Media Komunikasi Tradisional Kerangka Konseptual

dokumen, dan kepustakaan. Metode dan teknik pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang meliputi kegiatan transkripsi, penerjemahan, dan analisis data. Penyajian hasil penelitian Suwija menggunakan teknik formal dan informal. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan I Wayan Suwija adalah perbedaan objek penelitiannya. Selain itu teori yang digunakan penulis juga berbeda dengan landasan teori yang digunakan oleh I Wayan Suwija.

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.1. Media Komunikasi Tradisional

Media komunikasi tradisional sering disebut sebagai bentuk foklor. Bentuk-bentuk dari foklor tersebut yaitu: 1 cerita prosa rakyat legenda, dongeng, mite; 2 puisi rakyat; 3 teater rakyat; 4 nyanyian rakyat; 5 ungkapan rakyat peribahasa, pepatah, pameo; 6 gerak isyarat; 7 alat pengingat sirih berarti meminang; dan 8 alat bunyi-bunyian kentongan, kulkul, gong, bedug dan lain- lain Nurudin, 2012:114. Wiliam R. Bascom dalam Nurudin, 2012:114, menyebutkan fungsi-fungsi pokok foklor sebagai media tradisional sebagai berikut: 1. Foklor sebagai sistem proyeksi 2. Sebagai pengesahanpenguat adat 3. Sebagai alat pendidikan 4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya. Kulkul merupakan salah satu bentuk foklor yang berkembang dalam masyarakat tradisional di Bali. Kulkul merupakan media komunikasi tradisional dalam desa adat di Bali. Kulkul memiliki aspek komunikasi sebagai media penyampaian pesan secara nonverbal, yaitu melalui suara-suara kulkul yang memiliki makna yang berbeda-beda. Suara kuklkul tersebut dapat sebagai pengingat suatu pekerjaan ataupun sebagai informasi langsung terjadinya suatu musibah serta menginformasikan bahwa ada masyarakat yang meninggal dunia. Teori fungsional komunikatif merupakan salah satu dari sekian banyak teori komunikasi nonverbal. Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada ‘kegunaan, motif, ataupun hasil dari komunikasi’ Sasa Djuarsa, 2007:6.34. Dalam teori fungsional komunikatif, komunikasi nonverbal memiliki peran terhadap hasil komunikasi seperti persuasi dan desepsi pengelabuan. Teori ini memandang suatu inisiatif untuk berinteraksi sebagai sifat multifungsional dan sebagai suatu bagian yang penting dari proses komunikasi. Fokus dari hal tersebut tidak sekedar kepada apa yang ditampilkan oleh perilaku nonverbal melainkan juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada dibaliknya Sasa Djuarsa, 2007:6.34. Kulkul merupakan peninggalan leluhur yang dilestarikan sampai saat ini. Kulkul adalah salah satu alat komunikasi bagi organisasi tradisional Bali seperti desa adat, banjar, subak dan berbagai sekaa. Kulkul diyakini dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan masyarakat Bali. Pada dasarnya kulkul mempunyai fungsi yang berkaitan erat dengan kegiatan banjar mulai dari penanda pertemuan rutin, tanda suatu pekerjaan akan dimulai, tanda adanya bencana alam atau penanda bahwa telah terjadi sesuatu. Kulkul juga bersifat sakral dimana keberadaannya tidak akan lepas dari kegiatan persembahyangan di pura, karena difungsikan sebagai media upacara. Structuration Theory yang dikemukakan oleh Anthony Giddens beserta para pengikutnya digunakan untuk menjelaskan tentang kulkul sebagai struktur sosial dalam masyarakat Bali. Structuration Theory adalah teori umum tentang social action. Teori ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah proses memproduksi dan reproduksi berbagai sistem sosial. Para individu bertindak secara strategis menurut aturan-aturan untuk mencapai tujuan mereka dengan menciptakan struktur-struktur yang kembali mempengaruhi tindakan di masa depan Littlejohn, 2012:152-153. Aksi-aksi sosial diyakini dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur-struktur tersebut seperti harapan rasional, peran- peran dan norma-norma kelompok, jaringan-jaringan komunikasi, dan institusi- istitusi masyarakat. Giddens percaya bahwa strukturasi selalu melibatkan tiga dimensi utama, yaitu: adanya suatu interpretasi atau pemahaman, moralitas atau perilaku yang benar, dan rasa berkuasa dalam bertindak. Aturan yang kita gunakan untuk menuntun tindakan kita, memberitahu kita bagaimana sesuatu harus dipahami interpretasi, apa yang harus kita lakukan moralitas, dan bagaimana untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai kekuatan atau kekuasaan Littlejohn, 2012:152-153. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa pakraman menetapkan aturan-aturan yang dibuat sendiri yang disebut dengan awig-awig Sirtha, 2008:1. Awig-awig desa pakraman dibuat atau diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakatnya, norma-norma dalam berperilaku, dan termasuk dalam penggunaan kulkul. Kulkul merupakan bagian dari sistem sosial kemasyarakatan dalam organisasi tradisional di Bali desa pakraman. Desa pakraman merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki satu kesatuan tradisi dan tata karma dalam pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Awig-awig dalam desa pakraman yang mengatur tentang kulkul, merupakan salah satu faktor yang memperkuat eksistensi kulkul hingga saat ini. Keberadaan kulkul sebagai media komunikasi tradisional yang masih digunakan dalam lembaga organisasi tradisional Bali, serta dalam kegiatan persembahyangan di pura-pura, membuat kulkul selalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kulkul memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di Bali. Adanya awig-awig yang mengatur tentang kulkul menjadikan kulkul sebagai media komunikasi tradisional yang harus diperhatikan dalam masyarakat. Keberadaan kulkul dalam desa pakraman yang memiliki legitimasi yang kuat di masyarakat, membuat kulkul secara tidak langsung memiliki kaitan dengan norma bermasyarakat, dalam hal ini mempertahankan kesadaran moral terhadap tradisi penggunaan kulkul. Dalam fungsinya kulkul disimbolkan sebagai media pencipta kebersamaan dan persatuan, karena setiap masyarakat akan selalu memperhatikan serta mematuhi simbol- simbol bunyi yang disuarakan dari kulkul tersebut.

2.2.2. Pergeseran dan Ancaman Terhadap Kulkul