Akhir Hidup Yang Baik

  

Akhir Hidup yang Baik

تتائئييسئوئ انئستففننأئ رتونرفشف ننمت هتللابت ذفونعفنئوئ هفرففتغنتئسننئوئ هفنفينعتتئسننئوئ هفدفمئحننئ هتلل تدئمنحئلنا نيإت هفللا ليإت هئلإت لئ ننأئ دفهئشنأئ هفلئ يئدتاهئ لئفئ لنلتضنيف ننمئوئ هفلئ ليضتمف لئفئ هفللا هتدتهنيئ ننمئ انئلتامئعنأئ

  هفلفونسفرئوئ هفدفبنعئ اددميحئمف نيأئ دفهئشنأئوئ .

نينديلا متونيئ ىلئإت نناسئحنإتبت منهفعئبتتئ ننمئوئ هتبتاحئصنأئوت هتلتآ ىلعئوئ دنميحئمف ىلعئ منليسئوئ ليصئ ميهفللائ

نئونمفلتسنمف منتفننأئوئ ليإت نيتفونمفتئ لئوئ هتتتاقئتف قيحئ هئللا اوقفتيا اوننفمئآ نئينذئليا اهئييأئايئ

  امئهفننمت ثيبئوئ اهئجئونزئ اهئننمت قئلئخئوئ ةندئحتاوئ سنفننئ ننمت منكفقئلئخئ يذتليا مفكفبيرئ اونقفتيا سفانئلا اهئييأئايئ ابدينقترئ منكفينلئعئ نئاكئ هئللا نيإت ئماحئرنلئانوئ هتبت نئونلفءئاسئتئ يذتلئا هئللا اوقفتياوئ ءداسئنتوئ اردينثتكئ لداجئرت منكفبئوننفذف منكفلئرنفتغنيئوئ منكفلئامئعنأئ منكفلئ حنلتصنيف ادديندتسئ لدونقئ اونلفونقفوئ هئللا اوقفتيا اوننفمئآ نئينذتليا اهئييأئايئ ...

  دفعنبئ اميأئ ،امدينظتعئ ازدونفئ زئافئ دنقئفئ هفلئونسفرئوئ هئللا عتطتيف ننمئوئ

ريشئوئ ،مئليسئوئ هتينلئعئ هللا ىليصئ دنميحئمف ىفدنهئ ىتدنهئلنا رئينخئوئ ،هتللا بفاتئكت ثتيندتحئلنا قئدئصنأئ نيأتفئ

.

  رتانيلا يفت ةتلئلئضئ ليكفوئ ،ةدلئلئضئ ةنعئدنبت ليكفوئ ةةعئدنبت ةنثئدئحنمف ليكفوئ ،اهئتفاثئدئحنمف رتونمفلفان KHUTBAH PERTAMA Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

  Setelah kita mengucapkan kalimat tahmid, kalimat tahlil sebagai bentuk sanjungan dan pujian kita kepada Dzat satu-satunya tempat kita menggantungkan diri dari segala sesuatu, maka tiada kata dan ungkapan yang sepatutnya kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini melainkan washiyatut taqwa, yaitu satu kalimat yang dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menyebutkannya dalam sekian banyak ayat, dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun seringkali memberikan washiyat kepada para shahabatnya dalam khutbah-khutbahnya dengan kalimat tersebut, sebagaimana yang pernah beliau sampaikan juga kepada dua orang sahabat yang bernama Abu Dzar dan Mu’ad bin Jabal dalam riwayat at-Tirmidzi beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda

  ات

  

قنلفخفبت سئانيئلا قتلتاخئوئ اهئحفمنتئ ةئنئسئحئلان ةئئئييتسيئلا عتبتتنائوئ ،تئننكف امئثفينحئ هئللا قتتيئ

ننسئحئ

“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan barengilah perbuatan yang

buruk dengan perbuatan yang baik dan berakhlak baiklah kepada semua manusia” (HR.

  at-Tirmudzi). Hadits yang mulia ini, jelas-jelas telah memberikan penjelasan kepada kita bahwa ketaqwaan itu tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu. Namun demikian apa yang dipahami oleh para sahabat dari kalimat yang agung ini tidaklah sesederhana yang kita pahami, sebagai kalimat yang sering kita dengar, mudah kita ucapkan, namun kita acapkali susah dalam mencernanya apalagi merealisasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Karena pentingnya makna kalimat ini hadirin yang mulia, Umar bin Khathab

  Radhiayallahu 'anhu pernah mengatakan dalam riwayat yang shahih,

متونيئبت دتادئعنتتسنلتانوئ لتيلتقئلنابت ىضئريتلاوئ لتيزتننتيئلابت لفمئعئلانوئ لتيلتجئلانبت ففونخئلان وئهف ىوئقنتيئلا

.

  لتيحتريئلا

“At-Taqwa adalah perasaan takut kepada Allah, beramal dengan apa yang datang dari

Allah dan Nabi-Nya, merasa cukup dengan apa yang ada dan mempersiapkan diri dalam menghadapi hari akhir.” Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!! Sesungguhnya bagian manusia dari dunia ini adalah umurnya. Apabila dia membaguskan penanaman modalnya pada apa yang dapat memberikan manfaat kepadanya di akhirat kelak, maka perdagangannya akan beruntung. Dan jika dia menjelekkan penanaman modalnya dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan kejahatan sampai dia bertemu dengan Allah pada penghabisan (akhir hidup) yang jelek itu, maka dia termasuk orang-orang yang merugi.

  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

  

منهفرئجنأئ منهفنيئيئزتجننئلئوئ ةدبئييتطئ ةدايئحئ هفنيئيئيتحننفلئفئ نةمتؤنمف وئهفوئ ىثئنأف ونأئ رنكئذئ نميت احدلتاصئ لئمتعئ ننمئ

نئولفمئعنيئ اونفاكئامئ نتسئحنأئبت

"Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam

keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

baik. dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang

lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan " (Q.S an-Nahl:97).

  Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman, . .

  هفرئيئ اريدشي ةنريئذئ لئاقئثنمت لنمئعنيئ ننمئوئ هفرئيئ اردينخئ ةنريئذئ لئاقئثنمت لنمئعنيئ ننمئفئ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat

(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,

niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. al-Zalzalah:7-8)

  Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menegaskan,

  .

هئلئإتل قيفحئلنا كفلتمئلنا هفللا ىلئاعئتئفئ نئوعفجئرنتفلئ انئينلئإت منكفنيئأئوئ اثدبئعئ منكفانئقنلئخئ امئنيئأئ منتفبنستحئفئأئ

متيرتكئلنا شترنعئلنا بيفرئ وئهفليئإت

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara

main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha

Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia,

Rabb (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. al-Mu’minun:115-116)

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

  Karenanya orang yang berakal adalah orang yang dapat menghisab (menghitung) amalan dirinya sebelum Allah Ta'ala menghitungnya, dan dia merasa takut dengan dosa-dosanya itu menjadi sebab akan kehancurannya. Hadirin yang mulia sementara itu kematian dan akhir hidup seseorang akan selalu menjemputnya, kapan Allah Ta'ala menghendaki niscaya tidak ada seorangpun yang dapat merubahnya, dia tidak dapat menghindari dari sebuah kenyataan yang akan menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman,

  

لئختدنأفوئ رتانيئلا نتعئ حئزتحنزف ننمئفئ ةتمئايئقتلنا مئونيئ منكفرئوجفأف نئونفيئوئتف امئنيئإتوئ تتونمئلنا ةفقئئتآذئ سنفننئ ليفكف

رتورفغفلنا عفاتئمئ ليئإت ايئننديفلا ةفايئحئلنا امئوئ زئافئ دنقئفئ ةئنيئجئلنا

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat

sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan

ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain

hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran:185)

  Marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, apa yang telah menjadikan diri kita terpedaya dengan gemerlapnya kehidupan dunia, akankah akhir hidup kita akhir hidup yang baik atau bahkan sebaliknya? Na'udzubillahi min dzalik.

  Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

  Dalam sebuah riwayat al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Said al-Khudriy yang mengisahkan seorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian genap seratus orang. Dan pada akhir cerita, dia dikisahkan meninggal dalam keadaan mukmin karena taubatnya. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Said al-Khudhriy).

  Dan Sebaliknya dalam riwayat yang lain dikisahkan suatu ketika ada seorang laki-laki ikut berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallamuntuk menghadapi kaum Musyrikin sehingga dia terluka. Dan karena tidak kuasa menahan rasa sakit, akhirnya dia bunuh diri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Dia termasuk ahli

  

neraka". Setelah itu seseorang mendatangi nabi menceritakan kejadian ini. Kemudian

  Rasullah bersabda, إ

  

لئجفريئلا نيئإت وئ ،رتانيئلا لتهنأئ ننمت وئهفوئ ستانيئللت ودفبنيئ امئيفت ةتنيئجئلان لتهنأئ لئمئعئ لفمئعنيئلئ لئجفريئلا نيئت

( ) ملسمو يراخبلا هاور ةتنيئجئلان لتهنأئ ننمت وئهفوئ ستانيئللت ودفبنيئ امئيفت رتانيئلا لتهنأئ لئمئعئ لفمئعنيئلئ

  

“Sungguh seorang benar-benar melakukan perbuatan penduduk surga di hadapan

manusia, namun (sebenarnya) dia termasuk penghuni neraka, dan sungguh seseorang

benar-benar melakukan perbuatan penghuni nereka di hadapan manusia, namun

(sebenarnya) di a termasuk penghuni surga .” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

  Dua riwayat di atas telah tegas dan jelas menunjukkan bahwa akhir hidup seseorang, baik dan buruknya tidak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya.

  Dan akhir hidup seseorang ditentukan oleh baik-dan buruknya akhir perjalanan hidupnya, yang telah Allah Subhanahu wata’ala tentukan dalam taqdirnya.

  Dalam riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha,

  إت

  

هتتتونمئ لئبنقئ نئاكئ اذئإتفئ ،رتانيئلا لتهنأئ ننمت بةوتفكنمئ وئهفوئ ةتنيئجئلان لتهنأئ لئمئعئ لفمئعنيئلئ لئجفريئلا نيئ

.

وئهفوئ رتانيئلا لتهنأئ لئمئعئ لفمئعنيئلئ لئجفريئلا نيئإت وئ رئانيئلا لئخئدئفئ تئامئفئ ،رتانيئلا لئهنأئ لئمتعئفئ ،لئويئحئتئ

لئخئدئفئ تئامئفئ ،ةتنيئجئلان لئهنأئ لئمتعئفئ ،لئويئحئتئ هتتتونمئ لئبنقئ نئاكئ اذئإتفئ ،ةتنيئجئلان لتهنأئ ننمت بةوتفكنمئ

  .

  ةئنيئجئلان

“Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan perbuatan penghuni surga,

sedangkan dia dicatat sebagai penghuni neraka. Maka sebelum kematian menjemput, ia

berubah dan mengerjakan perbuatan penghuni neraka, kemudian ia mati, maka

masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan

perbuatan penghuni neraka sedangkan dia dicatat sebagai penghuni surga. Maka

sebelum kematian menjemput, ia berubah dan melakukan perbuatan penghuni surga,

kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam surga.”.

  Dalam riwayat lain yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib, diceritakan ada seorang laki- laki bertanya kepadanya:

  : :

لكف اولمعا لاقف ؟لمعلا عدنو انباتك ىلع ثكمن لفأ ،هللا لوسر اي لجر لاقف

  .

  .

ةواقشلا لهأ امأو ةداعسلا لهأ لمعل نورسييف ةداعسلا لهأ امأ هل قلخ امل رسيم

(

  5 : ( ) : ليللا ةروس يقتاو يطعأ نم امأف أرق مث ،ةواقشلا لهأ لمعل نورسييف

“Seseorang lelaki bertanya, Wahai Rasulullah!, apakah kita tidak pasrah terhadap

taqdir (ketentuan)Allah Ta'ala terhadap kita dan meninggalkan amalan? Lalu Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Beramalah kalian! Maka setiap orang akan

dimudahkan sebagaimana apa yang ditakdirkan baginya.” Adapun orang yang

ditakdirkan bahagia, maka ia akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan golongan

orang-orang yang bahagia. Sedangkan orang yang ditakdirkan sengsara, maka ia pun

akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan golongan orang-orang yang sengsara.

Kemudian beliau membaca ayat, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, (QS. al-Lail : 5) Dalam hadits-hadits di atas telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan di akhir hayat telah Allah Ta'ala tentukan di dalam kitabNya (taqdirnya). Dan yang demikian berdasarkan amalnya yang merupakan sebab keduanya. Maka akhir hidup yang baik atau sebaliknya ditentukan dengan keadaan akhir amalannya. sebagaimana Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda dalam riwayat yang lain dari Sahl bin Said:

  .

  ميتاوخلاب لامعلا امنإ “Sesungguhnya segala amal itu tergantung dengan akhirnya.”

  Maka barangsiapa yang yang telah mengikuti tuntunan Allah Ta'ala dan NabiNya, maka akhir hayatnya adalah merupakan akhir hayat yang baik, sebaliknya barangsiapa dalam hidupnya senantiasa mengikuti hawa nafsu dan syaithan, maka niscaya dia akan mendapatkan akhir hidup yang tidak baik, karena dosa-dosa yang dia lakukan selama hidupnya, sebagaimana pernah dikisahkan oleh Abdul Aziz bin Rawad yang dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitabnya, suatu hari dia menjumpai seorang yang akan meninggal dunia, kemudian ditalqinkan untuk mengucapkan kalimat Tauhid, namun ternyata dia tidak bisa mengucapkan, dan dia berkata pada akhir perkataannya: Dia telah mengkufuri kalimat tersebut. Dan meninggal dalam kekufuran. Kemudian Abdul Azis menanyakan tentang dia, maka dikatakan dia adalah seorang peminum khamr. Kemudian Abdul Aziz mengatakan:

  هتعقوأ ىتلا يه اهنإف بونذلا اوقتا

“Berhati-hatilah kalian terhadap segala (bentuk) dosa dan maksiat, karena dosa-dosa

itulah yang menyebabkannya.”

نمو،تامملاو ايحملا ةنتف نم اندعأو ،ربقلا باذع نمو رانلا باذع نم اندعأ مهللا

,

  .

انتبثو انروبق يف انل عسوو ،توملا تاركس دنع انمحرا مهللا لاجدلا حيسملا ةنتف

  .

هنإ ،نونمؤملا اهيأ اعيمج هللا ىلإ اوبوتو ةرخلا يفو ايندلا ةايحلا يف تباثلا لوقلاب

.

  ميحرلا روفغلا وه

هفنيإت هفونرففتغنتئسنافئ تتامئلتسنمفلناوئ نئينمتلتسنمفلنا رتئتاسئلتوئ منكفلئوئ يلت هئللا رففتغنتئسنأئ اذهئ يلتونقئ لفونقفأئ

متينحتريلا رفونففغئلنا وئهف

  هفلئ ليضتمف لئفئ هفللا هتدتهنيئ ننمئ انئلتامئعنأئ تتائئييسئوئ انئستففننأئ رتونرفشف ننمت هتللابت ذفونعفنئوئ هفرففتغنتئسننئوئ هفنفينعتتئسننئوئ هفدفمئحننئ هتلل تدئمنحئلنا نيإت هفلفونسفرئوئ هفدفبنعئ اددميحئمف نيأئ دفهئشنأئوئ هفللا ليإت هئلإت لئ ننأئ دفهئشنأئ هفلئ يئدتاهئ لئفئ لنلتضنيف ننمئوئ Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah.

  Marilah kita menengok ke belakang bagaimana para as-Salafus Shalih bersikap dalam menyikapi akhir hayatnya dengan harapan dapat menjadi peringatan dan pelajaran bagi kita. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih, diceritakan sebagian para sahabat meneteskan air mata, manakala mengingat akhir hayatnya, ditanyakan kepadanya kenapa sampai demikian, salah seorang diantara mereka menjawab: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:

  

:

  إ

  

يردأ لو ،رانلا يف ءلؤهو ةنجلا يف ءلؤه لاقف ،نيتضبق هقلخ ضبق يلاعت هللا ن

؟تنك نيتضبقلا يأ يف

“Sesunggunya Allah Ta’ala menggenggam penciptaannya dalam dua genggaman, dan

beliau bersabda, Diantara mereka berada di Surga dan diantara mereka yang lain

  

berada di neraka, dan aku tidak tahu, dalam genggaman yang mana aku akan berada?”

  Berkata sebagian Salaf: .

  قباسلا باتكلا اهاكبأ ام نويعلا ىكبأ ام

“Tidaklah mata ini menangis, melainkan ketentuan (Allah) yang telah tertulis (di Lauhul

Mahfudz) yang menyebabkannya.”

  Suatu saat Sufyan ast-Tsauri didapati gelisah dan resah karena memikirkan akhir hayatnya, bahkan dia meneteskan air mata seraya berkata:

  توملا دنع ناميلا بلسأ نأ فاخأ ،ايقش باتكلا مأ يق نوكأ نأ فاخأ

“Aku khawatir kalau (ketentuanku) di dalam kitab (Lauhul Mahfudz) termasuk yang

sengsara (celaka). Dan keimanan dicabut manakala kematian menjemput” (HR. abu

  Nu’aim dalam al-Hilyah) Diceritakan Malik bin Dinar selalu bangun malam sambil memegangi janggutnya dan berkata:

  ؟كلام لزنم نيرادلا يأ يفف ،رانلا نكاس نم ةنجلا نكاس تملع دق بر اي

“Wahai Tuhanku, sungguh Engkau telah mengetahui penghuni Surga dari penghuni

neraka, maka di mana tempat Malik berada di antara keduanya?.” (HR. abu Nu’aim

  dalam al-Hilyah) Demikianlah keutamaan mereka para as-Salafus Shalih, selalu khawatir dan was-was terhadap akhir hayat dan kehidupannya. Tentunya kita yang hadir di majelis yang mulia ini lebih dari itu, disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan yang senantiaasa kita lakukan. Namun demikian yang ada justru sebaliknya, kita selalu merasa aman dengan makar Allah Subhaanahu wa Taala, merasa selamat dari adzabnya sehingga sekian bencana, cobaan dan ujian baik berupa gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin puyuh, gunung meletus terasa belum menjadikan kita sadar padahal Allah Subhaanahu wa Taala

  berfirman: نئورفستاخئلنا مفونقئلنا ليئإت هتللا رئكنمئ نفمئأنيئلئفئ هتللا رئكنمئ اونفمتأئفئأئ

  

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?

Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS.

  al-A’raf: 99) Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir: “Sesungguhnya perbuatan dosa, maksiat dan

  

kecondongan kepada hawa nafsu, pengaruhnya akan mendominasi pelakunya ketika

menjelang kematian dan syaithan akan menguatkannya, maka berkumpul padanya dua

kekalahan dengan lemahnya keimanan, sehingga dia akan terjatuh pada akhir hidup

yang tidak baik, Allah Ta’ala berfirman:

  لوذخ ناسنلل ناطيشلا ناكو “Dan adalah Syaithan itu tidak mau menolong manusia” (QS. al-Furqan: 29)

  Dan akhir hidup yang buruk semoga Allah Ta’ala menjauhkannya dari kita tidak akan menimpa kepada orang yang shalih secara lahir dan bathin, yang jujur perkataannya, dan tidak terdengar cerita yang demikian. Akan tetapi akhir hidup yang buruk akan selalu menimpa seseorang yang telah rusak bathinnya, keimanannya dan lahirnya, yaitu perbuataanya serta bagi orang-orang yang berani melakukan perbuatan dosa besar dan suka melakukan perbuatan jahat, maka perkara yang demikian akan selalu menguasai sampai nyawa menjemput sebelum melakukan taubat.

  Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah.

  Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah bagi orang yang berakal untuk berhati-hati atas keterikatan dan ketergantungan dengan sesuatu yang terlarang. Selayaknya hati, lisan dan anggota tubuhnya selalu mengingat Allah Ta’ala, dan menjaga diri supaya selalu dalam ketaatan kepada-Nya dalam kondisi dan situasi apapun.

  

“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik perbuatan kami pada akhir hidup kami, dan sebaik-

baik kehidupan kami sebagai akhir hayat kami, dan sebaik-baik hari kami, hari di mana

kami akan bertemu dengan Mu. Ya Allah tunjukilah kami semua kepada perbuatan yang

baik dan jauhkanlah diri kami dari perbuatan yang mungkar dan terlarang.”

  ،مئينهتارئبنإت لتآ ىلئعئوئ مئينهتارئبنإت ىلئعئ تئينليئصئ امئكئ دنميئحئمف لتآ ىلئعئوئدنميئحئمف ىلئعئ ليتصئ ميئهفليئلائ .

ىلئعئوئ مئينهتارئبنإت ىلئعئ تئكنرئابئ امئكئ دنميئحئمف لتآ ىلئعئوئ دنميئحئمف ىلئعئ كنرتابئوئ دةينجتمئ دةينمتحئ كئنيئإت

.

  دةينجتمئ دةينمتحئ كئنيئإت ،مئينهتارئبنإت لتآ

كئنيئإت ،تتاوئمنلئانوئ منهفننمت ءتايئحنلئان تتانئمتؤنمفلناوئ نئيننتمتؤنمفلناوئ ،تتامئلتسنمفلناوئ نئينمتلتسنمفلنلت رنفتغنا ميئهفليئلائ

.

  تتاوئعئديلا بفينجتمف بةينرتقئ عةينمتسئ نئينذتلاي ىلئئعئ هفتئلنمئحئ امئكئ اردصنإت انئينلئعئ لنمتحنتئ لئوئ انئبيرئ انئأنطئخنأئ ونأئ انئينستنئ ننإت انئ ذنختاؤئتفلئ انئبيرئ انئلئونمئ تئننأئ انئمنحئرناوئ انئلئ رنفتغناوئ انيعئ ففعناوئ هتبت انئلئ ةئقئاطئ لئامئ انئلنميحئتد لئوئ انئبيرئ انئلتبنقئ ننمت .

  نئينرتفتاكئلنا متونقئلنا ىلئعئ انئرنصفننافئ . بر هلل دمحلاو رتانيلا بئاذئعئ انئقتوئ ةدنئسئحئ ةترئختلئان يفتوئ ةدنئسئحئ ايئننديلا يفت انئتتاءئ انئبئرئ .

  نيملاعلا نيدلا موي ىلإ ناسحإب مهعبت نمو هبحصو هلأ ىلعو دمحم انيبن ىلع هللا ىلصو نيملاعلا بر هلل دمحلا نأ اناوعد رخآو

  (oleh: Junaidin )