Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hubungannya dengan Produksi Kelapa Sawit di Kebun Kwala Sawit PTPN II
KAJIAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH HUBUNGANNYA
DENGAN PRODUKSI KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis
,Jacq)
DI KEBUN KWALA SAWIT PTPN II
T E S I S
Oleh
WINSTON ANDAR TAMBUNAN 057002004/TNH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KAJIAN SIFAT FISIK DAN
TANAH HUBUNGANNYA
DI K
II
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian
Pada Seko
era Utara
Oleh
WINSTON ANDAR TAMBUNAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KIMIA
DENGAN PRODUKSI KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis
,Jacq)
EBUN KWALA SAWIT PTPN
Dalam Program Studi Ilmu Tanah
lah Pascasarjana Universitas Sumat
057002004/TNH
M E D A N
2008
(3)
Judul Tesis N SIFAT DAN KIMIA TANAH SI
Nama Mahasiswa :
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD.) : KAJIA
HUBUNGANNYA DENGAN PRODUK
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq)
DI KEBUN KWALA SAWIT PTPN II Winston Andar Tambunan
Nomor Pokok : 057002004/TNH
Program Studi : Ilmu Tanah
r. Ir. Hamidah Hanum, MP.)
Ketua
(D (Dr. Ir. Edy Sigit Sutarta, MS.)
Ketua Program Studi, Direktur,
rof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc.)
Anggota Anggota
(P (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B, MSc.)
elah lulus : 27 Maret 2008 T
(4)
Telah diuji pada
t 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
etua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD.
Tanggal 27 Mare
K
Anggota : Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Dr. Ir. Edi Sigit Sutarta, MS. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Dr. Ir. Rosmayati, MS.
(5)
A B S T R A K
INSTON ANDAR TAMBUNAN, 2008. KAJIAN SIFAT FISIK KIMIA TANAH
un Kwala Sawit adalah Typic
eskipun upaya aplikasi pupuk sesuai rekomendasi PPKS Medan telah dilakuk
atu penelitian yang bertuju
edia, K
menunjukkan reaksi pH
i penelitian merupakan tanah d
W
HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis,
Jacq) DI KEBUN KWALA SAWIT PTPN II. Di bawah bimbingan Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD. Sebagai ketua, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP. dan Dr. Ir. Edy Sigit Sutarta, MSc. masing – masing sebagai anggota.
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Keb
Paleudult yang mengandung Karbon (C) tergolong sedang di lapisan atas dan
tergolong rendah dilapisan bawah. Kandungan Nitrogen (N) agak rendah pada seluruh lapisan, begitu juga Fosfor (P) tergolong rendah, pH tanahnya masam, Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa tergolong rendah di seluruh lapisan.
Kelas kesesuaian aktual pada tanah ini adalah S3 (agak sesuai), tetapi dengan
perbaikan faktor pembatas tersebut kesesuaian lahan dapat ditingkatkan menjadi S2
(sesuai). M
an untuk mengaktualisasikan potensi produksi sesuai dengan standar produksi kelas lahan, tetapi produksi yang diharapkan tidak tercapai. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yang memerlukan kajian yang diharapkan dapat menjelaskan hambatan dan upaya perbaikan yang mungkin dapat dilakukan untuk menjadi pertimbangan dalam peningkatan produksi kelapa sawit.
Untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan su
an untuk mengkaji sejauh mana sifat fisik dan kimia tanah Typic Paleudult
hubungannya dengan produksi kelapa sawit di Kebun Kwala Sawit PTPN II. Parameter yang diamati adalah mencakup sifat kimia (pH, C/N, P ters
tukar, Ca tukar, Mg tukar, Na tukar, KTK dan Kejenuhan Basa), sifat fisik (Tekstur tanah, Bulk Density, Partikle Density dan Total Ruang Pori)
Hasil penelitian sifat kimia dan sifat fisik tanah
tanah tergolong sangat rendah sampai rendah (4.2–5.5), C/N tergolong sangat rendah sampai sedang (0.17 – 9.4), kandungan P tergolong sedang sampai tinggi (18.25 –
56.68 ppm), Kation Ca+2 tergolong sangat rendah sampai rendah (1.22l–4.88 me/100
g), Mg+2tergolong tinggi sampai sangat tinggi (0.84 – 3.35 me/100 g), Na+ tergolong
rendah sampai sedang (0.22 – 0.48 me/100 g), dan K+ tergolong sangat rendah
sampai rendah (0.12 – 0.31 me/100 g). KTK tergolong sedang (12.50 – 23.60 me/100g), KB tergolong sangat rendah sampai rendah (10.70 – 69.03 %), tekstur tanah dengan fraksi liat tinggi,nilai BD dan PD relatif tinggi.
Sifat fisik tanah menunjukkan tekstur tanah di lokas
engan kandungani liat tinggi. Fraksi Liat, Pasir, BD, PD dan TRP masing-masing menekan produksi tandan per pokok kelapa sawit. Karekteristik sifat kimia
tanah C/N dan KTK pada tanah Typic Paleudult di kebun Kwala Sawit
(6)
Karakteristik sifat fisik dan kimia tanah yang secara bersama-sama menent
elapa sawit di Afdeling III, kebun Kwala Sawit,
Kata kunci : Tipic Paleudult, Kelapa Sawit, Karakteristik Tanah, Tandan Per Pokok. ukan produksi tandan per pokok kelapa sawit adalah C/N, P tersedia, Na tukar,
Bulk Density dan Total Ruang Pori.
Produksi tandan per pokok k
PTPN II dibawah rata-rata produksi menurut standart produksi berdasarkan kelas lahan rata-rata satu siklus (25 tahun) adalah 9.9 tandan per pokok, realisasinya adalah 6.1–6.5 tandan per pokok
(7)
A B S T R A C T
WINSTON ANDAR TAMBUNAN, 2008. The Study of Relationship among Soil
udult in the Kwala Sawit Estate
zer applicationagree whit the recommendation of
reseach that its purposse to
ter which is wacthed is chemistry and physical characteristic (pH,
of soil show the
research location is soil
ch a Sawit
characteristics with Palm oil (Elaeis guineensis Jacq) in Kwala Sawit Estate,
PT. Perkebunan Nusantara II (under leadership of Zulkifli Nasution as Chairman, is Hamidah Hanum, Edy Sigit Sutarta as members).
Generally, the kind of soil is Typic Pale
which contain Carbon (C) classified is average for upper stratum and low for lower stratum. The contain of Nitrogen (N) is rather low for or stratum, and also Fosfor (P) is low, and its soil pH is acid. The actual compatibility class on this soil can be
increase become S2 (appropriate).
Despite the effort of fertili
IOPRI Medan have been done to actulaize the production potential accordance with prodaction standard of soil class, but the prodaction which expected are not reached. The phenomena appears questios that required a study, where it is expected could be axplain the obstruction and improvement efforts that could be done possibly to be consideration and escalation of plam oil production.
To finish the problems, we need to done a
investigate how far the reaction of physical and chemistry characteristic of soil
Typic Paleudult with palms oil production in Kwala Sawit Estate, PT.Perkebunan
Nusantara II. Parame
C/N, P ready, K change, Ca change, Mg change, Na Change, KTK and KB), physical caracteristic (Soil Texture, Bulk Density, Particle Density and TRP).
The research results of chemistry and physical characteristic
reaction soil pH is classified very low to low (4.2 – 5.5), C/N is very low to average
(0.17-9.4), contain of P is average to high (18.25 - 56.68 ppm), Kation Ca+2 is very
low to low (1.22 – 4.88 me/100g), K+ is very low to low (0.12 – 0.31 me/100g). KTK
is average (12.5 - 23.6 me/100g), KB is very low to low (10.7 – 69.0 % ), soil texsture whit high clay fraction, BD and PD is high relative.
Soil physical characteristic shows soil texture in the
whit high clay fraction. Clay fraction, Sand, BD, PD and TRP individually repress the
bunch production per tree of palm oil. Individually C/N and KTK soil of Typic
Paleudult at Kwala Sawit Estate repress the bunch production per tree of palm oil.
Physical and chemistry characteristic of soil together determine the bun production per tree of the palm oil is C/N, P ready, Na Change, BD and TRP. The baunch production per tree of palm oil in the Afdeling III, Kwal
Estate, PT. Perkebunan Nusantara II is under production average according to productions standard based on soil class average in one cycle ( 25 years) is 9.9 bunches per tree and its realization is per tree.
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, dimana Berkat Rahmat dan Kasihnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Dengan selesainya tulisan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc. Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah membimbing penulis dalam penelitian, penulisan tesis ini dan sekaligus yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana USU Medan.
2. Bapak Dr. Ir. Edy Sigit Sutarta, MS dan Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, selaku
Anggota Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penelitian, penulisan dan penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MS, selaku Dosen
Penguji dan yang telah memberikan masukan kepada penulis untuk melengkapi tulisan pada tesis.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Tanah dan Agronomi, dan Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Tanah yang telah begitu banyak membantu penulis dalam pelayanan pengajaran dan dalam penyelesaian tesis ini.
(9)
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
6. Bapak Ir. Suwandi, selaku Direktur Utama dan Bapak Ir. Masdin Sipayung selaku
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum pada saat itu, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana USU.
7. Bapak Bhatara Muda Nasution, Ir. Johanes Sijabat, Ir. Berani Purba, Ir. Tambah
Karo-karo, MM dan Bapak Drs. Naif Ali Dahbul, selaku Direksi PTP. Nusantara (Persero) II yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Pendidikan Program Pascasarjana.
8. Bapak Ir. Riza Ketaren, MBA, QIA, yang senantiasa memberikan motivasi
kepada penulis hingga selesainya tesis ini.
9. Bapak Drs. H. Zulfan Effendi, MBA, yang senatiasa memberikan motivasi dan
nasehat kepada penulis hingga selesainya tesis ini.
10.Bapak Ir. W. Purnomohadi, yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat
kepada penulis hingga selesainya tesis ini.
11.Bapak Ir. Suparman Ketaren, selaku Manajer Kebun Kwala Sawit dimana penulis
melaksanakan penelitian.
12.Bapak Ir. Andi Purnama, M.Sc, beserta Staf dan Karyawan BPTD Medan dimana
penulis melaksanakan Analisa Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah.
(10)
14.Istriku tercinta Magda J. Simanjuntak dan ke empat anak-anakku tercinta yakni Willy A. Tambunan, Maria M. Tambunan, Margareth R. Tambunan dan Elisabeth Tambunan, yang dengan penuh kesabaran dan ketabahan menghadapi suka maupun duka dalam menghadapi perjuangan ini.
15.Bereku Mojokerto Nainggolan, SE yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penulisan tesis ini.
16.Sobatku Ir. Hajad Dharmawan, MP, Ir. Ukurtha Perangin-angin, MP, Ir. Lince
Romauli, MP dan Ir. Titir Butar-butar, MP. yang telah banyak membatu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Medan, Pebruari 2008
(11)
KATA PENGANTAR
Dengan segenap kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kwala Sawit, PTP Nusantara ( Persero ) II, yang berada di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, yang dimulai dari bulan Oktober 2007 dan selesai bulan Desember 2007. Dengan menggunakan metode regresi, tesis ini menyajikan suatu kajian sifat fisik dan kimia tanah hubungannya dengan produksi Kelapa Sawit, sehingga dapat diharapkan menjadi masukan yang bermafaat bagi perusahaan dalam upaya peninggkatan produktivitas tanaman Kelapa Sawit.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap hal tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk terus maju dalam menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan.
Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi PT. Perkebunan Nusantara ( Persero ) II dan para pekebun yang membudidayakan kelapa sawit.
Medan, Pebruari 2008
(12)
RIWAYAT HIDUP
Winston Andar Tambunan, dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1961 di Laras, Simalungun, Sumatera Utara, merupakan anak kedelapan dari sebelas bersaudara dari Bapak St. BH. Tambunan ( Alm ) dan Ibu PR. Baruara ( Alm ). Telah menikah dengan, istri bernama Magda J. Simanjuntak, BA dan telah dikaruniai 4 orang anak yaitu Willy A. Tambunan (lk), Maria M. Tambunan (pr), Margareth R. Tambunan (pr) dan Elisabeth Tambunan. Bapak mertua St. R. Simanjuntak ( Alm ) dan Ibu Mertua St. T. Pakpahan.
Tamat Sekolah Dasar Negeri No. 4 Laras pada tahun 1975, tamat SMP Kristen Bandung tahun 1977, tamat SMA Kristen Bandung tahun 1980. Tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Jurusan Agronomi di Universitas Gadjah Mada tahun 1981 dan lulus pada tahun 1987. Pada tanggal 31 Agustus 2005 tercatat sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Semenjak tahun 1989 hingga saat ini, penulis bekerja di PTP. Nusantara ( Persero ) II sebagai Karyawan Pimpinan, penulis sekarang bertugas di Bagian
Satuan Pengawasan Intern PTP Nusantara ( Persero ) II, Tanjung Morawa.
Medan, Pebruari 2008 Penulis,
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
KATA PENGANTAR... vii
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang... 1
Perumusan Masalah... 2
Tujuan Penelitian………. 3
Hipotesis……….. 3
Kegunaan Penelitian……… 4
TINJAUAN PUSTAKA……….. 5
Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia………. 5
Syarat Tumbuh……… 7
Iklim……… 7
Tanah... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 17
Tempat dan Waktu... 17
Bahan dan Alat... 17
Metode Penelitian... 17
(14)
HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
Hasil Penelitian... 23
Hubungan Reaksi Tanah ( pH Tanah ) dengan Kedalalam horizon... 24
Hubungan C/N Tanah dengan kedalaman horizon... 25
Hubungan P Tersedia Tanah dengan kedalaman horizon... 26
Hubungan Kation – Kation Tukar dengan kedalaman horizon... 27
Hubungan Kapasitas Tukar Kation dengan kedalaman horizon... 28
Hubungan Kejenuhan Basa dengan kedalaman horizon... 29
Hubungan Sifat Fisik Tanah dengan kedalaman horizon ... 30
Tekstur Tanah... 30
Hubungan Persentase Pasir dengan kedalaman horizon... 31
Hubungan Persentase Liat Tanah dengan kedalaman horizon... 32
Hubungan Bulk Density dengan kedalaman horizon... 32
Hubungan Particle Density dengan kedalaman horizon... 33
Hubungan Total Ruang Pori dengan kedalaman horizon ... 34
Produksi………... 34
Hubungan antara pH Tanah dengan Produksi Tandan per Pokok... 36
Hubungan antara C/N dengan Produksi Tandan per Pokok... 37
Hubungan antara P Ters. Tanah dengan Produksi Tandan per Pokok.... 38
Hubungan antara K Tukar dengan Produksi Tandan per Pokok ... 38
Hubungan antara Ca Tukar dengan Produksi Tandan per Pokok... 39
Hubungan antara Mg Tukar dengan Produksi Tandan per Pokok... 40
Hubungan antara Na Tukar dengan Produksi Tandan per Pokok... 40
Hubungan antara KTK dengan Produksi Tandan per Pokok... 41
Hubungan antara Kejenuhan Basa dengan Produksi Tandan per Pokok.. 42
Hubungan antara Fraksi Pasir dengan Produksi Tandan per Pokok... 43
Hubungan antara Fraksi Liat dengan Produksi Tandan per Pokok... 43
(15)
Hubungan antara Particle Density dengan Produksi Tandan per Pokok.... 45
Hubungan antara Total Ruang Pori dengan Produksi Tandan per Pokok... 45
Pembahasan ………... 47
KESIMPULAN DAN SARAN………... 54
Kesimpulan... 54
Saran... 55
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1. Luas areal Perkebunan Kelapa Sawit menurut Propinsi
Tahun 2000 – 2005 (ha)... 7
.. 2. Hasil analisis contoh tanah Afdeling III, kebun Kwala Sawit PTPN II... 23
3. Keeratan hubungan pH tanah dengan kedalaman horizon... 24
4. Keeratan hubungan C/N tanah dengan kedalaman horizon... 25
5. Keeratan hubungan P tersedia tanah dengan kedalaman horizon... 26
6. Keeratan hubungan Kation-kation dapat tukar dengan kedalaman horizon.. 27
7. Keeratan hubungan KTK dengan kedalaman horizon... 28
8. Keeratan hubungan Kejenuhan Basa dengan kedalaman horizon... 29
9. Sifat Fisik tanah... 30
10. Keeratan hubungan persentase Pasir dengan kedalaman horizon... 31
11. Keeratan hubungan persentase Liat dengan kedalaman horizon... 32
12. Keeratan hubungan Bulk Density dengan kedalaman horizon... 32
13. Keeratan hubungan Particle Density dengan kedalaman horizon... 33
14 Keeratan hubungan TRP dengan kedalaman horizon... 34
15. Matriks Korelasi Antar Berbagai Peubah Amatan………... 47
(17)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Contoh letak pembuatan profil tanah... 19
2.
Produksi rata – rata tandan per pokok pada blok pengamatan(18)
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks Halaman
1. Peta Afdeling... 60
2. Profil Tanah blok K23, L23, L29, M19, M23 dan M29... 61
3. Data produksi per blok pengamatan tahun 1983 s.d 2006... 64
4. Rekapitulasi data produksi Kelapa Sawit blok K23, L23, L29, M19, M23 dan M29... 67
5. Data produksi TM Kelapa Sawit tahun tanam 1980 pengamatan Tahun 1983 s.d 2006... 67
6. Data curah hujan Afdeling III Kebun Kwala Sawit PTP N 2... 68
7. Realisasi Pemupukan TT 1980, Afd. III, Keb.Kwala Sawit PTPN-II... 69
8. Standart Produksi berdasarkan kelas lahan... 70
9. Kriteria hasil analisis tanah untuk Kelapa Sawit... 70
10. Hasil Analisis karakteristik tanah dengan produksi tandan per pokok... 71
11. Hasil analisis regresi linier karakteristik tanah dengan produksi tandan per pokok... 74
12. Hasil analisis regresi quadratik tanah dengan produksi tandan per pokok... 74
13. Hasil analisis regresi berganda tandan per pokok dengan karakteristik tanah.. 75
(19)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah Ultisol pada areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebagian besar
bertopografi datar hingga bergelombang dan sebagian kecil bergelombang hingga berbukit. Proses pembentukan tanahnya berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena berlangsung pada daerah tropika dan sub tropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Pencucian basa-basa yang berlangsung sangat intensif pada rezim temperature mesik, iso mesik mengakibatkan tanah bersifat masam dan miskin unsur hara (Koedadiri, A.D.,W. Darmosarkoro dan E.S. Sutarta, 1999).
Potensi bahan tanaman sampai saat ini sudah dianggap optimal dengan perkataan lain jika diusahakan pada lahan yang sesuai dan dengan sistem pengelolaan yang optimal maka produksi aktual yang diharapkan dapat tercapai. Potensi lahan ditentukan oleh sifat fisik, kimia juga meliputi topografi dan vegetasi, sedangkan pengelolaan kebun meliputi seluruh aspek kultur teknis. Hakim, dkk. (1986) menyatakan sifat fisik dan kimia tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Para praktisi perkebunan selalu beranggapan bahwa produksi yang tinggi pasti akan diraih jika ada hujan dan aplikasi pupuk sesuai rekomendasi telah dilakukan tetapi mengabaikan faktor kesuburan fisik (konservasi tanah dan air) dan kimia tanah. Meskipun pemupukan terus dilakukan namun hasilnya cenderung tidak berdampak
(20)
terhadap peningkatan produktivitas aktual tanaman sesuai dengan potensi produksi yang diharapkan.
Menurut Adiwiganda (2005), jenis tanah yang umum terdapat di kebun Kwala
Sawit adalah Typic Paleudult (podsolik kuning fraksi liat tinggi), yang mengandung
karbon (C) tergolong sedang (2,20%) di lapisan atas dan tergolong rendah di lapisan bawah (0,39–0,82%). Kandungan Nitrogen (N) agak rendah (0,05–0,17%) pada seluruh lapisan begitu juga fosfor (P) tergolong rendah (2–4 ppm), pH tanahnya masam (pH 4,0–4,4), kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tergolong rendah di
seluruh lapisan. Kelas kesesuaian aktual pada tanah ini adalah S3 (agak sesuai), tetapi
dengan upaya perbaikan faktor pembatas tersebut kesesuaian lahan dapat ditingkatkan menjadi S2 (sesuai).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauhmana sifat fisik dan kimia tanah mempengaruhi produksi kelapa sawit di kebun Kwala Sawit PTPN II dan upaya-upaya apa yang mungkin dapat dilakukan selanjutnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit sehingga produksi aktual yang diharapkan dapat tercapai (Tabel Lampiran 6).
Perumusan Masalah
Realisasi produksi kelapa sawit di areal tanaman menghasilkan yang diusahakan di kebun Kwala Sawit PTPN II secara umum masih dibawah potensi produksi yang mampu dihasilkan oleh tanaman tersebut (Tabel Lampiran 1, 2, 3).
(21)
Banyak faktor yang mempengaruhi perolehan produksi diantaranya iklim, tanah, kultur teknis, bahan tanaman, manusia dan lain-lain.
Upaya aplikasi pupuk sesuai rekomendasi PPKS Medan telah dilakukan (Tabel Lampiran 5) untuk meraih produksi sesuai dengan standar produksi (Tabel Lampiran 6), tetapi produksi tersebut belum tercapai sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda dalam menyikapi penyebab belum tercapainya produksi tersebut. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui sejauh mana sifat fisik dan kimia tanah mempengaruhi perolehan produksi kelapa sawit di kebun Kwala Sawit PTPN II. Bertolak dari kenyataan tersebut penulis mencoba melakukan suatu penelitian dalam hal ini yang diteliti adalah faktor tanah, melalui kajian terhadap sifat fisik dan kimia tanah dan hubungannya dengan produksi kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji sifat fisik dan kimia tanah Typic Paleudult hubungannya
dengan produksi kelapa sawit di kebun Kwala Sawit PTPN II.
Hipotesis
Sifat fisik dan kimia tanah mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit di kebun Kwala Sawit PTPN II.
(22)
Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi PTPN II, maupun pihak-pihak yang memerlukannya untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
(23)
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa Sawit telah diusahakan sebagai tanaman komersial di berbagai belahan
bumi, terutama di daerah tropis yang berada di kawasan antara 10O LU dan 10O LS,
seperti pantai barat Afrika, wilayah-wilayah tropis Amerika Latin, Pasifik Selatan dan Asia Tenggara. Luas areal kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dan pada tahun 1999 luas areal kelapa sawit diperkirakan mencapai 2,96 juta ha, yang tersebar di propinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi dan Irian Jaya (Harahap, dkk. 2000).
Kelapa Sawit masuk di Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Kebun Kelapa Sawit pertama dibuka pada tahun 1911 di Tanah Itam
Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur dan di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries
de Sumatera-RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultuur Mij, Sungai Liput Cultuur
Mij, Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij, Medang Ara Cultur
Mij, Deli Muda oleh Huilleries de Deli dan lain-lain. Sampai tahun 1915 baru
mencakup areal seluas 2.715 ha, ditanam bersama dengan kultura lain seperti Kopi, Kelapa, Karet dan Tembakau. Pada tahun 1916, ada 16 perusahaan di Sumatera Utara dan 3 di Pulau Jawa. Pada tahun 1920, sudah ada 25 perusahaan yang menanam Kelapa Sawit di Sumatera Timur, 8 di Aceh dan 1 di Sumatera Selatan yaitu di Taba Pingin dekat Lubuk Linggau (Lubis, 1992).
(24)
Pada tahun 1916 terdapat perkebunan kelapa sawit seluas 1.272 ha di Sumatera Utara (Sumatera Timur) dan Aceh dengan produksi 576 ton minyak sawit. Pada tahun 1938 menjadi 92.307 ha dengan produksi 220.702 ton minyak sawit dan 42.965 ton inti sawit. Setelah perang dunia II berakhir pada tahun 1945, turun menjadi 73.621 ha. Indonesia mempunyai kedudukan utama sebagai produsen minyak sawit dunia pada tahun 1938 yang melulu dari Sumatera yaitu minyak kelapa sawit 220.702 ton, Afrika 205.988 ton dan Malaysia hanya 55.247 ton (Sianturi, 1990).
Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan secara luas di Indonesia baik di kawasan Barat Indonesia maupun di kawasan Timur Indonesia. Daerah-daerah pengembangan tersebut memiliki kondisi iklim dan tanah dengan tingkat keragaman yang tinggi. Perkembangan produktivitas aktual dari beberapa kebun di Indonesia yang mewakili beberapa wilayah pengembangan kelapa sawit menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit pada umumnya masih rendah dibandingkan produktivitas potensial lahannya (Harahap, dkk. 2000).
Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit berkaitan erat dengan tingkat produksi yang dapat dicapai. Tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh potensi genetik bahan tanaman, potensi lahan dan tingkat pengelolaan pertanaman. Potensi bahan tanaman sampai saat ini sudah dianggap optimal, dengan perkataan lain jika diusahakan pada lahan yang sesuai dan dengan sistem pengelolaan yang optimal maka produksi aktual yang diharapkan dapat tercapai (Siregar, dkk. 1997).
(25)
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Propinsi Tahun 2000 – 2005 ( ha )
No Propinsi 2000 2001 2002 2003 2004 2005
1 NAD 218.493 252.114 257.684 258.195 260.267 261.311
2 Sumatera Utara 785.732 869.074 886.612 896.234 905.505 910.188
3 Sumatera Barat 229.575 266.389 270.047 278.780 283.061 285.235
4 Riau 805.646 1.047.644 1.246.106 1.301.464 1.402.918 1.457.509
5 Jambi 406.315 422.503 529.209 452.968 463.723 469.288
6 Sumatera Selatan 557.849 496.950 516.928 541.932 557.932 566.168
7 Bangka Belitung 91 89.225 90.065 91.417 92.161 92.536
8 Bengkulu 60.899 66.730 70.409 73.910 76.493 77.830
9 Lampung 97.445 119.803 131.362 136.955 143.303 146.625
SUMATERA 3.162.045 3.630.432 3.898.422 4.031.855 4.185.364 4.266.721
10 Jawa Barat 12.350 6.251 6.251 6.251 6.251 6.251
11 Banten 6.304 14.080 16.983 17.205 18.462 19.137
JAWA 18.654 20.331 23.234 23.456 24.713 25.388
12 Kalimantan Barat 363.269 389.007 406.372 415.821 425.231 430.043
13 Kalimantan Tengah 196.801 217.666 221.034 222.034 223.514 218.823
14 Kalimantan Selatan 120.694 129.673 138.634 139.634 143.186 145.007
15 Kalimantan Timur 128.256 144.567 191.146 192.146 213.117 224.747
KALIMANTAN 809.020 880.913 957.186 969.635 1.005.049 1.018.620
16 Sulawesi Tengah 33.593 40.976 47.029 48.066 50.786 52.223
17 Sulawesi Selatan 73.375 77.182 83.084 84.384 86.975 88.310
18 Sulawesi Tenggara 13.285 13.285 13.285 13.285 13.285 13.285
SULAWESI 120.253 131.443 143.398 145.735 151.046 153.818
19 Papua 48.105 50.137 52.817 68.490 76.485 80.949
TOTAL 4.158.077 4.713.256 5.075.057 5.239.171 5.442.657 5.597.718
Sumber : - Statistik Kelapa Sawit 2004 (diolah)
- Pembangunan Kelapa Sawit 2006 , GAPKI (diolah)
- Visi Data Riset 2005 (diolah).
Syarat Tumbuh Iklim
Kelapa Sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
Lintang Utara–Selatan 12O pada ketinggian 0–500 m di atas permukaan laut. Jumlah
curah hujan yang baik adalah 2.000–2.500 mm/thn, tidak terdapat defisit air dan hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 2.000 mm tidak baik, karena kebutuhan efektif hanya 1.300–1.500 mm. Terpenting adalah tidak terdapat defisit air 250 mm. Lebih dari 2.500 mm juga bukan tidak baik asal saja
(26)
jumlah hari hujan setahun tidak terlalu banyak misalnya lebih dari 180 hari (Lubis, 1992).
Curah hujan 60 mm/bulan ditetapkan sebagai batas minimum untuk bulan kering dan ini sesuai dengan kebutuhan minimal curah hujan bulanan untuk kelapa sawit. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan kelapa sawit akan terganggu dan mengakibatkan dampak penurunan produksi bila selama 3 bulan berturut-turut menerima curah hujan < 60 mm/bulan atau dengan defisit air berkisar 300–500 mm (Siregar, dkk., 1997).
Menurut Lubis (1992), defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak bunga
sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis menyebabkan kegagalan
matang tandan. Defisit air tahunan diklasifikasikan atas beberapa kelas pada budidaya
Kelapa Sawit. IRHO menyusun klasifikasi sebagai berikut : 0–150 mm optimum,
150–250 mm favourable, 250–350 mm intermediate, 350–400 mm limited, 400–500
mm marginal dan > 500 mm unfavourable.
Suhu yang tetap tinggi terdapat pada elevasi dekat dengan permukaan laut. Jadi daerah pertanaman yang ideal adalah dataran rendah hingga 200 m di atas permukaan laut, tetapi masih cukup baik hingga tinggi 400 m di atas permukaan laut. Hingga 600 m diatas permukaan laut masih dapat tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lambat dan produksi yang lebih rendah. Tetapi lebih dari 600 m diatas permukaan laut tidak dianjurkan untuk tanaman kelapa sawit (Sianturi, 1990).
(27)
Lubis (1992) menyatakan, temperatur yang optimal 24–28 OC dan tertinggi
32 OC. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5–7 jam/hari. Kelembaban
rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian yang optimal adalah 0–400 m, pada ketinggian yang lebih pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah. Kecepatan angin 5–6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan, angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman yang baru doyong atau miring.
Menurut Sianturi (1990) variasi suhu yang baik, jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu dingin bisa membuat tandan bunga mengalami aborsi serta tidak menyebar merata sepanjang
tahun. Suhu harian bervariasi antara 4,8O C dan 11,2O C, tetapi 50% adalah
bervariasi sempit antara 8O–10O C. Perkebunan kelapa sawit yang ideal adalah pada
daerah dengan variasi suhu harian sempit. Suhu rata-rata minimum 22O C dan
maksimum 32O C. Suhu absolut maksimum 38O C dan minimum 8O C. Bila suhu
tersebut terjadi dalam waktu singkat tidak akan mematikan.
Tanah
Tanah merupakan salah satu komponen dasar dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit. Pemahaman mengenai karakteristik tanah di perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan kultur teknis yang akan dilakukan dalam rangka menjamin kesinambungan produktivitas lahan (Rahutomo, dkk. 2001).
(28)
Pertumbuhan tanaman tidak hanya bergantung pada tersedianya unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga harus ditunjang oleh keadaan fisik dan kimia tanah yang baik. Pentingnya sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah selalu dititik beratkan hanya pada kesuburan kimianya (Rohlini dan Soeprapto,1989).
Tanah dikatakan subur apabila fase padat mengandung cukup unsur hara tersedia dan cukup air serta udara bagi pertumbuhan tanaman. Apabila ruang-ruang pori yang terdapat diantara partikel-partikel padat menyebar sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan air yang cukup untuk pertumbuan tanaman dan pada waktu yang bersamaan memungkinkan aerasi yang cukup pada akar, maka tanah itu dinilai mempunyai hubungan air dan udara yang cocok. Banyaknya unsur hara di dalam tanah tidak menjamin tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tetapi tergantung juga dari hubungan air dan udara yang memungkinkan tanaman dapat mempergunakan unsur hara tersedia secara efisien, perkembangan akar lebih intensif dan proses biologi dan kimia berlangsung baik pada kondisi optimum (Hasibuan, 1981).
Hillel (1980) menyatakan bahwa, kesesuaian menyeluruh suatu tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada keberadaan dan jumlah nutrisi kimia dan adanya toksisitas, tetapi juga atas keadaan dan mobilitas air dan udara dan atas sifat-sifat mekanis tanah serta rejim temperaturnya. Tanah harus remah dan cukup gembur untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman
(29)
tanpa gangguan mekanis. Singkatnya untuk kesuburan kimia, tanah harus memiliki kesuburan fisik.
Lahan di perkebunan kelapa sawit didominasi oleh tanah-tanah marginal. Tanah-tanah marginal di perkebunan kelapa sawit berkembang di daerah dengan curah hujan tinggi dan distribusinya merata sepanjang tahun dan telah mengalami proses pencucian yang sangat intensif. Tanah tersebut memiliki karakteristik fisika dan kimia sehingga tingkat kesuburan tanahnya rendah dan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut berkembang dari bahan induk yang terbentuk pada zaman geologi tersier yang tersebar di daerah pengembangan kelapa sawit di Indonesia yaitu di Kalimantan, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Aceh, Irian Jaya dan sebagian kecil Sumatera Utara (Koedadiri dan Winarna, 1999).
Kelapa Sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah solum tebal 80 cm. Solum tebal akan merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20–60%, debu 10–40% dan liat 20–50%. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
Terdapat hubungan yang positif antara sifat fisik tanah, permeabilitas, ruang pori total, pori drainase dan kerapatan bongkah (Martoyo, 1992). Semakin baik sifat fisik tanah semakin baik pula pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Makin
(30)
mudah akar menembus tanah biasanya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan akan semakin cepat dan akan memberikan hasil yang tinggi.
Tekstur dan struktur tanah adalah ciri fisik tanah yang sangat berhubungan. Kedua faktor ini dijadikan parameter kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah tersebut dalam menyediakan unsur hara. Tanah bertekstur kasar memiliki kemampuan yang kecil sekali dalam menyimpan dan menyediakan unsur hara, sebaliknya tanah yang mengandung liat yang cukup lebih akan mampu menyimpan dan menyediakan unsur hara. Tanah bertekstur liat berpasir, lempung berliat dan liat berpasir tergolong tekstur yang baik untuk kelapa sawit (Adiwiganda, 1998). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah-daerah geografis tertentu (Hakim, dkk, 1986). Terjadinya peningkatan sejumlah liat didalam sub soil ternyata dapat meningkatkan persediaan air dan unsur hara pada zona tersebut
Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan sistem granuler atau remah mempunyai porositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah-tanah dengan struktur pejal (massive). Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 1993).
Kerapatan lindak (Bulk Density) menunjukkan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume total (padat dan pori-pori). Dengan demikian kerapatan
lindak selalu lebih kecil dibandingkan dengan kerapatan partikel (Particle Density).
Kerapatan lindak dipengaruhi oleh struktur tanah seperti kelonggaran tanah atau kepadatan tanah, akibat dari sifat mengembang dan mengerut yang dipengaruhi oleh
(31)
kadar liat dan kelembaban. Bahkan pada tanah yang ekstrim padat kerapatan lindak masih lebih kecil dari kerapatan partikel, karena partikel tanah tidak dapat terikat
sempurna dan tanah adalah tubuh yang poreous yang tidak pernah sepenuhnya tidak
berlubang (Hillel, 1980).
Menurut Hardjowigeno (1993) guna menentukan kerapatan lindak adalah untuk : 1) Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat kepadatannya, semakin memadas maka semakin tinggi kerapatan lindaknya, 2) Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan abu volkan/batu apung yang tingggi mempunyai kerapatan lindak yang rendah dengan nilai 0,85 g/cm³ 3) Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan kerapatan lindak tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. 4) Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian dari horizon-horizon tertentu.
Produksi optimum suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan dan usaha- usaha perbaikan sifat fisik tanah. Akan tetapi pemupukan tidak akan berhasil dan menguntungkan sebelum usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan keadaan air dan udara, usaha-usaha pemeliharaan bahan organik tanah, perbaikan tanah-tanah yang telah rusak, atau perbaikan drainase telah dilakukan (Arsyad, 2000).
Keragaman sifat tanah secara alamiah adalah akibat dari faktor dan proses pembentukannya mulai dari bahan induk berkembang menjadi tanah pada berbagai kondisi lahan. Sehubungan dengan tingginya keragaman tanah tersebut maka
(32)
mengarahkan pengelolaan tanahnya. Tanah yang subur akan memiliki nilai status kesuburan yang tinggi, sehingga upaya pemeliharaannya akan dapat dilakukan secara mudah, sedangkan pada tanah kurus nilai kesuburannya yang rendah akan
memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif (Adiwiganda, 1998). Sifat kimia tanah pH 4,0–6,0 namun yang terbaik adalah 5–5,5.
Kandungan unsur hara tinggi, C/N mendekati 10 dengan C: 1% dan N: 0,1% (Lubis, 1992). Di Indonesia status kesuburan tanah di areal pengembangan kelapa sawit dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu: status tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah dan rendah. Menurut Adiwiganda dkk. (1991), hubungan tingkat kesuburan tanah dengan produktivitasnya meliputi: 1) tingkat kesuburan agak tinggi
sampai tinggi yang meliputi tanah-tanah Hapludand, Haplaquand dan Andaquept
dengan tingkat produktivitas > 24 ton TBS/ha/thn; 2) tingkat kesuburan sedang yang
meliputi tanah-tanah Eutropept, Dystropept, Hapludult dan Tropopsamment, dengan
tingkat produktivitas 21–24 ton TBS/ha/thn; 3) tingkat kesuburan agak rendah yang
meliputi tanah-tanah Haplohumult, Haplaquult dan Tropofluvent dengan tingkat
produktivitas 18–21 ton TBS/ha/thn; 4) tingkat kesuburan rendah yang meliputi tanah-tanah Paleaquult, Paleudult, Palehumult dan Kandiudult serta tanah gambut dengan tingkat produktivitas < 18 ton TBS/ha/thn (Harahap, dkk. 2000).
Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Belum tercapainya produktivitas tersebut berhubungan erat dengan kondisi iklim wilayah yang berfluktuasi musiman dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal. Beberapa
(33)
faktor lahan selain iklim, yang menentukan kelas kesesuaian lahan meliputi: ketinggian tempat diatas permukaan laut, topografi dan karakteristik tanah. Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit berbeda-beda pada setiap jenis tanah sebagai akibat perbedaan sifat fisik dan kimia tanah (Harahap, dkk. 2000).
Kadar hara tanah di kebun wilayah Sumatera menunjukkan bahwa secara umum kesuburan tanahnya tergolong rendah hingga agak rendah. Kemasaman (pH) tanah berkisar 4,7–5,5 yang tergolong agak rendah. Kadar karbon (C-organik) tanah lapisan atas berkisar 1–4,4 yang tergolong rendah hingga sedang, selanjutnya pada lapisan bawah berada dibawah 2% berkisar 0,15–1,45% yang tergolong rendah. Ratio C/N lapisan atas berkisar 10,50–20,40 yang tergolong sedang hingga tinggi, selanjutnya pada lapisan bawah berkisar 5,7–10,75 yang tergolong agak rendah hingga sedang. Kandungan P tersedia umumnya adalah sangat rendah berkisar 1–3 ppm. Kation tertukarkan K, Na, Ca, dan Mg juga tergolong rendah. Perimbangan hara K, Ca dan Mg dapat ditukar di dalam tanah yang optimum untuk
kelapa sawit mengikuti pola Ca > Mg > K, dimana hara K, Ca dan Mg masing–
masing menempati 10%, 60% Ca dan 30% Mg dari jumlah ketiga kation tersebut. Kebijakan pemupukan akan mengakibatkan nisbah Mg/K dan Ca/K lebih kecil dari kondisi optimum, sehingga tanaman kelapa sawit berpotensi mengalami defisiensi Mg dan terganggunya perkembangan perakaran aktif kelapa sawit. Kejenuhan Al tergolong sedang hingga tinggi berkisar 7,47–70,0 %. KTK umumnya tergolong rendah hingga sedang berkisar 2,68–27,41 me/100 g dan KB tergolong
(34)
rendah berkisar 3–34%. Secara umum tingkat kesuburan tanah kebun wilayah Sumatera sedikit lebih baik dibanding tanah kebun wilayah Kalimantan (Koedadiri, dkk. 1999).
(35)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada areal tanaman menghasilkan tahun tanam 1980 di Afdeling III kebun Kwala Sawit PTPN II yang berlokasi di kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat dengan ketinggian 25–100 m dpl. Subgrup tanah pada
areal yang diteliti didominasi oleh Typic Paleudults (Adiwiganda, 1998). Analisis
tanah dilakukan di Laboratorium BPTD PTPN II Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2007.
Bahan dan Alat
Sampel tanah yang diambil dari blok K-23, L-23, L-29, M-19, M-23 dan M-29 tahun tanam 1980. Peralatan dan bahan yang digunakan di lapangan meliputi: cangkul, sekop, bor tanah, pisau, meteran, ring sampler dan alat tulis menulis. Peralatan dan bahan yang digunakan di laboratorium meliputi: ring sampler, timbangan listrik, oven pengering, hidrometer, natrium pyrofosfat, asam sulfat, beker glass, tabung erlenmeyer, dan lain-lain yang berhubungan dengan analisis laboratorium.
Metode Penelitian
Penelitian meliputi 3 taraf yaitu blok dengan produktivitas tinggi, sedang dan rendah masing-masing sebanyak 2 blok, sehingga keseluruhannya menggunakan 6 blok/unit penelitian. Pembuatan profil tanah pada blok yang terpilih ditetapkan berdasarkan penentuan secara sistematis.
(36)
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi variabel sifat fisik dan kimia tanah, antara lain: Tekstur, Bulk Density, Total Ruang Pori, pH, C/N, P-tersedia, KTK, Kejenuhan Basa, K, Ca, Mg dan Na. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap produksi tandan per pokok kelapa sawit di Kebun Kwala Sawit. Data agronomi untuk tanaman kelapa sawit meliputi data produksi per blok dan curah hujan. Data tersebut diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan sekunder dari Afdeling Kebun Kwala Sawit.
Pelaksanaan Penelitian
Areal yang dipilih secara relatif seragam, misalnya seragam dalam hal tanah, topografi, umur tanaman maupun pertumbuhan tanamannya. Dari Afdeling yang diamati ditentukan lokasi pengamatan sebanyak 6 blok/unit. Pengamatan sifat fisik dan kimia tanah dilakukan dengan membuat profil tanah di gawangan mati pada setiap blok pengamatan dengan ukuran 1,5 x 2 m. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara vertikal sesuai dengan horizon tanah, kemudian dianalisis di laboratorium.
Untuk pengamatan sifat fisik dan kimia tanah maka diperlukan dua macam
contoh tanah, 1) contoh tanah tak terganggu (undisturbed soil sample), diambil pada
setiap kedalaman bidang pengamatan dengan menggunakan ring sampler, yang akan
digunakan untuk menetapkan Bulk Density , Particle Density dan Total Ruang Pori,
(37)
pengamatan, yang akan digunakan untuk analisis Tekstur, pH, C- C/N, P-tersedia, K, Ca, Mg, Na, KTK, dan Kejenuhan Basa.
Faktor koreksi untuk setiap lapisan (horizon) tanah mengacu pada (Sys, 1985) adalah 2.0, 1.75, 1.5, 1.0, 0.75, 0.5 dan 0.25. Setiap hasil analisis dikalikan dengan faktor tersebut dengan kedalaman 25 cm.
Profil Pengamatan
Kelapa sawit
Pasar pikul Gawangan mati
Gambar 1. Contoh letak pembuatan profil tanah.
1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Pengambilan contoh tanah ini untuk menganalisis permeabilitas tanah, kerapatan lindak, porositas tanah. Pengambilan contoh tanah ini dengan menggunakan
ringsampler dengan cara:
a. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan diambil, kemudian letakkan ring
sampler tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang terdapat pada ring
sampler jangan terbalik.
b. Gali tanah di sekeliling ring sampler dengan alat sekop
(38)
d. Tekan ring sampler sampai tiga perempat bagiannya masuk ke dalam tanah
e. Letakkan ring sampler lain diatas ring sampler pertama, kemudian tekan lagi
sampai bagian bawah ring sampler ini masuk kedalam tanah kira-kira 1 cm.
f. Ring sampler beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop.
g. Pisahkan ring sampler kedua dengan hati-hati dan potonglah tanah kelebihan
yang ada pada bagian atas dan bawah ring sampler sampai rata sekali.
h. Tutup ring sampler dengan tutup plastik. Sampel diambil pada saat keadaan
kapasitas lapang. Jika terlalu kering dianjurkankan agar disiram dengan air yang cukup
2. Penetapan Tekstur Tanah
a. Timbang 25 g tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
b. Tambahkan 50 ml larutan Natrium Pyrofosfat dan biarkan selama satu malam.
c. Goncang selama 10 menit dengan shaker dan pindahkan secara kwantitas ke
dalam gelas ukur 500 ml dan tambahkan air sampai tanda garis.
d. Kocok kira-kira 20 kali sebelum pembacaan, masukkan hydometer ke dalam gelas ukur dengan perlahan-lahan. Pembacaan pertama dilakukan selama 40 detik dari saat pengocokan lalu dibiarkan tenang.
e. Setelah 3 jam masukkan lagi hydrometer untuk pembacaan kedua dan tentukan
(39)
3. Penetapan Kerapatan Lindak (Bulk Density) dan Total Ruang Pori (Particle Density)
a. Timbang contoh tanah dengan ring sampler-nya (x gram)
b. Keringkan pada suhu 1050 C selama 6 jam atau hingga beratnya konstan
c. Tetapkan kadar airnya
d. Timbang ring sampler yang telah kosong
e. Ukur diameter dan tinggi setiap ring sampler untuk menghitung volume
f. Berdasarkan ukuran diatas maka ditetapkan kerapatan lindak dan porositas
4. Penetapan Kandungan Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah adalah hasil peruraian tubuh bekas jasad hidup (tumbuhan dan hewan), sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi dan watak fisika-kimia dari aslinya dan telah menyatu dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Penetapan kandungan bahan organik tanah dilakukan dengan metode Walkley dan Black.
5. Penetapan N
Dilakukan dengan metode Kjehdal
6. pH tanah
Dilakukan dengan metode Elektrimeter dengan menggunakan pH meter.
7. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
(40)
8. P tersedia
Dilakukan dengan metode Bray II.
Analisis Data
Untuk melihat hubungan antara sifat fisik dan kimia tanah dengan produksi Kelapa Sawit dikaji dengan analisis regresi sederhana, dengan bentuk persamaan :
= a + bX
Dimana ; : variabel terikat (produksi tandan/pokok kelapa sawit)
a : intersep dari garis pada sumbu Y
b : koefisien regresi linier
X : Variabel bebas (Karakteristik sifat fisik dan kimia tanah).
Selanjutnya untuk mengkaji sumbangan karekteristik tanah secara bersama- sama dalam menentukan produksi tandan per pokok kelapa sawit maka dilakukan analisis regresi berganda dalam bentuk persamaan matematis yaitu :
ロ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bkXk
Dimana :
ロ : Produksi tandan per pokok
a : intersep dari garis pada sumbu Y
b : koefisien regresi linier
X1 : pH
X2 : C/N (%)
X3 : P Tersedia (ppm)
X4 : K Tukar (me/100g)
X5 : Ca Tukar (me/100g)
X6 : Mg tukar (me/100g)
X7 : Na tukar (me/100g)
X8 : KTK (me/100g)
X9 : Kejenuhan Basa (%)
X10 : Pasir (%)
X11 : Liat (%)
X12 : Bulk Density (g/cm3)
X13 : Particle Density (g/cm3)
(41)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil analisis laboratorium sifat fisik dan kimia tanah yang dilaksanakan di laboratorium BPTD Medan, PTPN II dikemukakan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Contoh Tanah Afdeling III, Kebun Kwala Sawit, PTPN II.
BD PD TRP Kedalaman
(cm) K Ca Mg Na KTK Pasir Debu Liat
1 K 23 0 - 20 4.40 1.44 0.20 7.20 49.80 0.16 1.22 0.84 0.24 14.5 16.92 2 48 50 LIAT BERDEBU 1.14 2.46 53.66 20 - 75 4.40 0.03 0.18 0.17 48.15 0.17 2.85 1.25 0.25 17.5 25.77 6 20 74 LIAT 1.38 2.46 43.90 75 - 200 4.70 0.03 0.13 0.23 54.92 0.12 1.63 0.84 0.23 17.5 16.08 5 28 67 LIAT 1.36 2.61 47.89
2 L 23 0 - 13 4.50 0.87 0.22 3.95 40.28 0.19 1.63 0.84 0.24 18.6 15.63 2 36 62 LIAT 1.02 2.36 56.78 13 - 34 4.60 0.63 0.12 5.25 46.52 0.16 1.22 0.84 0.23 17.5 13.97 2 28 70 LIAT 1.21 2.75 56.00 34 - 109 4.40 0.60 0.15 4.00 56.68 0.22 1.22 0.84 0.25 21.5 11.74 4 30 66 LIAT 1.31 2.63 49.81 109 - 180 4.50 0.06 0.13 0.46 53.18 0.30 2.03 1.67 0.27 19.6 21.64 18 26 56 LIAT 1.33 2.68 50.37
3 L 29 0 - 14 4.20 1.26 0.22 5.73 34.39 0.26 1.63 0.84 0.22 17.5 16.82 8 38 54 LIAT 1.03 2.17 52.53 14 - 51 4.30 0.27 0.16 1.69 46.52 0.14 1.63 0.84 0.25 17.5 16.31 4 23 73 LIAT 1.08 2.44 55.74 51 - 175 4.40 0.21 0.18 1.17 46.52 0.21 1.22 0.84 0.25 23.6 10.70 2 26 72 LIAT 1.18 2.50 52.80
4 M 19 0 - 20 4.40 1.10 0.16 6.88 41.80 0.31 3.25 2.51 0.48 12.5 52.27 2 36 62 LIAT 1.14 2.52 54.76 20 - 172 5.50 0.18 0.18 1.00 49.80 0.14 4.88 3.35 0.28 12.5 69.03 3 38 59 LIAT 1.39 2.5 44.40
5 M 23 0 - 11 5.00 0.95 0.19 5 47.50 0.16 1.63 0.84 0.24 15.5 18.47 6 36 58 LIAT 1.03 2.61 52.01 11 - 36 4.70 0.53 0.19 2.79 50.66 0.33 1.63 0.84 0.24 15.5 19.56 4 36 60 LIAT 1.11 2.44 54.51 36 - 110 4.30 0.42 0.12 3.5 51.47 0.12 1.22 0.84 0.27 18.6 13.21 6 34 60 LIAT 1.21 2.56 52.73 110 - 150 4.40 0.59 0.22 2.68 50.66 0.22 1.22 0.84 0.24 13.5 18.63 6 36 58 LIAT 1.20 2.61 54.02
6 M 29 0 - 15 4.80 1.13 0.13 9.42 19.41 0.13 1.22 0.84 0.24 12.5 19.39 4 40 56 LIAT 1.21 2.33 48.07 15 - 95 4.70 0.24 0.13 1.85 18.25 0.53 1.63 1.26 0.26 20.6 17.91 4 36 60 LIAT 1.24 2.54 51.18 95 - 175 4.60 0.06 0.15 0.40 26.62 0.40 2.03 0.84 0.24 17.5 20.01 6 36 58 LIAT 1.41 2.64 46.59 No. Blok pH
Bahan Organik
% C % N C / N ( % )
P2O5 Tersedia
( ppm )
Susunan Kation ( Exch )
Kejenuhan Basah ( % )
Tekstur me / 100 g
(g/cm3) (g/cm3) ( % ) Kelas Tekstur Tanah (
U S D A )
Untuk mengkaji pengaruh masing – masing sifat fisik dan kimia tanah terhadap kedalaman profil tanah dibuat suatu model regresi sederhana.
(42)
Model persamaan regresi diperoleh melalui pengolahan data computer program SPSS 12. Melalui pengolahan data diperoleh koefisen regresi dari masing – masing variabel terhadap kedalaman profil tanah dan hubungan sifat fisik dan kimia tanah dan hubungannya dengan produksi tandan per pokok kelapa sawit.
Hubungan Reaksi Tanah (pH Tanah) dengan kedalaman horizon Tabel 3. Keeratan hubungan pH Tanah dengan kedalaman horizon.
Kedalaman (cm)
1 K 23 0 - 20 4.40
20 - 75 4.40 = 4.2 + 0.15 d 0.86 0.75
75 - 200 4.70
2 L 23 0 - 13 4.50
13 - 34 4.60 34 - 109 4.40 109 - 180 4.50
3 L 29 0 - 14 4.20
14 - 51 4.30 = 4.1 + 0.1 d 1.00 1.00
51 - 175 4.40
4 M 19 0 - 20 4.40
20 - 172 5.50
5 M 23 0 - 11 5.00
11 - 36 4.70 36 - 110 4.30 110 - 150 4.40
6 M 29 0 - 15 4.80
15 - 95 4.70 = 4.9 - 0.1 d 1.00 1.00
95 - 175 4.60
= 5.15 - 0.22 d 0.90 0.81
= 4.55 - 0.02 d 0.31 0.10
= 3.3 + 1.1 d 1.00 1.00
r R²
No. Blok pH Persamaan Regresi
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
sawit (Tabel Lampiran 7) keenam profil menunjukkan reaksi tanah (pH) yang sangat
rendah sampai rendah (4.20–5.50), dengan nilai yang relatif semakin besar menurut kedalaman tanah. Menurut Tan (1991) adanya pencucian intensif kation –kation basa yang terjadi dari lapisan atas ke lapisan lebih dalam akan meninggalkan kation–kation
(43)
Hubungan C/N Tanah dengan kedalaman horizon
Tabel 4. Keeratan hubungan C/N Tanah dengan kedalaman horizon.
Kedalaman Bahan Organik
(cm) C / N
1 K 23 0 - 20 7.20
20 - 75 0.17 = 9.50 - 3.48 d 0.86 0.74 75 - 200 0.23
2 L 23 0 - 13 3.95
13 - 34 5.25
34 - 109 4.00 109 - 180 0.46
3 L 29 0 - 14 5.73
14 - 51 1.69 = 7.42 - 2.28 d 0.91 0.83 51 - 175 1.17
4 M 19 0 - 20 6.88
20 - 172 1.00
5 M 23 0 - 11 5.00
11 - 36 2.79
36 - 110 3.50 110 - 150 2.68
6 M 29 0 - 15 9.42
15 - 95 1.85 = 12.91 - 4.51 d 0.92 0.86 95 - 175 0.40
= 5.05 - 0.62 d 0.75 0.57 No. Blok
= 12.76 - 5.88 d = 6.34 - 1.17 d
Persamaan Regresi r R²
1.00
1.00
0.72 0.53
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
sawit (Tabel Lampiran 7), kandungan C/N tanah termasuk dalam kategori sangat
rendah sampai sedang (0.17–9.42). Keenam profil tanah menunjukkan persentase C/N yang relatip semakin kecil menurut kedalaman tanah.
Nilai C/N sangat rendah menunjukkan bahwa bahan organik di lokasi penelitian mempunyai tingkat pelapukan yang sudah lanjut.
(44)
Hubungan P Tersedia Tanah dengan kedalaman horizon
Tabel 5. Keeratan hubungan P tersedia tanah dengan kedalaman horizon.. Kedalaman
(cm)
1 K 23 0 - 20 49.80
20 - 75 48.15 = 45.84 + 2.56 d 0.72 0.53 75 - 200 54.92
2 L 23 0 - 13 40.28
13 - 34 46.52 34 - 109 56.68 109 - 180 53.18
3 L 29 0 - 14 34.39
14 - 51 46.52 = 30.34 + 6.06 d 0.86 0.75 51 - 175 46.52
4 M 19 0 - 20 41.80
20 - 172 49.80
5 M 23 0 - 11 47.50
11 - 36 50.66 36 - 110 51.47 110 - 150 50.66
6 M 29 0 - 15 19.41
15 - 95 18.25 = 14.22 + 3.60 d 0.79 0.63 95 - 175 26.62
= 33.8 + 8 d 1.00 1.00
= 47.47 + 1.03 d 0.76 0.58 R²
= 36.95 + 4.88 d 0.86 0.75
No Blok P Tersedia ( ppm ) Persamaan Regresi r
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
sawit (Tabel Lampiran 7), kandungan P dalam tanah termasuk sedang sampai tinggi
(18.25–56.68 ppm). Kandungan P di dalam tanah pada keenam profil relatif semakin besar pada setiap kedalaman. Tingginya kandungan P di dalam tanah tetapi tidak dapat diserap tanaman, hal ini terutama disebabkan oleh pH tanah yang sangat rendah dan diikuti oleh terjadinya fikssasi P oleh ion – ion Al, Fe, Ca yang akan membentuk senyawa tidak larut (Hakim, dkk, 1986 ).
(45)
Hubungan Kation – kation Dapat Tukar dengan kedalaman horizon
Tabel 6. Keeratan hubungan Kation – kation dapat tukar dengan kedalaman horizon.
Kedalaman
(cm) K Ca Mg Na
1 K 23 0 - 20 0.16 1.22 0.84 0.24 = 0.19 - 0.02 d 0.75 0.57
20 - 75 0.17 2.85 1.25 0.25 = 1.49 + 0.20 d 0.24 0.06
= 0.97 0 0
= 0.25 - 0.005 d 0.50 0.25
2 L 23 0 - 13 0.19 1.63 0.84 0.24 = - 1.23 + 0.84 d 0.77 0.60
13 - 34 0.16 1.22 0.84 0.23 = 1.22 + 0.12 d 0.40 0.16
34 - 109 0.22 1.22 0.84 0.25 = 0.42 + 0.24 d 0.77 0.60
109 - 180 0.30 2.03 1.67 0.27 = 0.22 + 0.01 d 0.83 0.69
3 L 29 0 - 14 0.26 1.63 0.84 0.22 = 0.25 - 0.02 d 0.41 0.17
14 - 51 0.14 1.63 0.84 0.25 = 1.90 - 0.20 d 0.87 0.75
= 0.84 0 0
= 0.21 + 0.01 d 0.86 0.75
= 0.48 - 0.02 d 1.00 1.00
= 1.62 + 1.63 d 1.00 1.00
= 1.67 + 0.84 d 1.00 1.00
= 0.68 - 0.2 d 1.00 1.00
5 M 23 0 - 11 0.16 1.63 0.84 0.24 = 0.21 - 0.003 d 0.004 0.002
11 - 36 0.33 1.63 0.84 0.24 = 1.83 - 0.18 d 0.89 0.80
36 - 110 0.12 1.22 0.84 0.27 = 0.84 0 0
110 - 150 0.22 1.22 0.84 0.24 = 0.24 + 0.003 d 0.26 0.07
6 M 29 0 - 15 0.13 1.22 0.84 0.24 = 0.01 + 0.14 d 0.66 0.44
15 - 95 0.53 1.63 1.26 0.26 = 0.81 + 0.40 d 0.99 0.99
= 0.98 0 0
= 0.246 0 0
1.22 0.84 0.25
95 - 175 0.40 2.03 0.84 0.24
3.25 2.51 0.48
20 - 172 0.14 4.88 3.35 0.28
No. Blok Persamaan Regresi
Susunan Kation ( Exch )
r R²
me / 100 gr
75 - 200 0.12 1.63 0.84 0.23
0 - 20 0.31
M 19 4
51 - 175 0.21
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
Ssawit (Tabel Lampiran 7), dapat dilihat bahwa seluruh kompleks adsorbsi
didominasi oleh Ca+2, kemudian diikuti oleh Mg+2, Na+ dan K+. Kation Ca+2 termasuk
sangat rendah sampai rendah (1.22–4.88 me/100g). Mg+2 termasuk tinggi sampai
sangat tinggi (0.84–3.35 me/100g). Na+ termasuk rendah sampai sedang (0.22–0.48
me/100g). K+ sangat rendah sampai rendah (0.12–0.31 me/100g).
Rendahnya kation Ca+2 , Na+ dan K+ disebabkan Ca+2 , Na+ dan K+ mudah
tercuci oleh air perkolasi dan dilepaskan ke dalam horizon tanah. Rendahnya
kandungan kation – kation dapat tukar tersebut didalam tanah (Ca+2, Na+ dan K+)
(46)
Hubungan Kapasitas Tukar Kation (KTK ) dengan kedalaman horizon Tabel 7. Keeratan hubungan Kapasitas Tukar Kation dengan kedalaman horizon.
Kedalaman KTK (cm) ( me/100g) 1 K 23 0 - 20 14.50
20 - 75 17.50 = 13.5 + 1.5 0 d 0.86 0.75 75 - 200 17.50
2 L 23 0 - 13 18.60 13 - 34 17.50 34 - 109 21.50 109 - 180 19.60 3 L 29 0 - 14 17.50
14 - 51 17.50 = 13.43 + 3.05 d 0.86 0.75 51 - 175 23.60
4 M 19 0 - 20 12.50 20 - 172 12.50 5 M 23 0 - 11 15.50
11 - 36 15.50 = 16.5 - 0.29 d 0.17 0.03 36 - 110 18.60
110 - 150 13.50 6 M 29 0 - 15 12.50 15 - 95 20.60 95 - 175 17.50
= 11.86 + 2.5 d 0.60 0.37 = 17.55 + 0.70 d 0.52 0.28
= 12.5 0 0
Persamaan Regresi r R² No. Blok
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
sawit (Tabel Lampiran 7), dapat dilihat bahwa KTK tanah termasuk sedang
(12.50–23.60 me/100g).
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation–kation oleh muatan negatip, yang pada tanah terutama berasal dari koloid humus dan mineral liat (Hakim, dkk, 1986). Tabel 7 memperlihatkan KTK tanah pada keenam profil adalah sedang dengan pola distribusi cendrung meningkat ke horizon bawah.
(47)
Hubungan Kejenuhan Basa dengan kedalaman horizon
Tabel 8. Keeratan hubungan Kejenuhan Basa dengan kedalaman horizon. Kedalaman
(cm)
1 K 23 0 - 20 16.92
20 - 75 25.77 = 20.43 + 0.42 d 0.07 0.01 75 - 200 16.08
2 L 23 0 - 13 15.63
13 - 34 13.97 34 - 109 11.74 109 - 180 21.64
3 L 29 0 - 14 16.82
14 - 51 16.31 = 20.73 - 3.06 d 0.90 0.81 51 - 175 10.70
4 M 19 0 - 20 52.27
20 - 172 69.03
5 M 23 0 - 11 18.47
11 - 36 19.56 36 - 110 13.21 110 - 150 18.63
6 M 29 0 - 15 19.39
15 - 95 17.91 = 24.38 - 4.11 d 0.93 0.87 95 - 175 20.01
Blok No.
= 18.93 - 0.58 d 0.26 Kejenuhan
Basa ( % ) Persamaan Regresi r R²
0.07 = 11.79 + 1.58 d 0.47 0.23
= 35.51 + 16.76 d 1.00 1.00
Berdasarkan PPKS Medan (1992) kriteria hasil analisis tanah untuk kelapa
sawit (Tabel Lampiran 7), dapat dilihat bahwa kejenuhan basa termasuk sangat
rendah sampai rendah (10.70–69.03 %), dengan pola distribusi yang bervariasi menurut kedalaman tanah. Kejenuhan basa yang sangat rendah ini diperoleh dari kation –kation tukar dan kapasitas tukar kation (KTK) yang masuk dalam kriteria sedang.
Kejenuhan basa yang rendah akibat pH yang rendah, menurut Druif (1938)
rendahnya pH karena bahan induknya clay stone yang bersifat masam serta tanahnya
mudah mengalami pencucian. Menurut Hakim,dkk, (1986), kejenuhan basa merupakan salah satu parameter kesuburan tanah hal ini berarti keenam profil memiliki kesuburan yang rendah.
(48)
Hubungan Sifat Fisik Tanah dengan kedalaman horizon Tabel 9. Sifat Fisik Tanah.
BD PD TRP Kedalaman
(cm) Pasir Debu Liat Tekstur Struktur Konsistensi
1 K 23 0 - 20 2 48 50 LIAT BERDEBU 1.14 2.46 53.66 sl sedang keras 20 - 75 6 20 74 LIAT 1.38 2.46 43.90 sl sedang keras 75 - 200 5 28 67 LIAT 1.36 2.61 47.89 sl sedang keras 2 L 23 0 - 13 2 36 62 LIAT 1.02 2.36 56.78 sicl sedang teguh
13 - 34 2 28 70 LIAT 1.21 2.75 56.00 cl kuat teguh
34 - 109 4 30 66 LIAT 1.31 2.63 49.81 cl kuat teguh
109 - 180 18 26 56 LIAT 1.33 2.68 50.37 cll kuat teguh 3 L 29 0 - 14 8 38 54 LIAT 1.03 2.17 52.53 sicl sedang teguh
14 - 51 4 23 73 LIAT 1.08 2.44 55.74 cl kuat teguh
51 - 175 2 26 72 LIAT 1.18 2.50 52.80 cl kuat teguh
4 M 19 0 - 20 2 36 62 LIAT 1.14 2.52 54.76 sicl sedang teguh 20 - 172 3 38 59 LIAT 1.39 2.5 44.40 sicl sedang teguh 5 M 23 0 - 11 6 36 58 LIAT 1.03 2.61 52.01 sl sedang mudah lepas
11 - 36 4 36 60 LIAT 1.11 2.44 54.51 cl kuat teguh
36 - 110 6 34 60 LIAT 1.21 2.56 52.73 cl sedang mudah pecah 110 - 150 6 36 58 LIAT 1.20 2.61 54.02 cl kuat teguh 6 M 29 0 - 15 4 40 56 LIAT 1.21 2.33 48.07 sicl sedang teguh 15 - 95 4 36 60 LIAT 1.24 2.54 51.18 sicl sedang teguh
95 - 175 6 36 58 LIAT 1.41 2.64 46.59 cl kuat teguh
Kelas Tekstur Tanah ( U S D A )
No Blok ( % )
Tekstur
Morfologi (g/cm3) (g/cm3) ( % )
Tekstur Tanah
Penyebaran besar butir dan penggolongan tekstur keenam profil disajikan pada Tabel 9. Pola penyebaran fraksi pasir, debu dan liat bervariasi berdasarkan kedalaman, secara relatif kandungan liat dan debu di keenam profil lebih banyak dari fraksi pasir sehinggah tekstur didominasi oleh liat . Tekstur tanah menggambarkan sebaran besar butir tanah yang ditentukan antara lain dengan metode hidrometer
Bouyoucos yang didasarkan pada kecepatan jatuhnya patikel-partikel tanah di dalam
suspensi yang mengikuti hukum Stokes. Dengan cara itu akan diketahui jumlah fraksi
liat, begitu juga fraksi debu. Sedangkan fraksi pasir diperoleh dari selisih fraksi liat dan debu dengan fraksi total.
(49)
Hubungan Persentase Pasir dengan kedalaman horizon
Tabel 10. Keeratan hubungan Persentase Pasir Tanah dengan kedalaman horizon.
Kedalaman Pasir
(cm) (%)
1 K 23 0 - 20 2
20 - 75 6 ロ = 1.33 + 1.5 d 0.72 0.52
75 - 200 5
2 L 23 0 - 13 2
13 - 34 2
34 - 109 4
109 - 180 18
3 L 29 0 - 14 8
14 - 51 4 = 10.66 + 3 d 0.97 0.96
51 - 175 2
4 M 19 0 - 20 2
20 - 172 3
5 M 23 0 - 11 6
11 - 36 4
36 - 110 6
110 - 150 6
6 M 29 0 - 15 4
15 - 95 4 = 2.66 + d 0.86 0.75
95 - 175 6
Blok No.
= 5 + 0.2 d 0.24
Persamaan Regresi r R²
0.06
= -6 + 5 d 0.83 0.69
= 1+ d 1.00 1.00
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori – pori makro
disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori–pori
meso (agak poreus) sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori–
pori mikro (tidak poreus). Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk
berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah, dan sebaliknya. Dari Tabel 10 terlihat bahwa persentase Pasir pada setiap kedalaman adalah linier positip, artinya semakin dalam horizon kandungan pasir semakin tinggi.
(50)
Hubungan Persentase Liat Tanah dengan kedalaman horizon
Tabel 11. Keeratan hubungan Persentase Liat Tanah dengan kedalaman horizon. Kedalaman Liat
(cm) (%)
1 K 23 0 - 20 50
20 - 75 74 ロ= 46.6 + 8.5 d 0.68 0.47
75 - 200 67
2 L 23 0 - 13 62
13 - 34 70
34 - 109 66
109 - 180 56
3 L 29 0 - 14 54
14 - 51 73 = 48.33 + 9 d 0.83 0.70
51 - 175 72
4 M 19 0 - 20 62
20 - 172 59
5 M 23 0 - 11 58
11 - 36 60
36 - 110 60
110 - 150 58
6 M 29 0 - 15 56
15 - 95 60 = 56 + d 0.50 0.25
95 - 175 58
Blok No.
= 59 0
Persamaan Regresi r R²
0 = 68 - 2.2 d 0.46 0.22
= 65.3 d 1.00 1.00
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, debu dan liat. Dari Tabel 11 terlihat bahwa persentase liat pada setiap kedalaman horizon tanah bervariasi.
Hubungan Bulk Density dengan kedalaman horizon
Tabel 12. Keeratan hubungan Bulk Density dengan kedalaman horizon. Kedalaman BD
(cm) (g/cm3)
1 K 23 0 - 20 1.14
20 - 75 1.38 ロ= 1.07 + 0.11 d 0.82 0.68 75 - 200 1.36
2 L 23 0 - 13 1.02
13 - 34 1.21
34 - 109 1.31 109 - 180 1.33
3 L 29 0 - 14 1.03
14 - 51 1.08 = 0.94 + 0.07 d 0.97 0.96 51 - 175 1.18
4 M 19 0 - 20 1.14
20 - 172 1.39
5 M 23 0 - 11 1.03
11 - 36 1.11
36 - 110 1.21 110 - 150 1.20
6 M 29 0 - 15 1.21
15 - 95 1.24 = 0.108 + 0.10 d 0.92 0.85 95 - 175 1.41
Blok No.
= 0.98 + 0.06 d 0.92
Persamaan Regresi r R²
0.86 = 0.96 + 0.10 d 0.93 0.88
(51)
Kerapatan lindak (Bulk Density) adalah bobot isi tanah kondisi lapangan yang dikeringovenkan per satuan volume tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak lebih rendah dari lapisan bawah yang pejal dengan kandungan humus rendah. Dari Tabel 12 terlihat bahwa kerapatan lindak tanah semakin besar pada setiap kedalaman.
Hubungan Particle Density dengan kedalaman horizon
Tabel 13 . Keeratan hubungan Particle Density dengan kedalaman horizon. Kedalaman PD
(cm) (g/cm3)
1 K 23 0 - 20 2.46
20 - 75 2.46 ロ = 2.36 + 0.07 d 0.87 0.76 75 - 200 2.61
2 L 23 0 - 13 2.36
13 - 34 2.75 34 - 109 2.63 109 - 180 2.68
3 L 29 0 - 14 2.17
14 - 51 2.44 = 2.04 + 0.16 d 0.82 0.68 51 - 175 2.50
4 M 19 0 - 20 2.52
20 - 172 2.50
5 M 23 0 - 11 2.61
11 - 36 2.44 36 - 110 2.56 110 - 150 2.61
6 M 29 0 - 15 2.33
15 - 95 2.54 = 2.19 + 0.15 d 0.97 0.95 95 - 175 2.64
Blok No.
= 2.52 + 0.01 d 0.17
Persamaan Regresi r R²
0.03 = 2.39 + 0.08 d 0.63 0.40
= 2.54 - 0.02 d 1.00 1.00
Particle Density merupakan suatu ukuran kerapatan partikel tanah dan
kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah tersebut dimana tanah itu
berada secara alami termasuk ruang porinya. Dari Tabel 13 terlihat bahwa Particle
(1)
M19 M19
koreksi Mg hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Na hasil Lapisan Kedalaman (cm
x 1 2.00 2.51 5.02 1 0-20 x 1 2.00 0.48 0.96 1 0-20 x 2 2.00 3.35 6.70 2 20-25 x 2 2.00 0.28 0.56 2 20-25 x 3 1.75 3.35 5.86 2 25-50 x 3 1.75 0.28 0.49 2 25-50 x 4 1.50 3.35 5.03 2 50-75 x 4 1.50 0.28 0.42 2 50-75 x 5 1.25 3.35 4.19 2 75-100 x 5 1.25 0.28 0.35 2 75-100 x 6 1.00 3.35 3.35 2 100-125 x 6 1.00 0.28 0.28 2 100-125 x 7 0.75 3.35 2.51 2 125-150 x 7 0.75 0.28 0.21 2 125-150 x 8 0.50 3.35 1.68 2 150-172 x 8 0.50 0.28 0.14 2 150-172 x 9 0.50 3.35 1.68 2 172-175 x 9 0.50 0.28 0.14 2 172-175
Rata-rata SUM 34.33 3.81 Rata-rata SUM 3.41 0.38
M19 M19
koreksi KTK hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi pasir% hasil Lapisan Kedalaman (cm
x 1 2.00 12.50 25.00 1 0-20 x 1 2.00 2.00 4.00 1 0-20 x 2 2.00 12.50 25.00 2 20-25 x 2 2.00 3.00 6.00 2 20-25 x 3 1.75 12.50 21.88 2 25-50 x 3 1.75 3.00 5.25 2 25-50 x 4 1.50 12.50 18.75 2 50-75 x 4 1.50 3.00 4.50 2 50-75 x 5 1.25 12.50 15.63 2 75-100 x 5 1.25 3.00 3.75 2 75-100 x 6 1.00 12.50 12.50 2 100-125 x 6 1.00 3.00 3.00 2 100-125 x 7 0.75 12.50 9.38 2 125-150 x 7 0.75 3.00 2.25 2 125-150 x 8 0.50 12.50 6.25 2 150-172 x 8 0.50 3.00 1.50 2 150-172 x 9 0.50 12.50 6.25 2 172-175 x 9 0.50 3.00 1.50 2 172-175
Rata-rata SUM 134.38 14.93 Rata-rata SUM 30.25 3.36
M19 M19
koreksi BD hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Liat hasil Lapisan Kedalaman (cm
x 1 2.00 1.14 2.28 1 0-20 x 1 2.00 62.00 124.00 1 0-20 x 2 2.00 1.39 2.78 2 20-25 x 2 2.00 59.00 118.00 2 20-25 x 3 1.75 1.39 2.43 2 25-50 x 3 1.75 59.00 103.25 2 25-50 x 4 1.50 1.39 2.09 2 50-75 x 4 1.50 59.00 88.50 2 50-75 x 5 1.25 1.39 1.74 2 75-100 x 5 1.25 59.00 73.75 2 75-100 x 6 1.00 1.39 1.39 2 100-125 x 6 1.00 59.00 59.00 2 100-125 x 7 0.75 1.39 1.04 2 125-150 x 7 0.75 59.00 44.25 2 125-150 x 8 0.50 1.39 0.70 2 150-172 x 8 0.50 59.00 29.50 2 150-172 x 9 0.50 1.39 0.70 2 172-175 x 9 0.50 59.00 29.50 2 172-175
Rata - rata SUM 14.44 1.60 Rata-rata SUM 640.25 71.14
variabel
variabel
variabel variabel
variabel
variabel
)
)
(2)
koreksi PD hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi TRP hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 2.52 5.04 1 0-20 x 1 2.00 54.76 109.52 1 0-20 x 2 2.00 2.50 5.00 2 20-25 x 2 2.00 44.40 88.80 2 20-25 x 3 1.75 2.50 4.38 2 25-50 x 3 1.75 44.40 77.70 2 25-50 x 4 1.50 2.50 3.75 2 50-75 x 4 1.50 44.40 66.60 2 50-75 x 5 1.25 2.50 3.13 2 75-100 x 5 1.25 44.40 55.50 2 75-100 x 6 1.00 2.50 2.50 2 100-125 x 6 1.00 44.40 44.40 2 100-125 x 7 0.75 2.50 1.88 2 125-150 x 7 0.75 44.40 33.30 2 125-150 x 8 0.50 2.50 1.25 2 150-172 x 8 0.50 44.40 22.20 2 150-172 x 9 0.50 2.50 1.25 2 172-175 x 9 0.50 44.40 22.20 2 172-175 Rata - rata SUM 26.92 2.99 Rata - rata SUM 498.02 55.34
M23 M23
koreksi pH hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi C hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 5.00 10.00 1 0-11 x 1 2.00 0.95 1.90 1 0-11 x 2 2.00 5.70 11.40 2 11-25 x 2 2.00 0.53 1.06 2 11-25 x 3 1.75 5.70 9.98 2 25-36 x 3 1.75 0.53 0.93 2 25-36 x 4 1.75 4.30 7.53 3 36-50 x 4 1.75 0.42 0.74 3 36-50 x 5 1.50 4.30 6.45 3 50-75 x 5 1.50 0.42 0.63 3 50-75 x 6 1.25 4.30 5.38 3 75-100 x 6 1.25 0.42 0.53 3 75-100 x 7 1.00 4.30 4.30 3 100-110 x 7 1.00 0.42 0.42 3 100-110 x 8 1.00 4.40 4.40 4 110-125 x 8 1.00 0.59 0.59 4 110-125 x 9 0.75 4.40 3.30 4 125-150 x 9 0.75 0.59 0.44 4 125-150 Rata - rata SUM 62.73 6.97 Rata - rata SUM 7.23 0.80
M23 M23
koreksi P2O5 hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi N % hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 47.50 95.00 1 0-11 x 1 2.00 0.19 0.38 1 0-11 x 2 2.00 50.66 101.32 2 11-25 x 2 2.00 0.19 0.38 2 11-25 x 3 1.75 50.66 88.66 2 25-36 x 3 1.75 0.19 0.33 2 25-36 x 4 1.75 51.47 90.07 3 36-50 x 4 1.75 0.12 0.21 3 36-50 x 5 1.50 51.47 77.21 3 50-75 x 5 1.50 0.12 0.18 3 50-75 x 6 1.25 51.47 64.34 3 75-100 x 6 1.25 0.12 0.15 3 75-100 x 7 1.00 51.47 51.47 3 100-110 x 7 1.00 0.12 0.12 3 100-110 x 8 1.00 50.66 50.66 4 110-125 x 8 1.00 0.22 0.22 4 110-125 x 9 0.75 50.66 38.00 4 125-150 x 9 0.75 0.22 0.17 4 125-150 Rata - rata SUM 656.72 72.97 Rata - rata SUM 2.14 0.24
variabel variabel
variabel variabel
(3)
M23 M23
koreksi K hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Ca hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 0.16 0.32 1 0-11 x 1 2.00 1.63 3.26 1 0-11 x 2 2.00 0.33 0.66 2 11-25 x 2 2.00 1.63 3.26 2 11-25 x 3 1.75 0.33 0.58 2 25-36 x 3 1.75 1.63 2.85 2 25-36 x 4 1.75 0.12 0.21 3 36-50 x 4 1.75 1.22 2.14 3 36-50 x 5 1.50 0.12 0.18 3 50-75 x 5 1.50 1.22 1.83 3 50-75 x 6 1.25 0.12 0.15 3 75-100 x 6 1.25 1.22 1.53 3 75-100 x 7 1.00 0.12 0.12 3 100-110 x 7 1.00 1.22 1.22 3 100-110 x 8 1.00 0.22 0.22 4 110-125 x 8 1.00 1.22 1.22 4 110-125 x 9 0.75 0.22 0.17 4 125-150 x 9 0.75 1.22 0.92 4 125-150 Rata - rata SUM 2.60 0.29 Rata - rata SUM 18.22 2.02
M23 M23
koreksi Mg hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Na hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 0.84 1.68 1 0-11 x 1 2.00 0.24 0.48 1 0-11 x 2 2.00 0.84 1.68 2 11-25 x 2 2.00 0.24 0.48 2 11-25 x 3 1.75 0.84 1.47 2 25-36 x 3 1.75 0.24 0.42 2 25-36 x 4 1.75 0.84 1.47 3 36-50 x 4 1.75 0.27 0.47 3 36-50 x 5 1.50 0.84 1.26 3 50-75 x 5 1.50 0.27 0.41 3 50-75 x 6 1.25 0.84 1.05 3 75-100 x 6 1.25 0.27 0.34 3 75-100 x 7 1.00 0.84 0.84 3 100-110 x 7 1.00 0.27 0.27 3 100-110 x 8 1.00 0.84 0.84 4 110-125 x 8 1.00 0.24 0.24 4 110-125 x 9 0.75 0.84 0.63 4 125-150 x 9 0.75 0.24 0.18 4 125-150 Rata - rata SUM 10.92 1.21 Rata - rata SUM 3.29 0.37
M23 M23
koreksi KTK hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi pasir% hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 15.50 31.00 1 0-11 x 1 2.00 6.00 12.00 1 0-11 x 2 2.00 15.50 31.00 2 11-25 x 2 2.00 4.00 8.00 2 11-25 x 3 1.75 15.50 27.13 2 25-36 x 3 1.75 4.00 7.00 2 25-36 x 4 1.75 18.60 32.55 3 36-50 x 4 1.75 6.00 10.50 3 36-50 x 5 1.50 18.60 27.90 3 50-75 x 5 1.50 6.00 9.00 3 50-75 x 6 1.25 18.60 23.25 3 75-100 x 6 1.25 6.00 7.50 3 75-100 x 7 1.00 18.60 18.60 3 100-110 x 7 1.00 6.00 6.00 3 100-110 x 8 1.00 13.50 13.50 4 110-125 x 8 1.00 6.00 6.00 4 110-125 x 9 0.75 13.50 10.13 4 125-150 x 9 0.75 6.00 4.50 4 125-150
Rata-rata SUM 215.05 23.89 Rata-rata SUM 70.50 7.83
variabel variabel
variabel variabel
(4)
koreksi Liat hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi BD hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 58.00 116.00 1 0-11 x 1 2.00 1.03 2.06 1 0-11 x 2 2.00 60.00 120.00 2 11-25 x 2 2.00 1.11 2.22 2 11-25 x 3 1.75 60.00 105.00 2 25-36 x 3 1.75 1.11 1.94 2 25-36 x 4 1.75 60.00 105.00 3 36-50 x 4 1.75 1.21 2.12 3 36-50 x 5 1.50 60.00 90.00 3 50-75 x 5 1.50 1.21 1.82 3 50-75 x 6 1.25 60.00 75.00 3 75-100 x 6 1.25 1.21 1.51 3 75-100 x 7 1.00 60.00 60.00 3 100-110 x 7 1.00 1.21 1.21 3 100-110 x 8 1.00 58.00 58.00 4 110-125 x 8 1.00 1.20 1.20 4 110-125 x 9 0.75 58.00 43.50 4 125-150 x 9 0.75 1.20 0.90 4 125-150
Rata-rata SUM 772.50 85.83 Rata-rata SUM 14.98 1.66
M23 M23
koreksi PD hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi TRP hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 2.61 5.22 1 0-11 x 1 2.00 52.01 104.02 1 0-11 x 2 2.00 2.44 4.88 2 11-25 x 2 2.00 54.51 109.02 2 11-25 x 3 1.75 2.44 4.27 2 25-36 x 3 1.75 54.51 95.39 2 25-36 x 4 1.75 2.56 4.48 3 36-50 x 4 1.75 52.73 92.28 3 36-50 x 5 1.50 2.56 3.84 3 50-75 x 5 1.50 52.73 79.10 3 50-75 x 6 1.25 2.56 3.20 3 75-100 x 6 1.25 52.73 65.91 3 75-100 x 7 1.00 2.56 2.56 3 100-110 x 7 1.00 52.73 52.73 3 100-110 x 8 1.00 2.61 2.61 4 110-125 x 8 1.00 54.02 54.02 4 110-125 x 9 0.75 2.61 1.96 4 125-150 x 9 0.75 54.02 40.52 4 125-150
Rata-rata SUM 33.02 3.67 Rata-rata SUM 692.98 77.00
M29 M29
koreksi pH hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi C % hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 4.80 9.60 1 0-15 x 1 2.00 1.13 2.26 1 0-15 x 2 2.00 4.70 9.40 2 15-25 x 2 2.00 0.24 0.48 2 15-25 x 3 1.75 4.70 8.23 2 25-50 x 3 1.75 0.24 0.42 2 25-50 x 4 1.50 4.70 7.05 2 50-75 x 4 1.50 0.24 0.36 2 50-75 x 5 1.25 4.70 5.88 2 75-95 x 5 1.25 0.24 0.30 2 75-95 x 6 1.25 4.60 5.75 3 95-100 x 6 1.25 0.06 0.08 3 95-100 x 7 1.00 4.60 4.60 3 100-125 x 7 1.00 0.06 0.06 3 100-125 x 8 0.75 4.60 3.45 3 125-150 x 8 0.75 0.06 0.05 3 125-150 x 9 0.50 4.60 2.30 3 150-175 x 9 0.50 0.06 0.03 3 150-175
Rata - rata sum 56.25 6.25 Rata - rata sum 4.03 0.45
variabel variabel
variabel
variabel variabel
(5)
koreksi P2O5 hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi N % hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 19.41 38.82 1 0-15 x 1 2.00 0.13 0.26 1 0-15 x 2 2.00 18.25 36.50 2 15-25 x 2 2.00 0.13 0.26 2 15-25 x 3 1.75 18.25 31.94 2 25-50 x 3 1.75 0.13 0.23 2 25-50 x 4 1.50 18.25 27.38 2 50-75 x 4 1.50 0.13 0.20 2 50-75 x 5 1.25 18.25 22.81 2 75-95 x 5 1.25 0.13 0.16 2 75-95 x 6 1.25 26.62 33.28 3 95-100 x 6 1.25 0.15 0.19 3 95-100 x 7 1.00 26.62 26.62 3 100-125 x 7 1.00 0.15 0.15 3 100-125 x 8 0.75 26.62 19.97 3 125-150 x 8 0.75 0.15 0.11 3 125-150 x 9 0.50 26.62 13.31 3 150-175 x 9 0.50 0.15 0.08 3 150-175
Rata - rata sum 250.62 27.85 Rata - rata sum 1.63 0.18
M29 M29
koreksi K hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Ca hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 0.13 0.26 1 0-15 x 1 2.00 1.22 2.44 1 0-15 x 2 2.00 0.53 1.06 2 15-25 x 2 2.00 1.63 3.26 2 15-25 x 3 1.75 0.53 0.93 2 25-50 x 3 1.75 1.63 2.85 2 25-50 x 4 1.50 0.53 0.80 2 50-75 x 4 1.50 1.63 2.45 2 50-75 x 5 1.25 0.53 0.66 2 75-95 x 5 1.25 1.63 2.04 2 75-95 x 6 1.25 0.40 0.50 3 95-100 x 6 1.25 2.03 2.54 3 95-100 x 7 1.00 0.40 0.40 3 100-125 x 7 1.00 2.03 2.03 3 100-125 x 8 0.75 0.40 0.30 3 125-150 x 8 0.75 2.03 1.52 3 125-150 x 9 0.50 0.40 0.20 3 150-175 x 9 0.50 2.03 1.02 3 150-175 Rata - rata sum 5.11 0.57 Rata - rata sum 20.14 2.24
M29 M29
koreksi Mg hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Na hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 0.84 1.68 1 0-15 x 1 2.00 0.24 0.48 1 0-15 x 2 2.00 1.26 2.52 2 15-25 x 2 2.00 0.26 0.52 2 15-25 x 3 1.75 1.26 2.21 2 25-50 x 3 1.75 0.26 0.46 2 25-50 x 4 1.50 1.26 1.89 2 50-75 x 4 1.50 0.26 0.39 2 50-75 x 5 1.25 1.26 1.58 2 75-95 x 5 1.25 0.26 0.33 2 75-95 x 6 1.25 0.84 1.05 3 95-100 x 6 1.25 0.24 0.30 3 95-100 x 7 1.00 0.84 0.84 3 100-125 x 7 1.00 0.24 0.24 3 100-125 x 8 0.75 0.84 0.63 3 125-150 x 8 0.75 0.24 0.18 3 125-150 x 9 0.50 0.84 0.42 3 150-175 x 9 0.50 0.24 0.12 3 150-175 Rata - rata sum 12.81 1.42 Rata - rata sum 3.01 0.33
variabel variabel
variabel variabel
(6)
koreksi KTK hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi pasir% hasil Lapisan Kedalaman (cm) x 1 2.00 12.50 25.00 1 0-15 x 1 2.00 4.00 8.00 1 0-15 x 2 2.00 20.60 41.20 2 15-25 x 2 2.00 4.00 8.00 2 15-25 x 3 1.75 20.60 36.05 2 25-50 x 3 1.75 4.00 7.00 2 25-50 x 4 1.50 20.60 30.90 2 50-75 x 4 1.50 4.00 6.00 2 50-75 x 5 1.25 20.60 25.75 2 75-95 x 5 1.25 4.00 5.00 2 75-95 x 6 1.25 17.50 21.88 3 95-100 x 6 1.25 6.00 7.50 3 95-100 x 7 1.00 17.50 17.50 3 100-125 x 7 1.00 6.00 6.00 3 100-125 x 8 0.75 17.50 13.13 3 125-150 x 8 0.75 6.00 4.50 3 125-150 x 9 0.50 17.50 8.75 3 150-175 x 9 0.50 6.00 3.00 3 150-175 Rata - rata sum 220.15 24.46 Rata - rata sum 55.00 6.11
M29 M29
koreksi BD hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi Liat hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 1.21 2.42 1 0-15 x 1 2.00 56.00 112.00 1 0-15 x 2 2.00 1.24 2.48 2 15-25 x 2 2.00 60.00 120.00 2 15-25 x 3 1.75 1.24 2.17 2 25-50 x 3 1.75 60.00 105.00 2 25-50 x 4 1.50 1.24 1.86 2 50-75 x 4 1.50 60.00 90.00 2 50-75 x 5 1.25 1.24 1.55 2 75-95 x 5 1.25 60.00 75.00 2 75-95 x 6 1.25 1.41 1.76 3 95-100 x 6 1.25 58.00 72.50 3 95-100 x 7 1.00 1.41 1.41 3 100-125 x 7 1.00 58.00 58.00 3 100-125 x 8 0.75 1.41 1.06 3 125-150 x 8 0.75 58.00 43.50 3 125-150 x 9 0.50 1.41 0.71 3 150-175 x 9 0.50 58.00 29.00 3 150-175 Rata - rata sum 15.42 1.71 Rata - rata sum 705.00 78.33
M29 M29
koreksi PD hasil Lapisan Kedalaman (cm) koreksi TRP hasil Lapisan Kedalaman (cm)
x 1 2.00 2.33 4.66 1 0-15 x 1 2.00 48.07 96.14 1 0-15 x 2 2.00 2.54 5.08 2 15-25 x 2 2.00 51.18 102.36 2 15-25 x 3 1.75 2.54 4.45 2 25-50 x 3 1.75 51.18 89.57 2 25-50 x 4 1.50 2.54 3.81 2 50-75 x 4 1.50 51.18 76.77 2 50-75 x 5 1.25 2.54 3.18 2 75-95 x 5 1.25 51.18 63.98 2 75-95 x 6 1.25 2.64 3.30 3 95-100 x 6 1.25 46.59 58.24 3 95-100 x 7 1.00 2.64 2.64 3 100-125 x 7 1.00 46.59 46.59 3 100-125 x 8 0.75 2.64 1.98 3 125-150 x 8 0.75 46.59 34.94 3 125-150 x 9 0.50 2.64 1.32 3 150-175 x 9 0.50 46.59 23.30 3 150-175 Rata - rata sum 30.41 3.38 Rata - rata sum 591.88 65.76 variabel
variabel
variabel
variabel variabel