Apoteker, bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan selama 2 bulan yaitu mulai tanggal 14 April 2014 sampai 14 Juni 2014.
1.2 Tujuan Kegiatan
1. Untuk mengetahui peranan Apoteker dalam mengelola perbekalan
farmasi di Rumah Sakit. 2.
Untuk mengetahui peranan Apoteker dalam melakukan pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Bab 1 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
mennyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit untuk mencapai status masa depan rumah sakit, seperti lingkup dan posisi pasar,
keuntungan, efikasi, penerimaan masyarakat, reputasi, mutu produk dan atau pelayanan, dan keterampilan tenaga kerja. Visi rumah sakit merupakan
pernyataan tetap permanen untuk mengkomunikasikan sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkup usaha atau kegiatan dan
kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit dan stakeholder utamanya dan untuk menyatakan
tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit. Jadi visi itu merupakan suatu inspirasi dari status masa depan rumah sakit yang cukup jelas dan sangat kuat
menimbulkan dan mendukung tindakan yang perlu agar impian atau visi menjadi kenyataaan. Suatu pernyataan visi yang ditulis, mempunyai
Universitas Sumatera Utara
karakteristik seperti mudah dimengerti oleh semua stakeholder dinyatakan singkat tetapi jelas dan luas dalam pengertian Siregar dan Amalia, 2004.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan singkat dan jelas tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud dan fungsi yang diinginkan untuk
memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk mencapai visi. Maksud utama rumah sakit memiliki suatu pernyataan misi
adalah memberi kejelasan fokus kepada seluruh personel rumah sakit dan memberikan pengertian bahwa apa yang dilakukan adalah terikat pada maksud
yang besar Siregar dan Amalia, 2004.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 2.1.3.1 Tugas Rumah sakit
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Bab III pasal 4 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
2.1.3.2 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Bab III pasal 5 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikanetika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan
2.1.4 Klasifikasi dan Struktur Organisasi Rumah Sakit 2.1.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 24 tentang Rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara
berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:
a. Rumah Sakit Umum, terdiri atas:
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 empat spesialis dasar, 5 lima spesialis penunjang medik, 12 dua belas
spesialis lain dan 13 tiga belas sub spesialis 2.
Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 empat
spesialis dasar, 4 empat spesialis penunjang medik, 8 delapan spesialis lain dan 2 dua subspesialis dasar
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 empat spesialis dasar dan 4 empat spesialis penunjang medik
Universitas Sumatera Utara
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 dua spesialis dasar
b. Rumah Sakit khusus terdiri atas:
1. Rumah sakit khusus kelas A adalah Rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan mdik subspesialis sesuai kekhususan yang
lengkap 2.
Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis yang terbatas 3.
Rumah sakit khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis yang minimal
2.1.4.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang rumah sakit, setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien
dan akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau Direktur Rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Panitia Farmasi dan Terapi
Menurut KepMenKes RI Nomor 1197MenKesSKX2004, panitia farmasi dan terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staff medis dengan staff farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit serta tenaga kesehatan lainnya.
2.2.1 Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi
Menurut KepMenKes RI Nomor 1197MenKesSKX2004 tentang standar pelayanan rumah sakit, tujuan Panitia Farmasi dan Terapi yaitu:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya.
b. Melengkapi staff profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan. 2.2.2 Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi
Menurut KepMenKes RI Nomor 1197MenKesSKX2004 tentang standar pelayanan rumah sakit, fungsi dan ruang lingkup panitia farmasi dan
terapi adalah sebagai berikut: 1.
Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisi pemilihan obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada
evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok
dan produk obat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staff medis.
3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah sakit yang
termasuk dalam kategori khusus. 4.
Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan
obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosis dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus-
menerus pengggunaan obat secara rasional. 6.
Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. 7.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staff medis dan perawat.
2.2.3 Formularium Rumah Sakit
Berdasarkan KepMenKes Nomor 1197MenKesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, formularium adalah himpunan
obat yang diterimadisetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap bataswaktu yang ditentukan.
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium digunakan oleh staff medis,
Universitas Sumatera Utara
dilain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap obat yang ada di pasaran dengan lebih mempertimbangkan
kesehatan pasien.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah sakit
Instalasi farmasi di Rumah Sakit adalah instalasi di rumah sakit yang di kepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawabatas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehatan, dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta
pelayanan farmasi klinik Siregar dan Amalia, 2004.
2.3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut KepMenKes Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan. Struktur organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Administrasi farmasi
2. Pengelolaan perbekalan farmasi
3. Pelayanan farmasi klinik
4. Manajemen mutu
2.3.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan
langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredardan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita
rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit Siregar dan Amalia, 2004
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi fungsi nonklinik dan fungsi klinik. Fungsi non klinik biasanya tidak secara
langsung pada pelayanan pasien tetapi fungsi klinik langsung pada pelayanan pasien. Lingkup farmasi non klinik adalah perencanaan, penetapan spesifikasi
produk dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyiapan, pengemasan, pengemasan kembali, distribusi dan semua pengendalian
perbekalan kesehatan yang beredar di Rumah Sakit. Sedangkan lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program rumah
sakit yaitu fungsi dalam proses penggunaan obat, mencakup sejarah penggunaan obat penderita, edukasi penderita, konsultasi dengan dokter
tentang pemilihan regimen obat, Pemantauan Terapi Obat PTO, Evaluasi
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Obat EPO, pemantauan dan pelaporan Reaksi Obat yang Merugikan ROM serta program edukasi Siregar dan Amalia, 2004.
2.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
2.3.3.1 Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2.3.3.2 Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumtif pemakaian, epidemiologi penyebaran. Pedoman perencanaan berdasarkan:
1. Daftar Obat Esensial Nasional DOEN atau Formularium Nasional dan
Formularium Rumah Sakit, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku.
2. Data catatan medik.
Universitas Sumatera Utara
3. Anggaran yang tersedia.
4. Penetapan prioritas.
5. Siklus penyakit.
6. Sisa stok.
7. Data pemakaian periode lalu.
8. Perencanaan pengembangan.
2.3.3.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui:
- Pembelian, yang dilakukan melalui tender ataupun pembelian langsung.
- Produksipembuatan sediaan farmasi.
- Sumbanganhibah.
Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.
2.3.3.4 Produksi
Instalasi Farmasi rumah sakit merupakan kegiatan merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Produksi Instalasi Farmasi perlu diadakan karena obat-obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau
obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang khusus.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.5 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender dan sumbangan.
2.3.3.6 Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan
kestabilannya, mudah tidaknya meledakterbakar, dan tahantidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan
sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan tujuan untuk: 1.
Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban.
2. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.
3. Memudahkan pengawasan persediaanstok dan barang kadaluarsa, yaitu
disusun berdasarkan First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO
4. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
2.3.3.7 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian
Universitas Sumatera Utara
perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem
resep perorangan, sistem unit dosis atau sistem kombinasi. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan diselenggarakan secara sentralisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja diselenggarakan
oleh apotek rumah sakit yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi Depkes RI, 2004.
Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1.
Pasien Rawat Jalan PasienKeluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi
sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter.Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasienkeluarga pasien.
2. Pasien Rawat Inap
Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:
a. Resep perorangan Individual Prescription
Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan
pasien. Keuntungan sistem ini adalah:
1. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker
2. Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat
3. Adanya legalisasian persediaan
Universitas Sumatera Utara
Kelemahan sistem ini adalah: 1.
Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya 2.
Obat dapat terlambat ke pasien
b. Floor stock
Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan.Sistem ini memungkinkan perbekalan
farmasi tersedia bila diperlukan.Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi.
Keuntungan sistem ini adalah: 1.
Obat yang dibutuhkan cepat tersedia 2.
Meniadakan obat yang return 3.
Pasien tidak harus membayar obat yang lebih 4.
Tidak perlu tenaga yang banyak Kelemahan sistem ini adalah:
1. Persediaan obat di ruangan harus banyak
2. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
c. One Day Dose Dispensing
One day dose dispensing didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam dosis perhari, yang berisi
obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu hari pemakaian.Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat.
Keuntungan sistem ini adalah: 1.
Pasien hanya membayar obat yang dipakai
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan
perawat 3.
Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat 4.
Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.
d.
Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara:
1. Sentralisasi: semua obat dari farmasi pusat
2. Desentralisasi: adanya pelayanan farmasidepo farmasi
Sistem distribusi obat harus menjamin: 1.
Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2.
Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat 3.
Kemasan yang menjamin mutu obat
2.3.4 Pelayanan Kefarmasian
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333MenkesSKXII1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua
barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pelayanan farmasi ialah : a.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia. b.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE Komunikasi Informasi dan Edukasi mengenai
obat. d.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku e.
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan g.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda Pelayanan farmasi klinis yang dapat dilakukan sesuai SK Menkes No.
1197MenkesSKX2004 meliputi: 1.
Pengkajian dan pelayanan resep 2.
Dispensing 3.
Pemantauan dan pelaporan efek samping obat ESO 4.
Pelayanan Informasi Obat PIO 5.
Konseling 6.
Pemantauan kadar obat dalam darah 7.
Rondevisite pasien
Universitas Sumatera Utara
8. Pengkajianevaluasi Penggunaan Obat EPO
2.3.4.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruanganunit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi: a.
Bentuk dan kekuatan sediaan b.
Dosis dan Jumlah obat c.
Stabilitas dan ketersediaan d.
Aturan, cara dan tehnik penggunaan Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontra indikasi
e. Efek aditif
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.2 Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkanmeracik obat, memberikan labeletiket, penyerahan
obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Tujuannya adalah: • Mendapatkan dosis yang tepat dan aman.
• Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau emperal.
• Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu. • Menurunkan total biaya obat.
Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya: 1.
Dispensing sediaan farmasi khusus a.
Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan
kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. b.
Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien
yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
2. Dispensing Sediaan Farmasi Berbahaya
Universitas Sumatera Utara
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang
terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi,
dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien
sampai pembuangan limbahnya.
2.3.4.3 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan :
• Menemukan ESO Efek Samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
• Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.
• Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan mempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat. Kegiatan :
• Menganalisa laporan Efek Samping Obat • Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami Efek Samping Obat
Universitas Sumatera Utara
• Mengisi formulir Efek Samping Obat • Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
2.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuannya:
• Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit.
• Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi PanitiaKomite Farmasi dan
Terapi. • Meningkatkan profesionalisme apoteker.
• Menunjang terapi obat yang rasional.
2.3.4.5 Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan: • Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan
tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek
Universitas Sumatera Utara
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
2.3.4.6 Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.
Tujuan : • Mengetahui kadar obat dalam darah
• Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat 2.3.4.7 Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya
Tujuan :
a. Menilai kemajuan pasien.
b. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
2.3.4.8 Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan:
• Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatandokter tertentu.
• Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan dokter satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
• Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik • Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
2.4 Central Sterile Supply Department CSSD