Fore Shadowing Dramatic Irony
70
diusir dari kerajaannya. Padahal yang menjadi penyebab tersebut adalah dirinya sendiri yang membunuh bapaknya dan mengawini ibunya sendiri.
Ucapannya tersebut harus dibuktikan yaitu dengan mengusir dirinya sendiri dari kerajaan.
Contoh dramatic irony yang ada pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah sebagai berikut.
EDGAR : Agaknya ada penjahat memfitnah aku.
EDMUND :
Itulah kukhawatirkan. Jangan lupa, jauhidia senantiasa. Sampai amarahnya berkurang
nyalanya; datanglah ke kamarku,akan kuatur hingga dapat kaudengar apa yang dikatakan ayah
kita. Pergilah, ini kunciku. – Dan bila keluar, bawalah senjata.
EDGAR :
Senjata?
EDMUND : Nasihatku ini untuk kebaikan kanda; aku boleh
disebut penjahat, kalau tak ada niat orang menjatuhkan engkau. Kusampaikan padamu apa
yang kulihat dan kudengar; itupun samar-samar, belum kugambarkan kekejiannya. Pergilah kini
Dalam dialog di atas sebenarnya yang memfitnah dan ingin mencelakakan Edgar adalah Edmund sendiri, tetapi dengan tipu daya
yang memikat rancangan ini seolah-olah sebuah nasehat. Dramatic irony ini berfungsi untuk mengaduk-aduk emosi penonton dan seolah-olah
membodohkan tokoh yang menjadi korban dramatic irony. Dalam dramatik ironi sebenarnya penonton sudah mengetahuinya, tetapi
bagaimana cara yang dilakukan untuk melaksanakannya yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran penonton. Dengan
timbulnya tanda tanya ini penonton akan merasa penasaran. Rasa penasaran inilah yang sebenarnya menjadi tujuan dalam rangkaian
adegan yang sedang berlangsung. 2.2.4 Flashback
Flashback adalah kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini. Kilas balik ini berfungsi untuk mengingatkan
kembali ingatan penonton pada peristiwa yang telah lampau tetapi masih dalam satu rangkaian peristiwa lakon. Kilas balik biasanya diceritakan
melalui dialog peran, tetapi kilas balik pada film biasanya berupa nukilan- nukilan gambar.
71
Misalnya, flashback yang terdapat pada lakon “Antigone” karya Sophocles terjemahan Rendra dapat dilihat pada kutipan berikut.
ANTIGONE :
Larangan Creon tidak pada tempatnya. Ia saudaraku. Aku akan menguburnya.
ISMENE : Ya, Dewa Apakah sudah kamu lupa: betapa
Ayahanda ditindas, dihina dan meninggal dunia? Betapa ia bertanya dan mengungkapkan dosanya,
kemudian menusuk kedua matanya sendiri sehingga buta Dan lalu Jocasta, yang menjadi
istri Namun juga ibunya sendiri itu, mati menggantung diri Selanjutnya, kedua saudara
kita, bertengkar, berperang dan saling berbunuhan. Dan kini, kamu dan aku, tinggal
sendiri. Betapa sempurnanya kemalangan kita, apabila akhirnya kita berdua binasa kerna
melanggar undang-undang kepala negara. Antigone, ingatlah, bukankah kita ini wanita? Apa
daya melawan pria? Di dalam keadaan gawat dan darurat, pria terkuatlah yang mengatasi suasana.
Kita mesti patuh pada perintahnya, betapa pun keras kedengarnnya. – maka sementara
memohon pengertian lepada yang wafat, menyesal karena harus menahan diri dalam
berbuat, aku akan menyesuaikan diriku dengan perintah pihak atasan. Apa guna mempertaruhkan
nyawa secara sia-sia?
Seperti diketahui bahwa lakon Oidipus merupakan lakon trilogi lakon yang terdiri dari tiga seri atau periode. Dari dialog Ismene di atas
penonton akan mengetahui bagaimana kejadian atau peristiwa yang menimpa keluarga Oidipus mulai dari lakon Oidipus Sang Raja, Oidipus
di Kolonus, sampai dengan Antigone. Dengan penceritaan latar belakang peristiwa ini maka penonton bisa merunut perjalanan keluarga Oidipus.