14
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 3.5 Grafik Perbandingan H data dan H Trial
Perbedaan antara htrial yang dianggap paling benar dengan h data di laboratorium yang paling besar adalah 35 pada
slope
saluran 0,006, dan perbedaan yang paling kecil adalah 8. Dari telaah kedalaman aliran yang harus diseting di laboratorium htrial
dengan kekasaran komposit, ternyata penelitian ini masih memerlukan perbaikan yang serius. Hal ini disebabkan karena dengan setting h yang berubah hal itu juga langsung
mempengaruhi dari kedalaman gerusan, waktu untuk mencapai gerusan stabil maupun pola dari gerusan kelompok tiang tersebut. Logika pemikirannya adalah jika h berubah, maka
kecepatan aliran juga berubah, tegangan geser akan berubah serta bilangan
Froude
maupun angka
Renold
juga berubah. Hal inilah yang menyebabkan kedalaman dan pola gerusan berubah. Hasil penelitian dari perbaikan kedalaman aliran jika diterapkan di
laboratorium kemungkinan juga berbeda dari penelitian ini. Akhirnya evaluasi yang cukup pendek ini kiranya dapat sebagai bekal penulis untuk meneliti maupun bekerja secara lebih
baik di bidang keairan lagi.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kajian Kedalaman Gerusan Pada Pilar Jembatan
Tipe Tiang Pancang Bersusun yang dilakukan di Laboratorium Balai Litbang Teknologi Sungai di Surakarta, dapat disimpulan sebagai berikut :
1 Kedalaman gerusan maksimum terjadi pada slope 0,02 yaitu sebesar -8,8667 mm
pada titik pengamatan 1 Heksagonal 1 yaitu pilar yang menunjukan arah jam 10 dihulu aliran pada percobaan.
15 2
Pada pengamatan kedalaman gerusan pada tiang pancang bersusun ini gerusan seimbang pada waktu yang berbeda- beda.
Pada Slope 0,006 gerusan terlihat stabil pada menit 180, pada slope 0,0125 gerusan terlihat stabil pada menit ke 270, sedangkan untuk slope 0,020 gerusan terlihat stabil
pada menit ke 270- 300. 3
Dari analisis penelitian ini didapat 7 tujuh persamaan untuk menghitung kedalaman gerusan pada percobaan.
4.2 Kesimpulan
Untuk penelitian selanjutnya disarankan sebagai berikut ini : 1.
Penentuan kekasaran saluran dengan kekasaran komposit, sehingga penentuan kedalaman aliran dapat ditrial.
2. Percobaan tentang gerusan umum seharusnya dilakukan terlebih dahulu sebelum
gerusan total dan penelitian tentang gerusan lokal dihasilkan dari gerusan total dikurangi dengan gerusan umum.
3. Waktu dan cara pembukaan kran air seharusnya seragam sehingga efek dari
penjalaran gelombang debit banjir tidak berpengaruh terhadap profil dan kedalaman gerusan.
4. Dilakukan kajian lanjut tentang bentuk dan penjalaran kontur gerusan dengan
geometri fractal pola gerusan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrosyid Jaji, 2004. Kajian Pengendalian Gerusan di Sekitar Abutmen Jembatan Pada Kondisi Adanya Angkutan Sedimen. Tesis S2, Program Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta. Abdurrosyid Jaji, 2005. Gerusan di Hilir Kolam Olak Bendung. Jurnal Dinamika Teknik
Sipil, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta. Achmadi Tri, 2001. Model Hidraulik Gerusan Pada Piar Jembatan. Tesis S2, Magister
Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang, Semarang Afridec Steven., 2013. Perbedaan Pola Gerusan Lokal Di Sekitar Pilar Jembatan Antara
Pilar Silinder Dengan Ellips. Tugas Akhir Universitas Mercu Buana. Balai Sungai.,2014. Kajian Pengaruh Perekayasaan Alur Terhadap Morfologi Sungai
dengan Uji Model Hidraulik Fisik. Laporan Output Kegiatan Penelitian Balai Sungai.