, yang antara lain mencakup verba, nomina, aaverbia, dan preposisi. Tataran peran merupakan tataran sintaksis yang melihat konstituen- konstituen kalimat dari segi makna atau semantic. Dalam tataran ini dikenal istilah seperti : agentif, aktit; dan objektif. 3 Agentif adalah yang melakukan perbuatan. Aktif adalah konstituen yang menguntungkan makna perbuatan. Sedangkan obyektif adalah yang terkena perbuatan. Yang dimaksud fungsi itu sendiri adalah tempat kosong yang harus diisi oleh dua pengisi kategorial dan pengisi sintaksis. Pada tataran teratas dari tiga tataran sintaksis ini terdapat dua tataran lainnya, yaitu tataran kategori yang merupakan tataran peran yang merupakan pengisi kategorial, dan tataran peran yang merupakan pengisi sintaksis. Ketiganya saling melengkapi sehingga membentuk konstruksi kalimat. Contoh : 3 a. Kalimat dalam bahasa Indonesia F S P К Ayah Membeli Jeruk Di Pasar К N V N P N P Ag Akt Obj LKF b. Kalimat dalam bahasa Arab F К S P ﻴ ا ﻰﻓ ﺔ ﺎ ﺮ ا ﺪ ﺐﺘﻜ К N.P N N V P L Obj Akt Ag 3 Abdul Chair, Linguistik umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, h. 137 Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa perbedaan kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab jelas sekali. Dalam hal struktur bahasa Indonesia, S mendahului P, sedangkan dalam bahasa Arab P lebih dahulu dari pada S. Walaupun demikian, dalam penerjemahan yang baik, Bsu tetap saja harus mengikuti Bsa-nya, dalam hal ini bahasa Arab ke bahasa Indonesia. - Satuan Sintaksis Ramlan mengatakan sintaksis adalah bagian atau lambang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. 4 Adapun satuan sintaksisnya sebagai berikut : a. Wacana Wacana adalah rentetan kalimat berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan proposisi yang lain serta membentuk kesatuan. 5 b. Kalimat Ramlan mengatakan banwa kalimat adalah kesatuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. 6 Sedangkan menurut St. Takdir Alisjahbana, kalimat adalah satuan kumpulan kata terkecil yang mengandung pikiran lengkap. 3 Mansoer Pateda, Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung, th. h. 135 4 Hasan Alwi., et.al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Dep. P K. 2000, jilid ke-3. h. 92 6 Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, Yogyakarta: CV. Karyono, 1987, cet. ke- 5, h. 61. c. Klausa Klausa menurut J.S. Badudu adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Sedangkan Ramlan mendefinisikan klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat, baik disertai oleh subjek, objek, pelaku, dan keterangan atau pun tidak. 7 d. Frase Frase terdiri dari dua kata atau lebih. Lebib kecil dari klausa dan antara kata-kata tersebut terdapat hubungan. Sedangkan Parera mengatakan frase adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih tetapi tidak mempunyai ciri konstruksi sebuah klausa. 8

B. Frase dalam bahasa Arab