Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan M. Ngalim Purwanto, 2004 : 10. Di lingkungan sekolah, orang dewasa yang berperan sebagai pelaksana pendidikan adalah guru, sedangkan objek pendidikan adalah siswa. Pendidikan di sekolah dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tak terpisahkan. Belajar mengacu pada apa yang harus dilakukan seseorang yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa memegang peranan penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mengingat bahwa kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pengajaran, maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Belajar adalah sutu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, dan kecakapan yang berguna untuk kehidupannya sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia dituntut untuk dapat berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis untuk memecahkan masalah. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan Matematika. Hal ini dimungkinkan karena Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, komunikasi, dan alat untuk memecahkan persoalan praktis yang mempunyai unsur logika. Dengan kata lain, Matematika sangat penting bagi kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Matematika sangat penting bagi kehidupan. Namun pada kenyataannya mata pelajaran Matematika sering menjadi 2 salah satu pelajaran yang menempati urutan terakhir pada peringkat prestasi belajar siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lain, hal itu terbukti dengan rendahnya nilai Matematika yang didapat oleh siswa saat ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester bahkan pada ujian akhir bagi siswa kelas V1. Begitu pula guru, mereka sering mengeluh dan bingung tentang bagaimana cara yang paling tepat dalam mengajarkan materi pelajaran Matematika agar siswa dapat menangkap dengan baik materi pelajaran yang diajarkan sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga guru – guru tidak berani untuk membuat Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang tinggi untuk pelajaran ini. Namun, bagaimanapun keadaanya, seorang guru harus selalu berusaha mencari jalan keluar yang terbaik untuk keberhasilan belajar anak didiknya. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri siswa, antara lain : lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Sedangkan faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya intelegensi, bakat, minat, kreativitas, dan keadaan fisik. Tugas utama guru adalah bagaimana mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat untuk mewujudkan kondisi yang dapat mempengaruhi peserta didik agar mereka dapat belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Dra. Roestiyah, N.K1989: 1 guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Macam-macam metode mengajar, antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode kerja kelompok, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode simulasi, dan metode inkuiri. Dalam pemilihan metode mengajar, guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan materi yang akan disampaikan, tujuan, waktu yang tersedia, jumlah siswa, kemampuan awal siswa, serta hal – hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. 3 Di dalam proses belajar mengajar, diperlukan suatu metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan tetap menjaga interaksi yang baik antara guru dan murid. Dengan digunakannya metode mengajar yang tepat, diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan akan baik. Contohnya dengan pemberian tugas untuk mengerjakan latihan soal Matematika, diharapkan siswa dapat dengan mudah mengerjakan soal – soal dalam ulangan yang bervariasi yang pada prinsipnya mempunyai konsep yang sama sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Lemahireng kecamatan Kemusu kabupaten Boyolali menempati urutan paling rendah jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada mata pelajaran lain. Hal itu dapat dilihat dari laporan hasil belajar siswa raport ketika duduk di kelas lV semester ll tahun pelajaran 20072008. Berdasarkan laporan hasil belajar siswa raport kelas lV semester ll tahun pelajaran 20072008, nilai rata-rata kelas tertinggi adalah 73 yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan. Sedangkan nilai rata-rata kelas terendah adalah 66 yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Matematika. Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama bukanlah bidang tugas peneliti sebagai guru kelas, sedangkan mata pelajaran Matematika menjadi perhatian peneliti. Lampiran 1. Pada saat berlangsungnya proses pembelajaran Matematika waktu membahas materi seolah siswa telah paham terhadap materi, namun setelah diadakan ulangan harian ataupun tes semester ternyata hasil prestasinya belum memuaskan. Dengan demikian peneliti memandang perlunya pemberian tugas oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan Matematika. Dengan mengerjakan tugas siswa lebih aktif belajar dan materi yang telah diterima akan lebih mantab, mendalam, dan tahan lama karena dengan tugas siswa dihadapkan terhadap sejumlah masalah yang harus diselesaikan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, jika siswa sering diberikan tugas, maka siswa akan terbiasa menghadapi soal serupa pada saat ulangan ataupun tes dikarenakan siswa telah sering mengalami melakukan kegiatan serupa. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam memberikan tugas kepada siswa, guru harus memperhatikan penerapan metode pemberian tugas yang terdiri 4 dari 3 fase, yaitu: Fase pemberian tugas, 2 Fase pelaksanaan tugas, 3 Fase mempertanggungjawabkan tugas. Fase – fase tersebut memiliki syarat dan langkah- langkah yang harus dipenuhi, antara lain : keterlibatan siswa dalam perencanaan pemberian tugas, mengkomunikasikan tujuan, adanya bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas, serta melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa. Tugas dalam pembelajaran merupakan suatu hal yang biasa diberikan guru kepada muridnya. Namun, suatu hal yang sering terjadi di sekolah – sekolah, termasuk di SD Negeri 1 Lemahireng kecamatan Kemusu kabupaten Boyolali, guru belum menerapkan metode pemberian tugas sesuai aturan yang berlaku. Dalam memberikan tugas, guru sering kali tidak melibatkan siswa dalam perencanaan tugas, terkadang guru langsung memberikan tugas yang banyak dalam waktu yang ditentukan sendiri oleh guru sehingga banyak siswa yang merasa sangat terbebani dan mengerjakan tugas dalam keadaan terpaksa karena perintah guru, akhirnya hasil belajarpun kurang maksimal. Pada fase pelaksaan tugas di kelas, guru kurang memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pekerjaan siswa, terkadang guru meninggalkan kelas karena kesibukan lain. Serta setelah siswa mengerjakan tugas, jarang diadakan penilaian secara langsung, sehingga hal tersebut dapat melemahkan motivasi belajar siswa. Atas dasar uraian di atas, maka penulis ingin meneliti tentang “ Penerapan Metode Pemberian Tugas untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Lemahireng kecamatan Kemusu kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 20082009”.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

BIMBINGAN INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PERKALIAN BAGI SISWA TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SLB C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 6 107

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN MELALUI PENERAPAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SELO, SELO, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

1 15 26

PENERAPAN ALAT PERAGA POHON BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS D2SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

1 6 101

PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PUNGSARI 1 KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 132

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 1 Jepang Kudus Tahun Ajaran

0 4 16

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Malangjiwan Kebonarum Klaten Tahun 2013/2014.

0 1 17

IMPLEMENTASI METODE CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI ALAT PERNAPASAN MANUSIA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SD NEGERI 1 KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 8

PENERAPAN METODE DICOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Penerapan Metode Dicovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri I Jurug Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 16

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS Penerapan Metode Dicovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri I Jurug Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 25

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA (SAINS) BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI KEBONSARI KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 0 177