Kondisi Umum perbatasan Indonesia dan Timor Leste

20 Provinsi NTT tidak hanya memiliki wilayah yang berbatasan dengan darat langsung dengan Timor Leste. Namun, juga berbatasan langsung di laut dengan dua negara tetangga Indonesia yaitu Timor dan Australia. Wilayah perairan laut yang berbatasan langsung dengan dua negara ini terdapat di lima kabupaten, yaitu Kupang, Belu, Timur tengah Utara TTU, Alor dan Rote Ndao. menunjukan adanya Panjang Garis Batas RI-Timor Leste :Sektor Barat 149.1 Km, dan Sektor Timur 199.7 Km dengan deliniasi sudah mencapai 93 persen. Demarkasi di sektor timur mencapai 42 titik, sektor barat 8 titik Pos Pamtas: 51 Pos di NTT, Untuk memfasilitasi lintas batas terdapat 9 PLB di NTT. Fauzan,2011:9 Pemerintah memandang pentingnya perhatian khusus terhadap wilayah perbatasan. Khususnya dalam pengelolaan batas antarnegara dan pembangunan kawasan perbatasan. Mengingat wilayah perbatasan merupakan wilayah persinggungan karakter dan kepentingan antarnegara yang sangat rentan bagi isu- isu keamanan dan sensitif terhadap konflik kepentingan antarnegara, termasuk berbagai tindakan kriminal. PETA I.A.II. Perbatasan yang belum diselesaikan di NTT UN-RESOLVED SEGMENT DI NOEL BESICITRANA KAB. KUPANG TERDPT TNH SENGKETA DI WIL SEPANJANG SUNGAI NOEL BESI. STATUS TANAH MSH MERUPAKAN DAERAH STERIL TDK DIKELOLA OLEH KE DUA NEGARA SERTA BLM DILAKS PENGUKURAN OLEH KEDUA NEGARA. 1 KANTOR IMIGRASI RDTL MASY DSN. NAKTUKA 44 KK GEDUNG PERTANIAN RDTL Sumber : Disampaikan pada acara Indonesia-Timor Leste Seminar and Conflict Resolution Training : Building Peace Beyond the Land Border, Kelompok Studi Defensia Laboratorium Pertahanan Keamanan dan asosiasi Mahasiswa Timor Leste UPN Veteran, Yogyakarta. 10 Juni 2011 21 Perselisihan Perbatasan Indonesia dengan Timor leste, perbatasan krusial yang belum terselesaikan meliputi tiga titik yaitu, di Noel Besi atau Citrana Kabupaten Kupang dan Distric Oecusse, Bijael Sunan atau Oben Kabupaten TTU dan Distric Oecusse serta Delomil atau Memo Kabupaten Belu dan Distric Bobonaro. Sutrisna,2007:154 Penyelesaian batas negara di segmen-segmen yang masih disengketakan perlu segera dicarikan penyelesainya. Tidak saja karena bisa jadi menyulut konflik kekerasaan di atas, ketidakjelasan batas darat antara kedua negara dan ketidaktahuan masyarakat di sekitar wilayah perbatasan atas batas darat, juga tidak jarang pula menyebabkan terjadinya berbagai kasus pelangaran batas. Beberapa contoh insiden kekerasan di perbatasan Indonesia-Timor Leste juga menggarisbawahi, bahwa ketidakjelasan demarkasi dan ketidaktahuan masyarakat akan batas darat negara telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Minimnya Border Sign Post BSP yang terpasang disepanjang perbatasan. Ludiro,2010:201 Salah satu contoh dari kasus di atas adalah insiden 6 Januari 2006. Peristiwa ini terjadi di dekat tepian sungai Malibaka, yang merupakan batas alam wilayah darat antara Indonesia di Kabupaten Belu dengan Timor Leste di Distrik Bobonaro.Insiden ini terjadi ketika pasukan Border Patrol UnitUnido Patruofomento Fronteira, UPF Timor Leste, menembak mati tiga WNI eks- pengungsi yang tinggal di dusun Sikutren, Desa Rote, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu. Menurut pemerintah Timor Leste, mereka ditembak karena melintas perbatasan secara ilegal dan mereka adalah eks-milisi yang telah sering 22 melakukan ilfiltrasi ke wilayah Timor Leste. Namun, pemerintah Indonesia berpandangan lain, yaitu mereka tidak sedang melakukan aktivitas politik dengan penyusupan, tetapi sedang melakukan aktivitas mencari ikan di sungai Malibaka.www.theaustralian.com Persoalan yang sampai saat ini masih belum terselesaikan dan masih banyaknya Masalah yang ada di daerah perbatasan Indonesia dan Timor leste adalah kehadiran eks pengungsi dan masalah penyelundupan, telah menimbulkan sejumlah persoalan yang dapat menganggu keamanan di perbatasan. Persoalan pengungsi ini belum dapat diselesaikan. Selain faktor budaya dan juga minimnya program pemerintah yang tidak efektif terlebih hanya memanfaatkan keberadaan pengungsi. Salah satu masalah lain yang saat ini di temui di perbatasan Indonesia- Timor Leste adalah ketidakjelasan wewenang dalam pengelolaan wilayah perbatasan tersebut. Pengelolaan perbatasan merupkan indikasi dari kesungguhan pemerintah menata wilayah perbatasannya. Meski demikian, realitas yang ada di wilayah perbatasan tersebut justru memperlihatkan ketidakjelasan aturan kewenangan dalam pengelolaan perbatasan, sebab, yang terjadi dalam implementasi berbagai aturan dan institusi yang terlibat dalam pengelolaan perbatasan dilapangan adalah realitas tumpang tindih kewenangaan.

B. Masalah pengungsi di Indonesia dan Timor leste

Arus terjadinya pengungsi Timor leste dimulai sebelum jajak pendapat, dan meningkat setelah jajak pendapat. Mereka ini terpaksa meninggalkan Timor 23 Leste karena mereka berbeda opini politik dengan pihak yang memerintah. Sejak jajak pendapat diumumkan dengan kemenangan di pihak pro kemerdekaan, maka mereka yang dalam jajak pendapat tersebut memilih pro otonomi dan tetap berintegrasi dengan pemerintah Indonesia, terpaksa harus meninggalkan negara asalnya dan menyebar di berbagai wilayah di Indonesia, dan yang terbanyak di daerah Moelbaki, Nusa Tenggara Timur.Krustiyati,2010:19 Situasi pengungsi Timor Leste memang merupakan kondisi yang cukup unik, karena mereka masih memperoleh pelindungan nasional dari kedua negara, baik negara Indonesia maupun negara Timor leste. Memang persoalan pengungsi Timor Leste ini hanyalah merupakan sebagai isu dari beberapa persoalan yang muncul akibat lepasnya Timor Leste dari Indonesia.Makarim,2006:237 Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya bekerja sama dengan United Nations High CommisionerFor Refugees UNHCR, yang merupakan salah satu organisasi internasional universal melalui PBB yang menangani pengungsi, dengan memberikan bantuan makanan, pakaian dan obat-obatan kepada para pengungsi Krustiyati, 2010:77 Berdasarkan data Departemen Sosial tahun 1999, warga Timor Leste yang mengungsi kesejumlah Kabupaten NTT tercatat 132.000 jiwa. Sedangkan menurut laporan UNHCR Desember 2000, 50.000 pengungsi asal Timor Leste kembali ke Timor Leste.Disebutkan, arus pengungsi dari tahun 2001-2003 mencapai 225.028 orang yang terdapat di wilayah perbatasan di Timor Barat. Pada tahun 2005-2006 tercatat pengungsi sebanyak 104.436 pengungsi.Hingga 24 akhir 2006-2009 jumlahnya terus meningkat menjadi 142.825 jiwa dan menempati Propinsi NTT. UNHCR Fact Sheet Report,Desember 2003 Para pengungsi yang telah memilih untuk menetap di Indonesia tinggal di dua daerah, yaitu, Kabupaten Belu yang berbatasan dengan Bobonaro dan Covalima, serta Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan dengan Oecusse Distrik Ambeno. Wila,2006:256 Pada tahun 2010 terdapat sekitar 119 jiwa yang kembali ke Timor Leste.Menurut Suster Sesilia Ketut, SSPS dari Forum Peduli Perempuan dan Anak di Atambua yang mendampingi proses pemulangan, hingga 31 Januari 2011 sudah 71 jiwa pulang ke Timor Leste. Suster Sesilia memperkirakan tahun 2011 ini jumlah itu akan meningkat. jrs.or.id, Maret 2011 Pemerintah memang telah membuat pemukiman bagi pengungsi.Namun, faktanya kondisi tersebut dikatakan memperihatinkan. Jalan menuju Haikrit Kabupaten Belu, misalnya, bergunung-gunung dan hanya diberi kerikil tanpa aspal. Kondisi pengungsi kelihatan dari berpakaian, tampak anak-anak kurus kering. Serta kurangnya fasilitas kesehatan, transportasi, penerangan, dan pendidikan. Tallo, 2005:193

C. Masalah Penyelundupan di Indonesia dan Timor Leste

Penyelundupan merupakan faktor kedua setelah pengungsi, yang berpotensi sebagai sumber permasalahan keamanan di daerah perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Aktivitas ini terjadi antara lain, karena disebabkan adanya perbedaan harga bahan-bahan pokok, Bahan Bakar Minyak antara provinsi NTT dengan Timor Leste, harganya mencapai tiga sampai empat kali lipat lebih

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK PERBATASAN INDONSIA – TIMOR LESTE (di perbatasan Atambua)

1 16 2

KEBIJAKAN PEMERINTAH TIMOR LESTE DALAM MENGATASI MASALAH PERBATASAN DI MOTAIN TIMOR LESTE DENGAN INDONESIA

0 8 1

UPAYA-UPAYA TIMOR LESTE MENJADI ANGGOTA ASEAN TAHUN 2012

0 10 1

Upaya Indonesia dalam menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste pada periode 2002-2012

1 7 81

PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR LESTE TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN DENGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

0 2 10

PENDAHULUAN PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR LESTE TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN DENGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

0 5 15

PEMBINAAN NASIONALISME GENERASI MUDA DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

2 3 82

DUKUNGAN KAMPANYE MILITER TERHADAP DIPLOMASI INDONESIA DI PERBATASAN DARAT INDONESIA – TIMOR LESTE MILITARY CAMPAIGN SUPPORT TOWARDS INDONESIA’S DIPLOMACY IN INDONESIA - TIMOR LESTE BORDER AREA

0 0 10

PERAN BORDER LIASION COMMITTEE (BLC) DALAM PENGELOLAAN PERBATASAN ANTARA INDONESIA DAN TIMOR LESTE

0 0 16

STRATEGI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGANAN MASALAH PELINTAS BATAS INDONESIA-TIMOR LESTE Remigius Seran Remyseran87yahoo.com ABSTRAK - STRATEGI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGANAN MASALAH PELINTAS BATAS INDONESIA-TIMOR LESTE Reposit

0 1 32