22
tutupan lahan, pembangunan ruang terbuka hijau, dan pengembangan teknologi pertanian dan peternakan untuk meningkatkan produksi pertanian dan peternakan agar produksi peternakan
dan  pertanian  meningkat  sehingga  berkontribusi  terhadap  kehidupan  ekonomi  masyarakat petani  dan  peternak  yang  ada  di  Kelurahan  Cipageran.  Jumlah  anggaran  untuk
memperbaikimempertahankan  kondisi  lingkungan  Kelurahan  Cipageran  pada  tahun  2015 adalah sebesar Rp.47.846.000.000,- .
Penggunaan  anggaran  Kota  Cimahi  yang  berkaitan  dengan  kegiatan  konservasi sejumlah  Rp.  47.846.000.000,-.  Anggaran  tersebut  terbagi  pada  SOPD  terkait  sesuai  dengan
tugas  pokok  dan  fungsinya.  Dalam  rangka  konservasi  hutan  di  serahkan  kepada  Kantor Lingkungan  Hidup  dan  Dinas  Pertamanan  dan  Kebersihan  Kota  Cimahi.  Sedangkan  untuk
konservasi  keanekaragaman  hayati,  diserahkan  sebagian  oleh  Kantor  Lingkungan  Hidup sebagian oleh Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi.
Kegiatan-kegiatan  lain  yang  mendukung  terjaganya  kondisi  lingkungan  Kelurahan Cipageran  diperoleh  dari  kegiatan  sektor  ekonomi,  dimana  Pemerintah  Kota  Cimahi  sedang
fokus  untuk  membina  masyarakat  untuk  mengolah  hasil  pertanianpeternakannya  menjadi bahan  makanan  yang  lebih  bernilai  tinggi,  misalnya  susu  menjadi  yoghurt  atau  singkong
menjadi  keripik  singkong.  Pemerintah  juga  sudah  membuat  sentra  susu  sebagai  tempat menjual aneka olahan susu yang dihasilkan oleh masyarakat peternak sapi perah. Kegiatan ini
dipelopori  oleh  Badan  Perencana  Pembangunan  Daerah  Kota  Cimahi  dengan  membentuk komunitas-komunitas usaha agar melakukan usaha bersama.
Berdasarkan  beberapa  informasi  dan  konsep  yang  mendasarinya,  maka  untuk pengelolaan  Kelurahan  Cipageran  secara  berkelanjutan  dan  untuk  meningkatkan
kesejahteraan  serta  keterlibatan  masyarakat  di  sekitarnya,  diperlukan  rumusan  arahan perencanaan  pengelolaan  lingkungan  Kelurahan  Cipageran  yang  diarahkan  pada  kegiatan
wisata  sesuai  dengan  kondisi  aktual  dan  kebutuhan  saat  ini.  Adapun  beberapa  arahan  yang dimaksud, diantaranya:
1. Menyusun  skala  prioritas  dalam  pengelolaan  lingkungan  yang  didasarkan  pada
nilai manfaat ekonomi
Berdasarkan  hasil  perhitungan  nilai  manfaat  ekonomi  serta  parameter  apa  yang mempengaruhinya,  perlu  disusun  skala  prioritas  dalam  pengelolaan  lingkungan.  Skala
prioritas  perlu  dilakukan  melihat  kedaruratan  sumberdaya  lahan  yang  karena  jika  nilai tersebut  dapat  dipertahankan,  pemerintah  dan  masyarakat    tidak  perlu  menanggung  biaya
yang terlalu besar untuk memperbaikinya.
23
Berdasarkan besaran nilai ekonomi yang diperoleh, nilai guna tak langsung merupakan nilai yang paling besar Rp. 315.673.902.421,- . Nilai ini diperoleh dari seberapa besar biaya
yang  diperlukan  untuk  membangun  tanggul  dan  embung  untuk  menggantikan  fungsi  sawah dan tutupan lahan sebagai penahan erosi, penyimpan air, nilai air tanah, dan nilai pendapatan
pelaku  usaha  di  kelurahan.  Nilai  ini  memang  tidak  terasa  langsung  oleh  masyarakat Kelurahan  Cipageran,  namun  merupakan  nilai  utama  yang  mendukung  kelestarian  produksi
pertanian dan peternakan. Prioritas  selanjutnya  adalah  nilai  guna  langsung  yang  memberikan  kontribusi  kepada
nilai ekonomi sebesar Rp. 88.707.535.809,-. Nilai ini diperoleh dari hasil produksi pertanian dan  peternakan.  Produksi  pertanian  dan  peternakan  ini  merupakan  modal  dasar  dalam
pengembangan  agrowisata.  Maka  perlu  adanya  pengembangan  teknologi  pertanian  dan peternakan di  Kelurahan Cipageran. Pengendalian penggunaan pupuk harus menjadi  strategi
pertama  dalam  pengelolaan  lingkungan  di  Kelurahan  Cipageran.  Karena  dengan  kealamian produksi pertaniannya,  akan lebih meningkatkan  daya tarik sebagai  objek wisata. Selain itu,
perlu adanya penataan lahan untuk penanaman pisang cavendish yang merupakan kontributor utama  penghasilan  masyarakat  agar  terlihat  bagus,  berproduksi  tinggi  tapi  tetap
memperhatikan  kejenuhan  tanah.  Namun,  jenis  tanaman  lain  yang  bukan  merupakan kontributor utama juga tetap harus diperhatikan, sebagai tanaman peralihan didasarkan kepada
kecocokan tanah dengan tanaman yang akan di tanam. Selain itu, pembangunan irigasi  yang mumpuni  juga  perlu  dilakukan  di  Cipageran,  untuk  membuat  aliran  yang  layak  untuk
mengairi  pertanian  disana.  Mengingnat  Kelurahan  Cipageran  tidak  dialiri  oleh  sungai  besar, sehingga  para  petani  hanya  mengandalkan  air  kali  kecil  dan  air  tanah  untuk  memenuhi
pengairannya. Prioritas selanjutnya adalah nilai keberadaan yang memberikan kontribusi kepada nilai
ekonomi  sebesar  Rp.  82.605.718.842,-.  Nilai  ini  diperoleh  dari  keinginan  membayar  atas manfaat spiritual, estetika, budaya, serta nilai ganti rugi atas kerusakan alam yang sudah tidak
dapat  diperbaiki.  Nilai  ini  merupakan  salah  satu  modal  utama  masyarakat  untuk  dapat memberikan  manfaat  lain  selain  manfaat  langsung  kepada  pengunjung.  Dari  berbagai
parameter  yang  menjadi  bagian  hitung  dari  WTP  spiritual,  WTP  budaya,  dan  WTP  estetika diperoleh informasi bahwa keinginan membayar dari masyarakat didominasi oleh keberadaan
pemandangan indah untuk WTP estetika, rasa nyaman untuk WTP spiritual, dan ketenangan dan  kealamian  untuk  WTP  spiritual.  Untuk  itu,  perlu  adanya  kegiatan-kegiatan  yang
mempertahankan  ketiga  parameter  tersebut  baik  secara  teknis  melakukan  penataan  tanaman,
24
penanaman  tumbuhan  baru,  atau  bisa  dari  segi  pembangunan  infrastruktur  yang  dapat meningkatkan rasa nyaman, memperindah lingkungan, dan aman.
2. Meningkatkan