Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Besar Indonesia untuk Timor Leste Eddy Setiabudi menyatakan di Batam, batas maritim antara Indonesia dengan negara baru itu belum ada yang selesai. Termasuk kepemilikan pulau Batek. Masalah lain adalah baik Indonesia dan Timor Leste memiliki tim peneliti masing-masing yang menghasilkan hasil riset yang berbeda tentang geografis perbatasan kedua negara, khususnya terkait kepemilikan pulau Batek. Republika.co.id, 25 April 2012 Menurut Letjen TNI Purn Sayidiman Suryohadiprojo, masuk Indonesia di Timor-Timur memiliki peran strategis bagi keamanan regional yang di dukung oleh Australia dan Amerika Serikat. Bahwa ― satu negara sosialis di Timor-Timur tidak mustahil meminta bantuan kepada Uni Soviet atau Republik Rakyat China untuk dapat melakukan pembangunan dan memperkuat dirinya dan hampir pasti hal itu akan di sambut baik oleh Uni Soviet yang ketika itu masih kuat posisinya, apalagi Amerika Serikat sebagai lawan utamanya sedang menghadapi keruntuhan di Vietnam. Suryhadiprojo,2013:xx Sedangkan perbatasan darat terdapat pada beberapa titik, yaitu Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, serta Kupang. Berbatasan Ri terbagi atas dua sektor, yaitu 1 Sektor Timur Sektor utamamain sector di Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonaro di Timor Leste sepanjang 149.1 kilometer, dan 2 Sektor Barat Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi yang merupakan wilayah enclave Timor Leste sepanjang 119.7 kilometer. Fauzan, 2011:9 4 Masalah-masalah krusial yang sering terjadi pada daerah –daerah perbatasan itu diantaranya, penyelundupan narkoba, senjata, serta bahan bakar minyak. Wuryandari, 2009:217 masalah-masalah inilah yang sampai saat ini masih menjadi hambatan bagi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Timor Leste. Masalah –masalah diatas jugalah yang pada akhirnya membuat Indonesia melakukan kerjasama dengan negara lain untuk pengamanan daerah perbatasan tersebut. Skripsi ini akan membahas tentang upaya Indonesia dalam menangani berbagai masalah diatas. Sejak tahun 2002 Indonesia memberikan kedaulatan kepada Timor Leste untuk menjadi negara yang merdeka. Sejak itu pula, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Timor Leste dimulai hubungan diplomatik itu sendiri berkembang di sektor keamanan, perdagangan, ekonomi, serta sosial dan budaya. Wuryandari, 2009:349 Dalam melakukan hubungan diplomatik dengan Timor Leste, Indonesia menerapkan beberapa kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2002. Kebijakan- kebijakan tersebut antara lain kebijakan mengenai kesejahteraan dalam pengelolaan wilayah perbatasan. Kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah pusat, seperti UU Nomor 24 tahun 2000 tentang perjanjian Internasional. Pada implementasinya, kebijakan- kebijakan tersebut mengalami berbagai hambatan dalam pelaksanaanya. Hambatan tersebut antara lain, pertama, belum adanya kepastian garis batas laut maupun garis batas darat, serta administrasi dan pemeliharaanya. Adanya permasalahan batas negara ini banyak menimbulkan dampak negatif dan berbagai insiden di perbatasan dan pelanggaran wilayah 5 kedaulatan. Kedua, kondisi masyarakat di kawasan perbatasan yang pada umumnya masih miskin, tertinggal, terbelakang, serta tingkat pendidikan dan kesehatan yang sangat rendah The Partnership for Governance Reform, 2011:4- 5. Situasi ini semakin sulit setelah Timor Leste memerdekakan diri pada tanggal 20 Mei 2002. Hal ini menyebabkan otoritas perbatasan pun berubah. Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Indonesia pun semakin berat. Beberapa tantangan baru tersebut antara lain, 1 lemahnya penegakan hukum yang menyebabkan banyaknya pelanggaran hukum di kawasan perbatasan. 2 belum sikronnya pengelolaan kawasan perbatasan, baik menyangkut kelembagaanya, program maupun kejelasan wewenang. 3 adanya kegiatan penyelundupan barang dan Tenaga Kerja Indonesia TKI. 4 rendahnya rasa nasionalisme sehingga masyarakat lokal lebih mengenal negara tetangga daripada negara sendiri. terutama demografis, geografis, sosial, budaya, ekonomi, serta keamanan. The Partnership for Governance Reform, 2011:11-12. Adanya berbagai tantangan baru tersebut membutuhkan penanganan yang baru pula dari Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh Indonesia dengan penerapan peraturan atau sistem perundang-undangan yang baru dalam menangani masalah- masalah yang ada pada perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Peraturan- peraturan tersebut antara lain, Program Pembangunan Nasional PROPENAS Tahun 2004 dan Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009. Peraturan ini 6 menjelaskan tentang pengembangan wilayah perbatasan antarnegara. www.bappenas.go.id Selain itu, pemerintah juga membuat Perpers Nomor 78 Tahun 2005. Peraturan tersebut berisikan tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar terutama pada aspek kesejahteraan dan lingkungan. Kemudian pada tahun 2008, pemerintah kembali menerbitkan Undang-Undang Nomor 43. Undang-Undang ini mengatur tentang batas-batas wilayah negara, yang dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan pengelolaan wilayah negara, serta hak-hak berdaulat. Peraturan pemerintah terbaru yang mengatur mengenai pemeliharaan dan pembangunan wilayah perbatasan adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010-2014. Peraturan ini memfokuskan penerapannya pada pengembangan strategi pembangunan nasional di kawasan perbatasan www.bappenas.go.id

B. Rumusan masalah

Dengan pemaparan di atas, maka pertanyaan mendasar yang menjadi acuan penelitian ini adalah: Bagaimana upaya Indonesia dalam menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste pada periode 2002-2012? 7

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan tiga konsep yaitu, Konsep perbatasan, kebijakan keamanan, keamanan perbatasan dan konsep Diplomasi Perbatasan Border Diplomacy. Untuk membahas upaya Indonesia dan Timor Leste dalam menangani masalah keamanan perbatasan pada periode 2002-2012, analisis skripsi ini dikembangkan dengan melihat kerjasama kedua negara. C.1 Konsep Perbatasan Hukum Internasional Perbatasan merupakan salah satu manifestasi penting dalam suatu garis imajiner di atas permukaan bumi dan suatu garis yang memisahkan suatu daerah lainnya. J.G. Starke, 1989:244 Dalam hal ini, JRV. Prescott Drysdale,1989:85 menandai ada empat sengketa yang muncul di wilayah perbatasan, yaitu: 1. Positional Dispute, yaitu sengketa yang terjadi akibat adanya perbedaan interprestasi mengenai dokumen legal atau adanya perubahan di lokasi yang berupa perubahan tanda-tanda fisik yang dipakai sebagai perbatasan. 2. Teritorial Disputeyaitu sengketa yang terjadi ketika dua atau lebih negara mengklaim satu wilayah yang sama sebagai wilayahnya atau bagian dari wilayahnya. Hal ini terjadi karena alasan sejarah atau kepentingan geografis. 3. Functional Disputeyaitu sengketa yang terjadi adanya pergerakan orang- orang atau barang-barang karena yang tidak dijaga ketat. 8 4. Transboundary Resource Dispute adalah sengketa yang muncul karena adanya eksploitasi sumber daya alam oleh negara lain dan merugikan negara lain di perbatasan. J.G.Starke 1989:245 memberikan definisi perbatasan sebagai garis imajiner di atas permukaan bumi, yang memisahakan wilayah suatu negara dari negara lain. Sedangkan Jones 1996:6 mengatakan bahwa suatu perbatasan semata-mata adalah suatu tanah perbatasan. Bagi ahli strategi, yang penting adalah ada atau tidak adanya kepentingan, bagi pelaksanaan pemerintah, tanah perbatasan itulah mungkin yang menjadi permasalahan, yaitu menyangkut batas dari kewenanganya. Perbatasan antara dua negara yang menjadi penting artinya dalam hukum. Hal ini disebabkan karena perbatasan itulah kedaulatan masing-masing negara berakhir. Sementara itu, penyelenggaran kedaulatan negara di kawasan ini sudah mulai dipengaruhi oleh hukum internasional. Wila,2006:235 suatu negara dalam menjalankan kedaulatan hanya sampai pada batas-batas wilayahnya. Di bagian lain dari garis batas di sini, batas-batas wilayah hanya berfungsi sebagai alat pemisah yang dapat memisahkan wilayah satu negara dengan wilayah negara lain, sekaligus dapat mengakhiri kedaulatan dari negara –negara yang saling berbatasan Wila, 2006:266 Perjanjian tentang perbatasan mengikat para pihak parties pada sebelah- menyebelah perbatasan. Perbatasan wilayah negara begitu pentingnya sehingga perjanjian yang mengatur tentang perbatasan tetap berlaku dan dihormati, baik itu

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK PERBATASAN INDONSIA – TIMOR LESTE (di perbatasan Atambua)

1 16 2

KEBIJAKAN PEMERINTAH TIMOR LESTE DALAM MENGATASI MASALAH PERBATASAN DI MOTAIN TIMOR LESTE DENGAN INDONESIA

0 8 1

UPAYA-UPAYA TIMOR LESTE MENJADI ANGGOTA ASEAN TAHUN 2012

0 10 1

Upaya Indonesia dalam menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste pada periode 2002-2012

1 7 81

PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR LESTE TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN DENGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

0 2 10

PENDAHULUAN PENGARUH KEMERDEKAAN REPUBLICA DEMOCRATICA TIMOR LESTE TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN DENGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

0 5 15

PEMBINAAN NASIONALISME GENERASI MUDA DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

2 3 82

DUKUNGAN KAMPANYE MILITER TERHADAP DIPLOMASI INDONESIA DI PERBATASAN DARAT INDONESIA – TIMOR LESTE MILITARY CAMPAIGN SUPPORT TOWARDS INDONESIA’S DIPLOMACY IN INDONESIA - TIMOR LESTE BORDER AREA

0 0 10

PERAN BORDER LIASION COMMITTEE (BLC) DALAM PENGELOLAAN PERBATASAN ANTARA INDONESIA DAN TIMOR LESTE

0 0 16

STRATEGI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGANAN MASALAH PELINTAS BATAS INDONESIA-TIMOR LESTE Remigius Seran Remyseran87yahoo.com ABSTRAK - STRATEGI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGANAN MASALAH PELINTAS BATAS INDONESIA-TIMOR LESTE Reposit

0 1 32