Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L. Merril.) TERHADAP PERBEDAAN WAKTU TANAM DAN INOKULASI
RHIZOBIUM
SEMINAR HASIL *
Oleh:
ELRISA RAMADHANI ** 050301004
BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L. Merril.) * Seminar dilaksanakan pada hari Senin, 23 Maret 2009, pukul 10.00 WIB, di ruang
seminar Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
(2)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L. Merril.)TERHADAP PERBEDAAN WAKTU TANAM DAN INOKULASI
RHIZOBIUM
SEMINAR HASIL
Oleh:
ELRISA RAMADHANI 050301004 BDP-AGRONOMI
Seminar Hasil Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyusun Skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :
(DR. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP) (Ir. Syukri
2 0 0 9
)
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing NIP : 131 785 642 NIP : 131 653 991
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu tanam yang baik terhadap pertumbuhan kacang kedelai. Sedangkan pemberian inokulasi bakteri
Rhizobium sp. pada penelitian ini bertujuan untuk membantu perakaran tanaman,
agar lebih mudah dalam mengikat N yang berperan dalam proses fotosintesis yang mendukung bagi proses pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor , faktor pertama adalah waktu tanam (waktu tanam pertama, 10 hari setelah waktu tanam pertama, dan 20 hari dari waktu tanam pertama) dan faktor kedua adalah rhizobium (kontrol, dan 100 g benih/100 ml). Data hasil penelitian dianalisa menggunakan sidik ragam dan untuk uji beda rata-rata digunakan Uji Beda Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dari penelitian ini, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa secara statistik perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk , bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah bintil akar efektif, luas daun, umur berbunga, cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per sampel, dan bobot 100 biji namun tidak berbeda nyata pada parameter umur panen.Secara statistik inokulasi rhizobium berbeda nyata pada parameter bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, namun tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tajuk, jumlah bintil akar efektif, luas daun, umur berbunga, cabang produktif, umur panen, bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per sampel.interaksi antara waktu tanam dengan rhizobium berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, luas daun, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per sampel, namun tidak berbeda nyata pada parameter bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah bintil akar efektif, jumlah daun, umur berbunga, cabang produktif, umur panen, dan bobot 100 biji.
(4)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah 'Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium’, yang berfungsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP dan Bapak Ir. Syukri, selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu saran dan kritik untuk perbaikan demi kesempurnaan sangat penulis harapkan.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
(5)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR . ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Tanaman Kedelai ... 4
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 9
Waktu Tanam ... 9
Rhizobium ... 11
BAHAN DAN METODE ... 15
Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 15
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 18
Persiapan Lahan ... 18
Inokulasi Rhizobium serta Penanaman Benih ... 18
Penjarangan ... 18
Pemeliharaan Tanaman ... 19
Penyiraman... 19
Penyiangan ... 19
Pemupukan ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19
Panen... 19
Pengamatan Parameter ... 20
(6)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Jumlah Daun (helai) ... 20
Bobot Basah Akar (g) ... 20
Bobot Basah Tajuk (g)... 20
Bobot Kering Akar (g)... 20
Bobot Kering Tajuk (g) ... 21
Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil) ... 21
Luas Daun (cm2) ... 21
Jumlah Cabang Produktif(cabang) ... 22
Umur Berbunga (HST) ... 22
Umur Panen (HST)... 22
Jumlah Polong Per Tanaman (polong) ... 22
Bobot Biji Per Tanaman (g) ... 22
Bobot 100 Biji (g) ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Hasil ... 23
Pembahasan ... 45
KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
Kesimpulan ... 55
Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA
(7)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal.
1. Rataan Tinggi Kedelai Terhadap Perlakuan Perbedaan Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 23 2. Rataan Jumlah Daun Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu Tanam dan
Inokulasi Rhizobium... 23 3. Rataan Bobot Basah Akar Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu Tanam
Dan Inokulasi Rhizobium ... 26 4. Rataan Bobot Basah Tajuk Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu
Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 27 5. Rataan Bobot Kering Akar Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 6. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 7. Rataan Jumlah Bintil Akar Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 27 8. Rataan Luas Daun Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu
Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 9. Rataan Jumlah Cabang Produktif Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 10. Rataan Umur Berbunga Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 27 11. Rataan Umur Panen Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu
(8)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 12. Rataan Jumlah Polong per Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28 13. Rataan Bobot Biji per Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan
Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 27 14. Rataan Bobot 100 Biji Tanaman Kedelai Terhadap Perbedaan Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium ... 28
(9)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Hal.
1. Tinggi Kedelai Dengan Perlakuan Perbedaan Waktu Tanam... ... 25
2. Tinggi Kedelai Terhadap Interaksi Waktu Tanam dan Inokulasi Rhizobium... 25
3. Jumlah Daun Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 27
4. Bobot Basah Akar Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 29
5. Bobot Basah Tajuk Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 30
6. Bobot Kering Akar Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam... 32
7. Bobot Kering Akar Kedelai Dengan Perlakuan Inokulasi Rhizobium ... 32
8. Bobot Kering Tajuk Kedelai Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 34
9. Jumlah bintil akar efektif Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 35
10. Luas Daun Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 37
11. Luas Daun Kedelai Dengan Perlakuan Interaksi Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium ... 37
12. Jumlah Cabang Produktif Dengan Perlakuan Waktu Tanam .... ... 38
13. Umur Berbunga Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 39
14. Jumlah Polong per Tanaman Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 41
15. Jumlah Polong per Tanaman Kedelai Dengan Perlakuan Interaksi Waktu Tanam Dan Rhizobium ... 42
(10)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
17. Bobot Biji per Tanaman Kedelai Dengan Perlakuan Interaksi
Waktu Tanam Dan Rhizobium .... ... 43 18. Bobot 100 Biji Kedelai Dengan Perlakuan Waktu Tanam ... 44 19. Jumlah Curah Hujan (mm) Dari Bulan Juli 2008 Sampai Bulan
Februari 2009 ... 46 20. Rataan Radiasi Bulanan (%) Dari Bulan Juli 2008 Sampai Bulan
Februari 2009 ... 47 21. Temperatur Bulanan (°C) Dari Bulan Juli 2008 Sampai Bulan
(11)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
1. Bagan penelitian ... 58
2. Jadwal kegiatan penelitian ... 59
3. Deskripsi tanaman ... 60
4. Analisis Tanah Daerah Sampali ... 61
5. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 62
6. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 62
7. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 62
8. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 62
9. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 63
10. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 63
11. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 63
12. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 64
13. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (cm) ... 64
14. Sidik ragam jumlah daun 3 MST ... 64
15. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (cm) ... 64
16. Sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 65
17. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (cm) ... 65
18. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 65
19. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (cm) ... 66
20. Sidik ragam jumlah daun 6 MST ... 66
21. Data pengamatan bobot basah akar 4 MST (g) ... 66
22. Sidik ragam bobot basah akar 4 MST (g)... 66
23. Data pengamatan bobot basah akar 6 MST (g) ... 67
24. Sidik ragam bobot basah akar 6 MST (g)... 67
25. Data pengamatan bobot basah tajuk 4 MST (g) ... 67
26. Sidik ragam bobot basah tajuk 4 MST (g) ... 68
27. Data pengamatan bobot basah tajuk 6 MST (g) ... 68
28. Sidik ragam bobot basah tajuk 6 MST (g) ... 68
(12)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
30. Sidik ragam bobot kering akar 4 MST (g) ... 69
31. Data pengamatan bobot kering akar 6 MST (g) ... 69
32. Sidik ragam bobot kering akar 6 MST (g) ... 69
33. Data pengamatan bobot kering tajuk 4 MST (g) ... 70
34. Sidik ragam bobot kering tajuk 4 MST (g) ... 70
35. Data pengamatan bobot kering tajuk 6 MST (g) ... 70
36. Sidik ragam bobot kering tajuk 6 MST (g) ... 70
37. Data pengamatan jumlah bintil efektif 4 MST (bintil)... 71
38. Sidik ragam jumlah bintil akar efektif 4 MST (bintil) ... 71
39. Data pengamatan jumlah bintil akar efektif 6 MST (bintil)... 71
40. Sidik ragam jumlah bintil akar efektif 6 MST (bintil) ... 72
41. Data pengamatan luas daun (cm2) ... 72
42. Sidik ragam luas daun (cm2) ... 72
43. Data pengamatan jumlah cabang produktif (cabang) ... 73
44. Sidik ragam jumlah cabang produktif (cabang) ... 73
45. Data pengamatan umur berbunga (HST)... 73
46. Sidik ragam umur berbunga (HST) ... 74
47. Data pengamatan umur panen (HST) ... 74
48. Sidik ragam umur panen (HST) ... 74
49. Data pengamatan jumlah polong per tanaman (polong) ... 75
50. Sidik ragam jumlah polong per tanaman (polong) ... 75
51. Data pengamatan bobot biji per tanaman (g)... 75
52. Sidik ragam bobot biji per tanaman (g) ... 76
53. Data pengamatan bobot 100 biji (g) ... 76
54. Sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 76
(13)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kedelai pada tahun 2007 diperkirakan sebesar 2,24 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 1,25 juta ton sehingga kekurangannya harus diimpor (Ditjen Tanaman Pangan 2006). Upaya untuk menekan laju impor kedelai dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Dalam upaya untuk peningkatan produksi dan produktivitas kedelai, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, sejak tahun 2003 telah melakukan pengembangan agribisnis kedelai melalui Program Bangkit Kedelai (Marwoto, 2007).
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati dengan kandungan 39 %, di mana 2 % dari seluruh rakyat Indonesia memperoleh sumber protein dari kedelai. Jumlah kebutuhan kedelai untuk konsumsi tergantung dari jumlah penduduk dan konsumen per kapita, sehingga laju pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan laju peningkatan hasil produksi (Lamina, 1989).
Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia, selain itu dapat menghasilkan minyak dengan mutu baik. Kedelai juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, pakan ternak, dan produk keperluan industri (Koswara, 1992).
Dalam tahun 1978, hasil tanaman sumber pangan kedelai nabati telah telah menyumbangkan 4,66 g protein dan 1,35 g lemak. Di tahun 1985, kedelai memberikan 6,16 g protein dan 3,19 g lemak pada setiap orang per hari, yang
(14)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
merupakan suatu peningkatan nyata. Pada periode itu, tanaman masih dominan sebagai sumber nabati protein dan lemak (Djauhari, 2008).
Peranan kedelai dalam mencukupi kebutuhan protein nabati saat ini sangat diperlukan. Sebenarnya hasil yang diperoleh dari tahun ke tahun terus meningkat, namun laju peningkatan hasil masih relatif lamban. Pada umumnya petani mengusahakan palawija termasuk kedelai, setelah padi sawah yaitu pada
saat irigasi dihentikan atau saat menjelang kemarau tiba (Agung dan Rahayu, 2004).
Penanaman kedelai di tanah yang subur biasanya tidak menimbulkan masalah, karena pada hakikatnya tanah seperti ini banyak mengandung bahan – bahan organis seperti nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sebaliknya penanaman kedelai di tanah yang kurang subur atau belum pernah ditanami kedelai sama sekali akan mengakibatkan pertumbuhan kedelai kurang sempurna. Warna daun kurang segar (hijau kekuning – kuningan), karena kekurangan unsur
nitrogen akibat tidak adanya aktivitas bakteri Rhizobium japonicum (Andrianto dan Indarto, 2004).
Penanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap waktu tanamnya yaitu apakah ditanam di musim hujan atau di musim kemarau, dan pengaruh cuaca pada setiap fase juga akan sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi. Peningkatan produksi ini juga dapat didukung dengan menginokulasi rhizobium, karena dengan menginokulasi rhizobium tersebut akan membentuk bintil akar yang berfungsi dalam pengikatan nitrogen yang akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti respon
(15)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
pertumbuhan dan produksi kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L Merril.) terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi
rhizobium.
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh waktu tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
2. Ada pengaruh inokulasi rhizobium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
3. Ada interaksi dari waktu tanam dan inokulasi rhizobium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
(16)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kedelai
Kacang kedelai (Glycine max Merr = Soybean) adalah tanaman semusim yang telah lama dikenal di Indonesia, namun belum semua rakyat mengenalnya, apalagi menanamnya. Penggunaan kedelai di Indonesia diutamakan dalam rangka perbaikan gizi keluarga, namun sampai sekarang untuk memenuhi kebutuhan kedelai masih harus diimpor (Departemen Pertanian, 1986).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak
dengan tinggi 30–100 cm. Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate (Lamina, 1989).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada varietasnya (AAK, 1989)
(17)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia kedelai mulai berbunga pada umur 30 sampai 50 hari (Fachruddin, 2000).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6–30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Fachruddin, 2000).
Kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak mengandung jaringan endosperm. Embrio terbentuk di antara keping biji. Bentuk biji pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih, dengan besar dan bobot biji kedelai antara 5–30 g/100 biji (Lamina, 1989).
Benih bermutu tinggi dari suatu varietas unggul yang hendak ditanam merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk memperoleh tingkat produksi yang diharapkan. Mutu benih ditentukan oleh aspek genetis, fisiologis dan fisik. Secara genetis, benih harus memiliki sifat-sifat sesuai dengan deskripsi varietas yang bersangkutan. Untuk mendapatkan mutu fisiologis dan fisik yang tinggi diperlukan penanganan pra dan pasca panen yang baik, meliputi : teknik bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, waktu panen, cara panen, prosesing dan penyimpanan benih. Untuk memproduksi benih kedelai yang baik, diperlukan pengetahuan praktis tentang penanganan benih
(18)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
seperti aspek-aspek diatas serta pemahaman terhadap peraturan perbenihan
(Sunantora, 2000).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh tanaman lain (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25ºC. Suhu 12–20ºC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi
dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30ºC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis. Pada periode kering tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karena kurang suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka tanaman akan mati. Cekaman kekeringan mempengaruhi pembukaan stomata, makin tinggi tegangan air akan mengurangi pembukaan stomata. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generatif, misalnya saat pengisian polong, akan menurunkan produksi. Kekeringan dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam.
(19)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Balittan Malang (1990) melaporkan bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadap hasil biji kedelai. Pemberian air setiap 10 hari selama musim tanam dapat meningkatkan hasil menjadi 2 ton/ha diban dibandingkan pemberian 3 kali selama musim tanam (1.71 ton/ha) dan tanpa irigasi teratur hanya 1.47 ton/ha (Agung dan Rahayu, 2004).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat pada daerah berhawa panas, di tempat terbuka dengan curah hujan 100–400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).
Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat
mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan Nitrogen. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, temperatur dan kelembapan udara terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70 % (AAK, 1989).
Angin itu merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara horisontal. Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kadang – kadang angin ini pada tanaman akan mengakibatkan layu, karena
(20)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
tanaman ini tidak dapat mengimbangi jumlah air yang hilang dengan pengambilan air dari dalam tanah (Kartasapoetra, 1988).
Masing – masing species memberikan respons yang berbeda terhadap kondisi optimum baik secara fisiologis maupun ekologis (Fitter dan Hay, 1981).
Ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman, di antaranya untuk peningkatan luas daun. Defisit air dalam jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada kapasitas pertukaran gas dan efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang mengakibatkan menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering. Kekurangan air mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis karena dehidrasi protoplas akan menurunkan kapasitas fotosintesis. Air yang cukup akan mendukung peningkatan luas daun sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara, yang berakibat pada menurunkan produksi. Tanaman kedelai yang mengalami defisit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhambat (Agung dan Rahayu, 2004).
Pada umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Hubungan ini bersifat hampir linear dengan kisaran yang kecil. Pada intensitas cahaya tertentu, kecepatan fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan cahaya. Untuk beberapa tanaman, kecepatan fotosintesis bahkan dapat mengalami penurunan bila intensitas cahaya lebih tinggi dari titik jenuhnya (Guslim, 2007).
(21)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Tanah
Kedelai umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik, akan tetapi peka terhadap salinitas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Humus dan atau zat – zat makanan lainnya yang terdapat pada tanah di daerah dengan curah hujan tinggi, dapat mengakibatkan mudah mengalami penghanyutan atau pun tercuci ke lapisan bawah sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Kartasapoetra, 1988)
Pada tanah dengan kandungan nitrogen yang tinggi, maka pertumbuhan tanaman lebih mengarah kepada laju pertumbuhan vegetatif, yang terlihat dari permukaan daun menjadi lebih lebar, laju fotosintesis lebih tinggi, indeks luas daun semakin tinggi dan LAN yang semakin besar (Arinong, dkk, 2005).
Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai amat penting, karena hal ini berhubungan erat dengan kandungan air di dalam tanah yang sangat perlu untuk pertumbuhan kedelai. Dengan kata lain, pemilihan waktu tanam harus tepat agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir ataupun kekeringan. Waktu tanam
(22)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
yang tepat pada masing – masing daerah sangat berbeda, tetapi kita dapat menggunakan satu pedoman; bila kedelai ditanam di daerah tegalan waktu tanam yang terbaik adalah permulaan musim penghujan; sebaliknya apabila kedelai ditanam di sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah menjelang musim penghujan (Andrianto dan Indarto, 2004).
Dengan keadaan lingkungan yang bervariasi baik di antara tempat maupun waktu pada tempat yang sama, perubahan yang dialami tanaman akibat perubahan keadaan lingkungan tersebut menjadi penting untuk diketahui. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya cukup (Sitompul dan Guritno, 1995).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat – tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan. Tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering. Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan Nitrogen. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, temperatur dan kelembapan udara terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60 – 70 % (AAK, 1989).
Kebanyakan daerah penghasil kedelai utama di Jawa terletak di bagian yang lebih kering dari pulau tersebut, dengan curah hujan 1.500-2.100 mm setiap
(23)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
tahun dengan 5-6 bulan kering (curah hujan < 100 mm). Musim hujan biasanya mulai dari November/Desember hingga Maret/ April. Kedelai sering ditanam di sawah pada bulan April setelah panen padi, dan dipanen pada permulaan bulan Juli. Kemudian padi, sebagai tanaman utama, ditanam pada bulan Desember (Naito et al. dalam Djauhari, 2008).
Lebih dari separuh kedelai ditanam sebagai tanaman tunggal; sisanya yang 46% ditanam secara tumpangsari bersama tanaman pangan lain atau tanaman tahunan Jika ditanam tunggal di sawah, kedelai biasanya ditanam pada bulan Juni atau Juli, pada musim kemarau setelah panen padi kedua. Sedangkan sebagai tanaman tunggal di lahan kering, kedelai ditanam dari Februari sampai April. Kebanyakan kedelai tumpangsari ditanam pada bulan Oktober dan November di lahan kering dan sawah (Djauhari, 2008).
Walaupun intensitas cahaya sangat menentukan untuk kelangsungan proses fotosintesis akan tetapi tidaklah selamanya bahwa kegiatan fotosintesis akan naik sesuai dengan kenaikan intensitas cahaya. Memang diakui kenyataan bahwa kecepatan fotosintesis tumbuhan bertambah dengan bertambah tingginya intensitas cahaya pada suatu kisaran tertentu, akan tetapi pada beberapa keadaan kenaikan intensitas cahaya tidak dapat meningkatkan kegiatan fotosintesis oleh karena tumbuhan telah jenuh cahaya disebut titik kompensasi cahaya (Ismail, 2001).
Rhizobium
Inokulum Rhizobium adalah bahan yang mengandung bakteri
(24)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
pada tanaman leguminosa. Jenis inokulum tertentu ditujukan untuk jenis tanaman
leguminosa tertentu pula, misalnya inokulum untuk kedelai (Departemen Pertanian, 1983).
Bakteri Rhizobium dalam penelitian lebih dikenal sebagai bakteri bersimbiosis dengan akar tanaman kacang – kacangan dengan membentuk nodula. Proses terjadinya nodula akar pada tanaman sehubungan dengan hadirnya Rhizobium dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Bakteri Rhizobium berkerumun di sekitar rambut – rambut akar (secara alami) maupun pada media buatan dengan pemberian inokulan (preparat hidup bakteri Rhizobium),
b. Sehubungan dengan berkerumunnya bakteri tersebut, rambut akar akan mengekskresi/mengeluarkan triftofan, yang selanjutnya oleh bakteri diubah ke indol asetat,
c. Kehadiran indol asetat mengakibatkan rambut – rambut akar mengeriting (mengkerut), sedang kegiatan bakteri lebih lanjut menghasilkan sejenis enzim yang dapat melarutkan senyawa pektat yang terdapat dalam fibril (sellulosa) kulit/selaput rambut akar sehingga terikat,
d. Bakteri Rhizobium sehubungan dengan hadirnya larutan pektat selanjutnya akan berubah berbentuk bulat, kecil – kecil, dan dapat bergerak,
e. Sehubungan senyawa pektat tadi mengikat sellulosa, hal ini berpengaruh pada selaput rambut akar, menjadi sangat tipis, mudah ditembus oleh bakteri Rhizobium,
(25)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
f. Bakteri masuk ke dalam rambut – rambut akar dan berkembang/berlipat ganda dan selanjutnya masuk ke dalam akar dengan membentuk benang infeksi, dengan demikian pada setiap sel akar didapatkan koloni – koloni bakteria, g. Proses terakhir yaitu dengan terbentuknya nodula/bintil akar.
(Sutedjo, dkk, 1991).
Suatu pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung membrane yang mengelilinginya. Jumlah leghemoglobin di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Bintil akar efektif mampu memfiksasi N dari udara dan mengkonversi N menjadi asam amino untuk disumbangkan kepada tanaman kedelai (Rao, 1994).
Kedelai termasuk tanaman golongan C3 cukup toleran terhadap naungan. Tanaman ini memiliki habitus yang pendek, tegak dan bercabang dengan kanopi yang rapat. Sistem perakarannya berupa akar tunggang yang menyebar lebih dalam dan membentuk bintil akar yang mampu memfiksasi N2 secara simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Efektivitas fiksasi N oleh Rhizobium sp. pada bintil akar kedelai dimulai sejak fase pertumbuhan vegetatif awal pada umur tanaman 18 hari, terus meningkat dan menurun kembali pada fase pembungaan hingga senessen. Unsur N hasil fiksasi dimanfaatkan oleh bakteri maupun tanaman inangnya untuk pertumbuhannya dan sebagian dirembeskan ke medium perakaran yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman lain yang berada di sekitarnya (Turmudi, 2002).
Perlu dicatat bahwa tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai,
(26)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
tidak selalu menandakan bahwa tanah sudah mengandung Rhizobium (Andrianto dan Indarto, 2004).
Inokulasi pada penanaman kedelai merupakan tindakan memberikan inokulum (atau disebut juga inokulan) langsung kepada biji tanaman sebelum ditanam atau memberikan inokulum itu pada tanah yang akan ditanam. Kedelai merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Leguminosae. Keistimewaan tanaman leguminosae jika dibandingkan dengan tanaman bukan Leguminosae ialah adanya bintil – bintil akar pada akar tanaman Leguminosae ini. Bintil – bintil akar ini merupakan tempat berlangsungnya nitrogen oleh bakteri yang hidup dalam asosiasi simbiose dengan tanaman leguminosae di dalam bintil akar tersebut (Departemen Pertanian, 1983).
(27)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Badan Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi, Sampali, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan September sampai Januari 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, rhizobium, insektisida, fungisida Dithane M-45, pupuk dasar; pupuk urea, TSP dan KCl.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meterán, timbangan, oven, beaker glass, pacak sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Waktu Tanam (W) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : W1 = Waktu tanam pertama
W2 = 10 hari setelah tanam pertama
W3 = 20 hari setelah tanam pertama
Faktor II : Rhizobium yang terdiri atas 2 taraf, yaitu : R0 = 0 ml
(28)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
R1 = 100 ml/100 g benih
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 6 kombinasi, yaitu : W1R0 W2R0 W3R0
W1R1 W2R1 W3R1
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 18 plot
Ukuran plot : 200 cm x 200 cm
Jarak tanam : 20 cm x 30 cm
Jarak antar plot : 20 cm Jarak antar blok : 40 cm Jumlah tanaman/plot : 70 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1260 tanaman jumlah sampel/plot : 5 tanaman jumlah sampel destruktif : 108
jumlah sampel seluruhnya : 198 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + i + gj + k + (g )jk + iijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2 Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Waktu tanam (W)
taraf ke-j dan pengaruh inokulasi Rhizobium (R) pada taraf ke-k µ : Nilai tengah
(29)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
i : Efek dari blok ke-i
gj : Efek perlakuan waktu tanam pada taraf ke-j
k : Efek perlakuan inokulasi rhizobium pada taraf ke-k
(g )jk : Interaksi antara waktu tanam taraf ke-j dan inokulasi rhizobium taraf
ke-k
iijk : Galat dari blok ke-i, waktu tanam ke-j dan inokulasi rhizobium ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Rata – Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf 5 %.
(30)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 200 cm x 200 cm, jarak antar plot 20 cm dan jarak antar blok 40 cm, yang
memanjang dari arah utara-selatan.
Inokulasi Rhizobium Serta Penanaman Benih
Inokulasi rhizobium dilakukan sesaat sebelum penanaman sesuai dengan perlakuan. Aplikasi rhizobium ini dilaksanakan dengan cara merendam benih kedelai dengan larutan rhizobium sesuai dengan perlakuan. Setelah itu, benih ditanam pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah sebanyak 3 benih per lubang. Setelah ditanam setiap plot ditabur dengan pestisida kurater 3 G secukupnya untuk mencegah serangan hama, terutama semut.
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 5 HST. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak perlu sehingga hanya tinggal satu tanaman yang paling baik pertumbuhannya.
(31)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sesuai dengan kondisi lahan.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 0,3 g, TSP 0,6 g dan KCl 0,3 g / tanaman. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu 1 hari sebelum benih ditanam.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 50 EC dengan konsentrasi 1-2 ml / liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 1-2 gr / liter air. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan sesuai kondisi di lapangan..
Panen
Panen dilakukan secara manual dengan mengambil polong kedelai dengan menggunakan gunting. Adapun kriteria panennya adalah daun – daunnya telah rontok, biasanya polong kedelai mudah pecah dan siap dibijikan.
(32)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST hingga 6 MST.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST hingga 6 MST.
Bobot Basah Akar (g)
Bagian akar tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara memotong bagian leher akar kemudian ditimbang. Pengamatan ini dilakukan sejak umur 4 MST hingga akhir pertumbuhan vegetatif dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
Bobot Basah Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara memotong pada pangkal batang kemudian ditimbang. Pengamatan ini dilakuka n sejak umur 4 MST hingga akhir pertumbuhan vegetatif dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada, lalu diovenkan dengan suhu 70-80º C selama 24 jam lalu ditimbang. Pengamatan ini dilakukan sejak umur 4 MST hingga akhir pertumbuhan vegetatif dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
(33)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada. Kemudian diovenkan dengan suhu 70-80ºC selama 24 jam lalu ditimbang. Pengamatan ini dilakukan sejak umur 4 MST hingga hingga akhir pertumbuhan vegetatif dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil)
Pengamatan jumlah bintil akar diamati pada bagian akar tanaman. Akar tanaman diteliti untuk mengetahui berapa banyak jumlah bintil akar yang efektif pada tanaman kedelai, hal ini dapat dilihat dengan menekan bintil akar yang terdapat pada akar, apabila bintil akar berwarna merah jambu maka bintil akar tersebut efektif. Pengamatan ini dilakukan sejak umur 4 MST hingga muncul bunga dengan interval pengamatan 2 minggu sekali.
Luas Daun (cm2)
Total luas daun dihitung pada saat akhir vegetatif tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga. Daun yang dihitung luasnya merupakan daun yang duduknya kira – kira di tengah percabangan. Perhitungan luas daun dengan menggunakan rumus :
P x L x K Dimana :
P = Panjang daun L = Lebar daun K = Konstanta daun
(34)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Jumlah cabang dihitung dengan menghitung seluruh cabang yang menghasilkan polong pada setiap tanaman. Penghitungan jumlah cabang diamati pada saat menjelang panen.
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga diamati setelah 75 % tanaman dalam masing – masing plot telah mengeluarkan bunga.
Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung setelah kelihatan 90 % dari polong yang ada pada tanaman telah mencapai warna polong matang, yaitu berwarna kuning kecoklatan. Jumlah Polong Per Tanaman (polong)
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.
Bobot Biji Per Tanaman (g)
Pengamatan ini dilakukan pada saat kadar air biji ± 14 %. Untuk mencapai kadar air tersebut dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari selama 2–3 hari, kemudian ditimbang. Penimbangan biji dilakukan hanya pada tanaman sampel.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai dari setiap masing – masing plot, dengan kadar air biji ± 14 % yang diperoleh dengan mengeringkan biji di bawah sinar matahari selama 2 – 3 hari.
(35)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari analisa data yang dilakukan, diperoleh bahwa faktor waktu tanam (W) berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk , bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah bintil akar efektif, luas daun, umur berbunga, cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per sampel, dan bobot 100 biji namun tidak berbeda nyata pada parameter umur panen.
Faktor inokulasi rhizobium (R) berbeda nyata pada parameter bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, namun tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tajuk, jumlah bintil akar efektif, luas daun, umur berbunga, cabang produktif, umur panen, bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per sampel.
Adapun interaksi antara waktu tanam dengan rhizobium (W x R) berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, luas daun, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per sampel, namun tidak berbeda nyata pada parameter bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah bintil akar efektif, jumlah daun, umur berbunga, cabang produkt if, umur panen, dan bobot 100 biji.
Tinggi Tanaman (cm)
Dari data pengamatan tinggi tanaman pada Lampiran 5, 7, 9, dan 11 dan sidik ragam pada Lampiran 6, 8, 10, dan 12 dapat dilihat bahwa faktor waktu
(36)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, 5 MST, dan 6 MST, dan interaksi waktu tanam dan rhizobium berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 6 MST namun faktor inokulasi rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman.
Data hasil uji beda rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi kedelai terhadap perlakuan perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan ---cm--- W1 28,27 27,02 27,65 37,83 37,21 37,52 a 53,75 54,85 54,30 a 62,75 b 75,66 a 69,21 a
W2 28,38 24,13 26,25 32,79 31,51 32,15 b 43,73 42,03 42,88 b 55,02 cd 49,42 e 52,22 b
W3 25,21 23,59 24,40 32,95 30,41 31,68 b 46,57 41,20 43,89 b 58,41 c 49,73 e 54,07 b
Rataan 27,29 24,91 26,10 34,52 33,04 33,78 48,02 46,03 47,02 58,73 58,27 350,99
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 3 MST, dengan rataan tertinggi pada W1 (27,65) dan terendah pada W3 (24,40) dan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (37,52) dan terendah pada W3(31,68), pada 5 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (54,30) dan terendah pada W2 (42,88), pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (69,21) dan terendah pada W2(52,22).
Perlakuan rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi
tanaman 3 MST, dengan rataan pada R0 (27,29) dan pada R1 (24,91), pada 4 MST, dengan rataan pada R0 (34,52) dan pada R1 (33,04), pada 5 MST, dengan
(37)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
rataan pada R0 (48,02) dan pada R1 (46,03), pada 6 MST, dengan rataan pada R0 (58,73) dan pada R1 (58,27).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 3 MST, dengan rataan tertinggi pada W2R0 (28,38) dan terendah pada W3R1 (23,59), pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R0 (37,83) dan terendah
pada W3R1 (30,41), pada 5 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R1
(54,85) dan terendah pada W3R1 (41,20), dan berpengaruh nyata pada pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R1 (75,66) dan terendah pada
W2R1(49,42).
Hubungan antara waktu tanam terhadap tinggi tanaman 4, 5, dan 6 MST ditampilkan pada Gambar 1.
0 20 40 60 80
W1 W2 W3
waktu tanam
ti
nggi
t
anam
an
4 MST 5 MST 6 MST
Gambar 1, Tinggi kedelai dengan perlakuan perbedaan waktu tanam
Hubungan antara interaksi waktu tanam dengan rhizobium terhadap tinggi tanaman 6 MST ditampilkan pada Gambar 2.
0 20 40 60 80
W1R0 W1R1 W2R0 W2R1 W3R0 W3R1
T
inggi
T
anam
(38)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2, grafik tinggi tanaman terhadap interaksi waktu tanam dan rhizobium Jumlah Daun (helai)
Dari data pengamatan jumlah daun pada Lampiran 13, 15, 17, 19 dan sidik ragam pada Lampiran 14, 16, 18, dan 20, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MST dan 4 MST, namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi waktu tanam dan rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun.
Data hasil uji beda rataan jumlah daun dengan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah daun kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan ---cm--- W1 5,53 5,33 5,43 a 7,53 7,40 7,47 a 14,80 13,00 13,90 37,07 41,13 39,10 W2 5,27 5,13 5,20 ab 6,67 6,73 6,70 ab 10,13 11,53 10,83 33,67 31,60 32,63 W3 4,27 3,80 4,03 c 6,40 5,80 6,10 b 13,67 11,40 12,53 30,20 33,07 31,63 Rataan 5,02 4,76 4,89 6,87 6,64 6,76 12,87 11,98 12,42 33,64 35,27 34,46
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada jumlah daun 3 MST, dengan rataan tertinggi pada W1 (5,43) dan terendah pada W3 (4,03), dan 4 MST, dengan rataan tertinggi pada W1 (7,47) dan terendah pada W3 (6,10) dan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 5 MST, dengan
rataan tertinggi terdapat pada W1 (13,90) dan terendah pada W2 (10,83), dan 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (39,10) dan terendah pada W3(31,63).
Perlakuan rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun 3 MST, dengan rataan pada R0 (5,02) dan pada R1 (4,76), pada 4 MST, dengan
(39)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
rataan pada R0 (6,87) dan pada R1 (6,64), pada 5 MST, dengan rataan pada R0 (12,87) dan pada R1 (11,98), pada 6 MST, dengan rataan pada R0 (33,64) dan pada R1 (35,27).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun 3 MST, dengan rataan tertinggi pada W1R0 (5,53) dan terendah pada W3R1 (3,80) pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R0 (7,53) dan terendah pada W3R1(5,80), pada 5 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R0 (14,80) dan terendah pada W2R0 (10,13), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R1 (41,13) dan terendah pada W3R0(30,20).
Hubungan antara waktu tanam dengan jumlah daun 3 dan 4 MST ditampilkan pada Gambar 3.
0 1 2 3 4 5 6 7 8
W1 W2 W3
waktu tanam
ti
nggi
t
anam
an
3 MST 4 MST
Gambar 3, Jumlah daun kedelai dengan perlakuan waktu tanam Bobot Basah Akar (g)
Dari data pengamatan bobot basah akar pada Lampiran 21, dan 23 dan sidik ragam pada Lampiran 22, dan 24, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar pada 4 MST, dan faktor inokulasi rhizobium berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar pada
(40)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
4 MST, namun interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar.
Data hasil uji beda rataan bobot basah akar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot basah akar kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi
rhizobium
4 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan
---g---
W1 2,60 2,12 2,36 a 2,91 3,69 3,30
W2 1,32 1,10 1,21 b 3,80 2,78 3,29
W3 3,04 2,50 2,77 c 3,78 2,84 3,31
Rataan 2,32 a 1,91 b 2,11 3,50 3,10 3,30
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3 (2,77) dan terendah pada W2 (1,21), namun tidak berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi W3 (3,31) dan terendah pada W2 (3,29).
Rhizobium berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada R0 (2,32) dan terendah pada R1(1,91), namun tidak berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi
R0 (3,50) dan terendah pada R1 (3,10).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3R0 (3,04) dan terendah pada
W2R1 (1,10), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W2R0(3,80) dan terendah pada W2R1 (2,78).
Hubungan antara waktu tanam dengan bobot basah akar pada 4 MST ditampilkan pada Gambar 4.
(41)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
W1 W2 W3
Waktu Tanam
B
obot
B
as
ah A
k
ar
Gambar 4, Bobot basah akar kedelai dengan perlakuan waktu tanam Bobot Basah Tajuk (g)
Dari data pengamatan bobot basah tajuk pada Lampiran 25, dan 27, dan sidik ragam pada Lampiran 26, dan 28, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk, namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk.
Data hasil uji beda rataan bobot basah tajuk dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot basah tajuk kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
4 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan
---g--- W1 15,34 12,96 14,15 b 57,13 52,79 54,96 a
W2 7,57 6,79 7,18 c 33,16 29,68 31,42 b
W3 27,68 15,20 21,44 a 47,16 25,00 36,08 b Rataan 16,86 a 11,65 b 14,26 45,81 35,82 40,82
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3 (21,44) dan terendah pada W2(7,18), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (54,96) dan terendah pada W2 (31,42).
(42)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Rhizobium berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada R0 (16,86) dan terendah pada R1(11,65), namun tidak berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi
R0 (45,81) dan terendah pada R1 (35,82).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot basah tajuk pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3R0(27,68) dan terendah pada W2R1 (6,79), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R0 (57,13) dan terendah pada W3R!(25,00).
Hubungan antara waktu tanam dengan bobot basah tajuk pada 4 MST dan 6 MST ditampilkan pada Gambar 5.
0 20 40 60
W1 W2 W3
Waktu Tanam
B
obot
B
as
ah T
aj
uk
Gambar 5 Bobot basah tajuk dengan perlakuan waktu tanam pada 4 MST dan 6 MST
Hubungan antara rhizobium dengan bobot basah tajuk pada 4 MST ditampilkan pada Gambar 4.
0 5 10 15 20
R0 R1
Rhizobium
B
obot
B
as
ah T
aj
(43)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 4, Bobot basah tajuk kedelai dengan perlakuan rhizobium pada 4 MST Bobot Kering Akar (g)
Dari data pengamatan bobot kering akar pada Lampiran 29 dan 31, dan sidik ragam pada Lampiran 30 dan 32, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar pada 4 MST, faktor inokulasi rhizobium berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar pada 4 MST namun interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar.
Data hasil uji beda rataan bobot kering akar dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot kering akar tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
4 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan
---g---
W1 0,76 0,64 0,70 b 0,97 1,21 1,09
W2 0,38 0,37 0,37 c 1,14 0,74 0,94
W3 0,94 0,62 0,78 a 1,03 0,91 0,97
Rataan 0,69 a 0,54 b 0,62 1,05 0,96 1,00
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3 (0,78) dan terendah pada W2 (0,37), namun tidak berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (1,09) dan terendah pada W2 (0,94).
Rhizobium berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada R0 (0,69) dan terendah pada
(44)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
R1(0,54), namun tidak berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi R0 (1,05) dan terendah pada R1 (0,96).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3R0 (0.94) dan terendah pada W2R1 (0,37), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R1 (1,21) dan terendah pada W2R1(0,74).
Hubungan antara waktu tanam dengan bobot kering akar pada 4 MST ditampilkan pada Gambar 6.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
W1 W2 W3
Waktu Tanam
B
obot
K
er
ing A
k
ar
Gambar 6, Bobot kering akar kedelai dengan perlakuan waktu tanam
Hubungan antara rhizobium dengan bobot kering akar pada 4 MST ditampilkan pada Gambar 7.
(45)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
R0 R1
Waktu Tanam
B
obot
K
er
ing A
k
ar
Gambar 7, Bobot kering akar kedelai dengan perlakuan rhizobium pada 4 MST
Bobot Kering Tajuk (g)
Dari data pengamatan bobot kering tajuk 4 MST dan 6 MST pada Lampiran 33 dan 35, dan sidik ragam pada Lampiran 34, dan 36, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk, namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering tajuk.
Data hasil uji beda rataan bobot kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bobot kering tajuk tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
4 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan
---g---
W1 2,74 2,20 2,47 11,54 9,93 10,74 a
W2 1,96 1,43 1,69 6,22 4,18 5,20 c
W3 4,29 2,26 3,27 9,47 5,81 7,64 b
Rataan 3,00 1,96 2,48 9,08 6,64 7,86
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering tajuk pada 4 MST, dengan rataan tertinggi
(46)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
terdapat pada W3 (3,27) dan terendah pada W2(1,69), namun berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1 (10,74) dan terendah pada W2 (5,20).
Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering tajuk pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada R0 (3,00) dan terendah pada R1(1,96), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi R0 (9,08) dan terendah pada
R1 (6,64).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3R0 (4,29) dan terendah pada W2R1 (1,43), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W1R1 (11,54) dan terendah pada W2R1(4,18).
Hubungan antara waktu tanam dengan bobot kering tajuk pada 6 MST ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 8.
0 5 10 15
W1 W2 W3
Waktu Tanam
B
obot
K
er
ing T
aj
uk
Gambar 8, Bobot kering tajuk kedelai dengan perlakuan waktu tanam pada 6 MST Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil)
Dari data pengamatan bobot kering tajuk 4 MST dan 6 MST pada Lampiran 37 dan 39, dan sidik ragam pada Lampiran 38, dan 40, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah bintil akar efektif,
(47)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah bintil akar efektif.
Data hasil uji beda rataan jumlah bintil akar efektif dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah bintil akar efektif tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
4 MST 6 MST
Perlakuan R0 R1 Rataan R0 R1 Rataan
---bintil---
W1 3,44 2,89 3,17 b 2,39 2,67 2,53 b
W2 2,78 2,56 2,67 b 19,00 17,44 18,22 a
W3 6,00 4,67 5,33 a 2,33 3,83 3,08 b
Rataan 4,07 3,37 3,72 7,91 7,98 7,94
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah bintil akar efektif pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3 (5,33) dan terendah pada W2 (2,67), dan berpengaruh nyata pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W2 (18,22) dan terendah pada W1 (2,53).
Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah bintil akar efektif pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada R0 (4,07) dan terendah pada R1(3,37), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi R1 (7,98) dan terendah pada R0 (7,91).
Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah bintil akar efektif pada 4 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W3R0 (6,00) dan terendah pada W2R1(2,56), dan pada 6 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada W2R0 (19,00) dan terendah pada W3R0(2,33).
(48)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Hubungan antara waktu tanam dengan jumlah bintil akar efektif ditampilkan pada Gambar 9.
0 5 10 15 20 25
W1 W2 W3
Waktu Tanam
J
um
lah B
int
il A
k
ar
y
ang A
k
ti
f
6 MST 4 MST
Gambar 9, Jumlah bintil akar efektif kedelai dengan perlakuan waktu tanam
Luas Daun (cm2)
Dari data pengamatan luas daun pada Lampiran 41 dan sidik ragam pada Lampiran 42, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam dan interaksi waktu tanam dan rhizobium berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, namun faktor inokulasi rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter luas daun.
Data hasil uji beda rataan luas daun dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas daun tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
R0 9.16 b 6.97 d 6.95 de 23.08 7.69
R1 10.24 a 7.35 c 6.52 f 24.12 8.04
TOTAL 19.40 14.32 13.47 47.20
RATAAN 9.70 a 7.16 b 6.74 c 7.87
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
(49)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter luas daun, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1 (9,70) dan terendah pada W3(6,74). Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter luas daun, dimana rataan pada R0 (7,69) dan pada R1 (8,04). Interaksi berpengaruh nyata pada parameter luas daun, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1R1 (10.24) dan terendah pada W3R1(6,52).
Hubungan antara waktu tanam dengan luas daun ditampilkan pada Gambar 10.
0 2 4 6 8 10 12
W1 W2 W3
Waktu Tanam
Luas
D
aun
Gambar 10, Luas daun kedelai dengan perlakuan waktu tanam
Hubungan antara interaksi waktu tanam dan rhizobium dengan luas daun ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 11.
(50)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
0 2 4 6 8 10 12
W1R0 W1R1 W2R0 W2R1 W3R0 W3R1
Luas
D
aun
Gambar 11, Luas daun kedelai dengan perlakuan interaksi waktu tanam dan rhizobium
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Dari data pengamatan jumlah cabang produktif pada Lampiran 43 dan sidik ragam pada Lampiran 44, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif, namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif.
Data hasil uji beda rataan jumlah cabang produktif dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah cabang produktif tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
R0 7.20 6.20 6.40 19.80 6.60
R1 7.53 5.93 6.13 19.60 6.53
TOTAL 14.73 12.13 12.53 39.40
RATAAN 7.37 a 6.07 bc 6.27 b 6.57
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif, dimana rataan tertinggi terdapat pada
(51)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
W1 (7,37) dan terendah pada W2(6,07). Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif, dimana rataan pada R0 (6,60) dan pada R1 (6,53). Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1R1(7,53) dan terendah pada W2R1(5,93).
Hubungan antara waktu tanam dengan jumlah cabang produktif ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 12.
0 1 2 3 4 5 6 7 8
W1 W2 W3
Waktu Tanam
J
um
lah C
abang P
roduk
ti
f
Gambar 12, Jumlah cabang produktif kedelai dengan perlakuan waktu tanam
Umur Berbunga (HST)
Dari data pengamatan umur berbunga pada Lampiran 45 dan sidik ragam pada Lampiran 46, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, namun faktor inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga.
Data hasil uji beda rataan umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Umur berbunga tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
(52)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
R1 39.33 47.33 42.33 129.00 43.00
TOTAL 79.33 94.00 88.33 261.67
RATAAN 39.67 c 47.00 a 44.17 b 43.61
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga, dimana rataan tertinggi terdapat pada W2 (47,00) dan terendah pada W1(39,67). Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga, dimana rataan pada R0 (44,22) dan pada R1 (43,00). Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga, dimana rataan tertinggi terdapat pada W2R1 (47,33) dan terendah pada W1R1(39,33).
Hubungan antara waktu tanam dengan umur berbunga ditampilkan pada Gambar 13.
35 40 45 50
W1 W2 W3
Waktu Tanam
U
m
ur
B
er
bunga
Gambar 13, Umur berbunga kedelai dengan perlakuan waktu tanam Umur Panen (HST)
Dari data pengamatan umur panen pada Lampiran 47 dan sidik ragam pada Lampiran 48, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam, inokulasi rhizobium dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter umur panen.
Data hasil uji beda rataan umur panen dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Umur panen tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
(53)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
R1 102.00 99.67 98.00 299.67 99.89
TOTAL 199.00 197.67 196.00 592.67
RATAAN 99.50 98.83 98.00 98.78
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam tidak berpengaruh nyata pada parameter umur panen, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1 (99,50) dan terendah pada W3(98,00). Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter umur panen, dimana rataan pada R0 (97,67) dan pada R1 (99,89). Interaksi tidak berpengaruh nyata pada parameter umur panen, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1R1(102,00) dan terendah pada W1R0(97,00).
Jumlah Polong Per Tanaman (polong)
Dari data pengamatan jumlah polong per tanaman pada Lampiran 49 dan sidik ragam pada Lampiran 50, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam dan interaksi waktu tanam dan rhizobium berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman, namun faktor inokulasi rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong per tanaman.
Data hasil uji beda rataan jumlah polong per tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah polong per tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
R0 93.80 b 68.73 d 65.87 e 228.40 76.13
R1 126.27 a 74.87 c 52.80 f 253.93 84.64
TOTAL 220.07 143.60 118.67 482.33
RATAAN 110.03 a 71.80 b 59.33 c 80.39
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
(54)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong per tanaman, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1 (110,03) dan terendah pada W3(59,33). Rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong per tanaman, dimana rataan pada R0 (76,13) dan pada R1(84,64). Interaksi berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong per tanaman, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1R1(126,27) dan terendah pada W3R1 (52,80).
Hubungan antara waktu tanam dengan jumlah polong per tanaman ditampilkan pada Gambar 14.
0 20 40 60 80 100 120
W1 W2 W3
Waktu Tanam
J
um
lah P
ol
ong P
er
T
anam
an
Gambar 14, Jumlah polong per tanaman kedelai dengan perlakuan waktu tanam Hubungan antara interaksi waktu tanam dan rhizobium dengan jumlah polong per tanaman ditampilkan pada Gambar 15.
(55)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
0 20 40 60 80 100 120 140
W1R0 W1R1 W2R0 W2R1 W3R0 W3R1
J
um
lah P
ol
ong P
er
T
anam
an
Gambar 15, Jumlah polong per tanaman kedelai dengan perlakuan interaksi waktu tanam dan rhizobium
Bobot Biji Per Tanaman (g)
Dari data pengamatan bobot biji per tanaman pada Lampiran 51 dan sidik ragam pada Lampiran 52, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam dan interaksi waktu tanam dan rhizobium berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji per tanaman, namun faktor inokulasi rhizobium tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot biji per tanaman.
Data hasil uji beda rataan bobot biji per tanaman dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Bobot biji per tanaman kedelai terhadap perbedaan waktu tanam dan
inokulasi rhizobium
Perlakuan W1 W2 W3 TOTAL RATAAN
R0 29.64 b 18.18 d 17.65 de 65.47 21.82
R1 43.34 a 25.06 c 12.53 f 80.93 26.98
TOTAL 72.98 43.24 30.19 146.41
RATAAN 36.49 a 21.62 b 15.09 c 24.40
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata pada parameter bobot biji per tanaman, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1 (36,49) dan terendah pada W3 (15,09). Rhizobium tidak berpengaruh
(56)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
nyata pada parameter bobot biji per tanaman, dimana rataan pada R0 (21,82) dan pada R1 (26,98). Interaksi berpengaruh nyata pada parameter bobot biji per
tanaman, dimana rataan tertinggi terdapat pada W1R1(43,34) dan terendah pada W3R1(12,53).
Hubungan antara waktu tanam dengan bobot biji per tanaman ditampilkan pada Gambar 16.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
W1 W2 W3
Waktu Tanam B obot B iji P er T anam an
Gambar 16, Bobot biji per tanaman kedelai dengan perlakuan waktu tanam
Hubungan antara interaksi waktu tanam dan rhizobium dengan bobot biji per tanaman ditampilkan pada Gambar 17.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
W1R0 W1R1 W2R0 W2R1 W3R0 W3R1
B obot B iji P er T anam an
Gambar 17, Bobot biji per tanaman kedelai dengan perlakuan interaksi waktu tanam dan rhizobium
Bobot 100 Biji (g)
Dari data pengamatan bobot 100 biji pada Lampiran 53 dan sidik ragam pada Lampiran 54, dapat dilihat bahwa faktor waktu tanam berpengaruh nyata
(1)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
W3R1 5.33 3.50 2.67 11.50 3.83
TOTAL 72.00 38.67 32.33 143.00
RATAAN 12.00 6.44 5.39 7.94
Lampiran 40. Tabel Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar Efektif 6 MST
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 151.37 75.69 1.02 - -
W 2 951.62 475.81 6.39 * 4.10
R 1 0.02 0.02 0.00 tn 4.96
WXR 2 7.10 3.55 0.05 tn 4.10
Galat 10 744.56 74.46
Total 17 1854.67
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 74,14 %
Lampiran 41. Data Pengamatan Luas Daun
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 9.36 9.16 8.96 27.48 9.16
W1R1 10.84 9.72 10.17 30.73 10.24
W2R0 6.95 7.59 6.37 20.91 6.97
W2R1 8.27 7.25 6.54 22.06 7.35
W3R0 7.84 6.38 6.63 20.85 6.95
W3R1 7.08 6.55 5.94 19.57 6.52
TOTAL 50.33 46.65 44.61 141.59
Rataan 8.39 7.78 7.44 7.87
Lampiran 42. Tabel Sidik Ragam Luas Daun
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 2.80 1.40 6.89 - -
W 2 30.85 15.43 76.01 * 4.10
R 1 0.54 0.54 2.68 tn 4.96
WXR 2 1.72 0.86 4.23 * 4.10
Galat 10 2.03 0.20
Total 17 2.80
(2)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
tn = tidak nyata
KK = 5,73 %
Lampiran 43. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 7.40 7.60 6.60 21.60 7.20
W1R1 7.60 7.60 7.40 22.60 7.53
W2R0 5.80 7.00 5.80 18.60 6.20
W2R1 6.20 6.60 5.00 17.80 5.93
W3R0 7.40 5.60 6.20 19.20 6.40
W3R1 5.80 6.00 6.60 18.40 6.13
TOTAL 40.20 40.40 37.60 118.20
Rataan 6.70 6.73 6.27 6.57
Lampiran 44. Tabel Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 0.81 0.41 0.98 -
W 2 5.88 2.94 7.09 * 4.10
R 1 0.02 0.02 0.05 tn 4.96
WXR 2 0.36 0.18 0.43 tn 4.10
Galat 10 4.15 0.41
Total 17 11.22
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 9,81 %
Lampiran 45. Data Pengamatan Umur Berbunga
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 42.00 38.00 40.00 120.00 40.00
W1R1 41.00 39.00 38.00 118.00 39.33
W2R0 45.00 48.00 47.00 140.00 46.67
(3)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
W3R0 46.00 47.00 45.00 138.00 46.00
W3R1 44.00 42.00 41.00 127.00 42.33
TOTAL 267.00 261.00 257.00 785.00
Rataan 44.50 43.50 42.83 43.61
Lampiran 46. Tabel Sidik Ragam Umur Berbunga
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 8.44 4.22 2.09 -
W 2 164.11 82.06 40.58 * 4.10
R 1 6.72 6.72 3.32 tn 4.96
WXR 2 14.78 7.39 3.65 tn 4.10
Galat 10 20.22 2.02
Total 17 214.28
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 3,26 %
Lampiran 47. Data Pengamatan Umur Panen
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 95.00 101.00 95.00 291.00 97.00
W1R1 104.00 101.00 101.00 306.00 102.00
W2R0 94.00 100.00 100.00 294.00 98.00
W2R1 105.00 100.00 94.00 299.00 99.67
W3R0 98.00 98.00 98.00 294.00 98.00
W3R1 98.00 98.00 98.00 294.00 98.00
TOTAL 594.00 598.00 586.00 1778.00
Rataan 99.00 99.67 97.67 98.78
Lampiran 48. Tabel Sidik Ragam Umur Panen
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 12.44 6.22 0.61 -
W 2 6.78 3.39 0.33 tn 4.10
R 1 22.22 22.22 2.17 tn 4.96
WXR 2 19.44 9.72 0.95 tn 4.10
Galat 10 102.22 10.22
Total 17 163.11
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 3,24 %
(4)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 49. Data Pengamatan Jumlah Polong per Tanaman
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 118.00 98.60 64.80 281.40 93.80
W1R1 155.00 124.20 99.60 378.80 126.27
W2R0 77.80 78.60 49.80 206.20 68.73
W2R1 91.60 78.60 54.40 224.60 74.87
W3R0 92.60 46.20 58.80 197.60 65.87
W3R1 55.60 49.20 53.60 158.40 52.80
TOTAL 590.60 475.40 381.00 1447.00
Rataan 98.43 79.23 63.50 80.39
Lampiran 50. Tabel Sidik Ragam Jumlah Polong per Tanaman
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 3673.03 1836.52 10.55 -
W 2 8375.39 4187.70 24.05 * 4.10
R 1 325.98 325.98 1.87 tn 4.96
WXR 2 1567.68 783.84 4.50 * 4.10
Galat 10 1741.32 174.13
Total 17 15683.40
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 16,42 %
Lampiran 51. Data Pengamatan Bobot Biji per Tanaman
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
(5)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009
W1R1 59.52 41.10 29.40 130.02 43.34
W2R0 19.90 20.82 13.82 54.54 18.18
W2R1 38.72 20.90 15.56 75.18 25.06
W3R0 28.64 11.74 12.58 52.96 17.65
W3R1 15.92 11.58 10.10 37.60 12.53
TOTAL 201.28 138.02 99.92 439.22
Rataan 33.55 23.00 16.65 24.40
Lampiran 52. Tabel Sidik Ragam Bobot Biji per Tanaman
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 873.74 436.87 1.65 -
W 2 1443.06 721.53 22.54 * 4.10
R 1 119.51 119.51 3.73 tn 4.96
WXR 2 272.35 136.18 4.25 * 4.10
Galat 10 320.13 32.01
Total 17 3028.79
Ket. * = nyata
tn = tidak nyata
KK = 23,19 %
Lampiran 53. Data Pengamatan Bobot 100 Biji
Perlakuan I II III TOTAL RATAAN
W1R0 14.50 15.30 13.70 43.50 14.50
W1R1 14.70 14.70 14.40 43.80 14.60
W2R0 13.90 13.30 12.90 40.10 13.37
W2R1 13.60 13.20 13.90 40.70 13.57
W3R0 11.60 12.20 10.90 34.70 11.57
W3R1 13.50 10.80 10.30 34.60 11.53
TOTAL 81.80 79.50 76.10 237.40
Rataan 13.63 13.25 12.68 13.19
Lampiran 54. Tabel Sidik Ragam Bobot 100 Biji
SK dB JK KT Fh Ft
Blok 2 2.74 1.37 2.24 - -
W 2 27.69 13.85 22.61 * 4.10
R 1 0.04 0.04 0.06 tn 4.96
WXR 2 0.04 0.02 0.03 tn 4.10
Galat 10 6.13 0.61
(6)
Elrisa Ramadhani : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Perbedaan Waktu Tanam Dan Inokulasi Rhizobium, 2009.
USU Repository © 2009