Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Atas Kejahatan Di Bidang Perpajakan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI ATAS KEJAHATAN DI BIDANG PERPAJAKAN
TESIS
Oleh :
THERESIA SIMATUPANG 047005014/HK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2006
Theresia Simatupang : Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Atas Kejahatan Di Bidang Perpajakan, 2006 USU Repository © 2007

R E S P O N S I B I L I T Y O F C O R P O R A T I O N C R I M I N A L F O R TAXATION CRIME
Theresia Simatupang* M.Daud, SH** M.Chainur Arrasyid, SH** Syafruddin Kano, SH, M.Hum**
ABSTRACT
Economic crimes including taxation crime can be conducted by a corporate body (corporation) or the individuals with respected status in their community. The criminal responsibility of a corporation can be seen from two different points of view; monistic and dualistic. The monistic point of view argues that a person (individual) who does an action threatened with legal sanction or against the law, is regarded being responsible for what he has done. According to the monistic group, these strafbaar felt elements include both the elements of action which is commonly called objective and the elements of doer which is commonly called subjective. The use of the instruments of criminal law which is general in nature (lex generali), such as the stipulations of the Indonesian Criminal Code (KUHP) with the condition that the element of " whoever " in formulating KUHP offences is not only interpreted as a person but also a corporation which is specific in nature (lex specialis). In doing the crime, the criminals use various kinds of ways to obtain a great amount of wealth which is concealed from law. To get what they want, they always make use of a company as a medium and place to do any activity which is directly or indirectly against the law.
This analytical, descriptive study describes, analyzes, and explains the responsibility of a corporation as an actor (criminal) of taxation crime based on the principles stated in the positive law. Employing a normative legal approach, this study looks at the research problems based on the existing regulations (secondary data) in the forms of primary, secondary, and tertiary legal materials obtained through a library research. Then the data were qualitatively analyzed. The result was systematically exposed to give clear answers to the existing problems.
The finding of the study reveals that what needs to be paid attention is that the person responsible for taxation crimes is, as the actor, individual or corporation. It is common to find out that the actor (criminal) of taxation crime is a corporation, consequently, to ask for the responsibility of the actor of taxation crime, a legal framework that can classify the probability of criminal responsibility is needed. If an individual does the crime, he will be asked to responsible for it, and/or if a corporation does the crime, the management will be asked to responsible for it. Therefore, there are 3 (three) models of corporation criminal responsibility; the management of corporation do the crime, they are responsible for that, and the corporation does the crime, the management are responsible for that.
Key words: Corporation criminal responsibility, taxation crime
* Student, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Study, University of Sumatera Utara ** Lecturer, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Study, University of Sumatera Utara
Theresia Simatupang : Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Atas Kejahatan Di Bidang Perpajakan, 2006
USU Repository © 2007

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI ATAS KEJAHATAN DI BIDANG PERPAJAKAN
Theresia Simatupang1 M.Daud, SH2

M.Chainur Arrasyid, SH2 Syafruddin Kano, SH, M.Hum2 Abstrak
Pelaku kejahatan ekonomi termasuk didalamnya kejahatan di bidang perpajakan ini bisa dilakukan oleh badan hukum atau individu-individu yang m e m p u n y a i k e d u d u k a n t e r h o r m a t d a l a m m a s y a r a k a t . M a s a l a h pertanggungjawaban pidana terhadap badan hukum (korporasi) ternyata terdapat dua pandangan yaitu pandangan yang monistis dan pandangan yang dualitis. Pandangan monistis beranggapan bahwa suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh seorang yang bersalah dan orang itu dianggap bertanggungjawab atas perbuatannya. Menurut aliran monistis unsur-unsur strafbaar felt ini meliputi baik unsur-unsur perbuatan yang lazim disebut obyektif, maupun unsur-unsur pembuat, yang lazim dinamakan unsur subjektif. Penggunaan instrumen hukum pidana yang sifatnya umum (lex generah), seperti ketentuan-ketentuan KUHP dengan syarat unsur "barang siapa" dalam perumusan delik-delik KUHP tidak hanya ditafsirkan sebagai pribadi kodrati, melainkan juga korporasi maupun yang sifatnya khusus (lex specialis). para penjahat di dalam melakukan kejahatannya menggunakan berbagai cara supaya memperoleh harta kekayaan dalam jumlah besar dan terlindung dari jeratan hukum. Untuk mencapai tujuannya, mereka sering sekali menggunakan sebuah perusahaan sebagai alat dan tempat melakukan perbuatan melawan hukum baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam contoh berikut ini dapat kita lihat kegiatan kejahatan yang menggunakan perusahaan sebagai alat dan tempat melakukan kejahatan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis pertanggungjawaban korporasi sebagai pelaku tindak pidana kejahatan dibidang perpajakan berdasarkan asas-asas yang termuat di dalam hukum positif. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masalah dengan melihat dan segi peraturanperaturan yang berlaku oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan.Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
2. Dosen Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 2. Dosen Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Theresia Simatupang : Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Atas Kejahatan Di Bidang Perpajakan, 2006 USU Repository © 2007

terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Data ini kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni pemaparan kembali dengan kalimat yang sistematis secara induktif dan atau deduktif untuk dapat memberikan gambaran secara jelas jawaban atas permasalahan yang ada, pada akhimya dinyatakan dalam bentuk deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dalam hal pertanggungjawaban korporasi yang perlu diperhatikan pada prinsip pertanggungjawaban pelaku tindak pidana di bidang perpajakan sebagai pelaku adalah individu maupun korporasi, pada tindak pidana perpajakan sering dijumpai bahwa pelaku kejahatan adalah korporasi, untuk meminta pertanggungjawaban kejahatan di bidang perpajakan diperlukan kerangka hukum yang dapat mengidentifikasi kemungkinan pertanggungjawaban pidana. Kemungkinan tersebut adalah hanya orang (pribadi kodrati) yang dapat melakukan tindak pidana dan diminta pertanggungjawaban, orang dan/atau korporasi dapat melakukan tindak pidana; dalam hal korporasi sebagai pelakunya, maka penguruslah yang diminta pertanggungjawaban pidana, orang dan /atau korporasi dapat diminta pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya. Dengan mengenai pertanggungjawaban korporasi ini maka ditemukan 3 (tiga) model pertanggungjawaban pidana korporasi, yakni pengurus korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang bertanggungjawab, korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang bertanggungjawab. Kata Kunci: - Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
- Kejahatan Perpajakan
Theresia Simatupang : Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Atas Kejahatan Di Bidang Perpajakan, 2006 USU Repository © 2007