Pengelolaan Sumber Daya di kelurahan Parapat Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan

95 Matriks 4.4. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Informan Benny Napitupulu 54 1. Pemerintah kurang peduli dengan pariwisata di Parapat 2. Masyarakat menganggap pemerintah hanya berjanji palsu sehingga masyarakat mulai malas dalam berpartisipasi. 3. Masyarakat tidak pernah di undang dalam musyawarah 4. Aspirasi atau ide masyarakat tidak ditindak lanjuti. Informan Marudut Panggabean 53 1. Masyarakat mengangap pemerintah tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola pariwisata 2. Masyarakat tidak pernah diundang dalam musyawarah Informan Parningotan Girsang 53 Masyarakat enggan untuk ikut berpartisipasi walaupun sudah dilakukan sosialisasi. Informan Herbet Sinaga 79 1. Masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta pemerintah tidak menindaklanjuti aspirasi yang telah disampaikan masyarakat. 2. Masyarakat tidak pernah diikutkan dalam musyawarah desa dalam pengembangan pariwisata 3. Tidak adanya topangan dari pemerintah 4. Kemauan masyarakat untuk berpartisipasi rendah tidak mempunyai kemampuan melayani wisatawan dengan baik.

4.3.4. Pengelolaan Sumber Daya di kelurahan Parapat

Danau Toba merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang sangat banyak dikunjungi wisatawan di Sumatera Utara karena keindahan alamnya. Keindahan alam danau toba dilengkapi dengan adanya pulau yang 96 sangat indah di tengah-tengah danau yaitu pulau samosir. Parapat memiliki 11 lokasi wisata alam dan 1 lokasi agrowisata. Karena danau toba merupakan pusat tujuan wisata di Sumatera Utara hendaknya pengelolaan pariwisata ditingkatkan atau di maksimalkan. Keefektifan peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini seperti penuturan informan berikut ini : Parningotan Girsang Laki-laki, 53 tahun “Pada dasarnya masyarakat Parapat belum efektif dalam berperan serta. Memang sebagian ada yang baik, sebagian lagi kurang peduli atau kurang merasa ini penting. Masyarakat ini kadang kurang mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kayak ceremonial atau pesta yang dilakukan pemerintah. Padahalkan itu dibuat untuk masyarakat juga....” Pengelolaan sumber daya merupakan pembangunan masyarakat untuk mengontrol dan mengelola sumber daya produktif. Melalui pengelolaan ini dimungkinkan warga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan individu maupun kebutuhan kolektif. Seperti pernyataan informan berikut ini : Marudut Panggabean Laki-laki, 53 tahun iya.. saya berjualan selain menyambung hidup kan juga sebagai memberikan produk wisata kepada masyarakat. Pada masyarakat Parapat, pengelolaan sumber daya alam pariwisata dapat menopang keberlangsungan hidup. Sebagaimana mayoritas masyarakat Parapat menggantungkan hidupnya pada bidang pariwisata seperti penyedia atraksi wisata air banana boot, speda air, speedboat, dll , penyedia akomodasi, makan dan minum, dan lain sebagainya. Partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan menjadi sangat sentral.

4.3.5. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan

97 Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk melihat penekanan pada aspek manusia dan masyarakat dalam konsep pembangunan masyarakat adalah pemahamannya sebagai proses perubahan, perubahan yang diharapkan tentunya perubahan kemajuan. Perubahan kemajuan tersebut dapat dilihat dari peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Parapat sebagai daerah pariwisata seharusnya seharusnya mendapat perubahan secara terus menurus demi perubahan kemajuan. Namun dalam hal ini, pembangunan pariwisata di Parapat sangat monoton. Hal ini disampaikan oleh informan : Benny Napitupulu Laki-laki, 54 tahun Harapan saya maunya pemerintah pedulilah sama Parapat ini karena bagaimanapun pembangunan pariwisata di Simalungun atau Parapat ini sudah ketinggalan kan.. Banyak sekarang tempat yang di buka seperti Pasir Putih dan Hotspring di Samosir. Bahkan Samosir itu akan seperti pulau Bali dan Parapat hanya sebagai persinggahan atau pulau transit. Jadi kalau pemerintah tidak mengambil sikap ya ‘good bye’ lah Parapat. Saya sudah malaslah sebenarnya karena pihak pemerintah hanya janji palsu saja. Seperti yang kita tahukan Bupati kita JR Saragih, Ia hanya fokus pada pembangunan di Raya. maunya pemerintah tidak hanya terpusat di Raya tetapi juga di Parapat. Terus maunya sih kesian Batak atau tari-tarian di kembangkan lagi. Dulu ada itu acara kesenian batak di hotel-hotel besar disini kayak di Niagara tetapi skarang mana ada lagi Cuma live music , dangdut, itulah sekarang yang ada. Disini bisa dikatakan monoton lah tidak ada perkembangan dan pembangunan pun ngak ada. Hal senada juga disampaikan oleh Marudut Panggabean Laki-laki, 53 tahun “Tanya Bupatilah dek. Soalnya ya ngak ada pembangunan, ngak jelas....Harapan saya ada konsep. Itu aja. Ada konsep atau visi dan misi dari kepala daerahnya. Karena jangkanya jangka panjang , bertahap. Iyakan bukan membangun kayak membangun cabe langsung pedas. Konsepnya musti ada, tahapannya jelas. Coba sekarang jalanannya ngak beres. Apalagi sekarang ini infrastruktur dari Medan ke Parapat coba bayangkan 5 jam. Itu pun kalau nyampe. Inikan membuat wisatawan bosan selama perjalanan. 98 Hal yang sama juga disampaikan oleh informan berikut ini : Herbert Sinaga, Laki- laki, 79 tahun . “Soadong.. ahama pembangunan di Parapat. Tidak ada perkembangan. Tetap monoton . Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan...aha i bangun so adong. Program pemerintah tidak jelas. Di promosikan pun tidak pernah. Kan ikkon ijual do keindahan, i perindah dohot dohot dijual. On dangadong, haro dalan dang hasea, ise ma naro tuson. Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba. Alana nunnga kotor. Dang toho be aek lao pamandion.Artinya adalah tidak ada, tidak ada perkembangan tetap monoton.Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan. Apa yang dibangun tidak ada. Program pemerintah tidak jelas, dipromosikan pun tidak pernah. Sedangkan jalan aja rusak, siapalah yang mau datang kesini.Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba.Karena sudah kotor. Ngak bagus lagi airnya untuk dimandikan. BAB V PENUTUP 99

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap masyarakat, ketua adat, dan kepala Kelurahan Parapat di Kelurahan Parapat maka diperoleh kesimpulan yaitu : Pertama, Pada masyarakat Kelurahan Parapat terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut : 1Partisipasi yang terorganisasi, yaitu partisipasi yang terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan atau dalam proses persiapan. Pada masyarakat kelurahan Parapat bentuk partisipasi ini seperti bentuk partisipasi dalam penyedian akomodasi perhotelan, Transportasi, penjual souvenir, penyedia makan dan minum restoran, jasa guiding dan lain-lain. 2Partisipasi tidak terorganisasikan, yaitu partisipasi yang terjadi karena peristiwa temporer seperti bencana alam dan kebakaran. Nelson menyebut dua macam partisipasi yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal. Partisipasi horizontal adalah partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan, sedangkan partisipasi vertikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron, atau antara masyarakat sebagai keseluruhan dengan pemerintah. Pada masyarakat kelurahan Parapat partisipasi ini adalah bentuk kerja sama yang dilakukan masyarakat Parapat dengan pemerintah seperti partisipasi masyarakat dalam pelaksaan Pesta Rakyat Danau Toba. Keterlibatan

Dokumen yang terkait

Analisis Daya Dukung Sektor Pertanian Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

4 52 149

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

18 120 118

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENGHASILAN KEGIATAN USAHA WARGA MASYARAKAT DI KAWASAN OBJEK WISATA DANAU TOBA DI KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON PARAPAT.

0 3 26

PERAN PARTAI POLITIKDEMOKRAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DIKECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 2 24

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 7

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 1

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 1 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 38

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3