Cerita episode pelayaran Sawerigading menuju tanah Cina Visualisasi Tentang Naskah I La Galigo

10 pemakaian sinonim dalam jumlah yang cukup banyak. Misalnya untuk melambangkan konsep ‘emas’ ada sekitar 20 sinonim. Pada tingkat frase dan kalimat bahasa Galigo itu bercirikan pemakaian formula dan paralelisme. Formula adalah frase atau kalimat yang sering muncul dalam teks untuk mengungkapkan salah satu konsep tertentu dan yang dipakai dalam konteks yang sama. Kata-katanya tetap sama atau hampir sama. Paralelisme sebenarnya adalah sejenis formula yang didalamnya sebuah makna diulangi dua atau tiga kali, biasanya dengan struktur sintaktis yang sama pula h:1. II.1.4 Naskah La Galigo merupakan bacaan upacara adat bugis La Galigo sebagai bacaan dalam upacara adat Naskah-naskah sureq Galigo pada umumnya dibacakan seorang Passureq pada acara-acara seperti perkawinan, bangunan rumah baru atau sebelum orang mau turun ke sawah, Sureq Galigo juga sering dibacakan dalam lingkungan keluarga sebagai hiburan. Pembacaan naskah diiringi lagu-lagu tertentu yang berbeda dari daerah ke daerah. Karena itu Sureq Galigo sering disebut Sureq selleang ‘naskah y ang dilagukan’ Salim dkk, 2000, h.3.

II.1.5 Cerita episode pelayaran Sawerigading menuju tanah Cina

Episode ini bercerita tentang kisah Sawerigading yang jatuh cinta pada saudara kembarnya yakni We Tenriyabeng, hal ini pun mendapat tentangan keras oleh orang tuanya yang kemudian membuat hati Sawerigading tidak tenang. Namun We Tenriyabeng berusaha meyakinkan Sawerigading bahwa di tanah cina ada seorang gadis yang sangat mirip dengan dirinya We Tenriyabeng bagaikan pinang dibelah dua sangat susah untuk mencari perbedaan diantara keduanya putri itu bernama I We Cudai, Sawerigading pun penasaran dan mulai ingin mencari tahu dengan cara berlayar ke Cina menggunakan perahu besar yang di buat dari pohon wlenreng. Ia pun dibekali cincin dan rambut dari We Tenriyabeng sebagai bukti bahwa yang dikatakan We Tenriyabeng akan kesamaan dirinya dan putri I We Cudai itu benar maka cincin dan Rambut dari We Tenriyabeng lah yang akan dijadikan sebagai pembuktiannya. 11 Sawerigading pun berangkat ke Tanah Cina untuk mempersunting I We Cudai dengan membawa serta rombongannya. Dalam proses melamar We cudai tidaklah berjalan mudah karena Sawerigading yang berlayar ke Cina dengan menyamar sebagai Oro orang hitam besar penjaga kerajaan tak mendapat respon baik dari putri I We Cudai karena pelayan-pelayan I We Cudai yang melihat Sawerigading di atas kapalnya sangat menyeramkan karena sawerigading menyamar dalam bentuk Oro, para pelayannya pun melaporkan hal ini kepada I We Cudai maka di tolaklah lamaran Sawerigading. Baru setelah itu Sawerigading membongkar penyamarannya terlihat bahwa ia adalah pangeran yang sangat tampan nan rupawan dan membawa bukti rambut Tenriyabeng dan cincin yang sangat pas di jari We cudai barulah ia diterima dan bisa menikahi I We Cudai. Pernikahan pun berlangsung meriah dan dari perkawinan itu lahirlah seorang anak yang bernama I La Galigo.

II.1.6 Visualisasi Tentang Naskah I La Galigo

Dalam perkembangan naskah I La Galigo terdapat banyak upaya dalam membantu melestarikan terutama bentuk-bentuk visual. Gambar 2.5: Ilustrasi Batara Guru dan Datuq Patotoe di museum I La Galigo Sumber:Dokumentasi pribadi 12 Gambar diatas menggambarkan tentang Datu Patotoe memanggil ke-9 anaknya dan mengadakan musyawarah siapa diantara ke-9 anaknya yang akan terpilih turun ke bumi yang masih kosong dan disepakati Batara Guru yang akan turun sebagai To Manurung. Gambar 2.6: Ilustrasi Batara Guru di museum I La Galigo Sumber:Dokumentasi pribadi Gambar diatas menggambarkan Batara Guru turun ke bumi beserta 3 orang perempuan yang kelak akan menjadi selirnya, diturunkan pula ianang pengasuh da 7 oro orang yang berkulit hitam legam beserta kapaknya, istana yang lengkap dengan peralatannya serta para pelayan. Batara Guru mempunyai permaisuri bernama We Nyilik Timo dan anak bernama Batara Lattu atau lengkapnya Batara Lattu Ri Ale Luwu I Latiwuleng Ri Watampone, Batara Lattu menjadi pemuda yang gagah perkasa bertemu seorang gadis bernama We Datu Sengngeng anak dari manurunge di tompo Tikka Larumpessi dan We Padaulang. 13 Gambar 2.7: Ilustrasi Sawerigading dan We Tenriyabeng Sumber:Dokumentasi pribadi Perkawinan Batara Lattu dan We Datu Sengngeng dikaruniai sepasang anak kembar emas, laki-laki dan perempuan, mereka diberi nama Sawerigading dan We Tenriyabeng. Singkat cerita Sawerigading jatuh cinta pada saudara kembarnya yang merupakan pantangan tanah dan sumber malapetaka kerajaan. Oleh sebab itu We Tenriyabeng membujuk saudara kembarnya untuk pergi ke Tanah Cina, disana ada seorang gadis bangsawan bernama I We Cudai yang mirip dengannya untuk dijadikan permaisuri dan untuk meyakinkan saudara kembarnya We Tenriyabeng membekalinya dengan gelang dan cincin. Gambar 2.8: Cerita Sawerigading dalam buku cerita bergambar Sumber:Dokumentasi pribadi 14 Cerita Sawerigading diangkat dalam buku cerita bergambar oleh kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan organisasi Pecinta Bacaan Anak pada tahun 2014.

II.1.7 Pentingnya Naskah I La Galigo Bagi Anak-anak