26
barang yang dikategorikan sebagai obat terlarang dan psikotropika yang masuk dalam kategori narkoba. antaranews.com, 29 Agustus 2013
Data yang dirilis oleh BNN 2011 pengguna narkoba di provinsi kepulauan itu mencapai 42.461 orang atau sekitar 1,2 persen. Jumlah itu terbagi dalam kategori
orang yang mencoba untuk memakai berjumlah 13.724 dan orang yang teratur mengkonsumsi 19.048 orang sedangkan jumlah pencandu suntik mencapai angka
420 orang dan pecandu bukan suntik berjumlah 9.269 orang. secara nasional kerugian negara secara ekonomis yang diakibatkan oleh pengguan narkoba
sepanjang 2011 mencapai Rp 48,2 triliun. Anggaran itu merupakan akumulasi dari biaya pembelian narkoba oleh pengguna. Biaya pengobatan serta biaya
kematian.antaranews.com, 9 November 2012 Persoalaan yang serius ada pada penyelundupan senjata, laporan mengenai
terbaru dari Internasional Crisis Group ICG, penyelundupan senjata yang terjadi di daerah perbatasan Kabupaten Kupang pada tahun 2010, seperti senjata laras
pendek dan laras panjang 45 pucuk, dan satu buah granat aktif. crisisgroup.org, persoalan ini merupakan masih lemahnya keamanan di perbatasan Indonesia dan
timor Leste, sehingga pemerintah harus lebih memperketat pengamanan di daerah perbatasan kedua Negara agar tidak terjadi banyaknya penyelundupan senjata.
Perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia dan Timor Leste di atas secara jelas memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut sangat menguntungkan pihak
Indonesia karena mengalami kenaikan perdagangan dengan Timor Leste. Meskipun demikian, terdapat sejumlah permasalahan yang timbul sebagai akibat
27
tindak lanjut pengaturan lintas barang antara Indonesia dan Timor Leste. Wuryandari, 2009: 224-225
Pengawasan yang kurang ketat mengakibatkan perlintasan barang tidak terkontrol dengan baik. Pihak Timor Leste, tampaknya belum siap dalam
pelaksanaan kesepakatan.Terbukti dan belum beroperasinya pasar tradisional, Pemanfaatan perdagangan di perbatasan lebih banyak dimanfaatkan oleh pelaku
bisnis yang berasal dari kawasan luar perbatasan. Meskipun penertiban pemberitahuan Ekspor Barang dan Impor Barang menunjukan kenaikan, tetapi
volume kegiatan relatif masih kecil.Pamungkas, 2009:223 Sebagaimana telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa persoalaan
penanganan pengungsi dan penyelundupan, secara signifikan menjadi faktor- faktor kerawanan dan juga menjadi ancaman bagi keamanan di perbatasan.
Masing-masing wilayah perbatasan memiliki kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain terhadap masalah keamanan perbatasan. Misalnya, pengungsi Timor-
Timur menuntut untuk diperhatikan kesejahteraannya dan diberikan peran sebagai warga
negara Indonesia
WNI. Sedangkan
masyarakat di
sekitar perbatasanmenginginkan agar pasar tradisional di daerah perbatasan dibuka oleh
Pemerintahan Indonesia maupun Timor Lesteuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan.Noor, 2007:227
28
BAB III UPAYA INDONESIA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN
PERBATASAN DENGAN TIMOR LESTE
Bab ketiga ini akan menganalisis tentang upaya Indonesia dalam menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste, pembahasan ini terdiri dari
tiga sub bab, yaitu: 1 upaya Indonesia dalam menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste secara unilateral; 2upaya Indonesia dalam
menangani masalah keamanan perbatasan dengan Timor Leste secara bilateral. Untuk menjawab penelitian bagaimana Upaya Indonesia dan Timor Leste
dalam Menangani Masalah Keamanan Perbatasan dengan Timor Leste. Pada periode 2002-2012, maka Indonesia melakukan upaya antara lain baik secara
Unilateral maupun Bilateral, bab ini akan menganalisis lebih lanjut upaya tersebut. Upaya unilateral pemerintah Indonesia dan Timor leste dalam menangani
masalah keamanan perbatasan dilakukan dengan cara: Pepres Nomor 78 Tahun 2005, UU Nomor 43 Tahun 2008, Pepres Nomor 12 Tahun 2010 mengenai
Propenas 2004 dan PP no. 7 tahun 2005, serta RPJMN 2010-2014. Upaya bilateral yang dilakukan Indonesia adalah perudingan JBC Joint
Border Committee dan Komisi Kebenaran dan Persahabatan KKP dari kedua upaya tersebut yakni, Unilateral dan Bilateral akan dianalisis sebagai pertanyaan
penelitian.
29
Kebijakan negara berhubungan langsung dengan kedaulatan negara. Karena, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk
secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asalkan kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional Boer Mauna,
2000,24 dan kebijakan yang termasuk di dalamnya. Boer Mauna 2000;24 juga menyebutkan bahwa kedulataan memiliki tiga
aspek utama, yaitu: a.
Aspek ekstren kedaulatan, yaitu hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubunganya dengan berbagai negara atau kelompok-
kelompok lain tanpa kekangan, tekanan, atau pengawasan dari negara lain. b.
Aspek intern kedaulatan,yaitu hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-
lembaga tersebut, hak untuk membuat undang-undang yang diinginkan, serta tindakan-tindakan untuk dipatuhi.
c. Aspek teritorial kedaulatan, berarti kekuasaan penuh dan ekslusif yang
dimiliki oleh negara- negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut.
Aspek ekstern kedaulatan bisa dikatakan sebagai kebijakan atau tindakan pemerintah yang bersifat bilateral dua negara atau multilateral lebih dari dua
negara.Sedangkan aspek intern merupakan kebijakan atau tindakan pemerintah yang bersifat unilateral sepihak atau satu negara. Mauna, 2000:24
30
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa kebijakan Republik Indonesia ada yang berbentuk kebijakan unilateral.Berupa UUD Alinea 4 dan
Perpres yang mengenai kedaulatan negara untuk melindungi ancaman keamanan dari luar negara dan juga pengelolaankeamanan di perbatasan, kebijakan unilateral
yaitu dalam pengertiannya merupakan kebijakan unilateral dibuat oleh pemerintah Republik Indonesia sendiri dan untuk kepentingan kedalam intern
bangsa Indonesia sedangkan kebijakan yang berbentuk kebijakan bilateral dibuat oleh dua negara untuk kepentingan kedua negara tersebut. faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia adalah perubahan ekonomi regional dan internasional.
Kebijakan itu
juga merupakan
faktor penting
guna menunjang
terselenggaranya program-program
pembangunan, pemberdayaan,
serta kesejahteraan masyarakat diwilayah perbatasan. Oleh karena itu, kebijakan
pengelolaan perbatasan keamanan di wilayah perbatasan RI dan Timor Leste dapat diharapkan mampu menciptakan stabilitas keamanan perbatasan.
Pembahasan selanjutnya adalah seberapa besar tantangan yang akan dihadapi pemerintahan Indonesia dan pemerintahan Timor Leste dalam menangani
permasalahan keamanan perbatasan. Permasalahan ketidakjelasan garis batas negara antara Indonesia dan Timor Leste juga dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu, faktor ekstern dan intern dalam menangani masalah keamanan perbatasan. Wibisono, 2006:246