Evaluasi Terhadap Laporan Keuangan Pt Pln (Persero) Area Medan Aspek Ratio Financial

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

EVALUASI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT PLN (PERSERO) MEDAN AREA ASPEK RATIO FINANSIAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

RENDY ANANTA 122101011

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PROGRAM DIPLOMA III

MEDAN

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : RENDY ANANTA

NIM : 122101011

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : EVALUASI TERHADAP LAPORAN

KEUANGAN PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN ASPEK RATIO FINANCIAL

TANGGAL : 4 JUNI 2015

DOSEN PEMBIMBING

Dra. Friska Sipayung, M.Si NIP. 19620117 198603 2 002

TANGGAL : JUNI 2015 KETUA PROGRAM STUDI

DIII KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M. Si NIP. 19741123 200012 2 001

TANGGAL : JUNI 2015 DEKAN

Prof Dr. Azhar Maksum,SE, M.Ec.Ac ,Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Evaluasi Terhadap Laporan Keuangan PT PLN (Persero) Area Medan Aspek Ratio Finansial” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari ada banyak kekurangan baik dalam penyampaian bahasa, kata maupun dalam penyajian. Untuk itu penulis berbesar hati dan dengan tangan terbuka menerima saran maupun kritik sehat yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan.


(4)

sabar telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Teristimewa untuk Kedua Orangtua yang sangat saya cintai, Ayahanda Syarifuddin Perangin-angin dan Ibunda Indra Kesumawaty, S.Pd yang dengan sabar telah membesarkan, mendidik, memberi nasihat, semangat, serta tidak pernah henti-hentinya memberikan doa di setiap waktu sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa berikutnya adalah untuk saudara-saudara tersayang, Kakanda Nina Syafriyanti S.Pi, Liza Ramadhani dan teman-teman Keuangan 2012 yang telah memberikan motivasi dan dukungan serta doa yang selalu dipersembahkan untuk penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga memperoleh balasan yang berlipat ganda dari-Nya, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Juni 2015

NIM : 122101011 Rendy Ananta


(5)

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 4

A. Sejarah Perusahaan ... 4

1. Visi Perusahaan ... 8

2. Misi Perusahaan ... 9

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 14

C. Uraian Pekerjaan... 15

D. Logo dan Makna Perusahaan ... 11

BAB III PEMBAHASAN ... 25

A. La poran Keuangan ... 25

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 25

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 25

B. Rasio-Rasio Keuangan... 28

1. Pengertian Rasio Keuangan... 28

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan ... 28

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan... 29

4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 30

C. Pe nyajian Laporan Keuangan ... 33

D. A nalisis Rasio Keuangan Perusahaan... 40

1. Rasio Likuiditas... 40

2. Rasio Aktivitas ... 42

3. Rasio Profitabilitas ... 44

4. Rasio Leverage ... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA


(6)

Hal.

Tabel 3.1 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per

31 Desember 2013 ... 34

Tabel 3.2 Neraca PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Per 31 Desember 2014 ... 36

Tabel 3.3 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2013 ... 38

Tabel 3.4 Laba Rugi PT PLN (Persero) Wilayah Area Medan Bulan Desember 2014 ... 39

Tabel 3.5 Rasio Likuiditas ... 42

Tabel 3.6 Rasio Aktivitas ... 43

Tabel 3.7 Rasio Profitabilitas ... 45

Tabel 3.8 Rasio Leverage ... 57


(7)

Hal.

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN ( Persero) Area Medan ... 7 Gambar 2.2 Logo Perusahaan PT PLN (Persero) Area Medan ... 11 Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Medan ... 14


(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan memerlukan alat analisis dalam perusahannya untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Salah satunya adalah rasio keuangan yang menjadi perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan keuangan. Tidak dapat disangkal lagi dan perannya tidak kalah penting dari faktor-faktor penentu kesuksesan dalam perusahaan.

Rasio Finansial (Rasio Keuangan) merupakan alat Analisis Perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas). Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.

Rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana.Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Rasio Keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan dan mengingat pentingnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan dan banyak pihak, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis rasio keuangan. Sehubungan


(9)

dengan ini merencanakan penelitian dengan judul “EVALUASI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT PLN (PERSERO) MEDAN AREA ASPEK RATIO FINANSIAL”.

Hasil analisis rasio ini kemudian sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya investor digunakan sebagai panduan dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan, demikian juga bagi kreditur, bila ia hendak memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan, ia harus mengetahui perusahaan itu mampu atau tidak membayar kembali hutang- hutangnya melalui analisis rasio keuangan, yaitu rasio aktivitas, dan bagi manajer keuangan, analisis rasio digunakan untuk melihat dan menilai aspek-aspek yang mereka inginkan seperti melalui : rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio aktivitas.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah yang pokok yaitu : Bagaimana Kondisi Keuangan PT PLN (PERSERO) di tinjau dari sudut Rasio Finansial”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT. PLN (Persero) Medan Area yang ditinjau dari sudut Rasio Finansial.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan penulis dengan membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan. Dan


(10)

tentang rasio-rasio keuangan Perusahaan dan interprestasinya.

2. Sebagai tambahan informasi bagi pihak perusahaan tentang peranan perencanaan dan pengawasan biaya operasional.

3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan serta sumber informasi penting bagi pihak-pihak yang memerlukan dan rekan-rekan lain dalam rangka menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.


(11)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Latar Belakang dan Sejarah Perusahaan

Sejarah keberadaan kelistrikan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923 yang dibangun oleh NV. NIGEM / OGEM Perusahaan swasta Belanda diatas tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi Kantor PLN Area Medan Jl. Listrik No 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di Sibolga (oleh NV ANIWM) Brastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Aksi Karyawan Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang diambil alih dan diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih tersebut, maka dengan penetapan Pemerintah No. 1.SD/45 yang ditetapkan tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik Nasional.

Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara BPU-PLN. Setelah BPU-PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No.19/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Utara dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari 1965, BPU- PLN dibubarkan melalui Peraturan Menteri PUT No.9/PRT/64 maka dibentuklah


(12)

Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri No.1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN secara Nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana ditetapkan pembagian daerah kerja PLN Sumatera Utara menjadi Eksploitasi– I.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No.KPTS.009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi-I dibagi menjadi 4 DAN dan 1 Sektor, yaitu DAN Medan, Binjai, Sibolga, Pematang Siantar ( yang berkedudukan ) di Tebing Tinggi, karena P.Siantar masih dikelola PLD dan Sektor Glugur.

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 dan Keputusan Menteri PUTL No.01/PRT/73 untuk menetapkan PLN menjadi PERUM yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara untuk mengelola kelistrikan di seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam Surat Keputusan Menteri PUTL No.01/PRT/1973 menetetapkan PLN Eksploitasi- I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi–II Sumatera Utara. Kemudian menyusul terbitnya Peraturan Menteri PUTL No.013/PRT/75 yang mengubah PLN Ekspoitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II. Berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Kemudian pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No. 23/1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Persero.

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II


(13)

(PJPT-II) yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonisasi dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi pertumbuhan lainnya

Dengan perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara yang terus mengalami pertumbuhan dengan begitu pesat, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan perubahan tersebut maka PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik.

Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara berubah namanya menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera berkedudukan di Jl. Yos Sudarso No. 284 Medan. Wilayah kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi Wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km², sebagian besar berada didaratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias yang terlihat pada .

Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan Kabupaten / Kota tersebut terdiri dari 417 Kecamatan dan secara keseluruhan desa sebesar 5.856 desa / kelurahan.


(14)

(15)

2.2. Visi & Misi dan Tujuan Perusahaan.

Sebagai Unit Bisnis,PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara harus memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Sumatera Utara sekaligus harus mampu memberikan kontribusi positif kepada pencapaian Visi dan Misi PT PLN (Persero).

Proses transformasi di seluruh jajaran PLN menuju perusahan berkelas dunia sebagaimana tercantum dalam Visi PT PLN (Persero) akan dapat berjalan dengan baik jika pengamalan nilai-nilai Budaya Perusahaan :Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar yang telah disampaikan seluruh anggota perusahaan dan telah disahkan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama PT PLN (Persero) pada tanggal 27 Oktober 2002 dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Apabila pengamalan nilai-nilai budaya perusahaan dapat diwujudkan dalam kehidupan kerja, maka PT PLN (Persero) dengan seluruh jajarannya akan dapat melaksanakan pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance (GCG) yang telah dicanangkan pada tanggal 31

Desember 2003 oleh Direksi dan Dewan Komisaris PT PLN (Persero) dengan konsisten dan berkelanjutan.

a. Visi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.


(16)

b. Misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

a. Menjalankan bisnis kelistrikan danbidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan.

PT PLN Wilayah Sumatera Utara dengan wilayah kerja seluruh Propinsi Sumatera Utara mempunyai georafis,demografis,sosial budaya dan sumber daya ekonomi. Oleh sebab itu walaupun sebagai etitas bisnis yang tersendiri, setelah mempertimbangkan kondisi dan situasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, seluruh unsur pimpinan PLN Wilayah Sumatera Utara telah berketetapan hati merumuskan Visi dan Misi PLN Wilayah Sumatera Utara, yang diharapkan mampu diemban atau dijabarkan oleh PLN Wilayah Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan tenaga listrik yang baik bagi masyarakat Sumatera Utara.

Selain itu penjabaran Visi dan Misi PLN Wil Sumatera Utara dalam kegiatan usahanya paling sedikit pada periode 2014 – 2018 juga diperkirakan akan mampu memberikan sumbangan yang Positif kepada pencapaian Visi dan Misi PT PLN (Persero) secara korporat.


(17)

2.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Berdasarkan visi dan misi perusahaan yang telah disebutkan diatas, maka maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan usaha PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah ”Menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, berupaya memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dengan menerapkan prinsip- prinsip Perseroan Terbatas sesuai AD PLN.

Berdasarkan Anggaran Dasar PT PLN (Persero), maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT PLN (Persero) adalah menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

2.4. Arah Pengembangan Perusahaan

Dengan diundangkannya UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, maka dimungkinkan munculnya pemain baru yang akan menjadi pesaing PLN. Kondisi ini tentu saja akan menjadi pertimbangan bagi PLN dalam menentukan arah pengembangan perusahaan.

Manajemen PT PLN (Persero) secara korporat telah mencanangkan program metamorfosa PLN untuk menghadapi dinamika bisnis ketenagalistrikan pasca diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sebagai bagian dari PT PLN (Persero)


(18)

berkewajiban untuk mendukung program metamorfosa PLN ini sesuai dengan lingkup dan dinamika bisnis kelistrikan yang dihadapinya. Sehingga dengan pelaksanaan program metamorfosa ini PLN Sumatera Utara akan dapat terus meningkatkan kinerja perusahaannya untuk menuju perusahaan kelas dunia sesuai dengan visi perusahaan. Dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan melaui program metamorfosanya, PLN Sumatera Utara akan berfokus pada upaya untuk peningkatan kapasitas dan kontinuitas penyaluran TL, perbaikan kualitas operasional dan pelayanan, serta peningkatan budaya kinerja yang tinggi. Pada akhirnya dengan konsisten pada pelakasanaan program tersebut diharapkan PLN Sumatera Utara akan dapat menurunkan biaya pokok produksinya dan memperbaiki citranya di mata stakeholder.

2.5 Logo dan Makna Perusahaan 2.5.1 Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan 11ambing Perusahaan resmi digunakan adalah sesuai yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. 031/DIR/76 Tanggal 01 Juli 1976, mengenai Pembuatan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara


(19)

2.5.2 Elemen – elemen Dasar Lambang

1. Warna Kuning

Menjadikan bidang dasar bagi elemen – elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insane yang berkarya di perusahaan ini. 2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat tepat para insane PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya.Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insane perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.

3. Tiga Gelombang

Memiliki arti gayaenergi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang sering sejalan dengan kerja keras para insane PT. PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberikan warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tepat) seperti halnya listrik yang diperlukan dalam kehidupan manusia.


(20)

2.6. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam menjalankan badan usaha, suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi.Struktur organisasi merupakan komponen dalam suatu badan usaha / organisasi. Struktur organisasi menjelaskan tentang adanya pembagian kerja dan menjelaskan tentang bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda – beda tersebut dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi- spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur organisasi yang digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah menggunakan jenis struktur organisasi fungsional “Line

and Staff Organization” atau gabungan dari pada jenis struktur organisasi

fungsional dengan unsur–unsur yang terdiri dari unsur pimpinan, unsur pelaksanaan, dan unsur pengawasan.


(21)

Berikut ini skema dari Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan:


(22)

Berdasarkan bagan struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Medan di atas, masing – masing fungsional memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. Manajer Area

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergi.Pengelolaan perusahaan pembangkit, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan, dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance(GCG) di PT. PLN (Persero) Area Medan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) melakukan kegiatan pengusaha pembangkit (skala kecil) secara efisien, hemat energy, handal dan ramah lingkungan.

b) Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Area Medan.

c) Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Area Medan, dilaksanakan sesuai penetapan Direksi.

d) Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik Area Medan. e) Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,

pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.

f) Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitoring dan mengendalikan pelaksanaannya.


(23)

g) Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme niaga dan operasi yang telah ditetapkan direksi.

h) Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen resiko Area Medan.

i) Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi. j) Menetapkan laporan Menejemen Area Medan

2. Asissten Manajer (Asman) Jaringan

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) dan Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan distribusi. Hasil / output pendistribusian energi listrik yang kontiniu dan handal.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB, serta PLTMH.

c) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

d) Melakukan analisa dan evaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi dan PDKB.

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja proteksi distribusi dan pelayanan teknik.


(24)

f) Melakukan verifikasi dan validasi asset distribusi secara periodik.

g) Mengkoordinasikan penyusunan dan mengendalikan pelaksanaan SOP untuk setiap jenis pekerjaan distribusi guna tercapainya Zero Accident. h) Melakukan koordinasi dalam rangka operasi dan pemeliharaan jaringan

distribusi dengan Rayon/instansi terkait termasuk PFK.

i) Menyusun pola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi yang efisien. 2.1.Sub Bagian Supervisor Operasi Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pengoperasian jaringan distribusi sesuai SOP untuk menjamin keandalan, keamanan, mutu dan efisien penyaluran tenaga listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Menyusun Program Rencana Kerja Operasi.

b) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Operasi Jaringan Distribusi sesuai SOP.

c) Melaksanakan pemutakhiran data asset distribusi secara berkala. d) Melakukan pengendalian pengoperasian jaringan distribusi.

e) Mengendalikan dan memonitoring pelaksanaan operasional teknik.

f) Mengkoordinasikan dengan Area, Rayon dan Instansi terkait dalam rangka operasi jaringan distribusi.


(25)

2.2.Sub Bagian Supervisor Pemeliharaan Distribusi

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan jaringan distribusi untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Merencanakan penyusunan Program Rencana Kerja (PRK).

b) Melaksanakan dan mengevaluasikan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi sesuai SOP dan anggaran yang ditetapkan.

c) Merencanakan kebutuhan material operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan keandalan dan keamanan jaringan distribusi termasuk PRK. d) Melaksanakan koordinasi dengan rayon dan bagian terkait dalam

pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.

e) Menyiapkan peralatan kerja untuk operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.

2.3.Sub Bagian Supervisor PDKB

Bertanggung jawab dalam mengelola pekerjaan PDKB untuk meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisensi jaringan distribusi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB. b) Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.

c) Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan dan Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan d) Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan


(26)

e) Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat / brevet personil PDKB.

f) Mengusulkan revisi SOP atau mengajukan SOP baru ke komisi PDKB g) Melaporkan penyelesaian pekerjaan kepada kepala operasi

3. Asisten Manajer (Asman) Transaksi Energi Listrik

Bertanggung jawab dalam kegiatan transaksi energi pelanggan dan Area / Rayon / Unit terkait, pengendalian susut dan pemeliharaan meter transaksi untuk memenuhi standar operasional yang berlaku.Hasil / output laporan transaksi energi listrik, susut dan pemeliharaan meter transaksi.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Billing. b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi sistem AP2T (Aplikasi Pelayanan

Pelanggan Terpusat) terkait dengan proses billing.

c) Menyusun biaya operasi dan investasi serta data pendukung RKAP.

d) Memonitoring dan mengendalikan realisasi penggunaan anggaran SKKI/SKKO.

e) Mengkoordinasikan kegiatan operasional dibagian transaksi energi.

f) Mengevaluasi dan mengendalikan susut, PJU, P2TL, AMR, Pemeliharaan APP, pemeliharaan meter transaksi dan hasil ukur meter transaksi.

g) Menyusun rencana program pemeliharaan meter transaksi.

h) Melaksanakan settlemen antar unit pelaksana dan P3B dalam pengelolaan transfer price energy.

i) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pemasangan dan pemeliharaan AMR.


(27)

j) Merencanakan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan APP dan hasil penerapan metrologi secara berkala.

k) Memonitoring dan mengevaluasi manajemen APP. l) Mengkoordinasikan kegiatan wiring dan Setting APP.

m) Mengkoordinasikan dengan bagian dan instansi yang berwenamg untuk kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

3.1.Sub. Bagian Supervisor Pemeliharaan Meter (Har Meter)

Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk akurasi pengukuran pemakaian energi listrik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memonitor Program Pemeliharaan Meter Transaksi yang disebabkan oleh meter rusak, buram, macet dan tua.

b) Memonitor pelaksanaan dan pemeliharaan AMR.

c) Merencanakan kebutuhan Kwh meter untuk pemeliharaan. d) Memonitor pelaksanaan hasil peneraan metrologi secara berkala.

e) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan meter transaksi.

f) Memonitor pekerjaan pemeliharaan dan tera ulang APP serta meter elektronik (ME) dan sistem AMR yang dikerjakan pihak ketiga.

g) Melaksanakan pengujian alat ukur, pembatas dan kelengkapannya untuk material baru atau bekas andal.

h) Memastikan hasil sampling peneraan APP baru hasil metrology dan rekondisi pihak ketiga.


(28)

3.2.Sub Bagian Supervisor Pengendalian Susut (DalSut)

Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian susut jaringan, menertibkan PJU / Reklame liar dan pelaksanaan P2TL.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memonitor pelaksanaan penekanan susut dan berkoordinasi dengan bagian / Rayon terkait.

b) Memetakan dan melaporkan perkembangan susut Area dan Rayon secara berkala.

c) Melakukan updating data PJU secara berkala.

d) Melakukan koordinasi dan pengawasan hasil P2TL yang telah dilakukan dengan bagian atau Rayon terkait.

e) Melakukan evaluasi kinerja pihak ketiga berdasarkan SLA (Service Level Agreement).

f) Membuat target operasi serta memonitor pelaksanaan P2TL secara rutin. g) Memastikan kelengkapan P2TL sesuai aturan.

h) Melaksanakan komunikasi dengan bagian terkait dan instansi berwenang untuk pelaksanaan P2TL.

i) Melakukan analisa dan evaluasi (ANEV) atas hasil pelaksanaan P2TL. 3.3.Sub Bagian Supervisor Transaksi dan Energi

Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian dan keakuratan APP. Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Memastikan antara data pelanggan dan APP terpasang. b) Membuat laporan hasil berita acara pemeriksaan.


(29)

d) Memvalidasi data kelainan APP.

e) Memeriksa pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala. f) Memeriksa dan mengecek pemakaian energi listrik pelanggan prabayar

secara berkala

4. Asman pelayanan dan Administrasi

Bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan dan pengendalian kegiatan bidang administrasi dan keuangan yang meliputi sumber daya manusia, kesekretariatan, anggaran, keuangan dan akuntansi untuk mendukung laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu serta mencapai target kinerja sesuai tujuan perusahaan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Mengelola peningkatan Integritas Layanan Publik (ILP).

b) Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pengelolaan tenaga kerja.

c) Mengkoordiasikan pengelolaan kegiatan administrasi umum, SDM dan Pelanggan.

d) Memonitor data pelanggan.

e) Memverifikasi dan validasi terhadap kelengkapan transaksi pembayaran. f) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pencatatan transaksi keuangan. g) Mengkoordinir dan mengelola Anggaran Investasi, Anggaran Operasi dan

Cash Budget.

h) Mengevaluasi kontrak perjanjian dengan pihak ketiga.

i) Menyusun kebutuhan rencana diklat dan evaluasi hasil diklat.

j) Melakukan monitoring operasional kendaraan dinas, fasilitas kantor dan pemeliharaan gedung.


(30)

k) Mengkoordinasikan proses pelanggaran disiplin pegawai.

l) Mengevaluasi fasilitas / sarana kerja, permintaan perlengkapan K3/APK, tunjangan kecelakaan kerja.

m) Memonitor realisasi anggaran.

n) Memproses permohonan SPPD / Perjalanan Dinas 4.1.Sub Bagian Supervisor Administrasi Umum

Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan kesekretariatan, proses akuntansi dan keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Rincian tugas sebagai berikut :

a) Melaksanakan pengelolaan tenaga kerja. b) Melaksanakan pengelolaan K3.

c) Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja, kebakaran, kebanjiran, dan musibah lain yang terkait K3.

d) Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran. e) Melaksanakan pengelolaan fungsi keuangan dan akuntansi.

f) Melaksanakan fungsi kehumasan.

g) Menyiapkan data pendukung RKAP untuk bagian pelayanan dan administrasi.

h) Melaksanakan rekonsiliasi data dengan fungsi terkait atas pendapatan, bank, hutang-piutang, persekot dinas, dan PUMP-KPR/BPRP.

i) Menyiapkan rincian biaya di Rayon untuk rencana alokasi dan dana operasional


(31)

4.2.Sub. Bagian Supervisor Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan fungsi Pelayanan Pelanggan, administrasi pelanggan, dan pengelolaan pendapatan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a) Melaksanakan dan mensupervisi fungsi Pelayanan Pelanggan sesuai proses bisnis.

b) Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial (TM/TT).

c) Menyiapkan rencana Tingkat Mutu Pelayanan secara periodeik dan menindaklanjuti pencapaian TMP.

d) Melaksanakan kegiatan Riset Pasar dan menyusun Data Potensi Pasar (Captive Power).

e) Mengelola peta segmentasi pelanggan.

f) Melaksanakan supervise untuk penyempurnaan layanan PB/PD di Rayon. g) Memastikan proses PB/PD dan SPJBTL pelanggan Potensial sesuai

kewenangannya.

h) Memonitor penertiban SIP/SPJBTL.

i) Memonitor Mutasi Data Induk Langganan (DIL) dan memelihara arsip Data Induk Langganan.

j) Memonitor laporan penagihan lain-lain (multi guna, P2TL, BP). k) Memonitor dan mensupervisi pengendalian piutang pelanggan.


(32)

BAB III PEMBAHASAN

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Harahap (2015:6) adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. Sedangkan menurut Syahyunan (2013:25) Laporan Keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggung jawabkan pengunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya, dan menurut Kasmir (2012:7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah produk dari manajemen yang menggambarkan kondisi akhir keuangan pada perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2015:105-119) Jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Laporan Neraca (Posisi Keuangan)

Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi yang berupa aset, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Aset disajikan dalam kriteria lancar dan tidak lancar. Kewajibab disajikan sebagai


(33)

kewajibab jangka pendek dan jangan panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan. Isi Laporan Neraca dijelaskan sebagai berikut :

1. Aset ( Harta, Aktiva)

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak berwujud, dan lain-lain. Aktiva ini lazimnya di Indonesia dan Amerika ditempatkan di sebelah kiri. Sedangkan di beberapa negara Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan. 2. Liabilities (Kewajiban/Utang)

Kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban ini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.

3. Owner’s Equity (Modal Pemilik)

Equity adalah suatu hak yang tersisa alias aktiva suatu lembaga (entity)

setelah dikurangi kewajibannya. Dalam perusahaan Equity adalah modal pemilik. 4. Off Balance Sheet

Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya, dikenal apa yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transakasi off balance sheet ini adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan baik aturan prinsip akuntansi maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut transaksi cash atau transaksi instrument keuangan lainnya yang belum direalisasi, misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang belum digunakan.


(34)

5. Penyajian dan Bentuk Neraca

Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas pos atau perkiraannya. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas. Kewajiban yang paling cepat harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus ditempatkan di atas. Untuk industri-industri tertentu konsep likuiditas ini tidak berlaku. Misalnya untuk perusahaan asuransi pos yang ditempatkan paling atas adalah pos investasi.

b. Laporan Laba/Rugi

Laporan Laba/Rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu atau sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama periode akuntasi. Laba atau income

adalah perubahan dalam modal dalam suatu lembaga selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan dana yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Dalam FASB (Financial Accounting Standar Board) Statement no. 95 muncul lagi Cash Flow Statement atau Laporan Arus Kas yang harus sudah diterapkan pada pelaporan tahun buku 1989. Dalam laporan ini, transaksi kas dikelompokkan pada tiga bagian yaitu:

1. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi; 2. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan;


(35)

3. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi

B. 1.

Rasio-Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan menurut Van Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Jadi dapat di simpulkan bahwa rasio keuangan alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial, rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard, manfaat analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun (time

series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam industri yang

sama.(Harahap,2015:297).

2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang


(36)

paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis, yaitu :

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporankeuangan yang sangat rinci dan rumit.

c. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

d. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

e. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau

time series.

f. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. (Harahap, 2015: 298)

3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan antara lain:

a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. b. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda,

misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. c. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi

olehcara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil


(37)

4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban janka pendeknya secara tepat waktu. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan memakai hutang lancar. Rasio lancar yang ideal adalah 100%.

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar

x

100%

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Dengan rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Rasio cepat yang ideal adalah 100%.

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan

Utang lancar

x

100%

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Rasio kas yang ideal adalah 100%.

Rasio Kas = Kas


(38)

b. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva.

1. Total Assets Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah aktiva. Kemampuan dana yan tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Total Assets Turnover yang ideal yaitu 100%.

Total Assets Turnover = Pendapatan

Total Aktiva

2. Receivable Turnover

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan piutang rata-rata. Kemampuan piutang berputar dalam sutau periode tertentu. Receivable Turnover

yang ideal yaitu 100%.

Receivable Turnover = Pendapatan

Piutang Rata−Rata

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga


(39)

Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)

Yaitu Perbandingan antara Laba setelah biaya bunga dan Pajak (Laba bersih/EAT) dengan Total Aktiva Perusahaan. Return on Invesment yang baik adalah 200%.

ROI =

Laba Bersih/EAT Total Aktiva

x

100%

d. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.

1. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x

100%

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang


(40)

C. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan dengan maksud untuk melihat kondisi keuangan pada setiap periode tertentu.

Adapun kondisi kegiatan, perkembangan dan kemerosotan pada PT PLN (PERSERO) Area Medan dilihat dari Laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut yang meliputi Laporan Neraca dan Laporan Penerima Dana dan Laporan Pengeluaran Dana 2013 dan 2014.

Adapun Laporan Neraca dan Laporan Penerimaan dan laporan Pengeluaran Dana pada Tahun 2013 dan 2014 dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3,3, dan Tabel 3,4.


(41)

Tabel 3.1

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

ASET ASET TETAP

(NETTO)

Aset Tetap (Bruto) Akumulasi Penyusutan

PEKERJAAN DALAM PELAKSANAAN PROPERTI

INVESTASI

INVESTASI JANGKA PANJANG ASET TIDAK LANCAR LAIN

Aset Tidak Beroperasi

Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Biaya Yang Ditangguhkan

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

DANA PELUNASAN OBLIGASI ASET PAJAK TANGGUHAN REKENING YANG DIBATASI PENGGUNAANYA

ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)

- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi)

- Pihak Ketiga (Bruto) Penyisihan (Pihak Ketiga)

Persediaan (Netto) - Persediaan (Bruto)

Penyisihan Uang Muka Pajak

Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual

732,077,066,291 1,208,440,926,696 -476,363,863,405 15,480,007,390 - - 1,190,095,592 - 1,065,960,592 1,065,960,592 - - 124,135,000 124,135,000 - - - - 389,627,692,740 4,072,367 - 369,475,176,750 10,393,766,463 -8,527,580 10,385,234,884 363,553,508,218 -4,463,570,352 359,089,937,866 16,723,019,451 17,035,972,829 -312,953,378 - 793,248,977 298,248,977 495,000,000 2,636,247,562 2,541,909,579 94,337,983 -


(42)

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

EKUITAS DAN LIABILITAS TOTAL EKUITAS

Ekuitas Entitas Induk Modal Saham Tambahan Modal

Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba

Kepentingan Non-Pengendali

AKUN ANTAR SATUAN ADMINISTRASI LIABILITAS JANGKA PANJANG

Pendapatan Ditangguhkan Liabilitas Pajak Tangguhan

Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN Utang Lain-lain (Jk. Panjang)

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak

Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek

Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN

Liabilitas Manfaat Pekerjaan (Jk. Pendek)

JUMLAH EKUITAS DAN LIABILITAS

-1,769,223,603,484 -1,769,223,630,484 - - - -1,769,223,630,484 - 2,292,813,297,398 344,536,655,887 344,536,655,887 - - - - - - - - - - - - - 270,248,539,213 20,457,291,874 20,457,291,874 - 14,355,991 4,009,807,438 37,954,483,812 - 37,954,483,812 26,456,810,284 181,355,789,814 - - - - - - - - - - - 1,138,374,862,013 Sumber: PT PLN (PERSERO) Wilayah Area Medan


(43)

Tabel 3.2

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

ASET ASET TETAP (NETTO)

Aset Tetap (Bruto) Akumulasi Penyusutan

PEKERJAAN DALAM PELAKSANAAN PROPERTI INVESTASI

INVESTASI JANGKA PANJANG ASET TIDAK LANCAR LAIN

Aset Tidak Beroperasi

Piutang Lain - lain ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Biaya Yang Ditangguhkan

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka ( Jk. Panjang) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

DANA PELUNASAN OBLIGASI

ASET PAJAK TANGGUHAN

REKENING YANG DIBATASI PENGGUNAANYA ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas Investasi Sementara Piutang Usaha (Netto)

- Pihak yang Berelasi (Bruto) Penyisihan (Hubungan Berelasi)

- Pihak Ketiga (Bruto) Penyisihan (Pihak Ketiga)

Persediaan (Netto) - Persediaan (Bruto)

Penyisihan Uang Muka Pajak

Piutang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Dibayar Dimuka & Uang Muka (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi

- Pihak Ketiga

Aset Tidak Lancar yang Tersedia untuk Dijual

790,460,177,454 1,307,840,636,786 -517,380,459,332 9,496,802,635 - - 1,328,198,403 - 1,190,075,074 1,190,075,074 - - 138,123,329 138,123,329 - - - - 423,372,841,848 17,145,171,868 - 396,031,384,000 12,977,188,457 - 12,977,188,457 391,207,111,097 -8,152,915,554 383,054,195,543 27,072,229,290 27,293,878,546 -221,649,256 - 1,142,903,704 275,118,764 876,784,940 126,324,855 - 126,324,855 -


(44)

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN NERACA

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

EKUITAS DAN LIABILITAS TOTAL EKUITAS

Ekuitas Entitas Induk Modal Saham Tambahan Modal

Ekuitas Lainnya (Akun Pendapatan Komprehensif Lain) Saldo Laba

Kepentingan Non-Pengendali

AKUN ANTAR SATUAN ADMINISTRASI

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Pendapatan Ditangguhkan Liabilitas Pajak Tangguhan

Pinjaman Jangka Panjang : - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN Utang Lain-lain (Jk. Panjang)

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Liabilitas Manfaat Pekerja ( Jk. Panjang)

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang Usaha

- Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga Utang Dana Pensiun Utang Pajak

Utang Lain-lain (Jk. Pendek) - Pihak Yang Berelasi - Pihak Ketiga

Biaya Yang Masih Harus Dibayar Uang Jaminan Langganan Utang Biaya Proyek

Liabilitas Jangka Panjang Jatuh Tempo - Pihak Yang Berelasi

Penerusan Pinjaman Utang Kepada Pemerintah Utang Bank

- Pihak Ketiga Utang Bank Utang Obligasi Utang Promes/ MTN

Liabilitas Manfaat Pekerjaan (Jk. Pendek)

-3,309,822,373,496 -3,309,822,373,496 - - - -3,309,822,373,496 - 4,181,703,372,889 74,147,941,450 74,147,941,450 - - - - - - - - - - - - - 279,629,079,498 36,252,330,615 36,252,330,615 - - 4,339,237,663 46,773,760,711 - 46,773,760,711 4,207,867,628 188,055,873,882 - - - - - - - - - - -

JUMLAH EKUITAS DAN LIABILITAS 1,225,658,020,341


(45)

Tabel 3.3

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI

PER 31 DESEMBER 2013 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2013

PENDAPATAN USAHA

- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount

- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain

BEBAN USAHA

- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset

- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

- H S D

- M F O / Residu - I D O

- Batu Bara - Gas Alam - Panas Bumi - Air

- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas

- Pemeliaharaan

- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian

- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi

LABA RUGI USAHA

PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN

- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs

LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK

Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN

LABA RUGI BERSIH

LABA YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik Entitas Induk

Kepentingan Non - Pengendali

6,173,242,827,437 3,457,278,278,850 3,457,278,278,850 - 2,690,557,894,130 24,630,079,662 776,574,796 7,965,503,002,982 7,768,508,258,543 - 57,814,655,569 20,654,586,498 37,160,069,071 71,389,430,476 42,043,055,146 25,747,603,247 -1,792,260,175,544 23,036,545,060 69,766 22,140,560,714 - -2,705,112,083 3,601,026,663 -1,769,223,630,484 - -1,769,223,630,484 - -1,769,223,630,484 -1,769,223,630,484 -1,769,223,630,484


(46)

Tabel 3.4

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH AREA MEDAN LABA RUGI

PER 31 DESEMBER 2014 ( DALAM RUPIAH)

KETERANGAN 31 Desember 2014

PENDAPATAN USAHA

- Penjualan Tenaga Listrik - Penjualan Tenaga Listrik (Bruto) - Discount

- Subsidi Listrik Pemerintah - Penyambungan Pelanggan - Lain - lain

BEBAN USAHA

- Pembelian Tenaga Listrik - Sewa Genset

- Beban Penggunaan Transmisi - Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

- H S D

- M F O / Residu - I D O

- Batu Bara - Gas Alam - Panas Bumi - Air

- Campuran Bahan Bakar dll - Minyak Pelumas

- Pemeliaharaan

- Pemakaian Material - Jasa Borongan - Kepegawaian

- Penyusutan Aset Tetap - Administrasi

LABA RUGI USAHA

PENDAPATAN BEBAN LAIN - LAIN

- Pendapatan Bunga - Pendapatan Lain - lain - Beban Pinjaman - Beban Pensiun - Beban Lain - lain - Beban Selisih Kurs

LABA RUGI SEBELUM PPH BADAN BEBAN PAJAK

Beban Pajak Kini Beban Pajak Tangguhan

LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DILANJUTKAN LABA RUGI DARI OPERASAI YANG DIHENTIKAN LABA RUGI BERSIH

LABA YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik Entitas Induk

Kepentingan Non - Pengendali

4,475,706,434,999 3,741,325,489,404 3,741,325,489,404 - 715,882,125,184 17,632,053,454 866,766,957 7,810,683,536,351 7,624,858,281,621 - 60,405,655,796 20,530,766,861 39,874,888,935 55,974,454,916 44,266,521,353 25,178,622,666 -3,334,977,101,353 25,154,727,857 - 25,010,083,407 - -7,167,332,010 7,311,976,460 -3,309,822,373,496 - -3,309,822,373,496 - -3,309,822,373,496 -3,309,822,273,496 -3,309,822,273,496


(47)

D. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan.

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Utang lancar

x

100%

2013

=

389.627.692

207.812.600.

x

100%

=

187,4%

2014 = 424.372.841

192.263.750

x

100%

=

220,7%

Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 187,4 aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 220,7 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengembalikan hutang lancar dengan jaminan aktiva lancar meningkat pada tahun 2014.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat = Aktiva Lancar−Persediaan


(48)

2013 = 389.627.692−16.723.019

207.812.600

x

100%

= 179,4%

2014 = 424.372.841−27.072.229

192.263.750

x

100%

= 206,6%

Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 179,4 aktiva lancar. Sedangkan, pada tahun 2014, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 206,6 aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan perusaaan dalam mengangsur setiap rupiah hutang dengan jaminan aktiva lancar tanpa persediaan meningkat pada tahun 2014.

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas = Kas

Aktiva lancar

x

100%

2013 = 4.072.367

389.627.692

x

100%

= 1,04%

2014 = 17.145.171

424.372.841

x

100%

= 4,04%

Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2013 terjadi peningkatan rasio sebesar 3%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan jasa, karena rasio kas yang baik yaitu 100%, sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan agar perusahaan menjadi likuid.


(49)

Rasio Likuiditas yang terdiri dari 3 Rasio dapat di sajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.5 Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Likuiditas 2013 2014 Perbandingan

1 Rasio Lancar (Current Ratio) 187,4% 220,7 33,3% (+) 2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 179,4% 206,6% 27,2% (+) 3 Rasio Kas (Cash Ratio) 1,01% 4,04% 3%(+)

Dari ketiga komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga ada perbaikan rasio likuiditas pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013.

2. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan.

a. Total Assets Turnover

Total Assets Turnover

=

Pendapatan

Total Aktiva

2013

=

6.173.242.827

1.225.658.020

= 5 kali

2014 = 4.475.706.434


(50)

=4 kali

Berdasarkan perhitungan total assets turnover, pada tahun 2013 perusahaan

mampu menghasilkan pendapatan sebesar 5 kali. Sedangkan pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 4 kali dari total aktiva yang dimiliki perusahaan.

b. Receivable Turnover

Receivable Turnover = Pendapatan

Piutang Rata−Rata

2013 = 6.173.242.827

93.492.658.470

= 0,06 kali

2014 = 4.475.706.434

99.622.671.908

= 0,04 kali

Berdasarkan perhitungan receivable turnover, pada tahun 2013 perusahaan

mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0,06 kali dari piutang rata-rata dan pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar 0,04 kali dari piutang rata-rata.

Rasio Aktivitas yang terdiri dari 2 jenis dapat di sajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6 Rasio Aktivitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Aktivitas 2013 2014 Perbandingan

1 Total Assets Turnover 5 Kali 4 Kali 1


(51)

Dari kedua komponen rasio aktivitas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut kurang efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada rasio

Receivable Turnover, terjadi penurunan rasio pada tahun 2014.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)

ROI =

Laba Bersih/EAT Total Aktiva

x

100%

2013 = 1.769.223.630

1.225.658.020

x

100%

= 144,3%

2014 = 3.309.822.373

1.138.374.862

x

100%

= 290,7%

Berdasarkan perhitungan return on investment, Pada Tahun 2013 sebesar 144,3%. Dalam hal ini setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 144,3-. Dan pada tahun 2014 return on investment sebesar -290,7% atau terjadi peningkatan sebesar Rp 146,4- dari tahun 2013, penyebabnya adalah kenaikan laba operasi bersih perusahaan/ pendapatan bersih usaha.


(52)

Rasio Profitabilitas dapat di sajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.7 Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2013 2014 Perbandingan

1 Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment-

ROI)

144,3% 290,7% 146,4% (+)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x

100%

2013 = 1.138.374.862

1.225.658.020

x

100%

= 92,8%

2014 = 1.225.658.020

1.138.374.862

x

100%


(53)

Berdasarkan perhitungan rasio hutang, pada tahun 2013, 92,8% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Sedangkan pada tahun 2014, 107,6% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Hal ini menunjukkan bahwa beban hutang perusahaan sangat kecil jika dibandingkan dengan aktiva yang sama.

b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk.pjg+ekuitas

x

100%

2013 = 1.138.374.862

0+1.769.223.630

x

100%

= 64,3%

2014 = 1.225.658.020

0+3.309.822.373

x

100%

=37,0%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas, pada tahun 2013, Rp0,643 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2014, Rp0,37utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri.


(54)

Rasio Leverage yang terdiri dari 2 jenis dapat di sajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.8 Rasio Leverage Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Leverage 2013 2014 Perbandingan

1 Rasio Hutang (Debt Ratio) 92,8% 107,6% 14,8%(-) 2 Rasio Hutang Terhadap

Ekuitas (Total Debt to Equity

Ratio)

64,3% 37,0% 27,3%(-)

Dilihat dari persentase rasio Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio

bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman dan menunjukkan angka yang semakin menurun pada tahun 2014.


(55)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT PLN (Persero) Area Medan, maka penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013 pada rasio lancar sebesar 33,3%,rasio secepatnya 27,2%, dan rasio kas sebesar 3%.

2. Jika dilihat dari rasio aktivitas, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup drastis.

3. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.


(56)

49

4. Jika dilihat dari rasio leverage, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya atau dengan kata lain komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar 64,3% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 37,0%.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya- biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 2. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/karyawati tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

3. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat bagus, hal ini dapat dilihat pada rasio leverage. Perusahaan harus mampu menjaga keadaan tersebut agar pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan rasio.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 2015, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James C. Van Horne, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi ke sembilan. Salemba 4.

Syahyunan, 2013, Manajemen Keuangan 1, Edisi ke 2, USU Press, Medan.


(1)

45

Rasio Profitabilitas dapat di sajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.7

Rasio Profitabilitas Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Profitabilitas 2013 2014 Perbandingan

1 Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)

144,3% 290,7% 146,4% (+)

Dari komponen rasio profitabilitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.

4. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Debt Ratio = Total Utang

Total Aktiva

x

100%

2013 = 1.138.374.862

1.225.658.020

x

100%

= 92,8%

2014 = 1.225.658.020

1.138.374.862

x

100%


(2)

46

Berdasarkan perhitungan rasio hutang, pada tahun 2013, 92,8% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Sedangkan pada tahun 2014, 107,6% dari total aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman (hutang). Hal ini menunjukkan bahwa beban hutang perusahaan sangat kecil jika dibandingkan dengan aktiva yang sama.

b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Total Debt to Equity Ratio = Total Utang

Hutang jk.pjg+ekuitas

x

100%

2013 = 1.138.374.862

0+1.769.223.630

x

100%

= 64,3%

2014 = 1.225.658.020

0+3.309.822.373

x

100%

=37,0%

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas, pada tahun 2013, Rp0,643 utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2014, Rp0,37utang jangka panjang dijamin dengan Rp1,- modal sendiri.


(3)

47

Rasio Leverage yang terdiri dari 2 jenis dapat di sajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.8

Rasio Leverage Akhir Tahun 2013 dan 2014

No Rasio-Rasio Leverage 2013 2014 Perbandingan

1 Rasio Hutang (Debt Ratio) 92,8% 107,6% 14,8%(-)

2 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity

Ratio)

64,3% 37,0% 27,3%(-)

Dilihat dari persentase rasio Debt Ratio dan Total Debt to Equity Ratio

bahwa komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman dan menunjukkan angka yang semakin menurun pada tahun 2014.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT PLN (Persero) Area Medan, maka penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan demi penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, juga terjadi peningkatan rasio pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013 pada rasio lancar sebesar 33,3%,rasio secepatnya 27,2%, dan rasio kas sebesar 3%.

2. Jika dilihat dari rasio aktivitas, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup drastis.

3. Jika dilihat dari rasio profitabilitas, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan cukup mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio ini meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rasio tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi peningkatan rasio sebesar 146,4%.


(5)

49

4. Jika dilihat dari rasio leverage, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya atau dengan kata lain komposisi hutang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif aman. Hal ini dapat dilihat dari persentase rasio yang semakin menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar 64,3% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 37,0%.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan Profitabilitas, Perusahaan perlu meningkatkan pendapatan, mutu, dan pelayanan serta melakukan penekanan biaya secara terus-menerus melalui perbaikan prosedur kerja sehingga biaya-biaya yang tidak perlu terjadi dapat dihapus. Dengan catatan bahwa penekanan biaya- biaya tersebut tidak mengganggu kelancaran jalannya operasi Perusahaan. 2. Mengadakan perbaikan pada sumber daya manusia seperti mengadakan

pelatihan terhadap karyawan/karyawati tentang pengetahuan dan cara-cara pelayanan yang lebih baik untuk menunjang pencapaian tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

3. Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek sangat bagus, hal ini dapat dilihat pada rasio leverage. Perusahaan harus mampu menjaga keadaan tersebut agar pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi kenaikan rasio.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 2015, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James C. Van Horne, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi ke sembilan. Salemba 4.

Syahyunan, 2013, Manajemen Keuangan 1, Edisi ke 2, USU Press, Medan.