IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANK SAMPAH DI KE

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANK SAMPAH
DI KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN
2011-2013

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat Utama Inovasi Pemerintahan

Oleh :
Jordan Wella De Villa
NIM. 105120607111025

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

ABSTRACT


Jordan Wella De Villa. 2014.: Waste Bank Policy Implementation In the District
Lamongan Regency of Lamongan In 2011-2013. Essay of Governmental Science, Faculty
of Social and Political Science, Brawijaya University.
Supervisors : Fathur Rahman, S.IP., M.A and Dr. M. Lukman Hakim, S.IP., M.Si.

The waste problem urban areas have become national problems including lamongan
district. In addition, structuring the environment that is still minimal also be problems in the
environment. This coupled with limited broad final disposal place (TPA) who have only area
of landfill 3.7 hectares (ha). And limited means of waste management infrastructure also add
problem series environmental issues in dealing with the government. In addition, the lack of
public awareness about waste management also exacerbate environmental problems faced by
the District Government Lamongan. The intervention of the District Government Lamongan
in the development of environmentally sound necessary.
Based on the issue of the problems that present about the environment and the
District Government Lamongan had a policy through the trash bank Lamongan of green and
clean (LGC). The purpose of this program is to make safety Lamongan the city clean, green,
and healthy and free from trash. Where the policy of mandated in the act of number 8 year
2008 on waste management said that the government is obliged to do business districts and
the reduction of waste management, facilitate, develop, and implementing reduction effort,
handling, and the utilization of garbage. The arrival of reaping response trustee of the act

quickly to issue instructions regent number 01 year 2011 about the program Lamongan of
Green and Clean (LGC).
Research using methods kualitatif-descriptif, and the case study on the technical data
such documentation, interviews and observation participants have to find the implementation
of a policy of trash bank in 2011-2013. The result showed that the management of garbage
such as the impact on the environment and public health, clean up revenues increased and
the pride of the people of being risen. The lesson that can be taken from this program is for
the efforts to increase economic community, change people's behavior to the waste
management is true, and empower the garbage has become the economic value.
Key Words: Policy of the waste bank, Lamongan district government, Society.

ABSTRAK
Jordan Wella De Villa, 2014. : Implementasi Kebijakan Bank Sampah di Kecamatan
Lamongan Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2013. Skripsi Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.
Dosen Pembimbing: Fathur Rahman, S.IP., M.A dan Dr. M. Lukman Hakim, S.IP.,
M.Si.
Permasalahan sampah perkotaan telah menjadi permasalahan nasional termasuk
Kabupaten Lamongan. Selain itu, penataan lingkungan yang masih minim pun menjadi
permasalahan dalam isu lingkungan. Hal tersebut ditambah dengan keterbatasan luas Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) yang hanya memiliki TPA seluas 3,7 hektare (ha). Keterbatasan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan juga menambah deret permasalahan isu
lingkungan yang di hadapi Pemerintah. Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat tentang
pengelolaan sampah juga memperparah permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh
Pemerintah Kabupaten Lamongan. Campur tangan Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam
pembangunan berwawasan lingkungan diperlukan.
Berdasarkan isu permasalahan yang hadir tentang lingkungan maka Pemerintah
Kabupaten Lamongan mempunyai kebijakan Bank Sampah melalui program Lamongan
Green and Clean (LGC). Tujuan diadakannya program ini adalah untuk menjadikan
Lamongan kota yang bersih, hijau, dan sehat serta merdeka dari sampah. Dimana kebijakan
tersebut sesuai amanat Undang-Undang No.8 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten / Kota wajib melakukan usaha pengurangan dan
penanganan sampah, memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah. Hadirnya Amanat Undang-Undang tersebut menuai
respon secara cepat dengan menerbitkan Instruksi Bupati Nomor 01 tahun 2011 tentang
Program Lamongan Green and Clean (LGC).
Penelitian menggunakan metode kualitatif-deskriptif, dan pendekatan studi kasus
dengan metode teknik pengumpulan data seperti dokumentasi, wawancara dan observasi
partisipan bertujuan untuk mengetahui “Implementasi Kebijakan Bank Sampah Tahun 20112013”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan bank sampah berdampak
pada masyarakat diantaranya lingkungan bersih sehingga kesehatan masyarakat terjaga,

pendapatan bertambah, dan kebanggaan masyarakat menjadi meningkat. Pelajaran yang dapat
diambil dari program tersebut adalah untuk upaya peningkatan ekonomi masyarakat,
mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah secara benar, dan
mendayagunakan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
Kata Kunci: Kebijakan Bank Sampah, Pemerintah Kabupaten Lamongan dan Masyarakat.

A. PENDAHULUAN
Latar belakang
Implementasi kebijakan bank sampah di Kecamatan Lamongan merupakan program
pembangunan berwawasan lingkungan untuk mewujudkan Lamongan Green and Clean.1
Implementasi bank sampah berdasarkan Instruksi Bupati Lamongan Nomor 01 Tahun 2011
tentang Program Lamongan Green and Clean, sejak launching pada tahun 2011 bank sampah
telah mendapat antusiasme oleh masyarakat Lamongan. Bank sampah merupakan bentuk
kebijakan Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH)
bekerjasama dengan masyarakat serta pihak swasta (pengepul sampah) dalam pelaksanaan
pelestarian lingkungan.
Pengelolaan bank sampah berbasis 3R (reduce, reuse, recycle)2 sebagai bentuk
terobosan dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
bersifat berkelanjutan dan implementatif. Mekanisme bank sampah dimulai dari pemilahan
sampah skala rumah tangga, penyetoran, penimbangan, pencatatan hingga hasil sampah

dilaporkan atau dimasukkan dalam buku tabungan. Pelaksanaan bank sampah diharapkan
akan memberikan sebuah nilai tambah (added value) serta nilai ekonomis (economic value)
terhadap sampah. Keberadaan bank sampah juga akan menjadikan realisasi konsep ekonomi
kerakayatan yang dapat diimplementasikan dengan mudah. Bank sampah juga mampu
memberikan manfaat utamanya keuntungan finansial dari sampah tersebut.
Fokus peneliti dalam penelitian ini adalah tentang implementasi kebijakan “bank
sampah” yang berisi tentang apa yang melatarbelakangi kebijakan tersebut,

proses

pelaksanaanya, faktor pendukung dan penghambat hingga manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat. Yang melatarbelakangi adanya bank sampah merupakan permasalahan sampah
perkotaan telah menjadi permasalahan nasional termasuk Kabupaten Lamongan. Selain itu,
penataan lingkungan yang masih minim pun menjadi permasalahan dalam isu lingkungan
1
2

Lamongan Green and Clean yang selanjutnya disingkat LGC
3R terdiri atas reuse, reduce , dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Seperti botol minuman digunakan untuk botol

minuman. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Contoh
menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastik untuk ke pasar. Recycle
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Contoh menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, melakukan
pengolahan sampah organik menjadi kompos. Wawancara dengan Bpk. Hamim BLH Kab. Lamongan
Bagian Tata Lingkungan Pada jumat 7 Maret 2014 Pukul 14.20 WIB.

yang dihadapi. Hal tersebut ditambah dengan keterbatasan luas Tempat Pembuangan Akhir
(TPA), keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan juga menambah deret
permasalahan isu lingkungan yang dihadapi. Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat
tentang pengelolaan sampah juga memperparah keadaan lingkungan yang dihadapi oleh
Kabupaten Lamongan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti memeroleh rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi kebijakan bank sampah di Kecamatan Lamongan tahun
2011-2013?
b. Apa faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan bank sampah?
Tujuan
Tujuan penelitian yang dicapai antara lain:

a.
b.

Mengetahui implementasi bank sampah di Kecamatan Lamongan pada tahun 20112013.
Mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan bank
sampah.

Manfaat
Manfaat terbagi menjadi manfaat akademis dan manfaat praktis, antara lain:
1. Manfaat Akademis
a. Memeroleh pemahaman baru yang ditemukan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian di lapangan.
b. Memeroleh pengembangan pengetahuan tentang mata kuliah kebijakan publik
yang diajarkan dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan.
2. Manfaat Praktis
a. Memeroleh hasil penelitian yang dapat menjadikan pertimbangan bagi
pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama dalam hal
pengelolaan sampah. Memberikan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi
yang lebih baik terhadap masyarakat.


B. KAJIAN TEORI
Model Implementasi Kebijakan menurut Merrile S. Grindle
Model implementasi kebijakan ada bermacam-macam, salah satunya Grindle.
Model ini diperkenalkan oleh Merilee S. Grindle pada tahun 1980. Grindle menyatakan
implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat
program tertentu.
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses
pencapaian hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Hal ini

dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan tersebut
dapat dilihat dari dua hal yaitu: 3
1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakaan
sesuai dengan yang ditentukan dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
2. Apakah tujuan tercapai dengan melihat dampak pada masayrakat secara individu
dan kelompok, dan tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok
sasaran dan perubahan yang terjadi.
Rangka implementasi kebijakan publik di masyarakat telah banyak model
yang ditawarkan oleh beberapa pakar bidang kebijakan yang dapat dijadikan pedoman.
Misalnya menurut Milwan, model ini proses pengambilan keputusan dilakukan oleh beragam
aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah

dicapai maupun melalui

interaksi

para

pembuat keputusan

administratif. Sementara proses politik dapat terlihat
keputusan yang melibatkan berbagai aktor
terlihat melalui proses umum
program tertentu.

melalui

dalam
proses

konteks politik
pengambilan


kebijakan, sedangkan proses administrasi

terkait aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat

4

Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka
implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability
dari kebijakan tersebut. Konten atau isi kebijakan yang dimaksud meliputi:5
1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected).
2. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
3. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
4. Kedudukan pembuat kebijakan/letak pengambilan keputusan (site of decision
making).
5. Para pelaksana program (program implementators).
6. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).
Kemudian konteks implementasi yang dimaksud adalah :6
1. Kekuasaan (power ) dan kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest
strategies of actors involved).

2. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime characteristics).
3. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

3

Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. 2012. hlm. 154.
Milwan,“Model Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Loket“.Universitas
terbuka 2008. http://www.pustaka.ut.ac.id, diunduh pada tanggal 28 Mei 2014 Pukul 15.21 WIB hlm. 1
5
Riant Nugroho, Publik Policy. Jakarta:Elex Media Komputindo. 2012 hlm. 690.
6
Ibid., hlm. 691.
4

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu primer dan
sekunder. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) metode untuk mengumpulkan data, yaitu
observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ini di Kecamatan
Lamongan Kabupaten Lamongan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data kualitatif

D. PEMBAHASAN
Deskripsi Kebijakan Bank Sampah dalam Lamongan Green and Clean
Program Lamongan Green and Clean yang di mulai tahun 2011 sebagai
implementasi dari Instruksi Bupati Lamongan Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Lamongan
membuat inovasi pengelolaan lingkungan secara terukur, terencana dan berkelanjutan dengan
melibatkan seluruh masyarakat dan dunia usaha. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
untuk merubah paradigma masyarakat tentang sampah. Salah satunya dengan menerbitkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Reduce, Reuse dan Recycle melalui bank sampah. Suatu upaya sistematis dalam

membudayakan perilaku yang baru dalam mengelola sampah yang mereka hasilkan agar
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran dan masif karena setiap
warga masyarakat melakukannya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.
Sampah organik berpotensi untuk diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik
disetorkan ke bank sampah.
Tujuan dibangunnya bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian
peran serta masyarakat agar dapat „bersahabat‟ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat
ekonomi langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan
harus bersinergi dengan gerakan 3R (reuse, reduce, recycle) sehingga manfaat langsung yang
dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan
sehat. Pelaksanaan bank sampah diharapkan akan memberikan sebuah nilai tambah serta nilai
ekonomis terhadap sampah. Keberadaan bank sampah juga akan menjadikan realisasi konsep
ekonomi kerakayatan yang dapat dan mudah untuk diimplementasikan bank sampah juga
mampu memberikan manfaat utamanya keuntungan masyarakat dari sampah tersebut.

1. Isi Kebijakan Bank Sampah
A. Kepentingan yang Terpenuhi Kebijakan
Isu-isu lingkungan dengan membeludaknya sampah di Kecamatan Lamongan menjadi
salah satu penyebab dibuatnya kebijakan Bank Sampah melalui Lamongan Green and Clean
yang akan disusun dengan usulan Bupati Lamongan. Pengelolaan bank sampah difokuskan
pada tahapan dan peran dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, Hal ini Bupati Lamongan
yang menginisiasi kebijakan bank sampah tersebut, sehingga kebijakan mudah dijalankan
dengan sedikitnya aktor pembuat kebijakan. Menurut peneliti kebijakan bank sampah ini
kebijakan tunggal pemerintah yang memberi instruksi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang terlibat langsung dalam pengelolaan lingkungan sehingga dapat dijalankan
secara berkelanjutan karena sedikitnya aktor dengan kepentingan yang berbeda dalam
membuat kebijakan.
B. Jenis Manfaat yang Dihasilkan
Jika bank sampah dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak positif
terhadap manusia dan lingkungan, berdasarkan observasi dan wawancara penulis jenis dan
manfaat yang dihasilkan yaitu: 7
1.
2.
3.
4.

Manfaat terhadap kesehatan
Manfaat terhadap lingkungan
Manfaat terhadap keadaan sosial
Manfaat terhadap ekonomi

C. Derajat Perubahan yang Diinginkan
Kebiasaan masyarakat membuang sampah dengan adanya bank
kebiasaan

masyarakat

membuang

sampah

menjadi

lebih

baik,

sampah

alur

berikut kebiasaan

membuang sampah masyarakat sebelum ada bank sampah dan sesudah ada bank sampah: 8

a. Sebelum ada Bank Sampah
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber (rumah tangga) sampai ke Tempat
Pembuangan Akhir sampah (TPA).
b. Sesudah ada Bank Sampah
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber (rumah tangga) sampai ke
pengepul sampah. Pertama sampah-sampah yang berada di rumah dikumpulkan oleh
7

Perda No. 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Lamongan . Pasal 3 Yang Berbunyi
“Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas
nilai ekonomi.
8
Observasi Peneliti, 2014

masyarakat di rumah tangga masing-masing, kemudian disimpan di tempat memilah
sampah organik dan anorganik, setelah itu masyarakat menyetorkan sampah ke bank
sampah, kemudian bank sampah mengolah sampah sesuai jenisnya (organik dan
anorganik), dan hasil pengolahaan di jual lagi ke pengepul sampah.
D. Kedudukan Pembuat Kebijakan
Berdasarkan undang-undang tersebut Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam
hal ini Bupati Lamongan mempunyai inisiatif dalam menyatakan tanggung-jawab
pemerintah daerah dalam mengantisipasi dampak persampahan terhadap lingkungan.
Hal ini dibuktikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 10 tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Lamongan dam Instruksi Bupati Lamongan
nomor 1 Tahun 2011 tentang Program Lamongan Green and Clean. Penyusunan
Undang-Undang ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat serta perwujudan upaya pemerintah dalam menyediakan landasan hukum
bagi penyelenggaran pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, serta
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sampah.9

E. Para Pelaksana Program
Pelaksanaan program bank sampah tentu ada para pelaksana dalam implementasinya,
selain itu juga diuraikan bagaimana peran pihak-pihak yang terlibat. Adapun peran-peran
masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Lamongan
Pemerintah Daerah Lamongan sebagai pihak pembuat kebijakan (regulator)
berwenang membuat kebijakan tentang bank sampah untuk mengelola sampah.
Pemerintah merupakan pihak yang paling tepat mengambil inisiatif (inisiator) agar
program menjadi gerakan masyarakat. Bupati dalam hal ini mempunyai inisiasi dalam
pembuatan bank sampah sejak tahun 2010 dan kebijakan tersebut di mulai pada tahun
2011. Pemerintah tidak sendiri dalam mengelola kebijakan tersebut. Tentu ada pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan bank sampah. Pihak dari pemerintah terdiri
dari:10
a. Badan Lingkungan Hidup.
b. Dinas PU Cipta Karya.
c. Dinas Kesehatan
d. Kecamatan dan Kelurahan

9

Perda No. 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah di Kab. Lamongan BAB IV pasal 5
Instruksi Bupati No. 1 Tahun 2011 “Menginstruksikan kepada jajaran SKPD”

10

3. Lembaga di luar Pemerintahan
Lembaga non-pemerintah juga berperan dalam mendukung kebijakan bank sampah,
diantaranya:11
a.
b.
c.
d.
e.

Yayasan Unilever
Wehasta:
Jawapos Radar Bojonegoro
MUI Lamongan.
Bank Daerah Lamongan.

4. Masyarakat: Masyarakat adalah pihak pelaksanaan kebijakan bank sampah secara
langsung di lapangan.
F. Sumber Daya yang Dikerahkan
Menurut Grindle, jika suatu kebijakan dapat berjalan semakin efektif oleh suatu
kelompok, maka proses implementasinya harus melibatkan kelompok lain. Melaksanakan
kegiatan hingga penilaian dan pembinaan pengurus bank sampah di lingkungan,
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan berkerja sama dengan Yayasan Peduli Unilever,
Paguyuban Fasilitator Lingkungan Kota Surabaya dan Radar Bojonegoro.
Pada Program LGC III “Menuju Lamongan Merdeka Sampah Melalui Bank
Sampah” didukung dengan APBD tahun 2013. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan

dalam hal ini bekerja sama dengan berbagai pihak terkait sesuai dengan kapasitasnya.
Tujuan dengan adanya kemitraan dalam implementasi bank sampah adalah untuk
membangun kepedulian seluruh komponen masyarakat baik kelompok maupun individu
terhadap sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomis dari sampah yang mereka
hasilkan. Integrasi pendirian bank sampah dan gerakan 3R merupakan satu kesatuan
dengan tujuan membangun lingkungan yang bersih dan sehat juga meningkatkan ekonomi
rakyat.

2. Konteks Imlementasi Kebijakan Bank Sampah
A. Kekuasaan dan Kepentingan Strategi Aktor yang Terlibat
Pembuatan kebijakan bank sampah merupakan kebijakan pemerintah daerah yang
tentunya menguntungkan bagi berbagai pihak dimana program bank sampah merupakan
pencegahan terhadap buruknya pengelolaan sampah di Lamongan sebelumnya. Adanya

11

BLH, IGRA. 2013. hlm. 6

bank sampah hal tersebut merupakan strategi pemerintah dalam mengatasi permasalahan
sampah dan lingkungan. Instruksi bupati dan UU tentang pengelolaan sampah beserta
penjelasan manfaat bank sampah menambah nilai-nilai dalam pembuatan kebijakan serta
masyarakat akan mendukung kebijakan penguasa atau Bupati Lamongan.
Pemerintah daerah dalam kebijakan bank sampah diawali dari LGC sebagai
perwujudan untuk Lamongan yang bersih dan hijau serta output yang dihasilkan
masyarakat adalah selain bermanfaat bagi lingkungan sediri juga bermanfaat bagi
masyarakat dari segi sosial-ekonomi dalam melaksanakan bank sampah pemerintah
melibatkan aktor sebagai leading sector seperti BLH yang mengkoordinasi implementasi
bank sampah. Dinas terkait seperti Dinas PU, Dinas Pertanian, Kecamatan, dan
Kelurahan.

B. Karakteristik Lembaga dan Penguasa
Pemerintah Kabupaten Lamongan beserta jajaran SKPD tentu menyetujui kebijakan
bank sampah, karena karakteristik masyarakat sipil dan lembaga suka dengan mengelola
lingkungan, seperti yang dikatakan Muhammad Said:“Dinas-Dinas baik SKPD maupun
lainya terlibat langsung dalam pengelolaan lingkungan, BLH tentunya, Dinas Pertanian,
PU, Kecamatan, Kelurahan ini sangat sangat senang dengan penghijauan, karena itu
sudah tercipta kalau Dinas PU Cipta Karya itu sampai nguruk lahan untuk penghijauan
milik Dinas Pertanian, alun –alun dulu gersang sekarang disulap menjadi hijau”

12

Bahwa kebijakan bank sampah akan mudah dilaksanakan karena tidak bertentangan
dengan nilai-nilai budaya masyarakat Lamongan. Hasil pengumpulan data yang
didapatkan bahwa bukti pemerintah serius dalam menyikapi lingkungan adalah dengan
dibuktikannya prestasi pemerintah dalam memperoleh Piala Adipura Kencana pada
tahun 2013 dan 2014 untuk kategori kota kecil.

C. Kepatuhan dan Daya Tanggap Pelaksana
Konsistensi pemerintah dalam menjalankan kebijakan bank sampah ini
dilihat dari LGC yang setiap tahunnya berjalan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan
masyarakat pada kebijakan tersebut. Pelaksanaan bank sampah dari tahun 2011-2013
telah mengalami peningkatan dalam tingkat kepatuhan dan daya tanggap masyarakat
hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah nasabah bank sampah, berikut
12

Wawancara Muhammad Said. Op.Cit.,

merupakan jumlah nasabah bank sampah: “Adanya bank sampah, sikap masyarakat
itu ini seolah-olah kewajibannya, bukan semata-mata tugas dari pemerintah saja.
Jadi ini sudah dirasakan warga masyarakat sendiri, pemerintah hanya mendorong
dan melakukan sosialiasi dan memberikan fasilitator lingkungan melalui kaderkader lingkungan yang ada disetiap RT.”13

Dapat dijelaskan bahwa antusias masyarakat cukup tinggi dalam mengelola
sampah, hal ini tidak terlepas dari peran pengurus RT yang terus mengelola dan
mendukung atas kebijakan bank sampah. Peran pemerintah yang selalu memberikan
dukungan kepada masyarakat melalui reward atau perlombaan yang dilaksanakan
setaip tahunnya melalui Semarak Lamongan Green and Clean.
3.

Faktor Pendukung dan Penghambat
Implementasi kebijakan bank sampah di Kecamatan Lamongan tentu ada
faktor-faktor baik yang mendukung maupun hambatan ketika kebijakan tersebut
dilaksanakan. Berikut merupakan faktor pendukung dan faktor penghambat di
Kecamatan Lamongan:
A. Faktor Pendukung
Pelaksanaan bank sampah tentunya banyak faktor pendukung berjalannya bank
sampah antara lain:
Pertama, Komunikasi antar aktor pelaksana pengelolaan sampah melalui bank

sampah di Kecamatan Lamongan berfungsi untuk membentuk kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam mengantisipasi dampak dari pengelolaan sampah yang tidak
terkendali. Hal ini membutuhkan suatu bentuk pengenalan program melalui sosialisasi.
Pelaksanaan sosialisasi bank sampah secara langsung difasilitasi oleh:14
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
2. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan
3. Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Lamongan
4. Kecamatan dan Kelurahan
5. Unilever, Wehasta, Radar Bojonegoro, Bank Daerah Lamongan, MUI.
6. Dinas PU Pengairan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian (Dinas yang mendukung
dan memberikan fasilitas terkait program lingkungan dan bank sampah)
7. RT dan RW setempat

13

Wawancara Muhammad Said. Op.Cit.,
Wawancara dengan Hamim BLH Kab. Lamongan Bagian kasubbid Tata Lingkungan pada jumat 7 Maret
2014 Pukul 14.20 WIB.
14

Instansi-Instansi di atas merupakan fasilitator untuk mendukung dengan adanya
bank sampah dengan cara melakukan pola komunikasi kepada masyarakat untuk
memberikan informasi dan pengetahuan tentpengelolaan sampah.
B. Faktor penghambat
Pelaksanaan bank sampah juga terdapat faktor penghambat berjalannya bank
sampah antara lain:
Pertama, Pada tahap awal bank sampah pada tahun 2011 masih awam melihat

kebijakan bank sampah, Masyarakat belum mengetahui tentang bank sampah.
Secara penyuluhan dari pemerintah kurang intensif dan rutin, masyarakat hanya
mendapatkan materi saat tertentu, dari situlah masyarakat belum bisa memahami.
Kedua, terdapat warga yang kurang tertarik dengan bank sampah. Hal ini dikarenakan

warga yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan rumah tangga sehingga tidak ada
kesempatan bagi yang bersangkutan bersosialisasi dengan warga lain. Ketiga, waktu
dalam pelaksanaan bank sampah semakin diperkecil ysng mana yang seharusnya dua
minggu sekali menjadi satu bulan sekali mengingat warga yang sangat sulit untuk
bertemu untuk menyetorkan sampah di bank sampah. Keempat, masih ditemui warga
yang tidak tahu dalam mengelola sampah seperti sampah organik dan anorganik
sehingga berpotensi sampah yang dibuang secara sia-sia tanpa adanya pengelolaan
menjadi kompos untuk sampah basah (organik) dan barang berguna untuk sampah
kering (anorganik). Kelima, sulit berkembangnya bank sampah di wilayah desa karena
keterbatasan akses dalam mengelola bank sampah dan tidak adanya fasilitas bangunan
fisik bank sampah dari pemerintah.15
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dijabarkan, sesuai dengan rumusan masalah pertama,
maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Program bank sampah yang dilakukan masyarakat Kecamatan Lamongan merupakan
kebijakan Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengurangi jumlah volume sampah mulai
dari tingkat sumber sampah. Pola yang diterapkan adalah melalui peran masyarakat dalam
mengelola sampah. Yang mana program ini menempatkan masyarakat sebagai aktor atau

15

Observasi Peneliti, 2014.

subyek, Namun warga masyarakat yang mayoritas penduduknya tergolong dalam kelas
ekonomi menengah ke atas cenderung pasif dalam kegiatan pengelolaan sampah ini.
2. Proses pengelolaan sampah menggunakan sistem 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle.
Untuk mengelola sampah di Kecamatan Lamongan dibentuk kelompok yakni Kelompok
kreasi ibu PKK. Hambatan yang di hadapi seperti kesulitan pemasaran, baik pupuk maupun
hasil kerajinan, kekurangan dana sebagai modal kegiatan, kekurangan pendampingan dan
sosialisasi, mindset yang masih perlu dirubah, karakteristik masyarakat perkotaan yang
cenderung sibuk diluar rumah, kurangnya kontrol dan pengawasan dari pemerintah.
3. Kegiatan bank sampah pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator. Namun
dalam peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator belum optimal. Hal ini ditunjukkan
dengan kurangnya kontrol dan pengawasan dari pemerintah. Peran masyarakat tampak
dengan adanya antusiasme dan partisipasi sebagian warga di Kecamatan Lamongan dalam
kegiatan ini meskipun belum seluruh warga ikut berpartisipasi.
4. Dengan adanya bank sampah terdapat pihak yang dirugikan dalam pengelolaan sampah.
Pemulung merupakan pihak yang dirugikan dalam hal ini, karena mereka tidak dapat
mengambil sampah warga yang dibuang di tiap-tiap rumah karena warga sudah mengelola
dan mengumpulkan sampah masing-masing di setiap rumah tangga.
2. Rekomendasi
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengelola sampah dengan peran pemerintah
untuk

mensosialisasikan secara maksimal

serta melibatkan

pihak swasta secara

berkesinambungan agar program bank sampah dapat berjalan setiap tahunnya.
2. Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metode pembuangannya serta
menekankan paradigma dari tujuan membuang menjadi memanfaatkan kembali untuk
mendapatkan keuntungan ekonomis serta menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle
(3 R) agar dapat tercapai program bebas sampah pada masa mendatang.
3. Adanya pembinaan secara berkelanjutan untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya
dan semangat warga dalam menata lingkungan serta peningkatan upaya pengelolaan dan
pengolahan sampah melalui 3 R termasuk kegiatan Bank Sampah.

4. Dengan adanya bank sampah Pemerintah seharusnya memberikan solusi terhadap
pemulung yang tersingkirkan dari profesinya dan mulai mengangkat derajatnya menjadi
pengepul sampah dengan cara memberikan fasilitas pelatihan terkait pengelolaan sampah,
menciptakan sampah menjadi barang bernilai dll untuk mendukung kesejahteraan yang lebih
baik bagi pemulung.

F. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Leo Agustino, 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.Bandung: Alfabeta.

Lexy.J.Moleong, 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riant Nugroho, 2012. Publik Policy. Jakarta:Elex Media Komputindo.
Robert K.Yin, 2006. Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Saifuddin Azwar, 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Solichin Abdul Wahab, 2012. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suwandi dan Basrowi,2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Adi Mahasatya.

Arsip:
Buku Bank Sampah Sumber Agung, RT.03 / RW.02 Demangan Timur Tengah Kelurahan
Sidoharjo Kecamatan Lamongan, 2014.
Badan Lingkungan Hidup, Laporan Volume Sampah Kabupaten Lamongan Tahun 2010.
Proposal Badan Lingkungan Hidup Indonesia Green Region Award 2014.
Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2010-2015.
Rekap Badan Lingkungan Hidup tentang Bank Sampah Tahun 2013.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2010-2015.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.
BLH, Pengelolaan Bank Sampah Profesional dan Mandiri, Arsip. 2013.
Website:
http://swa.co.id/business-strategy/management/perjalanan-kabupaten-lamongan-menujubebas-sampah diunduh 2 Juli 2014 pukul 11.32 WIB
http://lamongankab.go.id/instansi/blh/visi-misi Di unduh 31 Maret 2014 Pukul 3.00 WIB

http://lamongankab.go.id/Perjalanan-Kabupaten-Lamongan-Menuju-Bebas Sampah diunduh
22 Maret 2014 pukul 22.00 WIB
http://lamongankab.go.id/instansi/blh/2013/06/19/lamongan-berhasil-raih
adipura-kencana/ Diunduh 16 Maret 2014 Pukul 23.44 WIB

penghargaan-

http://lamongankab.go.id/Hat-trik-Adipura diunduh pada tanggal 10 Januari 2015 Pukul
05.22 WIB
Jurnal:
Aliedha Noorrafisa Putri, “Partisipasi Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah Melalui
Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Dusun Badegan
Bantul”. Jurnal Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2010.
Anita Tressya., “Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Lumpur
Lapindo Sidoarjo”. Jurnal Skripsi, Universitas Airlangga: 2012
Lasma Rohani, “Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Desa Medan Senembah
Kabupaten Deliserdang”. Jurnal Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara 2007
Milwan, “Model Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Loket“.
Jurnal Skripsi, Universitas terbuka 2008.
Riska Furnanda, “Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green
and Clean Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung
Gusta Kota Medan”. Jurnal Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan 2012.
Siladia Grahanida “Kinerja Pengelolaan Unit Sampah Kota Depok (Studi Kasus Unit
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Sukmajaya)”. Jurnal Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2012.
Wawancara:
Wawancara Baktiar Febrianto, Wartawan Radar Bojonegoro di Lamongan pada
September 2014 pukul 15.05 WIB

03

Wawancara dengan Hamim BLH Kab. Lamongan Bagian kasubbid Tata Lingkungan pada
jumat 7 Maret 2014 Pukul 14.20 WIB.
Wawancara M. Farid Budi, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Badan
Lingkungan Hidup pada 08 September 2014 pukul 13.10 WIB
Wawancara Muhammad Said, Sekretaris Camat, Kantor Kecamatan Lamongan pada 03
September 2014 pukul 10.14 WIB

UU / Peraturan Menteri / Peraturan Daerah
Perda Kabupaten Lamongan Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamongan.
Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2008 tentang kedudukan, tugas dan fungsi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 tentang pelaksanaan 3R Melalui
Bank Sampah.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
3R Melalui Bank Sampah.
Undang-Undang 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 6 yang berbunyi
“Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.