Fill Factor dan Efisiensi Kuantum

2.2.2.2 Fill Factor dan Efisiensi Kuantum

Sebelum mengetahui berapa nilai daya yang dihasilkan harus diketahui daya yang diterima daya input, di mana daya tersebut adalah perkalian antara intensitas radiasi matahari yang diterima dengan luas area sel surya dengan persamaan: � cahaya = � � . � 2.1 Keterangan: � cahaya = Daya input akibat Radiasi matahari Watt � � = intensitas radiasi matahari Wattm 2 A = Luas area permukaan sel surya m 2 . Karaktersitik penting lainnya dari sel surya yaitu fill factor FF, dengan persamaan, 2.2 Dengan menggunakan fill factor maka maksimum daya dari sel surya didapat dari persamaan, 2.3 Sehingga efisiensi sel surya yang didefinisikan sebagai daya yang dihasilkan dari sel P Max dibagi dengan daya dari cahaya yang datang P cahaya : 2.4 Nilai efisiensi ini yang menjadi ukuran global dalam menentukan kualitas performansi suatu sel surya. Efisiensi dari sel surya tergantung pada temperatur dari sel dan yang lebih penting lagi adalah kualitas illuminasi. Misalnya total intensitas cahaya dan intensitas spektrum yang terdistribusi. Oleh karena itu, standar kondisi pengukuran harus dikembangkan sejalan dengan pengujian sel surya di laboraturium. Kondisi standar yang telah digunakan untuk menguji solar sel dengan intensitas cahaya 1000 Wm 2 , distribusi spektrum dari pancaran matahari seperti Gambar 2.3, dan temperatur sel 25 o C. Daya yang dikeluarkan solar cell pada kondisi ini adalah daya normal dari sel, atau modul, dan dicatat sebagai puncak daya peak watt, Wp Green, 1982. Universitas Sumatera Utara

2.3 Dye Sensitized Solar Cell

2.3.1 Umum Tingginya efisiensi konversi energi surya menjadi listrik dari DSSC merupakan salah satu daya tarik berkembangnya riset mengenai DSSC di berbagai negara akhir-akhir ini, selain dari proses produksi yang simpel dan biaya produksi yang murah. Beberapa hasil penelitian dari peneliti-peneliti DSSC Di Indonesia sendiri penelitian tentang DSSC telah banyak dilakukan seperti oleh Septina dkk pada tahun 2007. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode nanopori TiO 2 yaitu sol-gell dan sebagai bahan dye digunakan buah delima. Hasil yang didapatkan adalah tegangan listrik sebesar 162,4 mV dari prototipe DSSC tersebut dengan intensitas penyinaran pada siang hari. Kemudian ada pula Hardeli dkk pada tahun 2013 yang menggunakan beberapa bahan dye, yaitu beras ketan, daun bayam, bunga rosella, buah naga, dan ubi jalar ungu. Dari semua bahan dye yang digunakannya didapatlah beras ketan yang menghasilkan tegangan dan efisiensi tertinggi, yaitu 937 mV dan 0,405 secara berturut-turut. Dye Sensitized Solar Cell DSSC, sejak pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon dan telah dipatenkan dengan nama Gratzel cell Halme, 2002.

2.3.2 Struktur DSSC