Kemungkinan Dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Di Indonesia

KEMUNGKINAN DIBANGUNNYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DI INDONESIA
TIMBANGEN SEMBIRING Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara
1. PERMASALAHAN Di Indonesia sebagian besar energi dikonsumsi di pulau Jawa dan sebagian
besar diproduksi di luar pulau Jawa. Sebenarnya di Indonesia memiliki bermacam-macam sumber energi seperti minyak, batubara, air, panas bumi, biogas, dan lain sebagainya. Pengusahaan energi tak terbarukan (unrenewable), semisal minyak, gas dan batubara, adalah dengan mempertahankan cadangan terbukti. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan penemuan baru. Tanpa adanya penemuan maka cadangan terbukti akan habis. Cadangan potensial adalah perkiraan keseluruhan cadangan yang ada di dalam tanah. Cadangan potensial hanya berubah menjadi cadangan terbukti bila ditemukan oleh eksplorasi dan eksploitasi hanya dilakukan bila ada investasi.
Cadangan terbukti minyak adalah 5,6 miliard barrel dan cadangan potensialnya adalah 48,48 miliard barrel sehingga dengan produksi saat ini (1996) sebesar 485 juta barrel pertahun, maka lama produksi minyak adalah dari 11,5 tahun (apabila tidak ada penemuan baru) sampai 100 tahun (apabila semua cadangan potensial ditemukan). Juga diperkirakan produksi gas (termasuk kondensat) adalah dari 34,2 sampai 64,9 tahun untuk produksi sekarang.
Dengan produksi tahunan sekarang sebesar 31,6 juta ton maka lama produksi batubara adalah dari 160 tahun sampai 1170 tahun. Tetapi kalau batubara harus menanggung semua kebutuhan energi domestik di Indonesia saat ini yaitu 508 BOE (barrel of oil equivalent) per tahun, maka lama produksi batubara adalah 41 sampai 288 tahun. Apabila batubara menanggung seluruh kebutuhan energi domestik yang meningkat dengan meningkatnya pembangunan maka masa baktinya akan lebih pendek.
Potensi tenaga air adalah 750.000 MW sedangkan potensi panas bumi adalah 19.658 MW. Potensi tersebut dapat menghasilkan 913 dan 286 juta BOE per tahun. Pemakaiannya saat ini hanyalah 40 dan 40,5 juta BOE per tahun. Apabila semua potensi air dan panas bumi dikembangkan maka dia akan dapat mengganti produksi energi saat ini (termasuk ekspor dan domestik) yaitu 1200 juta BOE per tahun dan memenuhi lebih dari dua kali kebutuhan energi domestik saat ini yaitu 508 juta BOE per tahun.
2. SUMBER-SUMBER ENERGI (ENERGY RESOURCES) Ditinjau dari biaya pembangkitan listrik di Indonesia (menurut PLN, Kompas
12 Juni 1997 dan biaya lingkungan tidak diperhitungkan), maka urutan prioritas pemakaian energi adalah: 1. Gas 2. Batubara 3. Minyak 4. Panas Bumi 5. Air 6. Nuklir
Dan apabila biaya lingkungan diperhitungkan maka urutan prioritas sebagai berikut:
2003 Digitized by USU digital library

1. Gas 2. Air 3. Panas Bumi 4. Minyak dan Batubara 5. Nuklir
Seyogianya pencinta lingkungan tidak hanya waspada akan bahaya kecelakaan nuklir, tetapi juga waspada akan pengotoran udara, sehingga energi bersih lingkungan yaitu gas, air, dan panas bumi dikampanyekan untuk lebih digunakan di dalam negeri serta kekurangannya diisi oleh batubara dan baru minyak (minyak diprioritaskan untuk ekspor). Pilihan terakhir adalah nuklir. Digunakan atau tidak, air akan tetap mengalir, dan panas bumi tetap panas (renewable). Demi terlaksananya program langit biru, di kota-kota perlu diprioritaskan pemakaian gas dan listrik untuk transportasi serta gas (LPG) untuk memasak.
3. FAKTOR KEBIJAKAN EKONOMI Investasi energi kebanyakan dilakukan oleh sector swasta baik nasional
maupun asing. Investasi hanya dilakukan oleh investor bila dia yakin bahwa bisnis tersebut lebih menguntungkan dari pada bisnis lain atau bisnis yang sama di tempat lain. Karena itu kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga dan pajak sangat penting disini. Kebijakan intensifikasi (mengusahakan penemuan baru dari energi tak terbarukan) dan diversifikasi (pemakaian energi yang beragam) hanya akan berjalan apabila kebijakan pemerintah mendukung iklim usaha tersebut.
Panas bumi tidak dapat bersaing dengan batu bara apabila tidak ada insentif pajak (biaya lingkungan tidak diperhitungkan), dengan menurunkan pajak panas bumi atau menaikkan pajak batubara dengan mengenakan pajak lingkungan. Tidak akan ada investasi migas di kawasan timur Indonesia tanpa adanya insentif pajak (karena biaya di sana mahal).
Briket batubara tidak akan bisa bersaing dengan minyak tanah selama harga minyak tanah masih disubsidi. CNG (gas untuk transportasi) akan lambat masuk pasar apabila harga solar masih disubsidi, setasiun pengisian CNG masih sedikit atau belum adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan kendaraan niaga atau kendaraan dinas memakai CNG. Kebijaksanaan konservasi juga tidak akan juga berjalan hanya denga iklan “hemat energi hemat biaya”. Kebijakan ini akan mengalami hambatan selama harga energi masih disubsidi (murah) dan belum adanya keringanan untuk mesin dan peralatan hemat energi atau tambahan bea masuk yang tidak hemat energi. Konservasi energi ini sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan energi di Indonesia karena disamping menghemat biaya, menghemat cadangan energi kita dan juga mengurangi sampah (polusi) energi karena penghematan pemakaiannya.
Seyogianya Depertemen Keuangan tidak hanya memikirkan penerimaan pajak yang lebih tinggi saja, tetapi juga memahami permasalahan energi dan lingkungan. Seyogianya dipahami perlunya insentif (pengurangan) pajak untuk bersih lingkungan dan konservasi energi, demi pembangunan yang berkelanjutan dan bagi generasi mendatang.
Selain dengan kebijakan harga, pajak dan peraturan beberapa alternatif lain pun dapat dilaksanakan. Misalnya dengan menghubungkan transmisi listrik melalui bawah laut antara pulau Jawa dan Sumatera sehingga pembangkit listrik batubara bisa dibangkitkan di mulut tambang di Sumatera (sehingga terjadi diversifikasi polusi), membangun pipa gas trans Sumatera dan pipa gas trans Kawasan Timur Kalimantan serta menghubungkannya dengan pipa trans Jawa, merangsang pembangunan pusat-pusat industri di luar pulau Jawa dengan


2003 Digitized by USU digital library

2

insentif pajak, sehingga terjadi diversifikasi lokasi kebutuhan energi yang akan mengurangi dampak lingkungan dan pengurangan lahan di pulau Jawa serta merangsang eksplorasi dan eksploitasi energi di luar pulau Jawa serta pilihan terakhir adalah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Penggunaan energi listrik harus ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan kita pada migas. Energi di daerah terpencil seperti Irian dapat digunakan secara efektif jika sebagian pusat-pusat industri dipindahkan ke Irian. Hal ini juga meningkatkan pembanguna di Kawasan Timur Indonesia, termasuk pengembangan pertambangan migas dan non migas di daerah tersebut. Penggunaan energi terbarukan lain seperti energi matahari, angin dan biomas saat ini memang belum ekonomis di Indonesia kecuali untuk daerah-daerah terpencil. Walaupun demikian apabila energi takterbarukan (minyak, gas, batubara dan nuklir) sudah sangat berkurang atau nilai ekonomisnya sudah tidak lebih baik dari energi terbarukan (karena terobosan teknologi di bidang energi terbarukan), maka harapan manusia jauh kedepan adalah pada energi terbarukan terutama energi matahari (solar energy).
4. PERDEBATAN TENTANG ENERGI ALTERNATIF (NUKLIR) Mengenai pembangunan nuklir untuk listrik di Indonesia terdapat perbedaan
pendapat, yaitu antara setuju dan tidak setuju. Bagi pihak yang tidak mendukung adanya pembangunan listrik tenaga nuklir ini tentu mempunyai alasan-alasan seperti: 1. Indonesia masih mempunyai banyak (berlimpah) sumber energi selain nuklir 2. Biaya PLTN cukup mahal 3. PLTN menyebabkan ketergantungan atas teknologi dan bahan bakar uranium
yang impor 4. Para teknisi Indonesia belum mampu; atau masih kurang pengalaman dalam
mengelola PLTN secara aman karena disebabkan oleh masalah-masalah seperti disiplin, masih ada sifat korupsi/kolusi, gaji rendah dan sebagainya 5. Diharapkan bila energi minyak dan gas habis maka energi terbarukan terutama energi matahari sudah jauh lebih ekonomis dibandingkan sekarang. 6. Menghasilkan limbah yang sangat berbahaya dan penangananya pun harus aman dan butuh biaya yang tinggi 7. Bahaya lingkungan nuklir adalah tentang ketidakselamatannya. Sementara bagi pihak yang mendukung adanya PLTN mempunyai beberapa alasan juga seperti: 1. Biaya PLTN murah 2. Indonesia mempunyai cadangan uranium di pulau Kalimantan 3. Bangsa Indonesia dianggap sudah mampu mengelola PLTN secara aman atau dengan berfilosopi “orang lain bisa kenapa kita tidak” 4. Dengan adanya PLTN akan meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia di bidang nuklir 5. Puluhan tahun mendatang minyak dan gas akan berkurang atau malahan habis (yang hampir pasti bahwa cadangan minyak di Indonesia tidak akan mencapai abad ke XXII), sehingga nuklir merupakan mitra utama batu bara pada saat tersebut. Suatu saat batubara pun akan habis 6. Nuklir adalah sumber energi yang aman dan ramah lingkungan. Dari argumentasi di atas terdapat ketidakpuasan atau ketidaksepakatan tentang beberapa hal seperti: 1. Biaya PLTN dimana masing-masing pihak mempunyai pendapat lain 2. Cadangan uranium Indonesia 3. Kemampuan bangsa Indonesia untuk mengelola nuklir secara aman

2003 Digitized by USU digital library

3

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan dialog antara pihak yang mendukung dan pihak yang menentang pembangunan nuklir untuk listrik. Sebelum adanya rumus kesepakatan maka seyogianya pembangunan PLTN perlu ditinjau kembali. Namun kita juga sedikit perlu untuk menyimak bagaimana tragedi nuklir di Chernobyl beberapa tahun yang lalu.
5.SEKITAR KECELAKAAN Chernobyl adalah kota kecil di Ukraine. Pada hari Sabtu 26 April 1986 dini
hari sebuah reaktor nuklir Unit-4 jenis RBMK-1000 mengalami kecelakaan. Pada malam terjadinya kecelakaan, Reaktor Unit-4 sebenarnya sedang dipadamkan (shutdown) dalam rangka perawatan rutin. Pada waktu yang sama operatur bermaksud menguji prosedur keselamatan reaktor. Uji keselamatan ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah turbin generator yang melambat masih menghasilkan daya yang cukup untuk menjalankan pompa pendingin sampai generator diesel darurat dihidupkan.
Untuk itu, rencananya reaktor akan dioperasikan pada tingkat daya 30 % dari daya maksimalnya, tetapi kelewatan sehingga turun sampai 10 %. Untuk menaikkannya lagi sampai tingkat daya 30 % operator melakukan kesalahan kritis dengan menarik batang kendali, akibatnya uap pun bertambah. Sayangnya, RBMK-1000 memiliki cacat desain dimana operasi pada tingkat daya rendah (10 %) tidak stabil. Pertambahan uap tak terduga akan menaikkan daya, dan kenaikan daya akan menambah uap lebih banyak lagi, dan seterusnya dan seterusnya.

Pukul 01.23 dan 40 detik dinihari 26 April 1986, menyadari keadaan gawat operator lantas menekan tombol untuk mengaktifkan sistem proteksi atomatis, tetapi percuma sebab sudah terlambat. Dalam 3 atau 4 detik, produksi daya melonjak samapi 100 kali tingkat daya maksimum normalnya, dan suhu teras pun meningkat tajam. Akibatnya terjadi dua kali ledakan dahsyat yang menghancurkan gedung reaktor.
Usaha mati-matian untuk memadamkan api tidak banyak berarti. Ratusan ton grafit dalam reaktor terbakar selama 10 hari. Kebakaran melambungkan gasgas dan partikel radioaktif ke atmosfer sehingga Swiss, Jerman, Turki bahkan Amerika Serikat dan Jepang pun radiasinya tercatat. Diantaranya yang berbahaya adalah Yodium-131, Strontium-90 dan Cesium-137. Operator yang bertugas saat itu pun akhirnya ditahan. Namun pertanyaan sekarang: apakah hanya operator yang harus memiliki tanggung jawab tersebut?
6.EFEK MEDIS BENCANA
Jumlah radioaktivitas yang dilepaskan reaktor Chernobyl, menurut angka yng diberitakan oleh pejabat Uni Soviet, adalah sebesar 90 juta Curie. Korban pertama berjumlah 187 orang yang menderita radiasi akut, dan 31 diantaranya meninggal. Kebanyakan dari mereka adalah petugas pemadam kebakaran.
Intensitas radiasi gamma di sekitar lokasi mencapai lebih dari 100 rontgen per jam (angka ini bisa mengakibatkan dosis radiasi ratusan kali dari dosis aman, sebagaimana ketentuan dari Komisi Proteksi Radiasi Internasional, ICRP. Paling besar di atas atap bangunan reaktor yang mencapai 100.000 rontgen per jam. Bandingkan dengan paparan radiasi alamiah (dari radiasi kosmik dan zat radioaktif di sekitar kita dan di dalam tubuh) 0,2 rontgen per tahun. Dan dosis radiasi sinar-X 0,1 sampai 2 rontgen tiap kali foto. Dan lebih dari 260.000 km

2003 Digitized by USU digital library

4

persegi (berarti 2 kali luas pulau Jawa) wilayah di Ukraine, Rusia dan Belarusia terkontaminasi Cesium-137 lebih dari 1-curie per kilometre persegi.
Akibat yang paling serius adalah akibat medis. Dari 400.000 orang pengubur reaktor, yaitu mereka yang membangun sarkofagus, 30.000 orang diantaranya jatuh sakit karena radiasi, 5.000 orang diantaranya tidak bisa bekerja lagi. Satu dari tiap tiga orang pengubur, terutama pria 30 tahunan, mengalami gangguan reproduksi. Kasus kanker thyroid (kelenjar gondok) ditemukan juga meningkat. Pada tahun 1981-1985 (sebelum kecelakaan), misalnya, angka kasus kanker thyroid kira-kira 5 kasus pertahun. Tetapi 1987-1991 sudah ditemukan 22 kasus pertahun. Dan akhirnya antara tahun 1992-1995 ditemukan 43 kasus pertahun.
Sulit diperkirakan berapa orang yang sesungguhnya mati akibat kecelakaan ini. Sebuah organisasi lingkunga Greenpeace, dengan membandingkan laju kematian sesudah dan sebelum kecelakaan, memperoleh taksiran sekitar 32.000 orang. Taksiran lain memberikan angka yang lebih rendah atau lebih tinggi tetapi orde angka sekian kiranya cukup beralasan.

7. ONGKOS SARKOFAGUS
Dari 4 unit Reaktor Chernobyl, tersisa dua unit yang masih dioperasikan. Kedua unit dipadamkan pada tahun 2000. Kini masalah terbesar yang masih tinggal adalah penggantian sarkofagus (peti mati) yang berfungsi untuk menyelimuti puing-puing radioaktif reactor unit-4 agar tidak lepas dan mencemari lingkungan. Pada sarkofagus yang ada, lebih dari 1000 meter persegi betonnya retak serius, sehingga air dan salju bisa masuk kedalamnya dan keluar membawa zat radioaktif. Untuk itu sebuah sarkofagus akan dibangun mengelilingi sarkofagus yang ada dengan ongkos desain 20-30 juta dollar US dan konstruksi (perlu waktu lima tahun) menelan biaya 300 juta dollar US.

8. HIKMAH CHERNOBYL
Harus kita akui bahwa cukup banyak sudah kecelakaan yang terjadi pada PLTN dengan tingkat bahaya yang bervariasi. Tingkat keparahan kecelakaan PLTN, dari sudut pandang keselamatan umum, bisa diukur dari banyaknya zatzat radioaktif yang lepas dari PLTN dan mencemari lingkungan serta membahayakan kehidupan. Dari sudut pandang ini, kecelakaan Chernobyl adalah bencana yang terbesar sepanjang sejarah PLTN. Walaupun di dalam berbagai kejadian, kecelakaan nuklir terkesan dihindarkan dari ekspose publik, tetapi mustahil kasus Chernobyl ditutup-tutupi. Zat radioaktif yang dilepas ke lingkuangan luas dengan sendirinya tetap akan berbicara tentang kenyataan.
Di sisi lain harus kita akui pula bahwa kecelakaan Chernobyl terjadi karena beberapa faktor yang saling terkait, antara lain:

1. Cacat desain, yaitu tidak stabilnya operasi pada tingkat daya rendah
2. Cacat desain, yaitu tidak adanya struktur sungkup baja-beton yang berfungsi untuk mencegah pelepasan zat-zat radioaktif ke lingkungan. Sungkup baja-

2003 Digitized by USU digital library

5

beton merupakan syarat mutlak dalam desain PLTN modern. Pendek kata, desain rector Chernobyl jelas menyalahi persyaratan desain keselamatan internasional.
3. Kesalahan tindak operasional oleh manusia (operator)
Kesalahan tidak operasional oleh operator adalah tetap kesalahan. Namun akibat dari kesalahan seperti itu mestinya tidak akan sedemikian parah seandainya desain RBMK-1000 tidak menyandang “cacat 1” dan “cacat 2” di atas. Intinya, kecelakaan sebenarnya bisa dicegah sebelum terjadi dan bisa dikurangi resiko bahayanya sejak awal berdasarkan pertimbangan desain yang aman. Untuk itu kita perlu tahu bahwa sebenarnya ada beberapa desain reactor yang lain yang lebih aman dan bebas dari kedua cacat di atas, misalnya desain PWR dan BWR jenis reaktor yang paling banyak beroperasi di seluruh dunia saat ini. Di lain pihak kita tidak boleh gegabah untuk mengabaikan kenyataan sejarah bahwa akibat dari bencana Chernobyl memang bukan main-main.
9. KESIMPULAN
Andaikata akhirnya PLTN harus dibangun maka lebih dahulu dipertimbangkan adanya proyek percontohan dengan membangun PLTN dengan skala ekonomis terkecil untuk memonitor biaya dan kemampuan pengoperasian. Proyek pilot perlu dipertimbangkan mengingat bisa saja biaya PLTN di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Jepang tidak sama dengan biaya PLTN di Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah seberapa banyak kita tergantung kepada bahan bakar dalam hal ini uranium, ahli dan pembangkit listrik impor dari luar negeri. Disamping itu perlu dipertimbangkan dampaknya bagi pinjaman luar negeri.
10. DAFTAR PUSTAKA
1. Ridwan, Muhammad, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, BATAN, Jakarta, 1978.
2. Harian KOMPAS, 12 Juli 1997
3. Thomas, Smith, Nuclear Accident, John Willey, New York, 1995.

2003 Digitized by USU digital library


6